Anda di halaman 1dari 20

PORTOFOLIO INTERNSHIP KASUS MEDIKOLEGAL

Nama Peserta dr. Arini Dyah Setyowati


Nama Wahana RS PKU Muhammadiyah Temanggung
Topik Kecelakaan Kerja
Tanggal (kasus) Pasien datang ke UGD pada 11 Oktober 2014 pukul 05.13 WIB
Nama Pasien Tn. M No. RM 0157068
Tanggal Presentasi - Pendamping dr. Wiwik Dewi S
Tempat Presentasi -
Objektif Presentasi
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi Seorang laki-laki 30 tahun datang dengan luka di jari tangan kanan
□ Tujuan Menegakkan diagnosis dan penatalaksanaan vulnus laceratum
Bahan Bahasan □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Data Pasien Tn. M No. Registrasi: 0157068
Nama Klinik Telp. Terdaftar sejak: 2014
Data Utama untuk Bahan Diskusi: Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada
tanggal 11 Oktober 2014 pukul 05.13 WIB. Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
dengan pasien.
1. ± setengah jam yang lalu jari ke dua tangan kanan terkena gergaji saat bekerja, berdarah
(+), kemudian dibawa ke RS PKU Muh Tmg.

2. Riwayat Pengobatan: -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
- Pasien belum pernah sakit seperti ini.
4. Riwayat Keluarga:
- Riwayat keluarga sakit seperti ini disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi: pasien adalah karyawan pabrik, pembiayaan ditanggung pabrik.
6. Riwayat Imunisasi : -
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka:
1. Pia K Markannen. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. ILO. Dalam :
International Labour Organization, Subregional Asia Tenggara dan Pasifik, Kertas
Kerja 9, April 2004.

1
2. Suma'mur. 1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta : Gunung
Agung
3. Haris. 2012. http://haris08.community.undip.ac.id/2012/06/03/k3-konstruksi-bangunan
4. Frank E. Bird, Jr. Practical Loss Control Leadership. Institite Publishing, 1990.

Hasil Pembelajaran:
1. Pengertian kecelakaan kerja
2. Penyebab kecelakaan kerja
3. Kerugian kecelakaan kerja
4. Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (K3)
5. Manajemen keselamatan
6. Perlengkapan dan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif : Anamnesis dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2014 pukul
05.13 WIB secara autoanamnesis dengan pasien
± ± setengah jam yang lalu jari ke dua tangan kanan terkena gergaji saat
bekerja, berdarah (+), kemudian dibawa ke RS PKU Muh Tmg.
 Riwayat penyakit dahulu : pasien belum pernah sakit seperti ini.
 Riwayat keluarga sakit seperti ini disangkal.
 Riwayat sosial ekonomi: pasien adalah karyawan pabrik, pembiayaan
ditanggung pabrik.
2. Objektif: pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2014
pukul 05.13 WIB di IGD
Primary survey
A : bicara lancar, airway clear
B : simetris statis dinamis, sesak (-), nyeri dada (-)
C : perdarahan aktif (+), kontrol perdarahan (+)
D : GCS E4M6V5
a. Vital sign
 KU: CM
 Tekanan darah : 110/60 mmHg

2
 Frekuensi nadi: 84 x/menit
 Frekuensi nafas: 28x /menit
 Suhu: 36,70 C
b. Pemeriksaan sistemik
 Kulit:
Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
 Kepala:
Mesosefal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
 Mata:
Konjungtiva tidak anemis, tidak hiperemis, sklera tidak ikterik, mata
cekung (-/-)
 THT: dalam batas normal
 Mulut:
Mukosa mulut dan bibir tidak kering.
 Leher :
Tidak ada kelainan.
 KGB:
Tidak teraba pembesaran KGB pada leher, axilla, dan inguinal.
 Thoraks:
Jantung : BJ I-II reg, bising (-), gallop (-)
Paru : SDV (+/+), ST (-/-)
 Abdomen:
- Inspeksi : Perut datar
- Auskultasi : Bising usus (+) normal
- Palpasi : Perut teraba supel
- Perkusi : Timpani
 Punggung:
Dalam batas normal, tidak tampak kelainan.
 Alat kelamin:
Dalam batas normal
 Anus:

3
Inspeksi : Dalam batas normal, tidak tampak kelainan.
 Ekstremitas:
Ekstremitas Superior Inferior
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-

Status lokalis manus dextra :


