Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

H DENGAN
DIAGNOSA MEDIS MENINGITIS
DISISTEM PERSYARAFAN

Disusun Oleh :

Nama : Julius
NIM : 2018.C.10a.0973
Semester V/Tingkat III B

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TA 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun oleh :


Nama : Julius
NIM : 2018.C.10a,0973
Program Studi : S1- Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa
Medis Meningitis Disistem Persyarafan

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persayaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1
Keperawatan, Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Isna Wiranti, S.Kep., Ners

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan Diagnosa
Medis Meningitis Disistem Persyarafan”. Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK II).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 30 September 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................................4
2.1.1 Definisi Meningitis................................................................................................4
2.1.2 Anatomi Fisiologi..................................................................................................4
2.1.3 Etiologi..................................................................................................................5
2.1.4 Klasifikasi Meningitis...........................................................................................6
2.1.5 Patofisiologi..........................................................................................................7
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)................................................................10
2.1.7 Komplikasi..........................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................10
2.1.9 Penatalaksanaan Medis........................................................................................11
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.......................................................................11
2.2.1 Pengkajian...........................................................................................................11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................................................15
2.3.3 Intervensi Keperawatan.......................................................................................15
2.3.4 Implementasi Keperawatan.................................................................................19
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.........................................................................................19
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..........................................................................20
3.1 Pengkajian..............................................................................................................20
3.2 Tabel Analisa Data.................................................................................................28
3.3 Rencana Keperawatan............................................................................................31
3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan..............................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi otak merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada jaringan otak.
Penyakit infeksi otak bermacam-macam seperti Meningitis, Meningoensefalitis,
dan Abses serebri. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid
dan piamater (leptomeningens) disebut meningitis. Meningitis merupakan
peradangan pada meningen yaitu membrane yang melapisi otak dan medulla
spinalis (Tarwoto, 2013). Menjelaskan bahwa meningitis atau radang selaput otak
merupakan infeksi pada cairan serebrospinal (CSS) disertai radang pada pia dan
araknoid, ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan medulla sipinalis.
Kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dengan cepat
sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medulla spinalis terkena.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan suatu
proses serebrospinal. Batticaca (2011)
World Health Organization (2009), menyebutkan Afrika terjadi sebanyak
78,416 kasus meningitis dengan jumlah kematian 4,053. Di Negara-negara
berkembang seperti Gambia diperkirakan 2% dari semua anak < 5 tahun
meninggal karena kasus meningitis (Simanullang, dkk, 2014). Di Indonesia
meningitis merupakan penyebab kematian pada semua umur dengan urutan ke 17
(0,8%) setelah malaria (simanullang, 2014). Menurut data Kementrian Kesehatan
Indonesia, pada tahun 2010 jumlah kasus Meningitis terjadi pada laki-laki
mencapai 12.010 pasien, pada wanita sekitar 7.371 pasien, dan dilaporkan pasien
meninggal dunia sebesar 1.025 (Kemenkes RI, 2010). RSUP Dr. Kariadi
Semarang ditemukan (35,3%) pasien dengan penyakit meningitis TB dan
ditemukan sejumlah (17,64%) pasien dengan diagnosa meningitis (Masfiyah, dkk,
2013).
Organisme yang merupakan penyebab umum meningitis meliputi Neisseria
meningitis (meningitis meningokok), Haemopbilus influenzae, dan Streptococcus
pneumoniae (organism ini biasanya terdapat di nasofaring). Organisme penyebab
meningitis yang sering menyerang bayi (sampai usia 3 bulan) adalah Escberichid
coli dan Listeria monocytogenes. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dapat

1
dibagi menjadi meningitis aseptik (aseptic meningitis) yang disebabkan oleh
virus,

2
2

dan meningitis bakterial (bacterial meningitis) yang disebabkan oleh berbagai


bakteri (Batticaca, 2008).
Gejala awal yang timbul akibat dari meningitis merupakan akibat dari infeksi
dan peningkatan tekanan intracranial (TIK), nyeri kepala, mual dan muntah,
demam, kejang, pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran sampai dengan koma (Tarwoto, 2013). Dampak yang timbul akibat
meningitis yaitu peningkatan tekanan intracranial, hyrosephalus, infark serebral,
abses otak, dan kejang (Tarwoto, 2003). Dari latar belakang yang telah dijelaskan
diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Keperawatan Pada
Tn. H Dengan Diagnosa Medis Meningitis di Sistem Persyarafan”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengambil
rumusan masalah bagimana cara memberikan asuhan keperawatan pada pasein
dengan khususnya pada Tn. H dengan diagnosa medis Meningitis Disistem
Persyarafan.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien
Tn. H dengan diagnosa medis Meningitis Disistem Persyarafan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mampu melakukan pengkajian, menganalisa, menentukan diagnosa
keperawatan, membuat intervensi keperawatan, mampu melakukan
perawatan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3.2.2 Mampu memberikan tindakan keperawatan yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keperawatan pada kasus tersebut.
1.3.2.3 Mampu mengungkapkan faktor-faktor yang menghambat dan
mendukung serta permasalahan yang muncul dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
3

1.3.2.4 Mampu mengetahui manajemen keperawatan untuk mengarahkan seluruh


kegiatan yang direncanakan dan mengatasai permasalahan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Untuk Mahasiswa
Untuk mengembangkan ilmu dan wawasan dari ilmu keperawatan
khususnya penyakit dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian.
1.4.2 Untuk Institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun
internasional.
1.4.3 Untuk IPTEK
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama
dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Meningitis

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
meningen. Peradangan pada meningen khususnya pada bagian araknoid dan
plamater (leptomeningens) disebut meningitis. Peradang pada bagian duramater
disebut pakimeningen. Meningitis dapat disebabkan karena bakteri, virus, jamur
atau karena toksin. Namun demikian sebagian besar meningitis disebabkan
bakteri. Meningitis adalah peradangan pada meningen yaitu membrane yang
melapisi otak dan medulla spinalis (Tarwoto, 2013).

Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meningen otak dan medula.
Gangguan ini biasanya merupakan komplikasi bakteri (infeksi sekunder) seperti,
Sinusiotis, Otitis Media, Pneumonia, Endokarditis, atau Osteomielitis. Meningitis
bakterial adalah inflamasi arakhnoid dan piameter yang mengenai CSS,
Meningeotis juga disebut Leptomeningitis adalah infeksi selaput arakhnoid dan
CSS di dalam ruangan subarakhnoid (Lippincott William & Wilkins, 2012)

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu membran


atau selaput yang melapisi otak dan medula spinalis, dapat disebabkan oleh
berbagai organisme virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah ke dalam cairan otak (Black & Hawk, 2005)

2.1.2 Anatomi Fisiologi


Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis yaitu :
1. Lapisan Luar (Durameter)
Merupakan tempat yang tidak kenyal yang membungkus otak, sumsum
tulang belakang, cairan serebrospinal dan pembuluh darah. Durameter terbagi lagi
atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak (periosteum) dan

4
5

durameter bagian dalam (meningeal) meliputi permukaan tengkorak untuk


membentuk falks serebrum, tentorium serebelum dan diafragma sella.
2. Lapisan Tengah (Arakhnoid)
Disebut juga selaput otak, merupakan selaput halus yang memisahkan
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan
otak yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
menghubungkan sistem otak dengan meningen serta dipenuhi oleh cairan
serebrospinal.
3. Lapisan Dalam (Piameter)
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini
melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan
diantara arakhnoid dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang,
ruangan ini berisi sel radang. Disini mengalir cairan serebrospinalis dari otak ke
sumsum tulang belakang.

2.1.3 Etiologi

Widagdo, dkk(2013), mengatakan meningitis dapat disebabkan oleh


berbagai macam organisme: Haemophilus influenza, Neisseria meningitis
(Meningococus), Diplococus pneumonia, Streptococcus group A, Pseudomonas,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella, Proteus. Paling sering klien
memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi, pembedahan otak
atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis.
a. Meningitis Bakteri

Organisme yang paling sering pada meningitis bakteri adalah :


Haemophilus influenza, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitides,
dan Staphylococcus aureus. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing
dan dapat menimbulkan respon peradangan. Neutropil, monosit, limfosit
dan yang lainnya merupakan sel-sel sebagai respon peradangan. Eksudat
terdiri dari bakteri fibrin dan leukosit yang dibentuk di ruang subaraknoid.
6

Penumpukan didalam cairan serebrospinal akan menyebabkan cairan


menjadi kental sehingga dapat menggangu aliran serebrospinal di sekitar
otak dan medulla spinalis. Sebagian akan menganggu absorbsi akibat
granulasi arakhnoid dan dapat menimbulkan hidrosefalus. Penambahan
eksudat di dalam ruang subaraknoid dapat menimbulkan peradangan lebih
lanjut dan peningkatan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di
otak dan saraf-saraf kranial dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi
edema, membran sel tidak dapat lebih panjang mengatur aliran cairan yang
menujuh atau keluar dari sel.
b. Meningitis Virus
Tipe meningitis ini sering disebut sebagai aseptik meningitis. Meningitis
ini terjadi sebagai akibat dari berbagai macam penyakit virus yang meliputi
measles, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pembentukan eskudat
pada umumnya terjadi diatas korteks serebral, substansi putih dan
meningens. Kerentanan jaringan otak terhadap berbagai macam virus
tergantung pada tipe sel yang dipengaruhi. Virus herpes simplex merubah
metabolisme sel, yang mana secara cepat menyebabkan perubahan produksi
enzim atau neurotransmitter yang menyebabkan disfungsi dari sel dan
kemungkinan kelainan neurologi.
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitisada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah Dipiococus
pneumonia dan Neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah Hemophylus influenza, Neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.

2.1.4 Klasifikasi Meningitis


Berdasarkan penyebabnya meningitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh
meningen, dimana organisme masuk kedalam ruang arachnoid dan
subarachnoid. Meningitis bakterial merupakan kondisi emergensi neurologi
dengan angka kematian sekitar 25% (Ignatavicius & Wrokman, 2006).
7

Meningitis bakterial jika cepat dideteksi dan mendapatkan penanganan yang


tepat akan mendapatkan hasil yang baik. Meningitis bakterial sering disebut
juga sebagai meningitis purulen atau meningitis septik. Bakteri yang dapat
mengakibatkan serangan meningitis adalah; Streptococcus pneuemonia
(pneumococcus), Neisseria meningitides, Haemophilus influenza,
(meningococcus), Staphylococcus aureus dan Mycobakterium tuberculosis.
2) Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat
lanjutan dari bermacam-macam penyakit akibat virus, meliputi; measles,
mumps, herpes simplek, dan herpes zoster (Wilkinson, 1999). Virus
penyebab meningitis dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu virus RNA
(ribonuclear acid) dan virus DNA (deoxyribo nucleid acid). Contoh virus
RNA adalah enterovirus (polio), arbovirus (rubella), flavivirus (dengue),
mixovirus (influenza, parotitis, morbili). Sedangkan contoh virus DNA
antaa lain virus herpes, dan retrovirus (AIDS).
3) Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit
oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga sulit. Manifestasi infeksi jamur dan parasit pada
susunan saraf pusat dapat berupa meningitis (paling sering) dan proses
desak ruang (abses atau kista). Contoh jamur dan parasit penyebab
meningitis adalah toksoplasma dan amoeba.

