Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN BERGERAK DAN DAPAT


MEMPERTAHANKAN POSTUR TUBUH DENGAN BAIK
(MOBILISASI)

Disusun oleh :
Nur faizun
20161660134

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan

teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan

untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses

penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Mubarak et al 2015

dalam Pradana 2016).

Latihan mobilisasi atau rehabilitasi juga bertujuan untuk memperbaiki fungsi

neurologis melalui terapi fisik dan tehnik-tehnik lain. Mobilisasi dan rehabilitasi dini di

tempat tidur merupakan suatu program rehabilitasi. Tujuannya adalah untuk mencegah

terjadinya kekakuan (kontraktur) dan kemunduran pemecahan kekakuan

(dekondisioning), mengoptimalkan pengobatan sehubungan masalah medis dan

menyediakan bantuan psikologis pasien dan keluarganya(Junaidi, 2006 dalam Pradana

2016).

2. ETIOLOGI

Penyebab yang dapat mempengaruhi mobilisasi antara lain (Kozier, 1995 dalam

Khairani, 2013):

a. Usia dan status perkembangan

Perbedaan tingkat mobilisasi salah satunya disebabkan oleh perbedaan usia.

Orang dewasa akan mempunyai tingkat mobilitas yang berbeda dengan anak-anak.

Anak yang sering sakit juga akan mempunyai mobilitas berbeda dengan anak yang

sehat.

b. Gaya hidup

Masing-masing individu mempunyai gaya hisup sendiri yang berbeda-beda.

Hal ini juga dapat bergantung pada tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat
pendidikan individu maka perilakunya akan dapat meningkatkan kesehatannya.

Apabila pengetahuan tinggi tentunya akan diikuti pengetahuan tentang mobilitas dan

akan senantiasa melakukan mobilitas dengan cara yang sehat.

c. Proses dari suatu penyakit

Individu yang dihadapkan dengan penyakit tertentu akan berpengaruh

terhadap mobilitasnya. Contohnya seseorang yang menderita patah tulang akan

kesulitan dalam melakukan mobilisasi secara bebas.

d. Kebudayaan

Suatu budaya dapat mempengaruhi seseorang meliputi pola dan sikap dalam

beraktivitas, misalnta seorang anak desa akan biasa dengan jalan kaki berbeda

dengan anak kota yang menggunakan kendaraan pribasi. Sehingga dapat disimpulkan

mobilitasnya sangat berbeda.

e. Tingkat energi

Individu dalam melakukan mobilitas akan membutuhkan sebuah energi.

Individu yang sedang sakit akan mempunyai tingkat mobilitas yang lebih sedikit

dibandingkan dengan individu yang sehat.

3. PATOFISIOLOGI

Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu

kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi

kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi),

mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri,

mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu

keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik.

Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk

tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh,
mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami

tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).

Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot,

ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem

neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan

saraf. Otot skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi

dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot,

isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan

otot memendek. Kontraki isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja

otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan

klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik

dan isometrk. Postur dan gerakan otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati

seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.

Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktivitas

dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah

suatu keadaan tegangan otot yang seimbang (Handiyani, 2013).

4. MANIFESTASI KLINIS

1. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:

a. muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan

abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium

b. kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan

pembentukan thrombus

c. pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas


d. metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak

dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium;

dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)

e. eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan

dan batu ginjal

f. integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan

g. neurosensori: sensori deprivation

2. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual,

sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi,

perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.

3. Keterbatasan rentan pergerakan sendi

4. Pergerakan tidak terkoordinasi

5. Penurunan waktu reaksi ( lambat )

5. KLASIFIKASI

Menurut Mubarak (2016) klasifikasi mobilisasi adalah :

1. Jenis Mobilitas

a. Mobilitas penuh.

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas

sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari.

Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat

mengontrol seluruh area tubuh seseorang.

b. Mobilitas sebagian.

Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas

dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan

saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai
pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien

paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena

kehilngan kontrol mekanik dan sensorik.

Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat

disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,

contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.

b. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk

bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan

oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya

hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang,

poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensoris.

2. Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan

persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat

mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara

menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan

kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan


aktifitas yang diperlukan

3. Jenis Immobilitas :

Menurut Mubarak (2016) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain :

1. Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang

disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.

2. Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan

otak.

3. Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau

kehilangan seseorang yang dicintai.

4. Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang

sering terjadi akibat penyakit.

6. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan secara medis yaitu meliputi :

a. Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien dan keluarga

b. Edukasi pada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya

latihan bertahap dan ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan

melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sendiri, semampu pasien.

c. Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan

pembuatan rencana terapi yang mencakup pula perkiraan waktu yang diperlukan

untuk mencapai target terapi.

d. Temu dan kenali tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan

elektrolit yang mungkin terjadi pada kasus imobilisasi, serta penyakit/ kondisi

penyetara lainnya.
e. Evaluasi seluruh obat-obatan yang dikonsumsi; obat-obatan yang dapat menyebabkan

kelemahan atau kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentkan bila

memungkinkan.

f. Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat,

serta suplementasi vitamin dan mineral.

g. Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi

meliputi latihan mobilitas di tempat tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif

dengan bantuan), latihan penguat otot-otot (isotonik, isometrik, isokinetik), latihan

koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.

h. Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat-alat bantu berdiri dan

ambulasi.

i. Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan toilet.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat

tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak

dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan

pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

1. Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

2. Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

3. Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)

c. Mengkaji system persendian


Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan

adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran

masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau

atropfi, nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu

ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang

berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis

– stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara

berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih

dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji

denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

g. Mengkaji fungsional klien

1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas

TINGKAT KATEGORI
AKTIVITAS/ MOBILITA
S
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang
lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang
lain, dan peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
2. Rentang gerak (range of motion-ROM)

1) Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan, sedangkan

Ekstensi merupakan gerak meluruskan

2) Adduksi merupakan mendekati tubuh, sedangkan Abduksi merupakan gerak

menjauhi tubuh

3) Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan, sedangkan Pronasi

merupakan gerak menelungkupkan tangan

4) Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea rah

dalam tubuh, sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan (membuka)

telapak kearah luar

3. Derajat kekuatan otot

SKAL PERSENTASE KARAKTERISTIK


A KEKUATAN
NORMAL (%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di
palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan

hubungan tulang.

b. CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang

terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau
tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang

didaerah yang sulit dievaluasi.

c. MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive,

yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk

memperlihatkan abnormalitas.

d. Pemeriksaan Laboratorium:

Hb ↓pada trauma, Ca↓ pada imobilisasi lama, Alkali Fospat ↑, kreatinin dan SGOT

↑ pada kerusakan otot.

8. WEB OF CAUTION (WOC)

Mobilisasi

Tidak mampu beraktifitas

Tirah baring yang lama

Kehilangan Jaringan kulit Kelemahan


daya otot yang tertekan

Intoleransi
Penurunan Perubahan Aktivitas
otot sistem
intragumen kulit

Perubahan Ketidakmampuan
sistem mengakses kamar mandi
Kontriksi
muskuloskeletal pembuluh darah

Defisit Perawatan Diri


Gangguan Sel kulit mati
Mobilitas Fisik

Dekubitus
Gangguan integritas
kulit/jaringan

ASUHAN KEPERAWATAN
9. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien

(Nama, Umur ,Jenis Kelamin, Agama , Pendidikan :

1. Pekerjaan :

2. Suku / bangsa :

3. Alamat :

4. Status perkawinan :

b. Riwayat Keperawatan

Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat adanya gangguan pada sistem

muskuloskeletal, ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas,

jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain.

c. Pemeriksaan Fisik

a. Mengkaji skelet tubuh

Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal

akibat tumor tulang.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh

yang tidak dalam kesejajaran anatomis.Angulasi abnormal pada tulang

panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya

patah tulang.

b. Mengkaji tulang belakang

1) Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)

2) Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)

3) Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang

berlebihan)
c. Mengkaji system persendian

Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas,

dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi

d. Mengkaji system otot

Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran

masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema

atau atropfi, nyeri otot.

e. Mengkaji cara berjalan

Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu

ekstremitas lebihpendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang

berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic

hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower

motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).

f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer

Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih

dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan

mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.

g. Mengkaji fungsional klien

 Kategori tingkat kemampuan aktivitas

Rentang gerak (range of motion-ROM)