Luka digiti II ± 1,5 cm, tepi tidak beraturan, dasar otot, perdarahan (+)
3. Assessment (penalaran klinis):
Penegakan diagnosis vulnus laceratum didapatkan dari anamnesis yaitu
terkena gergaji saat bekerja di pabrik, pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya luka ukuran ± 1,5 cm, tepi tidak beraturan, dasar otot, perdarahan (+).
4. Plan:
Diagnosis klinis: vulnus laceratum digiti II manus dextra
Pengobatan:
1. Promotif:
Diberikan penyuluhan mengenai vulnus laceratum mulai dari pengertian,
penyebab, gejala penyakit, pencegahan, pengobatan, komplikasi dan
prognosis.
2. Preventif:
Edukasi agar menggunakan alat pelindung diri (APD) saat bekerja
3. Kuratif:
Dilakukan pembersihan, penjahitan luka dan terapi medikamentosa yaitu
Mefinal 3x1 tab dan amoxicillin 3x1 tab.
Pendidikan:
Kepada keluarga dijelaskan mengenai penyakit mulai dari pengertian,
penyebab, gejala penyakit, pencegahan, pengobatan, komplikasi dan
prognosis.
Konsultasi:
Dilakukan konsultasi kepada dokter spesialis bedah apabila perdarahan tidak
teratasi atau terdapat patah tulang.

4
5
TINJAUAN PUSTAKA

Angkatan kerja Indonesia diperkirakan berjumlah 95.7 juta orang, terdiri dari
58.8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36.9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar 44
persen dari total angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60
persen bekerja dalam perekonomian informal.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea
menyebutkan bahwa kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam yang
seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-
pekerja yang bersangkutan tidak mengalami kecelakaan dan kerugian laba sebesar
340 milyar rupiah.

KECELAKAAN KERJA

Pengertian
Pengertian kecelakaan kerja berdasarkan Frank Bird Jr adalah kejadian yang
tidak diinginkan yang terjadi dan menyebabkan kerugian pada manusia dan
harta benda. Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasrkan efek yang
ditimbulkan :
1. Accident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimbulkan
kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident : adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum
menimbulkan kerugian.
3. Near miss : adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident
Sedangkan berdasarkan sumber UU No 1 Tahun 1970 kecelakaan kerja adalah
suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang
mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktifitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia atau harta benda. Menurut menurut
UU No. 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja, kecelakaan kerja adalah

6
kecelakaan terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah menuju tempat
kerja dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
3 aspek utama dari kecelakaan :
1. Keadaan apapun yang membahayakan (hazard) pada tempat kerja maupun
di lingkungan kerja. Hazard ini untuk manusia menimbulkan cedera
(injury) dan sakit (illness).
2. Cedera dan sakit adalah hasil dari kecelakaan akan tetapi kecelakaan
tidak terbatas pada cedera atau sakit saja.
3. Jika dalam suatu kejadian menyebabkan kerusakan atau kerugian (loss) tetapi
tidak ada cedera pada manusia, hal ini termasuk juga kecelakaan. Kecelakaan
dapat menyebabkan hazard pada orang, kerusakan pada peralatan atau barang
dan terhentinya proses pekerjaan.

Penyebab
Berdasarkan teori dari Frank Bird Jr, menyebutkan bahwa kecelakaan
disebabkan atas beberapa faktor berikut :
a. Lemahnya control atau kurang pengawasan dari pihak manajemen
terhadap berjalannya penerapan aspek – aspek keselamatan kerja dilapangan
b. Penyebab Dasar (Basic Causses). Adalah faktor dasar yang
menyebabkan kecelakaan atau faktor utama dari dari terjadinya
kecelakaan. Faktor dasar tersebut dibagi menjadi dua faktor dasar (basic
faktor) :
• faktor manusia (Personal Faktor/Human Factor) adalah faktor yang
berasal dari dalam diri setiap manusia sendiri contohnya : Kemampuan
yang manusia tersebut yang kurang, Stress, pengtehuan yang kurang
dan motivisai yang buruk untuk bekerja sesuai dengan peraturan
• faktor dari pekerjaan (Job Factor) adalah faktor yang berasal dari
pengawasan pihak manajemen terhadap jalannya program keselamatan
dan kesehatan kerja

7
c. Penyebab Langsung (Immediate Causes). Adalah faktor kecelakaan yang
secara langsung bersinggungan dengan manusia dan kondisi lingkungan
kerja. Faktor tersebut dibagi menjadi dua:
 Substandard Action (Prilaku manusia yang tidak baik) adalah
penyebab yang didasarkan pada prilaku manusia yang tidak
mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bertindak tidak aman,
contohnya : Tidak menggunakan APD, menjalankan mesin tanpa
ijin, bercanda dan melepas barier pada mesin
 Substandard Condition (Kondisi lingkungan yang tidak aman) adalah
dimana lingkungan kerja, perlatan kerja yang mendukung terjadinya
kecelakaan kerja. Contohnya : Lingkungan kerja dekat dengan
sumber panas, adanya sumber bising, tidak adanya tanda peringatan
d. Incident/Accident. Terjadinya kontak dengan suatu benda, energy dan
atau bahan berhazard sebagai efek dari ketiga penyebab diatas yang
tidak dapat dikendalikan.
e. Treshold limit. Adalah nilai ambang batas dimana ketika seluruh peyebab tadi
sudah melebihi nilai yang sudah ditentukan.
f. Kerugian. Konsekuensi dari terjadinya incident/accident baik terhadap
manusia sebagai pekerja dan atau kerugian terhadap perlatan yang
digunakan untuk menunjang pekerjaan.

Kerugian
Terjadinya kecelakaan dapat menimbulkan kerugian berupa cedera atau
kematian pada pekerja, harta benda (properti), kerusakan lingkungan, proses.
Kerugian dapat menimpa diri pekerja dan keluarga, perusahaan, masyarakat
dan pemerintah. Salah satu kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan adalah
waktu hilang kerja sebagai berikut:
1. Waktu pekerja yang terlukayaitu waktu produktif hilang, oleh karena
karyawan terluka dan tidak dapat digantikan dengan kompensasi.
2. Waktu teman kerja yaitu:

8
a. Waktu hilang dari teman kerja ditempat kejadian, seperti membantu
korban ke rumahsakit atau ambulans
b. Waktu hilang dikarenakan simpati dan keingintahuan dan pekerjaan
terhenti pada saat kecelakaan dan sesudah kejadian sebab adanya diskusi
tentang kejadian
c. Waktu hilang dikarenakan membersihkan bekas kecelakaan,
mengumpulkan sumbangan untuk membantu korban dan keluarganya.
3. Waktu supervisor (atasan) yaitu:
a. Waktu membantu korban
b. Waktu untuk menginvestigasi penyebab kecelakaan, misalnya investigasi
awal, tindak lanjut, penelitian untuk pencegahan.
c. Waktu untuk mengatur kelangsungan pekerjaan, mendapatkan material
baru, dan penjadualan kembali
d. Seleksi dan pelatihan pekerja baru, mencakup memeriksa aplikasi pekerja,
evaluasi calon pekerja, pelatihan pekerja baru ataumemindahkan pekerja.
e. Waktu untuk mempersiapkan laporan kecelakaan, seperti laporan pekerja
cedera, laporan kerusakan barang, laporan incident, kesesuaian
laporan, sarana kecelakaan dan lain sebagainya.
f. Waktu untuk berpartisipasi pada saat mendiskusikan tentang kasus
kecelakaan.
4. Kerugian – kerugian yang bersifat umum yaitu:
a. Waktu produksi yang hilang karena adanya kekecewaan, shock atau
adanya peralihan perhatian pekerja, proses kerja lambat, diskusi
dengan pekerja lain seperti “apakah kamu telah dengar”...?.
b. Kerugian yang diakibatkan oleh terhentinya mesin, kenderaan, pabrik,
fasilitas dan sebagainya yang bersifat sementara atau jangka panjang serta
mempengaruhi peralatan dan penjadualan.
c. Efektifitas pekerja yang terluka sering sekali berkurang setelah
kembali bekerja.
d. Kerugian bisnis dan keinginan untuk berusaha, publisitas yang buruk,
masalah yang ditimbulkan dengan adanya rekruitmen baru.