2.1.5 Patofisiologi

Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater.Cairan serebrospinalis merupakan bagian dari otak yang berada dalam
ruang subaraknoid yang dihasilkan dalam fleksus choroid yang kemudian
dialirkan melalui system ventrikal.
Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa
cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada
CSF dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon
8

peradangan. Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri


menghasilkan eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat
menimbulkan bendungan pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat
menimbulkan hidrosepalus. Eksudat yang terkumpul juga akan berpengaruh
terhadap saraf-saraf kranial dan perifer. Makin bertambahnya eksudat dapat
meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater,
araknoid dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang
mengalir melalui ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak
dan medulla spinalis. CSF diabsobsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari
meningintis.
Organisme penyebab meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood
brain barrier. Cara masuknya dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur
pembedahan atau pecahnya abses serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila
adanya hubungan antara cairan serebrospinal dan dunia luar. Masuknya
mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang subarakhoid dapat
menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan serebrospinal dan
ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf kranial dan
spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk,
2013)
9

WOC Meningitis Bakteri, Virus, Jamur, Protozoa

Invasi kuman ke jaringan cerebral dan meningen secara hematogen

Reaksi peradangan pada


jaringan cerebral

MENINGITIS

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bledder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Depresi pd pusat Leukosit Fibrosis vaskular Ischemia di otak Penekanan pd


Peningkatan respon
kesadaran menghasilkan IL-1, traktus piramidalis
parasimpati
IL-6 dan TNF Penurunan Penurunan suplai O2 cortex cerebri
Penurunan sekresi vaskularisasi jaringan dalam darah Reflek fagal
trakeobronkial Hipotalamus otak Paralisis motorik
meningkat
menghasilkan Penurunan suplai kontralateral
Penumpukan prostaglandin Ischemia otak O2 dan darah ke
Mual, muntah,
sekret di trakea ginjal Penurunan
proyektil, anoreksia
dan bronkus Perubahan Depolarisasi mobilitas
termoregulasi neuron berlebihan Fungsi ginjal
menurun Iritasi pada dinding Kelembaban
Hambatan upaya
epitel esofagus
napas Proses penyakit Kejang
Oliguria, anuria Risiko Gangguan Integritas
Ketidakmampuan Kulit/Jaringan
Pola Napas Hipertermia Agen pencedera
mencerna makanan
Tidak Efektif fisiologis Penurunan kapasitas
kandung kemih
Nyeri Akut Risiko Defisit Nutrisi
Gangguan Eliminasi
Urin
10

2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Tarwoto (2013) mengatakan manifestasi klinik pada meningitis bakteri
diantaranya :

a. Demam, merupakan gejala awal


b. Nyeri kepala
c. Mual dan muntah
d. Kejang umum
e. Pada keadaan lebih lanjut dapat mengakibatkan penurunan kesadaran sampai
dengan koma

2.1.7 Komplikasi
Menurut (dr. Merry Dame Cristy Pane, 2020) Komplikasi yang muncul akibat
meningitis pada tiap orang dapat berbeda-beda. Berikut adalah beberapa komplikasi
yang dapat terjadi :
 Kehilangan penglihatan
 Kejang
 Gangguan ingatan
 Migrain
 Kehilangan pendengaran
 Arthritis atau radang sendi
 Gagal ginjal
 Syok
 Kesulitan berkonsentrasi
 Kerusakan otak
 Hidrosefalus

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Hudak dan Gallo (2012) mengatakan pemeriksaan penunjang pada klien
meningitis di antaranya :
11

a. Fungsi lumbal dan kultur CSS; jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
glukosa darah menurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat.
b. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
c. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
d. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi : Na+ naik dan K+ turun
e. MRI, CT-scan/aniografi

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tarwoto (2013), mengatakan penatalaksanaan dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Penatalaksaan Umum
a. Pasien diisolasi
b. Pasien diistirahatkan/bedrest
c. Kontrol hipertermi dengan kompres
d. Kontrol kejang
e. Pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi
2) Pemberian Antibiotik
a. Diberikan 10-14 hari atau setidaknya 7 hari bebas panas
b. Antibiotik yang umum diberikan : Ampisilin, Gentamisin, Kloromfenikol,
Sefalosporin.
c. Jika pasien terindikasi meningitis tuberkolusis diberikan obat-obatan TBC.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data
yang dikumpulkan atau di kaji meliputi :
2.2.1.1 Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung jawab.
2.2.1.2 Riwayat Kesehatan
12

