TENTANG
[Type text]
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 5587)
sebagaimana telah diubah, terakhir dengan
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2017
tentang Hak Keuangan dan Administratif Pimpinan
dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6057);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6197 );
6. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Nomor
19 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Tanah Bumbu Tahun 2016 Nomor 19) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Tanah Bumbu Nomor 13 Tahun 2018 tentang
perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Tanah Bumbu Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Bumbu Tahun
2018 Nomor 13);
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
[Type text]
4. Tata Tertib adalah peraturan yang ditetapkan oleh DPRD yang berlaku
di lingkungan internal DPRD.
5. Anggota DPRD adalah anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu.
6. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten
Tanah Bumbu.
7. Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Wakil Bupati adalah Bupati
Tanah Bumbu.
8. Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut Bupati adalah Wakil
Bupati Tanah Bumbu.
9. Fraksi adalah pengelompokan anggota DPRD berdasarkan konfigurasi
partai politik hasil pemilihan umum.
10. Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan
Daerah Kabupaten Tanah Bumbu.
11. Badan Pembentukan Peraturan Daerah yang selanjutnya disebut
Bapemperda adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap yang
khusus menangani bidang Perda.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan
dengan Perda.
13. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
dalam negeri.
15. Sekretariat DPRD adalah Sekretariat DPRD Kabupaten Tanah Bumbu.
16. Sekretaris DPRD adalah Sekretaris DPRD Kabupaten Tanah Bumbu.
17. Hari adalah hari kerja.
BAB II
FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG
Bagian Kesatu
Fungsi
Paragraf 1
Umum
Pasal 2
Paragraf 2
Fungsi Pembentukan Perda
Pasal 3
Pasal 4
[Type text]
(3) Jangka waktu Penyelesaian Program pembentukan Perda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dibagi dalam 3 masa sidang.
(4) Program pembentukan Perda yang belum selesai pada jangka waktu 1
(satu) tahun menjadi skala prioritas Program pembentukan rancangan
Perda pada tahun berikutnya.
(5) Penyusunan Program pembentukan Perda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.
(6) Instansi vertikal terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas:
a. instansi vertikal dari kementrian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang hukum; dan/atau
b. instansi vertikal terkait sesuai dengan :
1) kewenangan;
2) materi muatan; atau
3) kebutuhan.
Pasal 5
Pasal 6
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota
DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda yang
dikoordinasikan oleh Bapemperda.
(2) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD dapat diajukan oleh Anggota
DPRD, komisi, gabungan komisi, atau Bapemperda disertai dengan :
a. Penjelasan atau keterangam dan/atau naskah akademik.
b. Daftar nama dan tanda tangan pengusul.
(3) Rancangan Perda disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada
Bapemperda untuk dilakukan pengkajian dalam rangka
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan
Perda.
(4) Rancangan Perda yang telah dikaji oleh Bapemperda disampaikan oleh
Pimpinan DPRD kepada semua Anggota DPRD paling lambat 7 (tujuh)
Hari sebelum rapat paripurna.
(5) Hasil pengkajian Bapemperda disampaikan oleh Pimpinan DPRD dalam
rapat paripurna.
(6) Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada Ayat (5) :
a. Pengusul memberikan penjelasan;
b. Fraksi dan Anggota DPRD lainnya memberikan pandangan;
c. Pengusul memberikan jawaban atas pandangan Fraksi dan Anggota
DPRD lainnya.
(7) Keputusan rapat paripurna atas usulan rancangan Perda berupa :
a. Persetujuan;
b. Persetujuan dengan pengubahan; atau
c. Penolakan.
(8) Dalam hal persetujuan dengan pengubahan, DPRD menugaskan
komisi, gabungan komisi atau Bapemperda untuk menyempurnakan
rancangan Perda.
(9) Rancangan Perda yang telah disiapkan oleh DPRD disampaikan dengan
surat Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah.
[Type text]
Pasal 7
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD merupakan rancangan Perda
hasil pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi yang
dikoordinasikan oleh Bapemperda.
(2) Rancangan Perda yang berasal dari Bupati merupakan rancangan Perda
hasil pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi yang
dikoordinasikan oleh perangkat daerah yang menangani bidang hukum.
(3) Dalam pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi
Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
melibatkan instansi vertikal kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum.
Pasal 8
Pasal 9
(1) Rancangan Perda yang berasal dari DPRD atau Bupati dibahas oleh
DPRD dan Bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama.
(2) Pembahasan rancangan Perda dilakukan melalui pembicaraan tingkat I
dan pembicaraan tingkat II.
(3) Pembicaraan tingkat I meliputi kegiatan :
a. Dalam hal rancangan Perda berasal dari Bupati :
1. Penjelasan Bupati dalam rapat paripurna mengenai rancangan
Perda;
2. Pandangan umum Fraksi terhadap rancangan Perda;
3. Tanggapan dan/atau jawaban Bupati terhadap pemandangan
umum fraksi.
b. Dalam hal rancangan perda berasal dari DPRD :
1. Penjelasan pimpinan Komisi, pimpinan gabungan komisi,
pimpinan Bapemperda, atau pimpinan panitia khusus dalam
rapat paripurna mengenai rancangan Perda;
2. Pendapat Bupati terhadap rancangan Perda; dan
3. Tanggapan dan/atau jawaban Fraksi terhadap pendapat
Bupati.
c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia
khusus yang dilakukan bersama dengan Bupati atau pejabat yang
ditunjuk untuk mewakili.
d. Penyampaian pendapat akhir Fraksi dilakukan pada akhir
pembahasan antara DPRD dan Bupati atau pejabat yang ditunjuk
untuk mewakili.
e. Hasil Pembicaraan tingkat I di sertai dengan berita acara sebagai
kelengkapan administrasi permohonan fasilitasi.
(4) Pembicaraan tingkat II meliputi kegiatan:
a. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului
dengan:
1. penyampaian laporan yang berisi proses pembahasan,
pendapat Fraksi, dan hasil pembicaraan tingkat I oleh
pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, atau pimpinan
panitia khusus;
2. Permintaan persetujuan secara lisan pimpinan rapat kepada
anggota dalam rapat paripurna; dan
3. Pendapat akhir Bupati.
b. Dalam hal persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf a angka
2 tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk mufakat,
keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
[Type text]
c. Dalam hal rancangan Perda tidak mendapat persetujuan bersama
antara DPRD dan Bupati, rancangan Perda tersebut tidak dapat
diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa sidang itu.
d. Hasil Pembicaraan tingkat II disertai dengan berita acara sebagai
dasar Surat Keputusan persetujuan penetapan Raperda menjadi
Perda oleh DPRD.