9
e. Memperbesar biaya legal seperti kompensasi, tanggungjawab dalam
penanganan klaim dibandingkan dengan biaya langsungberupa asuransi.
f. Peningkatan biaya untuk asuransi.
5. Kerugian – kerugian yang berkaitan dengan properti yaitu:
a. Pengeluaran untuk penyediaan barang dan peralatan yang bersifat
emergency
b. Biaya material dan peralatan untuk memperbaiki dan memindahkan
barang
c. Biaya yang diakibatkan karena lamanya waktu untuk memperbaiki
peralatan dan pemindahan sehingga kehilangan produktifitas dan
tertundanya waktu pemeliharaan peralatan lain.
d. Biaya yang timbul dikarenakan tindakan perbaikan
e. Kerugian akibat persediaan suku cadang tidak mutakhir (kuno) untuk
peralatan yang rusak.
f. Biaya pengamanan dan peralatan emergency.
g. Kehilangan produksi selama kurun waktu pada saat reaksi pekerja,
investigasi, pembersihan, perbaikan dan sertifikasi.
6. Kerugian lainnya yaitu; Penalti, denda dan adanya iuran

Kejadian kecelakaan yang menimbulkan cedera maupun tidak akan


berdampak pada besarnya kerugian yang dialami. Accident cost iceberg dapat
menggambarkan besarnya kerugian dari kecelakaan, dimana kerugian pada
lapisan bawah sangat besar dan tidak terhitung dibandingkan dengan kerugian
yang ada pada lapisan atas.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari ancaman bahaya yang
mengganggu proses aktivitas dan mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit,
kerusakan harta benda, serta gangguan lingkungan.

10
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan ma-syarakat sekitar
dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi
yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep
ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang
memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

Manajemen Keselamatan
Memiliki Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi
ini, sudah merupakan suatu keharusan untuk sebuah perusahaan dan telah
menjadi peraturan. terutama pada proyek konstruksi. Organisasi Buruh
Sedunia (ILO) menerbitkan panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Di Indonesia panduan yang serupa dikenal dengan istilah
SMK3. Secara lebih rinci lagi asosiasi di setiap sektor industri di dunia

11
juga menerbitkan panduan yang serupa seperti misalnya khusus dibidang
transportasi udara, industri minyak dan gas, serta instalasi nuklir dan lain-
lain sebagainya.
Dewasa ini organisasi diharapkan memiliki budaya sehat dan selamat
(safety and health culture) dimana setiap anggotanya menampilkan perilaku
aman dan sehat. Oleh sebab itu, perusahaan harus melakukan berbagai cara
untuk dapat mewujudkan terlaksananya keselamatan dan kesehatan kerja
ditempat kerja. Menurut Abdurrahmat Fathoni seluruh tenaga kerja harus
mendapat pendidikan dan pelatihan serta bimbingan dalam keselamatan dan
kesehatan kerja dengan ketentuan yang dibuat sebagai berikut :
a. Mengeluarkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja para pegawai.
b. Menerapkan program kesehatan kerja bagi para pegawai.
c. Menerapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja pegawai.
d. Membuat prosedur kerja.
e. Membuat petunjuk teknis tentang pelaksanaan kerja termasuk
penggunaan sarana dan prasarananya.

Perlengkapan dan Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


A. Alat Pelindung DiriAlat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan potensi
bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).

12
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia
terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai
badan. Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh
karyawan yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul
masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3 pasang dalam setiap
tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal
supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-
benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian
muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau
tertimpa benda dari atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu,
batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel
-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh
mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya
pekerjaan yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan

13
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan.
Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari
benda-benda keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya. Salah
satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan adalah mengangkat
besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti
mendorong gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan
lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.
5. Helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala,
dan sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk
menggunakannya dengan benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan
untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas, misalnya
saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari
atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk
menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat membahayakan diri
sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib
mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali
pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja
pada saat bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan
tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan
bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar
suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi
mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri. Berbagai material

14
konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa
dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan
memotong, mengamplas, mengerut kayu.
9. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.
Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu
dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.
10. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun
berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan
pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib
menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada
dan disediakan oleh kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban.
Tindakan preventif jauh lebih baik untuk mengurangi resiko kecelakaan.

B. Slogan-Slogan K3
Pemasangan spanduk yang berisi pesan K3 telah terbukti manfaatnya
dalam usaha untuk mencegah kecelakaan kerjadi lokasi kerja. Rangkaian
kata yang tertera dalam slogan K3 mengingatkan kepada para pekerja yang
membacanya. Pekerja yang melihat spanduk slogan K3 diharapkan untuk
menjalankannya seperti yang tertera dalam slogan tersebut.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia


Nomor: Per/Men/2006 Tentang Alat Pelindung Diri, ada beberapa tempat
yang wajib menggunakan alat pelindung diri yaitu :
1. Instalasi atau peralatan yang berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, kebakaran atau peledakan; tempat yang mengolah asbes,
debu dan serat berbahaya, api, asap, gas, kotoran, hembusan angin yang
keras, dan panas matahari. Tempat pembuatan, pengolahan, perdagangan,
pengangkutan, atau penyimpanan bahan atau barang yang dapat meledak,