1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Dalam membuat riwayat kesehatan
yang berhubungan dengan sistem persyarafan, maka sangat penting untuk
mengenal tanda serta gejala umum gangguan sistem persyarafan, seperti
pasien berupa berkeringat terlalu banyak, mata dan mulut kering, sulit buang
air besar, disfungsi kandung kemih serta nyeri dan kebas atau mati rasa.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan Meningitis biasanya diawali dengan tanda-tanda seperti
Pasien mengalami demam tinggi, leher kaku, sakit kepala berat, kejang,
sensitif terhadap cahaya, mual muntah, sulit berkonsentrasi atau kebingungan
dan nafsu makan berkurang.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita serta kebiasaan sehingga
menimbulkan gangguan pada sistem persyarafan. Sebagai contoh : melakukan
anamnesa kepada pasien mengenai apakah pernah mengalami gejala serupa
atau pernah mengalami operasi sebelumnya, kemudian apakah pernah
memiliki faktor alergi seperti obat-obatan dan makananan. Apabila pasien
mengeluhkan penyakitnya kambuh, tanyakan obat apa saja yang pernah
dikonsumsi sehingga sakitnya reda serta kapan terakhir kali rasa sakit itu
muncul.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga perlu ditanyakan kepada klien guna
mengetahui apakah ada potensi penyakit yang dapat diturunkan atau
ditularkan secara genetis atau tidak. Hal ini akan membantu perawat
mengetahui sumber penularannya jika memang ada penyakit serupa yang
pernah terjadi dalam lingkup keluarganya.
5. Riwayat Psikososial
13

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara


mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
2.2.1.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan Meningitis
adalah sebagai berikut :
1) Keadaan umum

Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien meningitis biasanya


bersekitar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa

2) Tanda- Tanda Vital

a. TD : Biasanya tekanan darah orang penyakit meningitis normal atau


meningkat dan berhubungan dengan tanda-tanda peningkatan TIK
( N = 90- 140 mmHg).

b. Nadi : Biasanya nadi menurun dari biasanya (N = 60-100x/i).

c. Respirasi : Biasanya pernafasan orang dengan meningitis ini akan lebih


meningkat dari pernafasan normal (N = 16-20x/i).

d. Suhu : Biasanya pasien meningitis didapatkan peningkatan suhu tubuh


lebih dari normal antara 38-41°C (N = 36,5°C – 37,4°C).

3) Pemeriksaan Head To Toe

a) Kepala
Biasanya pasien dengan meningitis mengalami nyeri kepala.
b) Mata
Nerfus II, III, IV, VI : Kadang reaksi pupil pada pasien meningitis yang
tidak disertai penurunan kesadaran biasanya tanpa kelainan. Nerfus V :
Refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
c) Hidung
Nerfus I : Biasanya pada klien meningitis tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman
d) Telinga
14

Nerfus VIII : Kadang ditemukan pada pasien meningitis adanya tuli


konduktif dan tuli persepsi.
e) Mulut
Nerfus VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris
Nerfus XII : Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak
ada fasikulasi. Indra pengecapan normal.
f) Leher
Inspeksi : Biasanya terlihat distensi vena jugularis. Palpasi : Biasanya
teraba distensi vena jugularis.
Nerfus IX dan X : Biasanya pada pasien meningitis kemampuan
menelan kurang baik
Nerfus XI : Biasanya pada pasien meningitis terjadinya kaku kuduk
g) Dada
1) Paru

I : Kadang pada pasien dengan meningitis terdapat


perubahan pola nafas
Pa : Biasanya pada pasien meningitis premitus kiri dan
kanan sama
P : Biasanya pada pasien meningitis tidak teraba
A : Biasanya pada pasien meningitis bunyi tambahan seperti ronkhi
pada klien dengan meningitis tuberkulosa.
2) Jantung
I : Biasanya pada pasien meningitis ictus tidak teraba
Pa : Biasanya pada pasien meningitis ictus teraba 1 jari medial
midklavikula sinistra RIC IV.
P : Biasanya bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II
RIC 4-5 midklavikula.
A : Biasanya jantung murni, tidak ada mur-mur.

h) Ekstremitas
15

Biasnya pada pasien meningitis adanya bengkak dan nyeri pada sendi-
sendi (khusunya lutut dan pergelangan kaki). Klien sering mengalami
penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik secara umum sehingga
menggangu ADL.
i) Rasangan Meningeal
a. Kaku kuduk
Adanya upaya untuk fleksi kepala mengalami kesulitan karena
adanya spasme otot-otot .Fleksi menyebabkan nyeri berat.
b. Tanda kernig positif
Ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi kea rah
abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda Brudzinski
Tanda ini didapatkan jika leher pasien difleksikan, terjadi fleksi lutut
dan pingul: jika dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
salah satu sisi, gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstermitas yang
berlawanan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul :
2.3.2.1 Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
(D.0005) Hal 26
2.2.2.2 Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit (D.0130) Hal 284
2.2.2.3 Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis (D.0077) Hal 172
2.2.2.4 Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan kapasitas kandung
kemih (D.0040) Hal 96
2.2.2.5 Risiko Defisit Nutrisi dengan Ketidakmampuan mencerna makanan (D.0032)
Hal 81
2.2.2.6 Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Kelembaban
(D. 0139) Hal 300
16

2.3.3 Intervensi Keperawatan


DX : 1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan Upaya Napas
Tujuan : Agar Inspirasi/Ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat
Kriteria Hasil : Agar klien tidak mengalami sesak napas lagi dan pernafasan
klien kembali normal
Rencana tindakkan :
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Berikan oksigen, jika perlu
9. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi
10. Ajarkan teknik batuk efektif

DX : 2. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit


Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat
disfungsi termoregulasi
Kriteria Hasil : Agar pola suhu tubuh klien dapat terjaga
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor komplikasi akibat hipertermia
4. Sediakan lingkungan yang dingin
5. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
6. Lakukan pendinginan eksternal
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
17

9. Anjurkan tirah baring


10. Kolaborasi permberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
DX : 3. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola pengalam sensorik atau emosional
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional dengan
onset mendadak atau lambat
Kriteria Hasil : Membantu klien agar rasa nyeri yang dirasakan dapat
berkurang
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

DX : 4. Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan Penurunan kapasitas kandung


kemih
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola gangguan pola eliminasi urin
Kriteria Hasil : Agar pola eliminasi urin klien dapat diatasi
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
2. Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia urin
3. Monitor eliminasi urin
4. Batasi asupan cairan, jika perlu
5. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
6. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urin
7. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk berkemih
8. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
18

9. Kolaborasi pemberian obat supositoria arutra, jika perlu

DX : 5. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna


makanan
Tujuan : Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Kriteria Hasil : Agar pola nutrisi klien dapat terjaga
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Monitor asupan makanan
6. Monitor berat badan
7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
8. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
9. Berikan suplemen makanan, jika perlu
10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.

DX : 6. Risiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Kelembaban


Tujuan : Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan,
kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme
Kriteria Hasil : Untuk menjaga kulit klien dan mencegah terjadinya cedera
Rencana tindakkan :
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
2. Ubah posisi tiap 2 jam, jika tirah baring
3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering
4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif
19

5. Anjurkan menggunakan pelembab


6. Anjurkan minum air yang cukup
7. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya.

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).

2.3.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dimaksudkan yaitu untuk pencapaian tujuan dalam asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pasien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari
proses keperawatan dan berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana
keperawatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Pada saat dilakukan pengkajian pada hari Rabu, 30 September 2020 pukul
11.00 WIB pada Tn. H jenis kelamin Laki-laki, berusia 57 Tahun, suku
Jawa/Indonesia, Agama Kristen, Pekerjaan Buruh Tani, Pendidikan Sekolah
Dasar, status perkawinan sudah menikah, alamat Jl. RTA Miliono Km 9,5 Masuk
Rumah Sakit pada tanggal 29 September 2020 dengan Diagnosa Meningitis.

3.1.2 Riwayat Kesehatan/Keperawatan


3.1.2.1 Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri kepala. P : Muncul pada saat beraktivitas, Q :
Terasa seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri terasa dibagian kepala sebelah
kanan, S : Skala Nyeri 8, T : Waktu nyeri muncul 1-2 menit.
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 29 September 2020 keluarga mengatakan klien mengalami
penurunan kesadaran akibat nyeri pada kepala yang dirasakan disertai
demam, mual muntah dan sesak nafas disertai batuk. Pada tanggal 29
September 2020 dilarikan ke RS, klien datang kerumah sakit pukul 14:00
WIB, klien mengatakan sejak 2 hari yang lalu mengalami demam dan
nyeri kepala. TTV : TD 130/90 mmHg, N : 100 x/menit, RR : 29x/menit,
S : 37,50C, dan terpasang infus Nacl 0,9 ditangan sebelah kiri. Klien
menjalani rawat inap dengan diberikan obat Ceftriaxone melalui intravena
dengan dosis 200mg, yang mengharuskan klien dirawat inap di RS.

20
21

3.1.2.3 Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Klien mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi.
3.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.

Genogram Keluarga :

KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Pasien
= Tinggal serumah

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit, berbaring dengan posisi terlentang kesadaran
compos menthis dan terpasang infus NaCL infus di pasang di lengan kiri
15 tpm serta pasien di temani keluarga.

2. Status Mental :
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi cemas, bentuk badan
simetris, cara berbaring terlentang, suasana gelisah, berbicara jelas,
22

fungsi kognitif orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi,


siang, malam, orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun
petugas kesehatan, orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang
berada di rumah sakit. Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.

3. Tanda-tanda Vital :
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, Tekanan darah 130/90 mmHg,
Nadi 100x/menit, Pernapasan 29x/menit dan Suhu 37,50C.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Pernapasan (Breathing)
Respirasi 29x/menit, suara napas vesikuler, ada napas tambahan
wheezing, pasien merasa sesak, pasien tidak perokok pola napas pasien
tidak teratur, pasien batuk dan berdahak warna putih, bentuk dada dan
pergerakan dada simetris, tipe pernafasan dada dan perut, terpasang
Oksigen nasal kanul 2 Lpm.
Masalah Keperawatan : Pola Napas Tidak Efektif

5. Cardiovasculer (Bleeding)
Tekanan darah : 130/90 mmHg, Nadi 100x/menit dan teraba kuat, suara
jantung normal S1 S2 tunggal, Suhu : 37,5 0C CRT < 2 detik, tidak
sianosis, akral teraba hangat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Persyarafan (Brain)
Penilaian kesadaran pada Tn. H di dapatkan nilai. GCS : 15 dimana E : 4
(membuka mata spontan), V : 5 (orientasi baik), M : 6 (mengikuti
perintah). Uji 12 saraf kranial : Nervus Kranial I : (Olfaktrius) klien dapat
membedakan bau parfum dengan minyak kayu putih. Nervus Kranial II :
(Optikus) Klien dapat melihat dengan jelas. Nervus Kranial III :
(Okulomotorius) pasien dapat menggerakan bola mata ke atas dan ke
bawah. Nervus Kranial IV : (Troklear) klien dapat memutar bola mata.
Nervus Kranial V (Trigeminal) klien dapat memejamkan mata. Nervus
Kranial VI : (Abdusen) :klien dapat memejamkan mata kerateral. Nervus
23

Kranial VII : (Facial) klien dapat mengerutkan wajah. Nervus Kranial


VIII : (Albitorius)klien dapat mendengar suara dengan jelas. Nervus
Kranial IX : (Glosofaringeal) tidak diuji. Nervus Kranial X : (Vagus)
klien mampu menelan. Nervus Kranial XI : (Asesoris) klien mampu
menggerakan bahu kiri. Nervus Kranial XII (Hipoglosal) klien dapat
menggerakan lidahnya.
Keluhan lainnya : Klien mengatakan nyeri dikepala. Muncul pada saat
beraktivitas, Terasa seperti ditusuk-tusuk, Nyeri
terasa dibagian kepala sebelah kanan, Skala nyeri 8,
Waktu nyeri muncul 1-2 menit.
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

7. Eliminasi Uri (Bladder) :


Kandung kemih tidak tegang, produksi urine ± 1.500 ml 4x/hari jam,
warna kuning, bau khas amoniak.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Eliminasi Alvi (Bowel) :


Bibir tampak kering, gigi terlihat kuning, gusi tidak ada lesi, lidah putih
lembab, mukosa lembab, tonsil tidak ada peradangan, rectum tidak ada,
haemoroid tidak ada. BAB 2x sehari warna coklat padat.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Tulang- Otot – Integumen (Bone) :


Pergerakan Tn. H secara bebas dan tidak terbatas, ekstremitas atas 5/5
dan ekstremitas bawah 5/5 normal pergerakanya dan tidak ada
peradangan maupun deformitas pada tulang, maupun patah tulang.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Kulit-kulit Rambut


Tidak ada riwayat alergi obat, tidak ada riwayat alergi makanan, tidak
ada riwayat alergi kosmesik, suhu kulit hangat, warna kulit normal,
turgor normal, tekstur kulit halus, bentuk kuku simetris.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
24

11. Sistem Penginderaan :


1) Sistem penglihatan
Fungsi penglihatan Baik, bola mata bergerak normal, skerela
normal/putih, kunjungtiva anemis, kornea bening dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan.
2) Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik.
3) Sistem penciuman
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi dan nyeri tekan sinus.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

12. Leher Dan Kelenjar Limfer


Massa tidak teraba, jaringan parut tidak teraba kelenjar limfe tidak
teraba, kelenjat tiroid tidak teraba, mobilitas leher bebas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Sistem Reproduksi


a. Reproduksi Pria
Bagian reproduksi klien tidak tampak adanya kemerahan, tidak ada
gatal-gatal, gland penis tampak normal, Maetus uretra lancar, tidak
ada Discharge, srotum tampak normal, tidak terdapat hernia.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Klien mengatakan mengetahui persepsi tentang kesehatan dan penyakit.
2. Nutrisida Metabolisme
TB : 170 Cm
BB sekarang : 50 Kg
BB Sebelum sakit : 60 Kg
50
IMT = =17,30 (Berat badan kurang)
1.70 x 1.70
Diet :
 Biasa  Cair  Saring  Lunak
25

Pola makan sehari-hari Sesudah sakit Sebelum sakit


Frekuensi 1x sehari 3x sehari
Porsi 1/2 (Tidak habis) 3 porsi
Nafsu Makan Kurang Baik Baik
Jenis Makanan Nasi, Telur,Buah Nasi.sayur,ikan dll.
Jenis Minuman Air putih Air putih dan teh hangat
Jumlah minum/cc/24jam ± 600cc 1100-1500
Kebiasaan makan Disiapkan oleh RS Masak sendiri dan makanan
cepat saji
Keluhan/masalah Tidak ada masalah Tidak ada masalah

Masalah keperawatan : Risiko Defisit Nutrisi

3. Pola istirahat dan tidur


Klien mengatakan pada saat tidur sama seperti sebelum sakit
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

4. Kognitif :
Klien mengetahui tentang penyakit yang diderita nya dan ingin lekas
sembuh kembali.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri : Pasien seorang yang sakit yang perlu perawatan
Ideal diri : Ada minta untuk sembuh
Identitas Diri : Seorang Bapa dari keempat anaknya
Peran diri : Sebagai Bapa perannya selama di rumah sakit pasien
mengatakan tidak bisa melakukan apa-apa karena masih sakit
Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan keadaanya sekarang
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit klien dapat beraktivitas secara mandiri namun sesudah
sakit aktivitas di batasi keluarga.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
26

7. Koping –Toleransi terhadap Stress


Klien mengatakan “bila ada masalah saya biasanya meminta bantuan
orang terdekat saya seperti keluarga dan saya ceritakan semuanya. Bila
ada keluhan yang saya rasakan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

8. Nilai-Pola Keyakinan
Klien meyakini dirinya akan sembuh. Klien dan keluarganya
“mengatakan bahwa tidak ada tindakan medis yang bertentangan
dengan keyakinan yang dianut”.

3.1.5 Sosial-Spritual
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien berkomunikasi dengan baik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. Bahasa sehari-hari
Pasien menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia
3. Hubungan dengan keluarga :
Baik dan Harmonis
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
Baik, klien dapat bekerja sama dengan tim kesehatan dalam pemberian
tindakan keperawatan.
5. Orang berarti/terdekat :
Orang yang berarti bagi klien adalah keluarganya.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :
Klien mengatakan waktu luang berkumpul dengan keluarganya
7. Beribadah :
Kegiatan beribadah klien baik dan aktif.
27

3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)


1. Tabel pemeriksaan laboratorium dan radiologi
Tanggal 29 September 2020
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
HGB 10,5 gr% 10.500 – 11.000
Leukosit 9.000/mm3 4.500 – 11.000
Trombosit 260.000/mm3 140.000 - 450.000
Ht 47vol% 38,8 - 50%

Palangka Raya, 30 September 2020


Mahasiswa

Julius

3.2 Tabel Analisa Data


DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
28

DAN DATA OBYEKTIF PENYEBAB


1. Ds : Depresi pada pusat Pola Napas Tidak
kesadaran Efektif
- Klien mengatakan
sesak napas
Penurunan sekresi
Do :
trakeobronkial
- Klien Tampak
terpasang okesigen
Penumpukan secret di
nasal kanul 2 lpm
trakea dan bronkus
- Klien terlihat
kesulitan untuk
Hambatan upaya napas
mengeluarkan
dahak
Pola Napas Tidak
- Sputum berwarna
Efektif
putih kental
- Type pernafasan
dada dan perut
- Suara nafas
tambahan
Wheezing
- RR: 29x/menit
2. Ds : Fibrosis vaskular Nyeri Akut
- Klien mengeluhkan
nyeri kepala
- P : Muncul pada saat
beraktivitas Penurunan vaskularisasi
- Q : Terasa seperti jaringan otak
ditusuk-tusuk
- R : Nyeri terasa
dibagian kepala Ischemia otak
sebelah kanan
- S : Skala nyeri 8
- T : Waktu nyeri Depolarisasi neuron
muncul 1-2 berlebihan
menit.
Do :
- Klien nampak Kejang
meringis kesakitan
- Klien nampak
gelisah Agen pencedera
- TTV : fisiologis
TD : 130/90mmHg,
N : 100x/menit,
RR : 29x/menit, Nyeri Akut
S : 37,50C

3. Ds : Peningkatan respon Risiko Defisit Nutrisi


29

- Klien mengatakan parasimpati


tidak nafsu makan
Do :
Reflek fagal meningkat
- BB : 50 Kg
- TB : 170 Cm
- Berat Badan Ideal :
Mual, muntah, proyektil,
(TB-100) ± = 70
anoreksia
kg
- IMT klien 17,30
(Berat badan
Iritasi pada dinding epitel
kurang baik)
esofagus
- Klien tampak kurus
- Klien telihat lemah
- Kulit kering pucat
Ketidakmampuan
mencerna makanan

Risiko Defisit Nutrisi

PRIORITAS MASALAH
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Hambatan upaya napas
ditandai dengan klien mengeluhkan sesak nafas, pasien tampak terpasang
okesigen nasal kanul 2 lpm, pasien terlihat kesulitan untuk mengeluarkan
dahak, sputum berwarna putih, type pernafasan dada dan perut, suara
nafas tambahan Wheezing, RR 29x/menit.
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisiologis ditandai
30

dengan klien mengeluhkan nyeri kepala, klien nampak meringis


kesakitan, klien nampak gelisah. Pengkajian TTV : TD : 130/90 mmHg,
N : 100x/menit, RR : 29x/menit, S : 37,50C
3. Risiko Defisit Nutrisi berhubungan dengan Ketidakmampuan mencerna
makanan, ditandai dengan klien tidak nafsu makan, klien tampak kurus,
klien tidak bersemangat, berat badan 50 kg, klien telihat lemah, IMT klien
17,30 (Berat badan kurang baik).
31

3.3 Rencana Keperawatan


Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 7 2. Monitor bunyi napas tambahan perkembangan pola napas
Hambatan upaya napas di Jam diharapkan sesak napas 3. Monitor sputum klien
tandai dengan, Klien dapat berkurang dengan hasil 4. Posisikan semi-Fowler atau fowler 2. Untuk mengetahui adanya
mengeluhkan sesak napas kriteria hasil 5. Berikan minum hangat bunyi napas tambahan
- Pasien tidak sesak nafas 6. Berikan oksigen, jika perlu 3. Untuk mengetahui apakah
- Pasien tidak terpasang 7. Ajarkan teknik batuk efektif terdapat sputum
okesigen nasal kanul 2 4. Untuk mengurangi sesak
lpm napas yang diderita
- Pasien batuk efektif 5. Untuk membantu
- Tidak ada sekresi mempermudah
- Tidak terpadapat suara pengeluaran sputum
nafas tambahan 6. Untuk memenuhi
- Pernafasan kembali kebutuhan oksigen
normal 16-20 x/menit 7. Untuk mengurangi sesak
napas karena
dikeluarkannya sekresi
dari saluran napas