Pasal 10
(1) Rancangan Perda dapat ditarik kembali sebelum dibahas bersama oleh
DPRD dan Bupati.
(2) Penarikan kembali rancangan Perda oleh DPRD dilakukan dengan
keputusan Pimpinan DPRD dengan disertai alasan penarikan.
(3) Penarikan kembali rancangan Perda oleh Bupati disampaikan dengan
surat Bupati disertai alasan penarikan.
(4) Rancangan Perda yang sedang dibahas hanya dapat ditarik kembali
berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Bupati.
(5) Penarikan kembali rancangan Perda hanya dapat dilakukan dalam
rapat paripurna yang dihadiri oleh Bupati.
(6) Rancangan Perda yang ditarik kembali tidak dapat diajukan lagi pada
masa sidang yang sama.
Pasal 11
(1) Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati
disampaikan Pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi
Perda.
(2) Penyampaian rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari terhitung
sejak tanggal persetujuan bersama.
Pasal 12
Pasal 13
[Type text]
perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pajak
daerah, retribusi daerah, dan tata ruang daerah yang telah disetujui
bersama oleh DPRD dan Bupati dalam rapat paripurna dapat
diundangkan setelah dilakukan evaluasi oleh Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat sesuai kewenangannya.
(2) Selain Rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mekanisme yang sama diberlakukan untuk Rancangan Perda yang
wajib evaluasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 14
(1) Dalam hal hasil evaluasi Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atas
rancangan Perda tentang APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD memerintahkan, untuk
dilakukan penyempurnaan, rancangan Perda disempurnakan oleh
Bupati bersama dengan DPRD melalui badan anggaran.
(2) Hasil penyempurnaan rancangan Perda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.
(3) Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi dasar
penetapan Perda tentang APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD daerah oleh Bupati.
Pasal 15
Paragraf 3
Fungsi Anggaran
Pasal 16
Pasal 17
(1) Pembahasan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran
sementara dilaksanakan oleh DPRD dan Bupati setelah Bupati
menyampaikan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon
anggaran sementara disertai dengan dokumen pendukung.
(2) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD dilaksanakan oleh
badan anggaran DPRD dan tim anggaran Pemerintah Daerah untuk
disepakati menjadi kebijakan umum APBD.
(3) Kebijakan umum APBD menjadi dasar bagi Badan Anggaran DPRD
bersama tim anggaran Pemerintah Daerah untuk membahas rancangan
prioritas dan plafon anggaran sementara.
[Type text]
(4) Badan anggaran melakukan konsultasi dengan komisi untuk
memperoleh masukan terhadap program dan kegiatan yang ada dalam
rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara.
(5) Pembahasan rancangan kebijakan umum APBD, rancangan prioritas
dan plafon anggaran sementara, dan konsultasi dengan komisi
dilaksanakan melalui rapat DPRD.
(6) Kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran sementara
yang telah mendapat persetujuan bersama ditandatangani oleh Bupati
dan Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.
(7) Penetapan Peraturan Daerah atau Kebijakan daerah yang berkaitan
dengan anggaran sebelum ditandatangani Bupati harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan DPRD.
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
[Type text]
pertanggungiawaban APBD ditetapkan oleh badan musyawarah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai
pengelolaan keuangan daerah.
Paragraf 4
Fungsi Pengawasan
Pasal 22
Pasal 23
Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang
Pasal 24
[Type text]
d. memilih Bupati dan wakil Bupati atau wakil Bupati dalam hal terjadi
kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan lebih dari 18
(delapan belas) bulan;
e. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati dan wakil
bupati kepada Menteri melalui Gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan
pemberhentian;
f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah
terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;
g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional
yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah;
h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah;
i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah
lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;
dan
j. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketiga
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati
Paragraf 1
Umum
Pasal 25
(1) Pemilihan Bupati dan wakil Bupati atau wakil Bupati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 huruf d diselenggarakan dalam rapat
paripurna.
(2) Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan keputusan DPRD.
Pasal 26
Pasal 27
(1) Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati diusulkan oleh Partai Politik atau
Gabungan Partai Politik yang menjadi pengusung saat Pemilihan Umum
Bupati/Wakil Bupati pada periode itu sebanyak 2 pasang.
(2) Bakal Calon Wakil Bupati diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan
Partai Politik yang menjadi pengusung saat Pemilihan Umum
Bupati/Wakil Bupati pada periode itu sebanyak 2 orang.
Paragraf 2
Pembentukan Panitia Pemilihan
Pasal 28
[Type text]
(3) Ketua dan Wakil Ketua DPRD karena jabatannya adalah Ketua dan
Wakil Ketua Panitia Pemilihan, merangkap Anggota;
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah Sekretaris Panitia
Pemilihan bukan Anggota;
(5) Apabila seorang Anggota Panitia Pemilihan dicalonkan atau
mencalonkan diri menjadi Bakal Calon Bupati atau Wakil Bupati, yang
bersangkutan wajib mengundurkan diri dari keanggotaan Panitia
Pemilihan;
(6) Anggota Panitia Pemilihan yang mengundurkan diri sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), keanggotaannya diganti oleh anggota lain dari
Fraksi yang sama;
(7) Tugas Panitia Pemilihan berakhir pada saat Bupati dan Wakil Bupati
atau Wakil Bupati dilantik;
(8) Susunan Panitia Pemilihan diumumkan dalam rapat paripurna.
Paragraf 3
Tugas Panitia Pemilihan
Pasal 29
Paragraf 4
Jadwal Pemilihan
Pasal 30
[Type text]
Paragraf 5
Pendaftaran Bakal Calon
Pasal 31
Paragraf 6
Penetapan Calon
Pasal 32
Pasal 33
Paragraf 7
Uji Kelayakan dan Kepatutan
Pasal 34
(1) Masing-masing pasangan calon bupati dan wakil bupati atau calon
wakil bupati wajib mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di dalam
rapat paripurna.
(2) Materi uji kelayakan dan kepatutan disusun oleh Panitia Pemilihan
setidak-tidaknya memuat mengenai motivasi, kepemimpinan dan
pengetahuan atau wawasan tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tanah Bumbu periode
bersangkutan.
(3) Anggota DPRD dapat melakukan tanya jawab berkenaan dengan materi
paparan uji kelayakan dan kepatutan tersebut.
[Type text]
Paragraf 8
Pemilihan
Pasal 35
(1) Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati dalam Rapat
Paripurna dilaksanakan melalui pemungutan suara secara langsung,
bebas, rahasia, jujur dan adil.
(2) Pelaksanaan pemilihan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disaksikan oleh unsur-unsur Fraksi, masing-masing 1 (satu) orang
sesuai dengan jumlah Fraksi yang hadir.
Pasal 36
Paragraf 9
Penetapan Calon Terpilih
Pasal 37
Paragraf 10
Pemilihan Ulang
Pasal 38
Paragraf 11
Pengumuman Pengangkatan Bupati dan Wakil Bupati atau Wakil Bupati
Pasal 39
[Type text]
BAB III
KEANGGOTAAN DPRD
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
[Type text]
Pasal 44
(1) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi tersangka
pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap
melaksanakan pengucapan sumpah janji menjadi Anggota DPRD.
(2) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terdakwa
pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan tetap
melaksanakan pengucapan sumpah/janji menjadi Anggota DPRD dan
saat itu juga diberhentikan sementara sebagai Anggota DPRD.
(3) Dalam hal calon Anggota DPRD terpilih ditetapkan menjadi terpidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap pada saat pengucapan sumpah/janji, yang bersangkutan
tetap melaksanakan pengucapan sumpah/janji menjadi Anggota DPRD
dan saat itu juga diberhentikan sebagai Anggota DPRD.
BAB IV
ALAT KELENGKAPAN DPRD
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 45
Pasal 46
Bagian Kedua
Pimpinan DPRD
Pasal 47
[Type text]
b. menyusun rencana kerja Pimpinan DPRD;
c. menetapkan pembagian tugas antara ketua dan wakil ketua;
d. melakukan koordinasi dalam upaya penyinergikan pelaksanaan
agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD;
e. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/ instansi lain;
f. menyelenggarakan konsultasi dengan Bupati dan pimpinan lembaga/
instansi vertikal lainnya;
g. mewakili DPRD di pengadilan;
h. melaksanakan keputusan DPRD tentang penetapan sanksi atau
rehabilitasi Anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
i. menyampaikan laporan kinerja Pimpinan DPRD dalam rapat paripurna
yang khusus diadakan untuk itu.
j. ketua DPRD dapat memberikan persetujuan perjalanan dinas Anggota
DPRD dalam rangka menghadiri undangan, konsultasi/koordinasi dan
kunjungan kerja yang bersifat insidentil, setelah Anggota DPRD
memberikan penjelasan secara tertulis memuat maksud/tujuan,
manfaat dan lembaga/instansi yang dituju dalam bentuk telaahan
Anggota.
k. ketua DPRD dapat mengeluarkan Keputusan Pimpinan DPRD tentang
persetujuan perjalanan dinas dalam rangka konsultasi/koordinasi dan
kunjungan kerja gabungan komisi setelah mendapat penjelasan secara
tertulis dari gabungan komisi yang bersangkutan dalam bentuk nota
dinas.
l. dalam hal keadaan tertentu ketua DPRD dapat memberikan
persetujuan perjalanan dinas Badan Musyawarah dalam rangka
konsultasi/koordinasi dan kunjungan kerja bersama Badan Anggaran,
Badan Pembentukan Peraturan Daerah dan Badan Kehormatan setelah
mendapat penjelasan secara tertulis dari Badan Musyawarah dalam
bentuk nota dinas.
m. ketua DPRD menandatangani surat keluar.
n. dalam hal Ketua DPRD berhalangan atau sedang melaksanakan tugas
kedinasan, maka penandatanganan surat sebagaimana huruf (j)
dilaksanakan oleh Wakil Ketua DPRD dan tetap berkoordinasi dengan
Ketua DPRD.
Pasal 48
Pasal 49
(1) Pimpinan DPRD Kabupaten Tanah Bumbu terdiri atas 1 (satu) orang
Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari partai
politik yang memperoleh kursi terbanyak urutan pertama, kedua dan
ketiga di DPRD.
[Type text]
(3) Ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari Partai Politik yang
memperoleh kursi terbanyak di DPRD.
(4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh
kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Ketua
DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari Patai Politik yang
memperoleh suara terbanyak.
(5) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh
suara terbanyak sama sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
penentuan Ketua DPRD dilakukan berdasarkan persebaran wilayah
perolehan suara Partai Politik yang lebih luas secara berjenjang.
(6) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh
kursi terbanyak pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Wakil
Ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari Partai Politik yang
memperoleh suara terbanyak anggota DPRD yang berasal dari Partai
Politik yang memperoleh suara terbanyak kedua, ketiga dan/atau
keempat.
(7) Apabila masih terdapat kursi Wakil Ketua DPRD yang belum terisi
sebagaimana dimaksud ayat (6), maka kursi Wakil Ketua DPRD diisi
oleh anggota DPRD yang berasal dari Partai Politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua.
(8) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua sama, Wakil Ketua DPRD sebagaimana
dimaksud ayat (7) ditentukan berdasarkan urutan dari hasil perolehan
suara terbanyak.
(9) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) Partai Politik yang memperoleh
kursi terbanyak kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
penentuan Wakil Ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (8),
dilakukan berdasarkan persebaran wilayah perolehan suara Partai
Politik yang lebih luas secara berjenjang.
Pasal 50
Pasal 51
[Type text]
(5) Masa jabatan Pimpinan DPRD terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpah/janji Pimpinan dan berakhir bersamaan dengan berakhirnya
masa jabatan keanggotan DPRD.
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Pasal 55
Pasal 56
(1) Pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti berasal dari partai politik
yang sama dengan Pimpinan DPRD yang berhenti.
[Type text]
(2) Calon pengganti Pimpinan DPRD yang berhenti diusulkan oleh
pimpinan partai politik untuk diumumkan dalam rapat paripurna dan
ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD mengusulkan peresmian pengangkatan calon
pengganti Pimpinan DPRD kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat melalui bupati.
Pasal 57
(1) Dalam hal ketua DPRD sedang menjalani masa tahanan atau
berhalangan sementara, Pimpinan DPRD lainnya melaksanakan
musyawarah untuk menentukan salah satu Pimpinan DPRD untuk
melaksanakan tugas ketua DPRD yang sedang menjalani masa
tahanan atau berhalangan sementara.
(2) Hasil musyawarah Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditetapkan dengan keputusan Pimpinan DPRD.
(3) Pimpinan DPRD sementara yang melaksanakan tugas ketua DPRD
sebagaimana dimaksud ayat (1) berhenti bersamaan dengan ketua
DPRD yang berhenti sementara melaksanakan tugas kembali.
Pasal 58
(1) Dalam hal salah seorang Pimpinan DPRD sedang menjalani masa
tahanan atau berhalangan sementara lebih dari 30 (tiga puluh) Hari,
pimpinan partai potitik asal Pimpinan DPRD yang berhalangan
sementara mengusulkan kepada Pimpinan DPRD salah seorang
Anggota DPRD yang berasal dari partai politik tersebut untuk
melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang sedang menjatani masa
tahanan atau berhalangansementara.
(2) Usulan pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan dalam rapat paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
Pasal 59
(1) Dalam hal seluruh Pimpinan DPRD sedang menjalani masa tahanan
atau berhalangan sementara, pimpinan partai politik asal Pimpinan
DPRD mengusulkan Anggota DPRD dari partai politiknya untuk
melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang sedang menjalani masa
tahanan atau berhalangan sementara.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) disampaikan kepada
DPRD paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak seluruh Pimpinan
DPRD menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara.
(3) Usulan pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diumumkan dalam rapat paripurna dan selanjutnya ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
(4) Rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh
Anggota DPRD paling tua dan/atau paling muda.
(5) Paling lambat 7 (tujuh) Hari terhitung sejak diterimanya keputusan
DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), keputusan DPRD
disampaikankepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat melalui
bupati oleh Pimpinan DPRD bagi pelaksana tugas Pimpinan DPRD
(6) Bupati menyampaikan usulan pelaksana tugas Pimpinan DPRD paling
lama 7 (tujuh) Hari kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
terhitung sejak diterimanya keputusan DPRD.
Pasal 60
[Type text]
(2) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan
gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
(3) Pelaksana tugas Pimpinan DPRD mendapatkan hak protokoler
Pimpinan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 61
Bagian Ketiga
Badan Musyawarah
Pasal 62
(1) Anggota badan musyawarah paling banyak 1/2 (satu perdua) dari
jumlah Anggota DPRD berdasarkan perimbangan jumlah anggota tiap-
tiap Fraksi.
(2) Susunan keanggotaan badan musyawarah ditetapkan dalam rapat
paripurna setelah terbentuknya Pimpinan DPRD, Fraksi, komisi, dan
badan anggaran.
(3) Pimpinan DPRD karena jabatannya juga sebagai pimpinan badan
musyawarah dan merangkap anggota badan musyawarah.
(4) Sekretaris DPRD karena jabatannya juga sebagai sekretaris badan
musyawarah dan bukan sebagai anggota badan musyawarah.
(5) Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Badan Musyawarah ditunjuk oleh Ketua
dan Wakil Ketua Badan Musyawarah ditetapkan dalam Rapat
Paripurna.
(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam badan musyawarah ke alat
kelengkapan DPRD lain hanya dapat dilakukan setelah masa
keanggotaannya dalam badan musyawarah paling singkat 2 (dua)
tahun 6 (enam) bulan berdasarkan usul Fraksi.
Pasal 63
[Type text]
(4) Setiap anggota badan musyawarah wajib :
a. berkonsultasi dengan Fraksi sebelum pengambilan keputusan
dalam rapat badan musyawarah; dan
b. menyampaikan hasil rapat badan musyawarah kepada Fraksi.
Bagian Keempat
Komisi
Pasal 64
(1) Setiap Anggota DPRD, kecuali Pimpinan DPRD, menjadi anggota salah
satu komisi.
(2) Jumlah komisi ditetapkan sebanyak 3 (tiga) komisi.
(3) Jumlah keanggotaan setiap komisi ditetapkan dengan
mempertimbangkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota
antarkomisi.
(4) Keanggotaan dalam komisi diputuskan dalam rapat paripurna atas
usul Fraksi pada awal tahun anggaran.
(5) Ketua, wakil ketua, dan sekretaris komisi dipilih dari dan oleh anggota
komisi dan dilaporkan dalam rapat paripurna,
(6) Masa jabatan ketua, wakil ketua, dan sekretaris komisi selama 2 (dua)
tahun 6 (enam) bulan.
(7) Dalam hal terdapat penggantian dan/atau masa jabatan ketua, wakil
ketua, dan/atau sekretaris komisi berakhir, dilakukan kembali
pemilihan ketua, wakil ketua, dan/ atau sekretaris komisi
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
(8) Masa jabatan pengganti ketua, wakil ketua, dan/atau sekretaris komisi
meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.
(9) Perpindahan Anggota DPRD antarkomisi dapat dilakukan setelah masa
keanggotaannya dalam komisi paling singkat 1 (satu) tahun
berdasarkan usul Fraksi.
Pasal 65
Pasal 66
[Type text]
Pasal 67
(3) Ruang lingkup Komisi II (dua) meliputi bidang Ekonomi dan Keuangan
dengan mitra kerja:
a. bagian perkonomian sekretariat daerah;
b. bagian kesejahteraan rakyat sekretariat daerah;
c. bagian pengadaan barang / jasa sekretariat daerah;
d. dinas pertanian;
e. dinas perikanan;
f. dinas perdagangan dan perindustrian;
g. dinas ketahanan pangan;
h. dinas komunikasi dan informatika;
i. dinas sosial;
j. badan pengelolaan keuangan dan aset daerah;
k. badan pengelolaan pajak dan retribusi daerah;
l. BUMD ( PDAM, PRUSDA);dan
m. beberapa lembaga/ instansi vertikal terkait (BUMN (Pertamina,
PLN), Kantor Pajak Pratama) yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.
(4) Ruang lingkup Komisi III (tiga) meliputi bidang Umum & Pembangunan
dengan mitra kerja:
a. bagian umum dan perlengkapan sekretariat daerah;
b. bagian protokol dan komunikasi sekretariat daerah;
c. bagian kesekretariatan sekretariat daerah;
d. dinas pekerjaan umum dan penataan ruang;
e. dinas perumahan, permukiman dan pertanahan;
f. dinas tenaga kerja, transmigrasi, koperasi dan usaha mikro;
g. dinas kepemudaan olahraga dan pariwisata;
h. dinas lingkungan hidup;
i. dinas perpustakaan dan kearsipan;
j. dinas perhubungan;
k. sekretariat DPRD ;
l. badan perencanaan pembangunan daerah;
m. badan penanggulangan bencana daerah; dan
n. beberapa lembaga/ instansi vertikal terkait (BPN, Imigrasi, (BUMN
(ASDP), Kesyahbandaraan) yang ada di Kabupaten Tanah Bumbu.