15
mudah terbakar, korosif, beracun, menimbulkan infeksi , bersuhu tinggi atau
bersuhu sangat rendah. Tempat dimana sedang dikerjakan pembangunan,
perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung
atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya. Atau dimana dilakukan
pekerjaan atau usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan,
dan perikanan. Tempat dimana dilakukan usaha kesehatan seperti rumah
sakit, puskesmas, klinik dan pelayanan kesehatan kerja.
2. Usaha pertambangan dan pengolahan mineral dan logam, minyak bumi dan
gas alam; dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
darat, laut dan udara; dikerjakan bongkar muat barang muatan di
pelabuhan laut, bandar udara, terminal, setasiun kereta api atau gudang;
dilakukan penyelaman dan pekerjaan lain di dalam air; dilakukan
pekerjaan di ketinggian di atas permukaan tanah; dilakukan pekerjaan
dengan tekanan udara atau suhu di bawah atau di atas normal
(ekstrem); dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun
tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut
atau terpelanting;dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang
dan ruang tertutup; dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau
limbah; dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak dan air.
3. Dilakukan pekerjaan di dekat atau di atas air.

Penggunaan alat pelindung diri merupakan cara terakhir pengendalian


bahaya setelah bentuk pengendalian teknis dan administratif telah dilakukan.
Penggunaan alat pelindung diri disesuaikan dengan potensi bahaya dan jenis
pekerjaan. Berdasarkan identifikasi potensi bahaya, pengusaha atau pengurus
menetapkan tempat kerja wajib menggunakan alat pelindung diri.Lokasi wajib
menggunakan alat pelindung diri harus diumumkan tertulis dalam papan

16
pengumuman di tempat kerja tersebut sehingga dapat dibaca oleh pekerja
atau orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Setiap aktivitas/ proses pekerjaan yang dilakukan di tempat kerja
mengandung resiko untuk terjadinya kecelakaan kerja (ringan sampai dengan
berat), berbagai upaya pencegahan dilakukan supaya kecelakaan tidak terjadi.
Selain itu, keterampilan melakukan tindakan pertolongan pertama tetap
diperlukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Oleh
karena itu di setiap tempat kerja harus memiliki petugas P3K (First Aid),
atau setidaknya setiap karyawan memiliki keterampilan dalam melakukan
pertolongan pertama ketika terjadi kecelakaan kerja maupun kegawatan medik.

Kasus-Kasus Kecelakaan Kerja Dan Pertolongan Pertamanya


Ada beberapa prinsip-prinsip dasar dalam melakukan pertolongan pada penderita
kecelakaan :
1. Jangan pindahkan atau ubah posisi orang yang terluka, terutama bila
luka-lukanya terjadi karena jatuh, jatuh dari ketinggian dengan keras
atau kekerasan lain. Pindahkan atau ubah posisi penderita hanya apabila
tindakan anda adalah untuk menyelamatkan dari bahaya lain.
2. Bertindaklah dengan cepat apabila penderita mengalami pendarahan,
kesulitan bernapas, luka bakar atau kejutan (syok).
3. Jangan berikan cairan apapun kepada penderita yang pingsan atau
setengah pingsan. Cairan dapat memasuki saluran pernapasan dan
mengakibatkan kesulitan bernapas bagi penderita.
4. Jangan berikan alkohol pada penderita yang mengalami luka parah.
Pertolongan pertama pada keadaan tertentu :
a. Penderita Syok
Seseorang mengalami syok, wajahnya akan tampak pucat, tubuhnya
dingin dan berkeringat, nafasnya cepat.Penanganannya :