Tipe gerakan Derajat rentang


normal
Leher, spinal, servikal
Fleksi : menggerakkan dagu menempel ke dada 45
Ekstensi : mengembalikan kepala ke posisi tegak 45
Hiperekstensi : menekuk kepala ke belakang sejau mungkin 10
Fleksi lateral : memiringkan kepala sejau mungkin ke arah 40-45
setiap bahu
Rotasi : memutar kepala sejau mungkin dalam gerakan 180
sirkuler
Bahu
Fleksi : menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke 180
depan ke posisi di atas kepala
Ekstensi : mengembalikan lengan ke posisi semula 180
Abduksi : menaikkan lengan ke posisi samping di atas 180
kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala
Adduksi : menurunkan lengan ke samping dan menyilang 320
tubu sejau mungkin
Rotasi dalam : dengan siku fleksi, memutar bahu dengan 90
menggerakkan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam
dan ke belakang.
Rotasi luar : dengan siku fleksi, menggerakkan lengan 90
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala
Lengan bawa
Supinasi : memutar lengan bawa dan telapak tangan seingga 70-90
telapak tangan menghadap ke atas
Pronasi : memutar lengan bawah sehingga telapak tangan 70-90
menghadap ke bawah
Pergelangan tangan
Fleksi : menggerakkan telapak tangan ke sisi dalam lengan 80-90
bawah
Ekstensi : menggerakkan jari-jari sehingga jari-jari, tangan, 80-90
dan lengan bawa berada pada arah yg sama
Abduksi (fleksi radial) : menekuk pergelangan tangan miring Sampai 30
(medial) ke ibu jari
Adduksi (fleksi luar) : menekuk pergelangan tangan miring 30-50
(medial) ke ibu jari
Jari-jari tangan
Fleksi : membuat pergelangan 90
Ekstensi : meluruskan jari tangan 90
Hiperkstensi : menggerakkan jari-jari tangan ke belakang 30-60
sejau mungkin
Ibu jari
Fleksi : menggerakkan ibu jari menyilang permukaan 90
telapak tangan
Ekstensi : menggerakkan ibu jari lurus menjau dari tangan 90
Pinggul
Fleksi : menggerakkan tungkai ke depan dan atas 90-120
Ekstensi : menggerakkan kembali ke samping tungkai yang 90-12 0
lain
Lutut
Fleksi : menggerakkan tumit ke arah belakang paha 120-130
Ekstensi : mengembalikan tungkai ke lantai 120-130
Mata kaki
Dorsofleksi : menggerakkan sehingga jari-jari kaki menekuk 20-30
ke atas
Plantarfleksi : menggerakkan kaki sehingga jari-jari kaki 45-50
menekuk ke bawah

Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living)

