Respirasi
Respirasi
KAJIAN PUSTAKA
pendorong utama dalam olahraga ini berasal dari ekstremitas atas, dengan
presentasi tenaga pendorong atau penggerak dalam olahraga ini yaitu sebesar 90%
yang berasal pada area bahu (Pink dan Tibone, 2000). Hal ini menunjukkan
bahwa bahu pada perenang berperan penting sebagai komponen utama yang
sangat dominan digunakan pada olahraga renang. Adapun jumlah gerakan bahu
yang dihasilkan pada perenang dapat mencapai hingga 16.000 gerakan rotasi per
minggu selama latihan, dengan frekuensi latihan sebanyak 6-7 hari dalam
keluhan muskuloskeletal pada area bahu berupa nyeri. Nyeri bahu merupakan
permasalahan yang paling banyak terjadi pada atlet renang dengan angka kejadian
sekitar 40%-91% (Matzkin, dkk., 2016). Nyeri bahu yang sering dialami oleh
perenang dan terjadi pada area bahu yang berhubungan pada aktivitas renang.
Beberapa literatur menekankan bahwa adanya rasa nyeri pada bagian bahu
9
10
cenderung mengeluhkan adanya rasa nyeri baal pada malam hari (saat tidur),
sensasi nyeri yang menusuk baik saat memulai maupun setelah selesai latihan
renang, serta nyeri pada saat gerakan rotasi bahu saat berenang (Swanik, 2002).
muskuloskeletal yang mana merupakan hasil dari suatu gejala yang terjadi pada
area bagian anterior lateral dari bahu, dan terkadang mengakibatkan penjepitan
pada bagian subacromial. Adapun permulaan dari gejala tersebut dapat diikuti
tingginya volume latihan. Tingginya durasi serta frekuensi latihan yang dilakukan
terjadi pada area sekitar sendi bahu dan trunk yang mana dapat mempengaruhi
shoulder merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat adanya onset yang terjadi
berikut:
Bahu merupakan salah satu bagian sendi yang sangat kompleks pada
tubuh manusia. Sendi pada bagian bahu terbentuk dari tulang humerus yaitu
tulang yang berada pada lengan atas yang sesuai dengan tulang skapula atau yang
disebut dengan shoulder blade, membentuk rangkaian ball dan socket (Hoffman,
2005). Gerakan pada bahu manusia meliputi gerakan yang memiliki hubungan
tulang, otot, sendi dan nervorum. Menurut Terry dkk (2000), gerakan pada bahu
berbagai macam jenis otot, ligamen, dan juga beberapa tulang. Stabilisasi statis,
maupun dinamis memungkinkan bahu memiliki ruang lingkup sendi yang luas
pada setiap bidang sendi pada tubuh dan juga memposisikan tangan dan bahu
pada jaraknya.
2.2.1 Tulang
humerus, klavikula, dan skapula. Menurut Prasetyo (2014), sendi bahu merupakan
sendi yang komplek pada tubuh manusia yang dibentuk oleh tulang-tulang yaitu:
Tulang humerus yang berada pada bagian bahu merupakan tulang terbesar
dan terpanjang yang terdapat pada ekstremitas atas, dengan bagian proksimal
13
Kemudian selain tulang humeri, bahu terdiri dari tulang klavikula dimana tulang
tersebut merupakan tulang yang biasa dikenal dengan tulang selangka. Tulang
anggota tubuh bagian atas. Klavikula membentuk bagian depan pada shoulder
girdle dan dapat dipalpasi sepanjang tulang tersebut yang mana tulang tersebut
otot, serta sebagai barier atau penghalang untuk melindungi struktur neromuskular
yang mendasarinya, dan penyangga untuk menstabilisasi bahu yang kompleks dan
mencegah bahu bergeser kearah medial dengan pengaktifan dari otot pectoralis
dan otot-otot axiohumeral lainnya (Terry dkk, 2000). Tulang ketiga yang
tulang yang sering dikenal dengan tulang belikat. Tulang skapula berbentuk pipih
Tulang skapula merupakan tulang yang besar, tipis dan berbentuk segitiga
yang berada pada bagian posterolateral dari thorak, di atas tulang rusuk 2 sampai
tulang rusuk ke 7, yang mana berfungsi sebagai tempat perlekatan otot (Terry
dkk., 2000). Skapula terdiri dari acromeon, cavitas glenoidalis, angulus inferior,
14
angulus superior, margo medial, margo lateral, spina skapula, fosa supra
2.2.2 Otot
glenohumeralis diperkuat oleh otot-otot rotator cuff yang mana otot tersebut
terdiri dari beberapa otot diantaranya otot supraspinatus, otot infraspinatus, otot
subscapularis dan teres minor. Selain itu otot yang terdapat pada area bahu
diantaranya otot pectoralis mayor, teres mayor dan tendon bicep caput longum.
Bagian atas diperkuat oleh otot supraspinatus dan bicep caput longum, sementara
pada bagian bawah diperkuat oleh otot triceps caput longum, di depan diperkuat
oleh otot subscapularis dan perpanjangan fibrous di kedua otot pectoralis mayor
dan teres mayor serta pada bagian belakang diperkuat oleh otot infraspinatus dan
Otot infraspinatus berasal dari bagian infraspinatus pada skapula dan insersionya
pada bagian posterior dari tuberositas mayor. Teres minor yang fungsinya kurang
pada rotator cuff dibandingkan supraspinatus berorigo pada bagian axila pada
membentuk bagian anterior rotator cuff. Tidak seperti tendon pada supraspinatus,
15
subscapularis tidak hanya bagian dari rotator cuff, tetapi juga berperan dalam
sebagai penggerak utama saat gerakan abduksi. Otot deltoid anterior, pectoralis
major yang dibantu oleh otot coracobrachialis berfungsi pada saat gerakan fleksi.
Sedangkan pada saat gerakan adduksi dilakukan oleh otot latissimus dorsi dan
dibantu oleh otot teres major. Otot infraspinatus dan teres minor berfungsi pada
saat gerak rotasi eksternal. Otot subscapularis (prime mover) yang dibantu oleh
teres major dan otot pectoralis major berfungsi pada saat gerakan internal rotasi
(Setiyawati, 2013).
tulang yang satu dan tulang yang lain. Seperti diketahui, sendi pada region bahu
Gerakan pada bahu secara normal merupakan hasil gerak yang kompleks
permukaan sendi yang dikenal sebagai gerak intra artikular atau joint play
terjadi pada setiap gerakan bahu. Karena caput humeri berbentuk konveks yang
bergerak terhadap cavitas glenoidalis yang berbentuk konkaf maka gerakan caput
humeri selalu slide dalam arah yang berlawanan dengan arah gerak badan
180⁰ dan ekstensi 60⁰ dengan stretch end feel (elastic) dan gerak arthrokinematika
nya berupa spin. Gerak fisiologi abduksi dalam bidal frontal dengan ROM 90⁰
dan elastic hard end feel, gerak arthrokinematiknya berupa caudal translasi.
Gerak fisiologi internal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 100⁰ dan
elastic end feel, gerak arthrokinematiknya berupa dorsal translasi. Gerak fisiologi
eksternal rotasi dalam bidang transversal dengan ROM 80⁰ dan elastic end feel ,
17
abduksi dan adduksi dalam bidang transversal ROM 110⁰ dan 30⁰ dengan elastic
end feel, gerak arthrokinematiknya berupa ventral translasi dan dorsal translasi
(Clarkson, 2000).
clavicula 45⁰-10⁰, translasi anterior dan posterior atau biasa disebut protraksi dan
retraksi sekitar 15⁰, dan rotasi posterior di sepanjang sumbu clavicula sekitar 50⁰
(Armfield dkk., 2003). Pada acromion joint, gerakan yang terjadi sangat kecil,
mana saat melakukan internal rotasi 30⁰, abduksi 3⁰, dan tilted ke anterior 20⁰.
kombinasi yang berujung pada protraksi dan retraksi. Untuk kegiatan sehari-hari,
gerakan scapulothoracic hanya terjadi sekitar 15⁰, dari internal rotasi. Jika
skapula dalam posisi menyatu atau tergabung, keterbatasan terjadi terutama pada
merupakan salah satu olah raga yang terlintas dalam pikiran. Renang masuk
dalam salah satu kategori olah raga dengan intensitas latihan yang lebih atau
banyak, selain olahraga melempar, volley dan tenis. Pada masa lalu, terkadang
yang bersifat “overhead” secara mekanis sering berada dalam risiko selama
abduksi humeral dan elevasi yang disertai dengan eksternal rotasi. Hal tersebut
tidak berlaku pada atlet renang. Salah satu aspek unik dari mekanisme berenang
yaitu power nya berasal dari otot-otot yang berada pada shoulder girdle. Pada saat
berenang gerakan pada tubuh justru berasal dari tarikan lengan. Dengan demikian,
lengan berperan sebagai mekanisme pendorong dan kondisi bahu berada pada
keadaan yang rentan terhadap cedera, terutama apabila skapula tidak dapat
bertindak sebagai dasar stabil bagi glenohumeral untuk mengendalikan otot (Pink
dkk., 2010).
peranan yang sangat penting. Menurut Tovin (2006), pada atlet renang gerakan
yang terjadi pada bagian bahu dapat melebihi 4000 gerakan dalam sekali latihan.
Pada atlet renang durasi latihan yang dilakukan berkisar 6-7 hari per
minggu, dengan jarak renang antara 10.000 meter dan 14.000 meter setiap hari
19
gerakan rotasi bahu selama latihan khas setiap minggu (Matthew, 2016).
kompetitif biasanya melakukan 2.500 gerakan pada ekstremitas atas per hari
selama latihan berenang. Sehingga selama satu tahun latihan berenang, rata-rata
pada level atas perenang dapat meghasilkan sekitar 500.000 gerakan dalam setiap
lengan (Eva dkk., 2004). Pada perenang kompetitif mengalami pelatihan sekitar
11.000-15.000 yard/hari, dengan frekuensi latihan 6-7 kali per minggu, yang mana
memberikan korelasi gerakan pada bahu perminggu sekitar 16.000 gerakan. Hal
ini memberikan pembebanan yang signifikan pada bahu, sebagai ekstremitas atas
yang memasok 90% gaya pendorong pada saat berenang (Hibberd, 2012).
Gaya bebas merupakan jenis gaya renang yang sering digunakan sebagai
prinsip utama dari latihan renang pada atlet renang, tanpa memperhatikan
spesialisasi dari gaya renang tiap atlet. Dengan tenaga pendorong utama yang
dihasilkan berasal dari gerakan adduksi dan internal rotasi, dimana otot latissimus
dorsi dan pectoralis mayor merupakan otot yang memiliki peranan yang paling
Gaya bebas terdiri dari gerakan kombinasi antara retraksi skapula dan
elevasi dengan abduksi humerus serta eksternal rotasi saat kembali ke posisi awal
(Tovin, 2006). Mekanisme dasar dari lengan, dengan posisi lengan yang menandai
fase yang berbeda dari gaya bebas diantaranya adalah sebagai berikut:
20
depan bahu. Daya tarik bawah air dimulai dengan fase early pull
2. Titik dimana humerus tegak lurus terhadap sumbu tubuh disebut mid
pull-through.
melewati panggul sampai tangan keluar dari air, yang diikuti dengan
4. Setelah lengan keluar dari air, maka fase recovery dimulai, yaitu fase
dimana saat lengan diayunkan diatas air untuk membawa lengan pada
Gambar 2.2 Fase dalam gerakan renang free style (Pink dkk., 2010)
21
Pada atlet renang, gerakan pada bagian bahu merupakan komponen gerak
yang paling penting dalam berenang. Adanya gerakan terus menerus yang terjadi
pada bagian bahu perenang dapat menimbulkan timbulnya risiko terjadinya cedera
pada bagian bahu. Banyaknya gerakan pada bahu yang dilakukan dalam berenang
merupakan hasil dari suatu gejala yang terjadi pada area bagian anterior lateral
(Tovin, 2006). Pada atlet renang gerakan yang terjadi pada bagian bahu dapat
melebihi 4000 gerakan dalam sekali latihan, hal ini mengakibatkan olahraga
renang tersebut menjadi salah satu pencetus terjadinya patologi pada bagian bahu.
yang signifikan yang memicu terjadinya overload. Tingginya frekuensi dan durasi
latihan ini mengakibatkan micro trauma berulang yang terjadi karena gerakan
yang terus menerus tanpa jeda sehingga tidak memberikan waktu bagi jaringan
untuk memperbaiki diri (self recovery). Hal ini merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya overuse. Saat suatu jaringan mengalami overuse, maka akan
satu tanda dari terdapatnya inflamasi pada jaringan yaitu dengan timbulnya nyeri
pada bagian bahu. Selain itu, overuse mengakibatkan kelelahan pada otot atau
yang disebut dengan muscle fatigue. Saat otot-otot bahu mengalami kelelahan
22
fungsional pada bahu perenang. Karena pada saat terjadi penurunan kekuatan otot
yang disertai nyeri akibat overuse akan mengakibatkan adaptasi pola gerak yang
perhatian dengan cepat dan juga mendapatkan penerimaan yang baik dalam
bidang sport rehabilitation dan performa di lapangan dalam dua bidang recovery
dari cedera musculoskeletal overuse dan dalam pencegahan cedera (Frank dkk.,
2013).
23
pada manusia selama hidupnya dari awal perkembangan dimulai dari lahir hingga
anak-anak mulai berjalan. Manfaat dari DNS yaitu, DNS memiliki keunggulan
yang terletak pada kemampuannya untuk melibatkan pola gerak yang ideal atau
mendekati ideal dari nervous system yang berlandaskan pada kode genetik (New
yang menetapkan prinsip dari postur yang ideal, pola napas, serta sentralisasi
2006). Tujuan utama dari metode DNS ini adalah mengoptimalkan distribusi dari
kemampuan internal dari suatu aktivitas otot pada setiap segment pada tulang
fungsional yang spesifik untuk memperbaiki stabilisasi dari tulang belakang dan
sendi dengan memusatkan perhatian pada sistem stabilisasi pada tulang belakang.
Adapun target utama dari metode DNS ini adalah otak yang mana harus diberikan
stimulasi yang tepat dan dikondisikan agar dapat secara otomatis mengaktifkan
2015).
Otak harus distimulasi secara tepat dan dilatih untuk dapat secara otomatis
stabilizers. Hal ini dapat dicapai dengan pengaktifan stabilizers saat menempatkan
DNS dapat digunakan untuk rehabilitasi cedera dan juga dapat digunakan
untuk mengoptimalkan gerakan atlet untuk mencegah terjadinya cedera. DNS juga
terapi yang fokus terhadap memperbaiki stabilitas spinal dan motor control acting
directly pada CNS. Latihan tersebut dilakukan dalam posisi tubuh yang paling
netral. Posisi ini merupakan posisi dimana bayi menganggap bahwa dirinya
sedang melawan gravitasi untuk berdiri dan berjalan. Saat dilatih dalam keadaan
ini, adanya patologi yang mengganggu jalan saraf menuju pusat kontrol gerak
memberikan dasar untuk gerakan sehat dan efisien (New York Dynamic
Dengan diberikannya latihan yang terarah dan terstruktur pada atlet, maka
akan mempengaruhi postur secara global. Yang mana ketika postur keseluruhan
ini terbentuk maka akan memberikan pengaruh terhadap kualitas dari gerakan
dinamik pada atlet. Sehingga terbentuklah pola gerak yang ideal yang dapat
gerakan diantaranya:
25
Latihan posisi prone memiliki kemiripan dengan posisi prone natural pada
bayi yang berada pada usia perkembangan 3 bulan. Posisi diawali dengan prone,
dengan support pada elbow dan posisinya kurang lebih pada sudut 125-135⁰
diantara trunk dan lengan. Adapun zona supportnya yaitu medial epicondilus dari
kedua elbow, SIAS bilateral dan symphysis pubis. Instruksi: fokus pada elbow
atau dilipat, pertahankan posisi selama kamu tidak merasakan kelelahan dan
natural pada bayi yang berada di usia perkembangan 9 bulan. Posisi awal: pasien
dalam posisi quadruped menggunakan support dari tangan dan lutut. Shoulder
girdle diposisikan pada tangan yang telah tersupport dengan baik. Sendi panggul
sedikit eksternal rotasi, dan diposisikan diatas lutut yang disupport.Seluruh tulang
belakang dan trunk dalam keadaan tegak lurus. Zona support: support yang
memadai dan weight bearing seluruhnya berada pada telapak tangan dimana
distribusi berat harus memadai pada seluruh sendi metacarpopalangeal atau sama
dengan pada area thenar dan hypothenar. Instruksi: fokus pada support dan
weight bearing yang berada pada telapak tangan, tulang belakang dalam keadaan
depan dan tahan dalam posisi ini selama kurang lebih 5 detik, kemudian kembali
sambil mempertahankan stereotype yang tepat dengan shoulder girdle dan hand
Latihan dalam posisi side sitting memiliki kemiripan dengan posisi natural
side sitting (fase rolling over) pada bayi dengan usia perkembangan 7 bulan.
Posisi awal: side sitting, supporting elbow dalam satu garis lurus dengan
trochanter major. Kaki yang atas didepan kaki yang bawah atau diletakkan dalam
posisi beristirahat diatas kaki yang bawah. Hip dan knee dalam keadaan sedikit
fleksi pada kedua kaki. Zona support: epicondilus medial pada bagian dasar dari
elbow, bagian dasar dari trochanter mayor. Instruksi: focus pada support dan
weight bearing sepanjang epicondylus medial dari dari elbow yang mensupport
dan juga pada bagian dasar dari area trochantor, tarik bagian dasar dari caput
bahu kearah caudal, tulang belakang dipanjangkan dan dagu ditarik kearah dalam.
28
Posisi awal: pasien berada dalam posisi quadruped dengan menggunakan tangan
dan ujung jari kaki sebagai supportnya. Seluruh tulang belakang dan trunk dalam
posisi memanjang, shoulder blade menempel pada sangkar thorak, dagu ditarik
kedalam, sementara lutut dan pergelangan kaki tidak boleh terlipat kedalam. Zona
support: support yang tepat dan weight bearing sepanjang telapak tangan
(distribusi berat harus tepat pada seluruh sendi metacarpal atau sama dengan pada
area thenar dan hypothenar). Instruksi: fokus pada support dan weight bearing
kedalam. Pertahankan posisi selama tidak terjadi kelelahan dan shoulder blade
Posisi skapula secara langsung memberikan efek pada posisi caput humeri
dan menentukan dari panjangnya tension yang berhubungan pada otot rotatorcuff
yang mana otot tersebut memiliki origo pada bagian skapula. Adanya
ketidakstabilan pada skapula atau kesalahan pola gerak pada skapula dapat
merubah tuntutan yang harusnya dilakukan pada otot rotatorcuff, yang mana
Reinold dkk. (2009), kekuatan dan keseimbangan pada otot-otot skapular yang
tepat merupakan komponen yang sangat penting karena skapula dan humerus
bergerak bersama dalam suatu koordinasi selama gerakan lengan, yang mengarah
Peranan dari skapula sangat penting sebagai asal dari landasan stabilisasi
dari fungsi sendi glenohumeral, dan juga sebagai penentu dari seluruh posisi pada
shoulder girdle (Magarey, 2003). Efisiensi dari ativitas otot tergantung pada
posisi dari hubungan dari skapula dan panjang ketegangan dari scapular stabiliser
dan otot-otot rotatorcuff, yang mana berasal dari skapula, cervical dan thoracic
Latihan PSS merupakan salah satu latihan stabilisasi skapula dimana pada
posisi yang didesain sedemikian rupa sehingga membentuk simulasi pada saat
30
berenang. Untuk latihan prone, terapis harus memberikan instruksi kepada pasien
upper trapezius untuk memastikan tidak adanya gerakan kompensasi yang terlibat
(Tovin, 2006).
diantaranya:
horizontal abduksi pada bagian lengan dengan ekstensi elbow dan mengeksternal
rotasikan humeri. Selama latihan ini terapis harus menginstruksikan pasien untuk
Gambar 2.12 Recruitment Dari Lower Trapezius. Angkat tangan dari meja
dengan cara mengeksternal rotasikan bahu.
Pada Gambar 2.12 merupakan salah satu latihan yang melibatkan lower
trapezius. Dalam hal ini pasien diminta untuk melakukan prone laying dengan
abduksi humerus 150⁰ dan fleksi elbow 90⁰. Pasien diinstruksikan untuk
bagian dari 3 gerakan TYI exercise. Dengan posisi pasien meretraksikan skapula
dengan posisi lengan abduksi 90⁰ dan menggerakkan humerus ke arah horizontal
Untuk gerakan membentuk huruf “Y” posisikan bahu pasien dalam posisi
Gambar 2.16 “TYI Exercises.” I: kedua bahu berada dalam posisi full
elevasi dengan ekstensi elbow.
Pada latihan terakhir dari “TYI exercise” pasien diminta untuk bergerak
Pada kasus swimmer’s shoulder yang ditandai dengan adanya rasa nyeri
rasa nyeri yang pada saat malam hari (pada saat tidur), sensasi nyeri yang tajam
baik saat memulai maupun setelah selesai melakukan latihan renang, serta nyeri
pada saat gerakan rotasi bahu saat berenang. Hal ini sangat erat kaitannya dengan
sehingga memberikan efek perubahan pola gerak yang tidak ideal. Perubahan pola
gerak yang terjadi pada perenang mengakibatkan kerja otot yang tidak efisien
berulang.
Latihan yang dilakukan berdasarkan pola gerak yang diberikan pada atlet
latihan, goal utama yang ingin dicapai yaitu terciptanya cortical plasticity. Saat
latihan yang diberikan dilakukan secara berulang-ulang maka akan diterima oleh
oleh CNS sebagai new engram. Kemudian dari latihan yang dilakukan secara
kontrol neuromuskular. Hal ini akan memperbaiki efisiensi kerja dari otot dan
Shoulder Pain and Dissability Index atau yang biasa dikenal dengan
kemampuan fungsional bahu. Menurut Jain dkk. (2015) SPADI merupakan alat
ukur yang berfungsi untuk mengukur nyeri serta tingkat ketidakmampuan pada
SPADI merupakan alat ukur berupa form pertanyaan yang terdiri dari dua
jenis kategori, yaitu skala nyeri dan skala disabilitas bahu seseorang saat
37
melakukan suatu aktivitas kerja. Total pertanyaan yang terdapat dalam form
SPADI yaitu terdiri dari 13 pertanyaaan dengan mode bentuk jawaban berupa
skala 0-10. Dengan 5 item pertanyaan yang berfungsi untuk mengukur nyeri
SPADI dengan menjumlahkan total dari kedua versi pertanyaan lalu dibagi
dengan 130 dan dirubah dalam bentuk persentase (%) (Jain dkk., 2015). Adapun