17
1. Usahakan untuk membaringkan dan menempatkan kakinya pada posisi yang
lebih tinggi daripada kepala, kecuali apabila terdapat luka di kepalanya.
2. Selimuti tubuhnya agar hangat, tetapi jangan sampai terlalu panas untuknya.
3. Berikan minuman gula kepada penderita apabila penderita dalam keadaan
benar-benar sadar
b. Bahan Kimia Atau Serangga Mengenai Mata
Penanganannya:
1. Baringkan korban dan tuangkan air steril ke dalam matanya untuk
menghilangkan bahan kimianya, kemudian kompreslah dengan kain
kasa steril dan segera ke dokter.
2. Jika serangga yang mengenai mata, ambillah dengan ujung saputangan
bersih. Namun jika masih terasa tidak enak segeralah ke dokter.
Jangan sekali-kali mengusap mata yang terkena bahan kimia atau serangga
dengan tangan telanjang
c. Luka Bakar
Penanganannya :
1. Alirkan/siram dengan air biasa/air mengalir ditempat yang terbakar, jika
lukanya masih tahap pertama, hingga rasa sakit hilang.
2. Jika lukanya sudah melepuh, bawa ke rumah sakit.
d. Luka Lecet/Gores/Tersayat
Penanganannya : cucilah dengan air dan tutuplah luka dengan plester atau
band aid. Namun jika luka gores/robek terlalu besar, harus segera ditangani
dokter.
e. Perdarahan
Penanganannya :
1. Hentikan perdarahan dengan cara menekan luka atau sekitar luka. Tekan
terusmenerus. Jangan melepas tekanan tiap sebentar hanya untuk
melihat apakah perdarahan sudah berhenti.
3. Apabila setelah diberikan tekanan pendarahan masih belum berhenti,
mungkin nadi atau pembuluh darah balik terputus, tekan nadi yang di

18
dekat luka, untuk menghentikan aliran darah dari jantung ke tempat lain.
Segera bawa ke dokter.
e. Patah Tulang
Penanganannya :
1. Jangan mencoba mengangkat atau memindahkan badan korban jika belum
mahir melakukannya.
2. Jika tulang belakang yang patah, korban hanya boleh diusung dengan
hati -hati dalam posisi terbaring di atas alas keras.
3. Untuk patah tulang rahang, angkatlah rahang bawah hingga gigi atas dan
bawah bersatu, lalu diikat dan dibawa ke dokter.
4. Untuk patah tulang tangan atau kaki, gunakan tongkat atau setumpuk Koran
guna menyangga, dan balutlah sebelum memperoleh pertolongan dokter.
f. Terkilir
Penanganannya : letakkan bagian tubuh terkilir lebih tinggi dari bagian
tubuh lainnya, untuk mencegah pembengkakan, lalu segera meminta
pertolongan ahli atau dokter. Khusus untuk lutut yang terkilir, segera bawa
ke dokter, karena jika ditangani oleh yang kurang professional, akan berakibat
buruk di kemudian hari.
g. Gangguan nafas atau bahkan sampai henti nafas
Untuk mengenal gangguan pada sistem pernapasan digunakan tahap
pemeriksaan dan penanganan sebagai berikut :
1. Penolong mengetahui apakah penderita masih bernapas atau tidak.
Tindakan ini dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu LDR
(Lihat,Dengar,Rasakan hembusan nafas korban).
2. Bila sulit bernapas/bahkan tidak bernapas segera cari bantuan/telepon
ambulance. lakukan pemeriksaan jalan napas, apakah terdapat sumbatan
atau tidak(pangkal lidah, muntahan, kotoran dalam mulut.)
3. Tindakan pertolongan pertama yang dilakukan adalah membebaskan jalan
napas dengan menarik lidah ke luar, mengeluarkan benda asing dalam
rongga mulut (gunakan kedua jari)
9. Bila nafas berhenti dan jantung berhenti

19
Penanganannya :
1. Maka harus dilakukan pemberian pernapasan buatan dari mulut ke
mulut (mouth-to-mouth) dan kompresi dada.Baringkan penderita dalam
posisi terlentang. Buka mulut penderita dengan cara menguakkan
rahangnya. Jaga agar selama dilakukan pernafasan buatan mulut selalu
dalam keadaan terbuka. Tutup lubang hidung penderita. Tiup mulut
penderita dan lepaskan mulut anda dari mulut penderita serta
perhatikan apakah mulut penderita mengeluarkan kembali udara yang
anda tiupkan. Jika tidak, periksa sekali lagi barangkali masih terdapat
sesuatu yang menghalangi pernafasan di dalam mulut penderita. Berikan 2x
napas bantuan
2. Lakukan pengurutan/pijat jantung. Letakkan kedua telapak tangan anda
dalam posisi saling bertumpuk di bagian paling bawah dada penderita.
Tekan dengan telapak tangan bawah sedalam kurang lebih 5 cm. Ulangi
tekanan. Lakukan dengan rasio 30:2 (30 kompresi/pijat : 2 tiupan nafas
buatan).

20

Anda mungkin juga menyukai