Nama Pasien : Tn. H


32

Ruang Rawat : Sistem Persyarafan


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk memantau
dengan Agen pencedera keperawatan selama 1 × 7 durasi, frekuensi, kualitas, intensitas perkembangan rasa nyeri
fisiologis di tandai Jam diharapkan nyeri klien nyeri. klien
dengan, Klien dapat berkurang dengan hasil 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
mengeluhkan nyeri kepala kriteria hasil 3. Identifikasi faktor yang nyeri yang dirasakan klien
- Nyeri yang dirasakan memperberat dan memperingan 3. Untuk mengetahui faktor
dapat berkurang nyeri dan memperingan nyeri
- Klien nampak tenang 4. Berikan teknik nonfarmakologis agar mempercepat proses
- Skala nyeri berkurang untuk mengurangi rasa nyeri kesembuhan
menjadi 4-6 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri 4. Agar klien dan keluarga
6. Kolaborasi pemberian analgetik, dapat melakukan secara
jika perlu mandiri cara meredakan
nyeri ketika kambuh
5. Untuk mengetahui cara
meredakan nyeri ketika
kambuh
6. Melakukan kerja sama
dengan tenaga medis lain
dalam memberikan obat

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
3. Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk memantau status
berhubungan dengan keperawatan selama 1 × 7 2. Identifikasi makanan yang disukai nutrisi
Ketidakmampuan Jam diharapkan pola makan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan 2. Untuk mengetahui
mencerna makanan di klien meningkat dengan hasil jenis nutrien makanan yang disukai
33

tandai dengan, Klien tidak kriteria hasil 4. Sajikan makan secara menarik dan 3. Untuk membantu
nafsu makan - Nafsu makan klien suhu yang sesuai meningkatkan berat badan
meningkat 5. Anjurkan posisi duduk pada saat klien
- Berat badan kembali makan, jika mampu 4. Untuk menambah nafsu
normal 6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk makan klien
- Porsi makan klien habis menentukan jumlah kalori dan jenis 5. Agar dapat mencerna
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu makanan dengan baik
6. Melakukan kerja sama
dalam pemberian makanan
sesuai dengan kebutuhan
klien untuk mendapatkan
hasil yang maksimal

3.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : Tn. H
Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Kamis, 01 Okt 2020 Diagnosa 1 : S : Klien mengatakan sesak yang
1. Memonitor pola nafas dirasakan mulai berkurang
Jam 11.00 WIB
2. Memonitor bunyi nafas tambahan O:
3. Memonitor sputum - Respirasi 26x menit
4. Memposisikan semi-fowler atau - Masih terdengar suara napas
(JULIUS)
fowler tambahan
5. Memberikan minuman hangat - Masih terdapat sekret
6. Memberikan oksigen, jika perlu - Masih terasa sedikit sesak
34

7. Mengajarkan teknik batuk efektif napas


- Memberikan minum hangat
sesuai kebutuhan klien
- Mengajari teknik batuk efektif
untuk membantu
mengeluarkan sekret

A : Masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi 1, 2, 3
&5

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Jumat, 02 Okt 2020 Diagnosa 2 : S : Klien mengatakan rasa nyeri
Jam 11.00 WIB 1. Mengidentifikasi lokasi, yang dirasakan berkurang
karakteristik, durasi, frekuensi, O:
intersintas nyeri - Nyeri masih terasa skala 6
2. Mengidentifikasi skala nyeri - Klien terlihat nampak masih (JULIUS)
3. Mengidentifikasi faktor yang gelisah
memperberat dan memperingan rasa - Ekspresi wajah klien nampak
nyeri masih meringis
4. Memberikan teknik nonfarmakologis - Memberikan terapi musik
untuk mengurangi nyeri untuk meredekan nyeri
5. Menjelaskan strategi meredakan - TTV belum batas normal
nyeri TD : 120/90 mmHg
6. Berkolaborasi dalam pemberian N : 100x/menit
35

analgetik, jika perlu S : 37,50C


RR : 26x/menit
- Berkolaborasi dengan ahli
medis dalam pemberian
analgetik
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4, &
5

Nama Pasien : Tn. H


Ruang Rawat : Sistem Persyarafan
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
Sabtu, 03 Okt 2020 Diagnosa 3 : S : Klien mengatakan nafsu
Jam 11.00 WIB 1. Mengidentifikasi status nutrisi makan sudah mulai membaik
2. Mengidentifikasi makanan yang O:
Disukai - Klien menyukai jika
3. Mengidentifikasi kebutuhan kalori disediakan makanan (JULIUS)
dan jenis nutrien kesukaannya
4. Mensajikan makanan secara - Klien terlihat mulai
menarik dan suhu yang sesuai bersemangat
5. Menganjurkan posisi duduk, jika - Berat badan klien mulai
mampu mengalami peningkatan
6. Berkolaborasi dengan ahli gizi (51kg)
untuk menentukan jumlah - Makanan terlihat habis 1
kalori dan jenis nutrient yang porsi
dibutuhkan, jika perlu - Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan pola
36

nutrisi klien
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi 2,3,4, &
5
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Jannis & Hendrik. 2006. Meningitis Mortallty In Neurologi Ward Of Dr. Cipto
Mangukusumo Hospital. Jakarta: Med J Indones. tersedia pada
http://www.google.com/www.jurnal.ipi.ac.id di akses pada tanggal 6
Febuari 2017
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Tarwoto. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Sagung Seto
Batticaca, fransisca B. 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Muttaqin, arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

37

Anda mungkin juga menyukai