Lemak dan minyak merupakan bahan yang banyak digunakan dalam industri pangan
maupun non pangan. Lemak dan minyak sudah digunakan untuk keperluan pangan dan
beragam aplikasi lainnya sejak jaman prasejarah. Hal ini disebabkan karena lemak dan
minyak dapat diisolasi dengan mudah dari sumbernya. Sebagai contoh, lemak dari jaringan
hewan dapat dipisahkan melalui proses pemanasan, minyak dari biji zaitun dapat diambil
melalui proses pengepresan.
Lemak dan minyak memiliki banyak kegunaan karena sifatnya yang khas, seperti
menambah flavor, memiliki sifat sebagai lubricant (pelumas). Lemak dan minyak merupakan
sumber energi paling tinggi dibandingkan dengan komponen gizi yang lain (karbohidrat dan
protein), menjadi carrier bagi vitamin larut lemak dan banyak juga yang mengandung asam
lemak esensial yang berguna bagi kesehatan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia.
Lemak dan minyak dapat diperoleh dari tanaman (lemak nabati) maupun hewan
(lemak hewani). Lemak nabati dapat diperoleh dari beberapa kelompok tanaman, yaitu
kelompok tanaman palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, biji matahari, dan lain-lain),
kelompok tanaman tahunan (kelapa sawit, kelapa, olive) dan kelompok biji-bijian tanaman
tahunan (kakao, inti sawit, kapas, kemiri, dan lain-lain). Lemak hewani dapat diperoleh dari
hewan peliharaan (susu sapi, daging sapi, domba, dan lain-lain) dan hasil laut (minyak ikan
paus, ikan sardin, dan lain-lain).
Struktur Trigliserida
Gliserol yang berikatan dengan rantai asam lemak yang dilambangkan dengan ”R”
merupakan satu kesatuan trigliserida. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam
karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Rumus molekulnya adalah C nH2nO2,
Gugus fungsinya R-COOH. Asam lemak yang terikat pada trigliserida bermacam-macam,
ada trigliserida yang memiliki asam lemak yang sejenis sehingga disebut dengan trigliserida
sederhana dan ada trigliserida yang asam lemak yang berbeda-beda yang disebut trigliserida
campuran.
Gliserol dapat mengikat maksimal tiga asam lemak sehingga disebut trigliserida.
Gliserol yang mengikat dua atau satu asam lemak disebut digliserida dan monogliserida
Minyak dan lemak yang diperoleh dari berbagai sumber memiliki sifat fisiko kimia
yang berbeda satu sama lain tergantung jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya.
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya tetapi berbeda dalam
bentuk (wujud) dimana minyak berwujud cair pada suhu kamar sedangkan lemak berwujud
padat. Minyak nabati sebagian besar berwujud cair karena mengandung sejumlah asam lemak
tidak jenuh, seperti asam oleat, linoleat atau asam linolenat yang memiliki titik cair yang
rendah. Lemak hewani pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar karena mengandung
sejumlah asam lemak jenuh, seperti asam palmitat, asam stearat yang memiliki titik cair yang
lebih tinggi.
Berdasarkan ikatan rangkapnya, asam lemak dibedakan atas:
1. Asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acid/ SFA), yaitu asam lemak yang rantai karbonnya
tidak mengandung ikatan rangkap.
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 - ……….. COOH
2. Asam lemak tidak jenuh (Unsaturated Fatty Acid/ UFA), yaitu asam lemak yang rantai
karbonnya mengandung ikatan rangkap.
CH3 – CH2 – CH = CH – CH2 ……..COOH
Asam lemak yang memiliki satu ikatan rangkap disebut juga dengan Monounsaturated Fatty
Acid (MUFA) sedangkan asam lemak yang memiliki banyak ikatan rangkap disebut dengan
Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA).
Penamaan asam lemak didasarkan pada nama lazim (trivial name/nama dagang) dan
nama IUPAC. Nama IUPAC diturunkan dari nama alkana dengan mengganti akhiran a
menjadi oat dan memberi awalan asam, sedangkan nama dagang didasarkan pada sumber
alami asam yang bersangkutan.
Beberapa aturan penamaan dan simbol telah dibuat untuk menunjukkan karakteristik
suatu asam lemak. Nama sistematik dibuat untuk menunjukkan banyaknya atom C yang
menyusunnya (lihat asam alkanoat). Angka di depan nama menunjukkan posisi ikatan ganda
setelah atom pada posisi tersebut. Contoh: asam 9-dekanoat, adalah asam dengan 10 atom C
dan satu ikatan ganda setelah atom C ke-9 dari pangkal (gugus karboksil). Nama lebih
lengkap diberikan dengan memberi tanda delta (Δ) di depan bilangan posisi ikatan ganda.
Contoh: asam Δ9-dekanoat. Simbol C diikuti angka menunjukkan banyaknya atom C yang
menyusunnya; angka di belakang titik dua menunjukkan banyaknya ikatan ganda di antara
rantai C-nya. Contoh:C18:1, berarti asam lemak berantai C sebanyak 18 dengan satu ikatan
ganda. Lambang omega (ω) menunjukkan posisi ikatan ganda dihitung dari ujung (atom C
gugus metil).
Contoh Asam Lemak
Nama Asam lemak Simbol Struktur
Asam Lemak Jenuh
Asam etanoat, asam asetat 2: 0 CH3-COOH
Asam tetranoat, asam butirat 4: 0 CH3-(CH2)2- COOH
Asam heksanoat, asam kaproat 6: 0 CH3-(CH2)4- COOH
Asam oktanoat, asam kaprilat 8: 0 CH3-(CH2)6 –COOH
Asam dekanoat, asam kaprat 10: 0 CH3-(CH2)8- COOH
Asam dodekanoat, asam laurat 12: 0 CH3-(CH2)10-COOH
Asam tetradekanoat, asam miristat 14 : 0 CH3-(CH2)12-COOH
Asam heksadekanoat, asam palmitat 16: 0 CH3-(CH2)14-COOH
Asam oktanekanoat, asam stearat 18: 0 CH3-(CH2)16-COOH
Asam eikosenoat, asam arachidat 20: 0 CH3-(CH2)18-COOH
Asam dokosanoat, asam behenat 22: 0 CH3-(CH2)20-COOH
Asam tetrakosanoat, asam lignoserat 24: 0 CH3- (CH2)22-COOH
Asam Lemak Tidak Jenuh
MUFA
Asam miristoleinat, (9- tetradekenoat), ω-5 14: 1 Δ9 C14H26 O2
Asam palmitoleinat, (9-hexadecenoat), ω-7 16: 1 C16 H30 O2
Asam oleat, (9-oktokekenoat), ω-9 18: 1 Δ9 C18 H34 O2
Asam gadoleinat, (9-eikosenoat), ω-11 20: 1 Δ9 C20 H38O2
Asam erukat, (13-dokosenoat), ω-9 22: 1 Δ13 C22 H42 O2
PUFA
Asam linoleat, (9,12 oktadekadienoat), ω-6, ω-9 18: 2 Δ 9,12 C18 H32 O2
9,12,15
Asam linolenat, (9,12,15 oktadekatrienoat) 18: 2Δ C18 H30 O2
5,8,11,14
Asam arakidonat, (5,8,11,14 eikosatetranat) 20:4 Δ C20 H32 O2
4,8,12,15,19
Asam klupanodonat,(4,8,12,15,19 dokosapentanoat)22:5Δ C22H34O2
Jenis minyak mengering (drying oil) adlah minyak yang mempunyai sifat dapat
mengering jika kena oksidasi, dan akan berubah menjadi lapisan tebal, bersifat kental dan
membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di udara terbuka. Istilah minyak “setengah
mengering” berupa minyak yang mempunyai daya mengering lebih lambat.