1 : Pasien mampu berdiri

2 : Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal

3 :Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan

4 : Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat

5 : Tergantung secara total pada pemberian asuhan

Kekuatan Otot/ Tonus Otot

1 : Otot sama sekali tidak bekerja

2 (10%) : Tampak berkontraksi/ ada sakit gerakan tahanan sewaktu jatuh

3 (25%) : Mampu menahan tegak tapi dengan sentuhan agak jauh


4 (50%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat

5 (75%) : Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan berat

dan melawan tekanan secara stimulan

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot ditandai

dengan kekuatan otot menurun

2. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas ditandai dengan

kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan merasa lemah

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan tidak mampu

mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri

11. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan O: 1.untuk mengetahui
fisik berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri
dengan penurunan ….x24 jam adanya nyeri 2. untuk memantau
kekuatan otot diharapkan gangguan dan keluhan kondisi klien
ditandai dengan mobilitas fisik dapat fisik 3. untuk membantu
kekuatan otot teratasi dengan melakukan klien dalam aktivitas
menurun kriteria hasil : pergerakan mobilisasi
a. pergerakan 2. Monitor 4. untuk membantu
ekstremitas kondisi umum klien dalam bergerak
meningkat selama 5. agar klien
b. kekuatan otot melakukan mengetahui tujuan
meningkat mobilisasi mobilisasi
c. kelemahan fisik T: 6.untuk
menurun 1. Fasilitasi mempercepat proses
d. Gerakan terbatas aktivitas mobilisasi pasien
menurun mobilisasi 7. Agar klien dapat
dengan alat melakukan aktivitas
bantu dengan mandiri
2. Fasilitasi
melakukan
pergerakan
E:
1. Jelaskan
tujuan dan
prosedure
mobilisasi
2. Anjurkan
mobilisasi dini
3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana
seperti duduk
ditempat tidur,
pindah ke kursi
2. Gangguan integritas Setelah dilakukan O: 1. Untuk mengetahui
tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab awal
kulit/jaringan ….x24 jam gangguan integritas kulit
diharapkan gangguan penyebab 2.Agar tidak terjadi
berhubungan dengan integritas integritas kulit penekanan pada
kulit/jaringan dapat (misal kulit
penurunan mobilitas
teratasi dengan penurunan 3. Agar kulit klien
ditandai dengan kriteria hasil : mobilitas) tidak kering
1. Elastisitas cukup T: 4. Penggunaan
kerusakan jaringan meningkat (4) 1. Ubah posisi lotion akan
2. Hidrasi cukup tiap 2 jam jika memberikan rasa
dan/atau lapisan kulit meningkat (4) tirah baring lembab pada
3. Perfusi jaringan 2. Gunakan kulit
cukup meningkat minyak pada 5. Nutrisi yang
(4) kulit kering cukup dapat
4. Kemerahan E: membuat kulit
menurun (5) 1. Anjurkan lebih sehat
menggunakan 6. Agar kulit tidak
pelembab terasa panas dan
(lotion) kering
2. Anjurkan
minum air
yang cukup
3. Anjurkan
meningkatkan
nutrisi
4. Anjurkan
menghindari
terpapar suhu
ekstrim
3. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan O: 1. untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan 1. Identifikasi gangguan yang
kelemahan ditandai ….x24 jam gangguan menyebabkan
dengan merasa diharapkan toleransi fungsi tubuh kelelahan
lemah aktivitas meningkat yang 2. agar klien aman
dengan kriteria hasil : mengakibatkan dan tidak jatuh
1. Kekuatan tubuh kelelahan 3. untuk mengurangi
bagian atas cuku T: rasa kelelahan
meningkat (4) 1. fasilitas duduk 4. agar dapat
2. Kekuatan tubuh di sisi tempat melakukan aktivitas
bagian bawah tidur, jika tidak sedikit demi sedikit
cukup meningkat dapat berpindah
(4) atau berjalan
3. Keluhan lelah E :
cukup menurun (4) 1. Anjurkan tirah
4. Perasaan lemah baring
cukup menurun (4) 2. Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
4. Defisit perawatan Setelah dilakukan O : 1.untuk mengetahui
diri berhubungan tindakan keperawatan 1.identifikasi kebiasaan klien
dengan kelemahan ….x24 jam kebiasaan aktivitas dalam perawatan diri
ditandai dengan diharapkan dapat perawatan diri 2. agar mengetahui
tidak mampu melakukan perawatan sesuai usia apa saja yang perlu
mandi/mengenakan diri secara mandiri 2. monitor tingkat dibantu
pakaian/makan/ke dengan kriteria hasil : kemandirian 3.untuk
toilet/berhias secara 2. kemampuan mandi 3. identifikasi meningkatkan
mandiri meningkat (5) kebutuhan alat kemandirian klien
3. kemampuan bantu kebersihan
mengenakan diri, berpakaian,
pakaian meningkat berhias dan makan
(5) T:
4. kemampuan 1.siapkan keperluan
makan meningkat pribadi
(5) 2. damping dalam
5. kemampuan ke melakukan
toilet (BAB/BAK) perawatan diri
meningkat (5) sampai mandiri
3.fasilitasi
kemandirian , bantu
jika tidak mampu
melakukan
perawatan diri
E:
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Handiyani, H. 2013. Mobilisasi dan Imobilisasi. http://staff.ui.ac.id [Diakses pada 7 maret


2018]
Herdman, T. Heather. 2015. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC
Khairani, A. 2013. Laporan pendahuluan tentang Mobilisasi. https://plus.google.com
[Diakses pada 7 Maret 2018]
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan:
konsep, proses dan praktik. Jakarta: EGC
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai