Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING

Dibuat :

Nama : Friskilia S Renmaur

NIM : 2018-30-009

No Urut : 03

1
A. ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING

Etika Profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-


prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(Profesi). Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan
terhadap suatu pengetahuan khusus.
1. Prinsip-Prinsip Etika
Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:
a) Rasa Tanggung Jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki
pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.
b) Kepentingan Publik, auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak
sedemikian rupa agar dapat melayani kepentingan orang banyak, menghargai
kepercayaan publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
c) Integritas, yaitu mempertahankan dan memperluas keyakinan publik.
d) Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus mempertahankan obyektivitas dan
terbebas dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang
independen.
e) Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan
etika profesi dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta
melaksanakan tanggung jawab dengan kemampuan terbaiknya.
f) Lingkup dan sifat jasa, auditor yang berpraktik bagi publik harus
memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang disediakannya.
2. Dilema Etika Seorang Auditor
Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan
situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil
suatu keputusan tentang perilaku apa yang seharusnya dilakukan.

2
3. Model Umum Untuk Membuat Keputusan Beretika
1) Mengumpulkan /mengidentifikasi semua fakta-fakta yang relevan tentang
situasi yang menimbulkan isu etika dan membuat suatu kebutuhan untuk suatu
keputusan beretika.
2) Memikirkan individu-individu/kelompok-kelompok yang akan terkena
dampaknya.
3) Memikirkan akibat-akibat alternatif dari suatu tindakan.
4) Memikirkan hasil-hasil yang mungkin sebagai konsekuensi yang diakibatkan
tindakan tersebut.
5) Membandingkan akibat-akibat tindakan tersebut dengan pertanyaan-
pertanyaan etika yang timbul.
6) Memilih suatu alur aksi diantara alternatif-alternatif tersebut.

Auditing adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan


mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai
tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya
kepada para pemakai yang berkepentingan.  
o Dilihat dari sisi untuk siapa audit dilaksanakan, auditing dapat diklasifikasikan
menjadi tiga, yaitu:
1. Auditing ekternal, adalah pemberian jasa audit untuk memenuhi kebutuhan
informasi untuk pihak luar perusahaan yang diaudit dengan independen.
2. Auditing internal adalah pengukuran dan pengevaluasian efektivitas
organisasi. Auditor yang melakukan audit internal disebut dengan auditor
internal dan merupakan karyawan organisasi tersebut.
3. Auditing sektor publik, merupakan kontrol atas organisasi pemerintah yang
memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.

3
Standar auditing yang menjadi kriteria atau pedoman kerja minimum yang
memiliki kekuatan hukum bagi para auditor dalam menjalankan tanggung jawab
profesionalnya yaitu SPAP Standar Profesional Akuntan Publik ).

SPAP memilki Lima tipe standar yang dikodifikasikan, yaitu:

1. Standar Auditing, merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis


dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA).
Standar auditing terdiri dari tiga bagian, yaitu:
 Standar Umum, yaitu bagian yang mengatur tentang mutu profesional
auditor independen atau persyaratan pribadi auditor.
 Standar Pekerjaan Lapangan, yaitu bagian yang mengatur mengenai
pertimbangan-pertimbangan yang harus digunakan dalam pelaksanaan
audit.
 Standar Pelaporan, yaitu bagian yang mengatur tentang pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan dalam penyusunan laporan audit.
2. Standar Atestasi, memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan
dalam jasa audit atas laporan keuangan historis, pemeriksaan atas laporan
keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang memberikan
keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang
disepakati). 
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review, memberikan rerangka untuk fungsi
nonatestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan
review).
4. Standar Jasa Konsultasi, memberikan panduan bagi praktisi yang
memberikan jasa konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa
konsultasi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap
asersi pihak ketiga.. 

4
5. Standar Pengendalian Mutu, memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik didalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan.

Kualitas audit diimplementasikan dengan ketaatan auditor terhadap kode etik, yang
terefleksikan dalam beberapa sikap yaitu :

1. Independensi
2. Objektivitas
3. Integritas

o Independensi dalam audit berarti cara pandang yang tidak memihak di dalam
pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan laporan
audit.
o Integritas yaitu, setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
professional dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya
o Objektivitas yaitu, harus bebas dari masalah benturan kepentingan (conflict of
interest) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material
misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan pertimbangannya kepada
pihak lain.

Profesi akuntan publik mewujudkan perilaku profesionalnya dengan


melaksanakan etika profesi yang talah ditetapkan oleh IAI dan IAPI. Kode etik
profesi diperlukan karena alasan-alasan berikut :
1. Kebutuhan akan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa yang
diberikan.
2. Masyarakat tidak dapat diharapkan mampu menilai kualitas jasa yang
diberikan oleh profesi
3. Meningkatnya kompetisi di antara anggota profesi

5
 Kode Etik IAPI menegaskan lima prinsip dasar akuntan publik antara lain :
1. Prinsip Integritas
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dn
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip Objektivitas
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan keperntingan, atau
pengaruh tidak layak (undue influence) dari pihak lain mempengaruhi pertimbangan
profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
Setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari
hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan
informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau pemberi
kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan
hukum atau peraturan lain yang berlaku.
5. Prinsip prilaku profesional
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

6
 Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
Kode Etik IAI menegaskan tiga rerangka sebagai berikut :
1. Prinsip etika
Prinsip etika merupakan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Dalam Kode Etik IAI,
terdapat delapan prinsip etika yaitu :
1. Tanggung jawab profesi, yaitu harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan publik, yaitu senantiasa bertindak dalam rerangka pelayananan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen
atas profesionalisme.
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompentensi dan kehati-hatian profesional,
6. Kerahasiaan, 
7. Perilaku profesional, 
8. Standar teknis, yaitu setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya
sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan.
2. Aturan etika
Merupakan aturan yang harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan
Indonesia dan staf profesional (baik yang anggota maupun bukan anggota IAI) yang
bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik. Rekan pimpinan KAP bertanggung jawab
atas ditaatinya aturan etika oleh anggota KAP.
3. Interpretasi aturan etika
Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan
sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur

7
dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh IAI. Sikap
mental independen.

 Peraturan Menteri Keuangan No 17/PMK.01 / 2008 (pasal 44)


“Terkait dengan etika dalam praktik auditing”.

PMK tersebut mengatur antara lain :

1. Akuntan Publik bertanggung jawab atas seluruh jasa yang diberikan.


2. Akuntan Publik bertanggung jawab atas Laporan Auditor Independen, Kertas
Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan, dan dokumen pendukung
lainnya yang berkaitan dengan pemberian jasa selama 10 (sepuluh ) tahun.
3. Akuntan Publik dan/atau KAP wajib memelihara Laporan Auditor
Independen, Kertas Kerja dari Akuntan Publik yang bersangkutan, dan
dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan pemberian jasa selama 10
(sepuluh) tahun.
4. Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mencantumkan namanya pada
dokumen atau komunikasi tertulis yang memuat laporan keuangan atau
bagian-bagian dari suatu laporan keuangan, kecuali Akuntan Publik dan/atau
KAP yang bersangkutan telah melakukan audit atau kompilasi atau reviu atas
laporan keuangan atau bagian-bagian dari laporan keuangan dimaksud.

8
B. KASUS ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING

Kasus Sembilan KAP yang diduga melakukan kolusi dengan kliennya.

Jakarta, 19 April 2001 .Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak


kepolisian mengusut sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), diduga telah melakukan
kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahun 1995-1997.
Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis,
mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, sembilan dari sepuluh KAP yang
melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit.          

Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga


akibatnya mayoritas bank-bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank-bank
yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan
KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R, RY, S & S, SD &
R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi etika
profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas
suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan
laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan. ICW
menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekadar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keuangan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang dicoba ditutupi dengan melakukan rekayasa
akuntansi.    

9
  

Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan


tindakan administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya,
karena itu kemudian ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini
karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai, kesembilan
KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan laporan yang
menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat
ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita
mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya
mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Tetan, ICW juga sudah
melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan
etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

PEMBAHASAN:
Dalam kasus tersebut, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode
etik profesi akuntan. Kode etik yang dilanggar yaitu :
 Kode Etik tentang tanggung jawab profesi
Prinsip ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa
professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk
masyarakat dan juga pemegang saham. Dengan menerbitkan laporan palsu, maka
akuntan telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka
selaku orang yang dianggap dapat  dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.
 Kode Etik tentang kepentingan publik dan objektivitas
Para akuntan dianggap telah menyesatkan public dengan penyajian laporan
keuangan yang direkayasa dan mereka dianggap tidak objective dalam menjalankan
tugas. Dalam hal ini, mereka telah bertindak berat sebelah yaitu mengutamakan

10
kepentingan klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak
memihak, serta bebas dari benturan kepentingan pihak lain.

11

Anda mungkin juga menyukai