Asam lemak yang tidak jenuh dalam minyak dan lemak mampu menyerap sejumlah
iod dan membentuk senyawa yang jenuh karena ikatan rangkap yang terdapat pada asam
lemak tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa-senyawa iod. Dengan demikian,
besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak
jenuh. Bilangan iod dinyatakan sebagai jumlah gram iod yang diserap oleh 100 g minyak atau
lemak.
d. Bilangan ester
Bilangan ester adalah jumlah asam organik yang bersenyawa sebagai ester dan
mempunyai hubungan dengan bilangan asam dan bilangan penyabunan. Bilangan ester dapat
dihitung sebagai selisih antara bilangan penyabunan dengan bilangan asam.
e. Bilangan tidak tersabunkan
Bahan tidak tersabunkan adalah senyawa-senyawa yang larut dalam minyak/lemak
dan tidak dapat disabunkan dengan soda alkali. Sebagai contoh adalah alkohol suku tinggi,
sterol, zat warna dan hidrokarbon.
f. Bilangan Hehner
Bilangan hehner digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak yang tidak larut
dalam air. Minyak atau lemak yang mempunyai bilangan Reichert Meissl yang tinggi, akan
mempunyai bilangan hehner yang rendah.
g. Bilangan Reichert-Messl
Bilangan Reichert Meissl adalah jumlah mililiter larutan KOH 0,1 N yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak yang mudah menguap dan dapat larut dalam air dari
penyulingan 5 g minyak atau lemak pada suatu kondisi tertentu. Asam lemak yang mudah
menguap adalah deretan asam lemak yang terdiri dari asam butirat sampai asam miristat (C4
sampai C14). Pengujian ini untuk menetapkan asam butirat dan asam kaproat yang larut dalam
air, juga untuk menentukan asam kaprilat dan asam kaprat yang sedikit larut dalam air.
h. Bilangan Polenske
Bilangan polenske jumlah mililiter larutan NaOH 0,1 N yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak yang mudah menguap dan tidak dapat larut dalam air tetapi larut
dalam alkohol dari penyulingan 5 g minyak atau lemak.
i. Bilangan Kirschner
Bilangan krischner spesifik digunakan untuk menentukan adanya asam butirat dan
asam kaprilat dari suatu lemak. Contoh yang dianalisa berupa destilat dari hasil analisa
bilangan Reichert Meissl.
j. Bilangan Thiocyanogen
Bilangan Thiocyanogen digunakan untuk mengukur ketidakjenuhan minyak/lemak
yang dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen dari miligram iod yang diserap oleh tiap gram
minyak/lemak
k. Bilangan Asetil dan Hidroksi
Bilangan asetil digunakan untuk menetapkan jumlah gugus (OH) pada asam lemak
hidroksi yang terdapat pada minyak atau lemak. Kebanyak minyak atau lemak pangan
mengandung gugus OH dalam jumlah yang sangat kecil.
l. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida adalah nilai untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak
atau lemak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya
sehingga membentuk peroksida.
Reaksi saponifikasi
2) Oksidasi
Proses oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak sejumlah oksigen dengan
minyak atau lemak. Proses oksidasi mengakibatkan ketengikan pada minyak dan lemak.
Oksigen serta logam-logam yang bersifat katalisator akan mempercepat berlangsungnya
proses oksidasi. Proses oksidasi akan menghasilkan sejumlah aldehida, keton, dan asam-asam
lemak bebas yang akan menimbulkan bau yang tidak enak. Proses oksidasi juga membentuk
komponen yang disebut peroksida. Oleh karena itu, dapat dilakukan dengan mengetahui
jumlah bilangan peroksida.
3) Hidrogenasi
Proses hidrogenasi adalah proses penambahan hidrogen pada ikatan rangkap asam
lemak tidak jenuh dengan bantuan katalisator Ni/pt. Proses hidrogenasi pada lemak atau
minyak dilakukan dengan tujuan tertentu, seperti:
a. Menurunkan ketidakjenuhan minyak
b. Mengubah bentuk fisik trigliserida dari cair menjadi semi padat atau padat
c. Menaikkan titik cair
d. Meningkatkan daya tahan trigliserida dari proses oksidasi
Proses hidrogenasi biasa digunakan dalam proses pembuatan margarin dan shortening.