[Type text]
Bagian Kelima
Bapemperda
Pasal 68
Pasal 69
[Type text]
Bagian Keenam
Badan Anggaran
Pasal 70
Pasal 71
Bagian Ketujuh
Badan Kehormatan
Pasal 72
(1) Anggota badan kehormatan dipilih dari dan oleh Anggota DPRD, dan
berjumlah 5 (lima orang).
(2) Pimpinan badan kehormatan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1
(satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan
kehormatan.
[Type text]
(3) Anggota badan kehormatan dipilih dan ditetapkan dalam rapat
paripurna berdasarkan usul dari masing masing Fraksi.
(4) Masing-masing Fraksi berhak mengusulkan 1 (satu) orang calon
anggota badan kehormatan.
(5) Dalam hal hanya terdapat 2 (dua) Fraksi, Fraksi yang memiliki jumlah
kursi lebih banyak berhak mengusulkan 2 (dua) orang calon anggota
badan kehormatan.
(6) Perpindahan Anggota DPRD dalam badan kehormatan ke alat
kelengkapan lainnya dapat dilakukan setelah masa keanggotaannya
dalam badan kehormatan paling singkat 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan
berdasarkan usul Fraksi.
Pasal 73
Pasal 74
Pasal 75
Pasal 76
[Type text]
a. meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi,
teradu, dan/atau pihak lain yang terkait; dan/atau
b. memverifikasi dokumen atau bukti lain yang terkait.
(2) Hasil penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi badan kehormatan
dituangkan dalam berita acara.
(3) Pimpinan DPRD dan badan kehormatan menjamin kerahasiaan hasil
penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi.
Pasal 77
Pasal 78
Pasal 79
Pasal 80
Bagian Kesembilan
Panitia Khusus
Pasal 81
(1) Panitia khusus dibentuk dalam rapat paripurna atas usul Anggota
DPRD setelah mendapat pertimbangan badan musyawarah.
(2) Pembentukan panitia khusus ditetapkan dengan keputusan DPRD.
(3) Pembentukan panitia khusus dalam waktu yang bersamaan paling
banyak sama jumlahnya dengan komisi.
(4) Masa kerja panitia khusus:
a. paling lama 1 (satu) tahun untuk tugas pembentukan Perda; atau
[Type text]
b. paling lama 6 (enam) bulan untuk tugas selain pembentukan
Perda.
(5) Panitia khusus melaporkan tugas sebelum akhir masa kerja dalam
rapat paripurna.
Pasal 82
(1) Jumlah anggota panitia khusus paling banyak 15 (lima belas) orang.
(2) Anggota panitia khusus terdiri atas anggota komisi terkait yang
diusulkan oleh masing-masing Fraksi.
(3) Ketua dan wakil ketua panitia khusus dipilih dari dan oleh anggota
panitia khusus.
Pasal 83
Bagian Kesepuluh
Kelompok Pakar dan Tim Ahli
Pasal 84
(1) Kelompok pakar atau tim ahli alat kelengkapan DPRD diangkat dan
diberhentikan dengan keputusan sekretaris DPRD sesuai dengan
kebutuhan atas usul Anggota DPRD, pimpinan Fraksi, dan pimpinan
alat kelengkapan DPRD.
(2) Kelompok pakar atau tim ahli bekerja sesuai dengan pengelompokan
tugas dan wewenang DPRD yang tercermin dalam alat kelengkapan
DPRD.
(3) Kriteria, jumlah, dan pengadaan kelompok pakar atau tim ahli
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
(4) Tim ahli DPRD terdiri dari 3 (tiga) orang dengan keahlian masing-
masing dibidang hukum, bidang ekonomi dan bidang pemerintahan.
(5) Perekrutan Tim Ahli dilaksanakan melalui Sekretariat DPRD dan
melalui tahapan seleksi administrasi.
(6) Tenaga ahli untuk Alat Kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) paling sedikit memenuhi persyaratan :
a. berpendidikan serendah-rendahnya Strata Satu (S1) dengan
pengalaman kerja paling sedikit 5 (lima) tahun, Strata Dua (S2)
dengan pengalaman kerja paling singkat 3 (tiga) tahun, atau Tiga
(S3) dengan pengalaman kerja paling singkat 1 (satu) tahun;
b. menguasai bidang pemerintahan; dan
c. menguasai tugas dan fungsi DPRD.
(7) Masa tugas tenaga ahli selama 1 (satu) tahun mengikuti tahun
anggaran dan dapat langsung diperpanjang sesuai kebutuhan.
[Type text]
(8) Tenaga Ahli yang berhenti karena meninggal dunia atau
mengundurkan diri dalam rentang waktu masa tugas yang
bersangkutan, dapat dipilih penggantinya.
(9) Pemberian honororium terhadap kelompok pakar atau tim ahli didasarkan
pada Peraturan Bupati atau ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(10) Tenaga Ahli DPRD dapat mendampingi Anggota DPRD atau Alat
Kelengkapan DPRD dalam pelaksanaan pengkajian, konsultasi dan
Kunjungan Kerja baik luar daerah dalam provinsi maupun luar daerah
luar provinsi terkait rancangan peraturan daerah atau kebijakan
pemerintah lainnya.
(11) Satuan biaya perjalanan dinas tenaga ahli DPRD sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) disetarakan dengan pejabat Eselon III dan
dibebankan pada anggaran belanja Sekretariat DPRD.
BAB V
RENCANA KERJA DPRD
Pasal 85
(1) Rencana kerja DPRD disusun berdasarkan usulan rencana kerja alat
kelengkapan DPRD kepada Pimpinan DPRD.
(2) Rencana Kerja DPRD dalam bentuk program dan daftar kegiatan
(3) Pimpinan DPRD menyampaikan rencana kerja DPRD kepada sekretaris
DPRD untuk dilakukan penyelarasan.
(4) Hasil penyelarasan rencana kerja DPRD disampaikan kepada Pimpinan
DPRD untuk dibahas dan ditetapkan dalam rapat paripurna.
(5) Rencana kerja DPRD yang telah ditetapkan dalam rapat paripurna
menjadi pedoman bagi sekretariat DPRD dalam menyusun dokumen
rencana dan anggaran sekretariat DPRD untuk anggaran tahun
berikutnya.
(6) Penetapan rencana kerja DPRD paling lambat tanggal 30 September
tahun berjalan.
Pasal 86
BAB VI
PELAKSANAAN HAK DPRD DAN ANGGOTA DPRD
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 87
[Type text]
c. menyampaikan usul dan pendapat;
d. memilih dan dipilih;
e. membela diri;
f. imunitas;
g. mengikuti orientasi dan pendalaman tugas;
h. protokoler; dan
i. keuangan dan administratif.
Bagian Kedua
Hak Interpelasi
Pasal 88
Pasal 89
Pasal 90
[Type text]
(5) Pandangan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dijadikan
bahan untuk DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk
Bupati dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebijakan.
Bagian Ketiga
Hak Angket
Pasal 91
Pasal 92
Pasal 93
[Type text]
panggilan DPRD, kecuali ada alasan yang sah menurut ketentuan
Peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal pejabat Pemerintah Daerah, badan hukum, atau warga
masyarakat telah dipanggil dengan patut secara berturut-turut tidak
memenuhi panggilan, DPRD dapat memanggil secara paksa dengan
bantuan Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan
ketentuan Peraturan perundang-undangan.
Pasal 94
Dalam hal hasil penyelidikanditerima oleh DPRD dan ada indikasi tindak
pidana, DPRD menyerahkan penyelesaian proses tindak pidana kepada
aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 95
Bagian Keempat
Hak Menyatakan Pendapat
Pasal 96
Pasal 97
[Type text]
(5) Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) jumlah Anggota DPRD tidak terpenuhi, pimpinan rapat
dapat menunda rapat paling lama 3 (tiga) Hari.
(6) Apabila setelah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
belum juga terpenuhi, pelaksanaan rapat paripurna pernyataan
pendapat dapat diagendakan pada masa sidang berikutnya oleh badan
musyawarah.
(7) Pengusul dapat menarik kembali usulannya sebelum usul pernyataan
pendapat memperoleh keputusan DPRD dalam rapat paripurna.
(8) Dalam hal usul pernyataan pendapat disetujui, ditetapkan keputusan
DPRD yang memuat:
a. pernyataanpendapat;
b. saran penyelesaiannya; dan
c. peringatan.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Hak Anggota
Paragraf 1
Hak Mengajukan Rancangan Perda
Pasal 98
Paragraf 2
Hak Mengajukan Pertanyaan
Pasal 99
[Type text]
(2) Jawaban terhadap pertanyaan anggota DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diberikan secara lisan atau secara tertulis dalam
tenggang waktu selambat-lambatnya yang disepakati bersama.
Paragraf 3
Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat
Pasal 100
(1) Setiap anggota DPRD dalam rapat DPRD berhak mengajukan usul dan
pendapat kepada pemerintah daerah maupun kepada Pimpinan DPRD.
(2) Usul dan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan
dengan memperhatikan tata krama, etika, moral, sopan santun dan
kepatutan sesuai Kode Etik DPRD.
Paragraf 4
Hak Memilih dan Dipilih
Pasal 101
Setiap anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi Pimpinan
dari Alat Kelengkapan DPRD sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 5
Hak Membela Diri
Pasal 102
Paragraf 6
Hak Imunitas
Pasal 103
[Type text]
mendapat persetujuan tertulis dari Gubernur tembusan ke DPRD
Kabupaten Tanah Bumbu.
(5) Dalam hal persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak diberikan oleh Gubernur paling lama 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak diterimanya permohonan, pemanggilan dan permintaan
keterangan untuk penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dapat dilakukan.
(6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak berlaku apabila
anggota DPRD:
a. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana;
b. Disangka melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana seumur hidup atau tindak pidana kejahatan
terhadap kemanusiaan dan keamanan negara berdasarkan bukti
permulaan yang cukup;
c. Disangka melakukan tindak pidana khusus.
Paragraf 7
Hak Mengikuti Orientasi dan Pendalaman Tugas
Pasal 104
BAB VII
PERSIDANGAN DAN RAPAT DPRD
Pasal 105
Pasal 106
(1) Masa reses dilaksanakan paling lama 6 (enam) Hari dalam 1 (satu) kali
reses.
(2) Untuk daerah yang memiliki kondisi alam yang sulit dijangkau, masa
reses dapat ditambah paling lama 6 (enam) Hari dengan
memperhatikan efektivitas dan efisiensi.
[Type text]
(3) Sekretaris DPRD mengumumkan agenda reses setiap Anggota DPRD
paling lambat 3 (tiga) Hari sebelum masa reses dimulai melalui saluran
yang mudah diakses.
(4) Masa reses Anggota DPRD dapat dilaksanakan secara perseorangan
atau kelompok dengan memperhatikan:
a. waktu reses anggota DPRD daerah pemilihan yang sama;
b. rencana kerja Pemerintah Daerah;
c. hasil pengawasan DPRD selama masa sidang; dan
d. kebutuhan konsultasi publik dalam pembentukan Perda.
(5) Anggota DPRD wajib melaporkan hasil pelaksanaan reses kepada
Pimpinan DPRD, paling sedikit memuat:
a. waktu dan tempat kegiatan reses;
b. tanggapan, aspirasi dan pengaduan dari masyarakat; dan
c. dokumentasi peserta dan kegiatan pendukung.
(6) Anggota DPRD yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5), tidak dapat melaksanakan reses berikutnya;
(7) Penyampaian laporan hasil pelaksanaan Reses sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), disampaikan dalam Rapat Paripurna dengan
menghadirkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Pasal 107
[Type text]
(13) Rapat kerja merupakan rapat antara badan anggaran, komisi,
gabungan komisi, Bapemperda, atau panitia khusus dan Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(14) Rapat dengar pendapat merupakan rapat antara komisi, gabungan
komisi, Bapemperda, badan Anggaran, atau panitia khusus dan
Pemerintah Daerah.
(15) Rapat dengar pendapat umum merupakan rapat antara komisi,
gabungan komisi, Bapemperda, badan anggaran, atau panitia khusus
dan perseorangan, kelompok, organisasi, atau badan swasta.
Pasal 108
(1) Setiap rapat di DPRD bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu yang
dinyatakan tertutup.
(2) Rapat paripurna dan rapat dengar pendapat umum wajib dilaksanakan
secara terbuka.
(3) Selain rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), rapat DPRD
dinyatakan terbuka atau tertutup oleh pimpinan rapat berdasarkan
kesepakatan peserta rapat.
(4) Setiap rapat DPRD dibuat berita acara dan risalah rapat.
(5) Untuk setiap Rapat Paripurna dibuat risalah, yang merupakan catatan
Rapat Paripurna, yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh
jalannya pembicaraan yang dalam Rapat serta dilengkapi dengan
catatan tentang:
a. Jenis dan sifat rapat;
b. Hari dan tanggal rapat;
c. Tempat rapat;
d. Acara rapat;
e. Waktu pembukaan dan penutupan rapat;
f. Ketua dan sekretaris rapat;
g. Jumlah dan nama anggota yang menandatangi daftar hadir;dan
h. Undangan yang hadir.
(6) Risalah rapat sebagaimana pada ayat (5) ditandatangani oleh pimpinan
rapat.
(7) Sekretaris rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf f adalah
Sekretaris DPRD atau Pejabat di lingkungan Sekretariat DPRD yang
ditunjuk oleh Sekretaris DPRD.
(8) Sekretaris rapat menyusun risalah untuk dibagikan kepada anggota
dan pihak yang bersangkutan setelah rapat selesai.
(9) Setiap anggota DPRD dan pihak yang bersangkutan diberi kesempatan
untuk mengadakan koreksi terhadap catatan rapat sementara dalam
waktu dua hari sejak diterimanya catatan rapat sementara tersebut
dan menyampaikannya kepada sekretaris rapat yang bersangkutan.
(10) Dalam hal rapat DPRD dinyatakan tertutup, risalah rapat wajib
disampaikan oleh pimpinan rapat kepada Pimpinan DPRD, kecuali
rapat tertutup yang dipimpin langsung oleh Pimpinan DPRD.
[Type text]
Pasal 109
Pasal 110
(1) Setiap Anggota DPRD wajib menghadiri rapat DPRD, sesuai dengan
tugas dan kewajibannya.
(2) Anggota DPRD yang menghadiri rapat DPRD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) wajib mengisi tanda bukti kehadiran rapat.
Pasal 111
Pasal 112
BAB VIII
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 113
[Type text]
Pasal 114
Pasal 115
[Type text]
Pasal 116
BAB IX
PEMBERHENTIAN ANTARWAKTU, PENGGANTIAN ANTARWAKTU, DAN
PEMBERHENTIAN
Bagian Kesatu
Pemberhentian Antarwaktu
Pasal 117
Pasal 118
[Type text]
(2) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pimpinan DPRD menyampaikan
usul pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur melalui Bupati
untuk memperoleh peresmian pemberhentian;
(3) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menyampaikan usul
tersebut kepada gubernur;
(4) Apabila setelah 7 (tujuh) hari Bupati tidak menyampaikan usul
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Pimpinan DPRD langsung
menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kepada Gubernur.
(5) Peresmian pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) atau pada ayat (5) berlaku sejak ditetapkan, kecuali peremian
pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 114
pada ayat (2) huruf c berlaku sejak tanggal putusan pengadilan
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pasal 119
Bagian Kedua
Penggantian Antarwaktu
Pasal 120
[Type text]
terbanyak urutan berikutnya dari Partai Politik yang sama pada daerah
pemilihan yang sama.
(3) Dalam hal terdapat masalah kepengurusan ganda partai politik,
usulan calon Anggota DPRD yang ditindaklanjuti adalah kepengurusan
partai politik yang sudah memperoleh putusan mahkamah partai atau
sebutan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang partai politik.
(4) Jika masih terdapat perselisihan atas putusan mahkamah partai atau
sebutan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3), kepengurusan
partai politik tingkat pusat yang dapat mengusulkan penggantian
merupakan kepengurusan yang sudah memperoleh putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
didaftarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang partai politik.
(5) Masa jabatan anggota DPRD pengganti antarwaktu melanjutkan sisa
masa jabatan anggota DPRD yang digantikannya.
Pasal 121
Pasal 122
Pasal 123
[Type text]
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
partai politik pengusung calon Anggota DPRD pengganti antarwaktu
tidak dalam sengketa partai politik.
(3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat
(2) dibuktikan dengan melampirkan kelengkapan administratif
sebagaimana kelengkapan administratif bakal calon Anggota DPRD
sesuai dengan Undang-Undang mengenai pemilihan umum dan
melampirkan:
a. surat keterangan tidak ada sengketa partai politik dari mahkamah
partai atau sebutan lain dan/ atau pengadilan negeri;
b. surat usulan pemberhentian Anggota DPRD dari pimpinan partai
politik disertai dengan dokumen pendukung sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Partai politik;
c. fotokopi daftar calon tetap Anggota DPRD pada pemilihan umum
yang dilegalisir oleh Komisi Pemilihan Umum kabupaten.
d. fotokopi daftar peringkat perolehan suara partai politik yang
mengusulkan penggantian antarwaktu Anggota DPRD yang
dilegalisir oleh Komisi Pemilihan Umum kabupaten.
(4) Kelengkapan administratif penggantian antarwaktu Anggota DPRD
diverifikasi oleh unit kerja di masing-masing lembaga/ instansi sesuai
kewenangannya.
Bagian Ketiga
Pemberhentian Anggota DPRD
Pasal 124
Pasal 125
[Type text]
(2) Dalam hal Pimpinan DPRD diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud ayat (1), Partai Politik asal Pimpinan DPRD yang
diberhentikan sementara mengusulkan kepada Pimpinan DPRD salah
seorang anggota DPRD yang berasal dari Partai Politik tersebut untuk
melaksanakan tugas Pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara.
Pasal 126
BAB X
FRAKSI
Pasal 127
Pasal 128
[Type text]
(7) Fraksi yang telah diumumkan dalam rapat Paripurna sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) bersifat tetap selama masa keanggotaan DPRD.
(8) Fraksi dapat berubah atas usul partai politiknya dengan persetujuan
pimpinan DPRD melalui Rapat Paripurna.
Pasal 129
(1) Dalam hal jumlah anggota Fraksi lebih dari 3 (tiga) orang, Pimpinan
fraksi terdiri atas Ketua dan Wakil Ketua serta seorang Sekretaris
yang dipilih dari dan oleh anggota fraksi.
(2) Dalam hal jumlah anggota Fraksi hanya 3 (tiga) orang, Pimpinan fraksi
terdiri atas Ketua dan Sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota
fraksi
(3) Fraksi mempunyai sekretariat.
(4) Sekretariat Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai
tugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas fraksi.
(5) Untuk pelaksanaan tugas sebagaimana ayat (4) disediakan sarana dan
anggaran sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan
kemampuan APBD.
(6) Sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (5) adalah alat tulis kantor
dan alat kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana mobilitas.
(7) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah kebutuhan
untuk menunjang kegiatan rapat fraksi dan kebutuhan
kesekretariatan.
Pasal 130
[Type text]
f. menyiapkan bahan dan risalah yang diperlukan pimpinan dan
anggota fraksi sebelum menghadiri rapat, rapat kerja dan
kunjungan kerja;
g. membantu menyusun rumusan notulensi hasil rapat dan
kunjungan kerja yang sudah dilaksanakan oleh pimpinan dan
anggota fraksi.
(5) Tenaga ahli fraksi diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan
Sekretaris DPRD berdasarkan usul fraksi.
BAB XI
KODE ETIK
Pasal 131
(1) DPRD menyusun Kode Etik yang berisi norma yang wajib dipatuhi oleh
setiap anggota selama menjalankan tugasnya untuk menjaga
martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD.
(2) Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-
kurangnya :
a. ketaatan dalam melaksanakan sumpah/janji;
b. sikap dan perilaku anggota DPRD;
c. tata kerja Anggota DPRD;
d. tata hubungan antar penyelenggara pemerintahan daerah;
e. tata hubungan antar Anggota DPRD;
f. tata hubungan antar Anggota DPRD dan pihak lain;
g. penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, dan sanggahan;
h. kewajiban Anggota DPRD;
i. larangan bagi Anggota DPRD;
j. hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh Anggota DPRD;
k. sanksi dan mekanisme penjatuhan sanksi; dan
l. rehabilitasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kode Etik Anggota DPRD diatur
dengan Peraturan DPRD tersendiri.
Pasal 132
BAB XII
OPERASIONAL DAN SEKRETARIAT DPRD
Bagian Kesatu
Sekretariat DPRD
Pasal 133
[Type text]
(2) Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan dengan
keputusan Bupati atas persetujuan Pimpinan dan anggota DPRD.
(3) SekretarisDPRD dan pegawai Sekretariat DPRD berasal dari pegawai
negeri sipil.
(4) Sekretaris DPRD mempunyai tugas dan bertanggungjawab atas
seluruh aspek administrasi perkantoran, perencanaan program dan
penganggaran, penatausahaan anggaran serta penyusunan laporan
kinerja dan akuntansi keuangan DPRD.
(5) Dalam setiap satu kali masa persidangan atau hal-hal yang dianggap
penting, Sekretaris DPRD melakukan rapat dengan pimpinan DPRD.
(6) Sekretaris DPRD wajib mendampingi pelaksanaan Kunjungan Kerja/
Konsultasi/ Peninjauan Lapangan (Monitoring) yang dilaksanakan oleh
Pimpinan DPRD.
(7) Dengan alasan tertentu, Sekretaris DPRD dapat mendelegasikan tugas
sebagaimana yang diatur Ayat (6) kepada pejabat lainnya di lingkungan
Sekretariat DPRD.
Bagian Kedua
Pakaian dan Atribut DPRD
Pasal 134
(1) Pada awal masa jabatan Anggota DPRD, Anggota DPRD diberikan
pakaian dan atribut DPRD.
(2) Atribut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk
pin.
(3) Pin wajib digunakan Anggota DPRD pada setiap kegiatan DPRD.
(4) Ketentuan mengenai pemberian pakaian dan atribut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh sekretariat DPRD sesuai
dengan peraturan pemerintah mengenai Hak Keuangan dan Administratif
Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Pasal 135
[Type text]
(4) Dalam Hal tidak ada jadwal acara Rapat, Pimpinan dan Anggota DPRD
mengenakan pakaian sebagaimana yang diatur dalam ayat (3) atau
Pakaian lain yang disepakati Anggota DPRD dan/atau diputuskan oleh
Pimpinan DPRD.
Pasal 136
BAB XIII
PELAKSANAAN KONSULTASI
Pasal 137
Pasal 138
[Type text]
(3) Pimpinan DPRD dapat membuat kesepakatan dengan pimpinan
lembaga/ instansi vertikal lainnya di dalam maupun di luar daerah
terkait dengan hasil konsultasi.
(4) Hasil Konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
Kepada Pimpinan DPRD.
BAB XIV
PELAYANAN ATAS PENGADUAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 139
(1) Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD, anggota DPRD atau Fraksi
dapat menerima, menampung, menyerap dan menindaklanjuti
pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat yang disampaikan secara
langsung dapat berupa lisan dan /atau tertulis tentang
permasalahan, sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD.
(2) Aspirasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan proses
administrasi oleh Sekretariat DPRD, Alat Kelengkapan DPRD terkait,
anggota DPRD atau Fraksi.
(3) Pimpinan DPRD, Alat Kelengkapan DPRD terkait , anggota DPRD atau
Fraksi dapat menindaklanjuti aspirasi sesuai kewenangannya.
(4) Dalam hal diperlukan, pengaduan dan/atau aspirasi masyarakat dapat
ditindaklanjuti dengan :
a. rapat dengar pendapat umum;
b. rapat dengar pendapat;
c. kunjunga kerja; atau
d. rapat kerja Alat Kelengkapan DPRD dengan mitra kerjanya.
(5) Tata cara penerimaan dan tindak lanjut pengaduan dan/atau aspirasi
masyarakat.
(6) Pimpinan DPRD mengatur tugas penerimaan penyampaian aspirasi
diatur oleh Sekretaris DPRD dengan persetujuan Pimpinan DPRD.
(7) Pimpinan dan Anggota DPRD dapat melaksanakan Kunjungan ke
Daerah Pemilihan masing-masing dalam rangka menjadi narasumber
atau memberikan sosialisasi / pendidikan politik yang dilaksanakan
oleh DPRD, SKPD Pemerintah Daerah atau pihak lainnya.
BAB XV
PERUBAHAN DAN PENYESUAIAN PERATURAN TATA TERTIB
Pasal 140
(1) Perubahan terhadap Peraturan Tata Tertib ini hanya dapat diajukan
oleh sekurang-kurangnya sembilan anggota DPRD, yang terdiri dari
dua Fraksi atau lebih.
(2) Pembahasan perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
dalam Rapat Paripurna yang khusus diadakan untuk keperluan
tersebut dan harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah Anggota DPRD.
(3) Keputusan diambil dengan persetujuan oleh sekurang-kurangnya 2/3
(dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir.
[Type text]
BAB XVI
ANGGARAN
Pasal 141
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 142
Pada saat Peraturan DPRD ini mulai berlaku, Peraturan DPRD Nomor 1
Tahun 2018 tentang Tata Tertib DPRD ( Berita Daerah Kabupaten Tanah
Bumbu Tahun 2018 Nomor 1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 143
Ditetapkan di Batulicin
pada tanggal
H. SUPIANSYAH. ZA
Diundangkan di Batulicin
pada tanggal
H. ROOSWANDI SALEM
[Type text]