Disusun oleh :
Nur faizun
20161660134
1. DEFINISI
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015
neurologis melalui terapi fisik dan tehnik-tehnik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi dini di
tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah untuk mencegah
2016).
2. ETIOLOGI
Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995 dalam
Khairani, 2013):
Orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-anak.
Anak yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan anak yang
sehat.
b. Gaya hidup
Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan kesehatannya.
Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan tentang mobilitas dan
d. Kebudayaan
Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam
beraktivitas, misalnta seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki berbeda
dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribasi. Sehingga dapat disimpulkan
e. Tingkat energi
Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih sedikit
3. PATOFISIOLOGI
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi
kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),
mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu
keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk
tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami
tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,
neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan
saraf. Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi
dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot,
isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan
otot memendek. Kontraki isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan
klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik
dan isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktivitas
dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah
4. MANIFESTASI KLINIS
a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
pembentukan thrombus
e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi,
5. KLASIFIKASI
1. Jenis Mobilitas
a. Mobilitas penuh.
sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari.
Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat
b. Mobilitas sebagian.
dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan
saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
kakinya.
3. Jenis Immobilitas :
Menurut Mubarak (2016) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :
otak.
3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau
4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang
6. PENATALAKSANAAN
b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya
latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan
pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan
d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan
elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi
penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat menyebabkan
memungkinkan.
f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat,
g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi
meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif
h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri dan
ambulasi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik
tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak
dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji
TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITA
S
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
2. Rentang gerak (range of motion-ROM)
menjauhi tubuh
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan
hubungan tulang.
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau
tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang
memperlihatkan abnormalitas.
d. Pemeriksaan Laboratorium:
Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT
Mobilisasi
Intoleransi
Penurunan Perubahan Aktivitas
otot sistem
intragumen kulit
Perubahan Ketidakmampuan
sistem mengakses kamar mandi
Kontriksi
muskuloskeletal pembuluh darah
Dekubitus
Gangguan integritas
kulit/jaringan
ASUHAN KEPERAWATAN
9. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
1. Pekerjaan :
2. Suku / bangsa :
3. Alamat :
4. Status perkawinan :
b. Riwayat Keperawatan
Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem
jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Fisik
panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya
patah tulang.
berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih
dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan tidak mampu
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI