Kejang Demam11
Kejang Demam11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian kejang demam diperkirakan 2- 4% di Amerika Serikat,
Amerika Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-
kira 20% kasus merupakan kejang demam yang kompleks. Umumnya
kejang demam timbul pada tahun kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam
sedikit lebih sering terjadi pada anak lakilaki (Manjoer, dkk, 2000).
Kejang akan berpengaruh terhadap kecerdasannya. Jika Anda
terlambat mengatasi kejang pada anak, ada kemungkinan penyakit
epilepsi, atau bahkan keterbalakangan mental. Keterbelakangan mental di
kemudian hari, merupakan kondisi yang menyedihkan ini bisa berlangsung
seumur hidupnya (Pdpersi,2004). Untuk itu diperlukan adanya penanganan
kejang demam yang cepat dan benar.
Kejang demam (febrile convulsion) adalah serangan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat celsius),
yang disebabkan oleh prose ekstrakranium. Kejang demam merupakan
kelainan neurologis yang paling sering dijumpai pada anak, terutama pada
golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang
berumur dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan
jaringan otak dan faktor lain yang dapat menyebabkan gangguan pada
fungsi otak. Keadaan tersebut dapat dijumpai pada kejang demam,
epilepsi, meningitis purulenta, meningitis tuberkulosa, hidrosefalus,
paralisi serebral, hemiplegia infantil akut, spina bifida.
1 |KEJANG DEMAM
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Medis Kejang Demam Pada Anak?
2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan Kejang Demam Pada Anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Medis Kejang Demam Pada Anak.
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Keperawatan Kejang Demam Pada
Anak.
2 |KEJANG DEMAM
BAB II
PEMBAHASAN
3 |KEJANG DEMAM
bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit, sehingga terjadi peningkatan
kontraksi otot.
Naiknya suhu di hipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh akan
disertai pengeluaran mediator kimia seperti epinefrin dan
prostaglandin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang
peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah
yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat
dari luar sel menuju ke dalam sel. Peristiwa inilah yang diduga dapat
manaikkan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul
kejang.
Serangan yang cepat itulah yang dapat menjadikan anak
mengalami penurunan respon kesadaran, otot ekstermitas maupun
bronkus juga dapat mengalami spasma sehingga anak beresiko
terhadap injuri dan kelangsungan jalan napas oleh penutupan lidah dan
spasma bronkus.
4 |KEJANG DEMAM
4. Klasifikasi Kejang Demam
5 |KEJANG DEMAM
c. Saat kejang, anak tidak berespon terhadap rangsangan seperti
panggilan, cahaya (penurunan kesadaran)
6. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Glukosa darah: hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N
< > BUN: peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
2) Elektrolit: K, NA
Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang
Kalium (N 3,8-5,00 meq/dl)
Natrium (N 135-144 meq/dl)
b. Cairan cerebrospinal: mendeteksi tekanan sbnormal dari CSS,
tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang.
6 |KEJANG DEMAM
c. Skull ray: untuk mengidentifikasi adanya preses desak ruang dan
adanya lesi
d. Tansiluminasi: suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB
masih terbuka (dibawa 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu
khusus untuk transiluminasi kepala.
e. Tehnik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak
yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil biasanya
normal.
f. CT Scan: untuk mengidentifikasi lesi cerebral infaik hematoma,
cerebral oedem, trauma, abses, tumor dengan atau tanpa kontras.
7. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian diazepam
1) Dosis awal: 0,3-0,5 mg/kg BB/ dosis IV (perlahan)
2) Bila kejang belum terhenti dapat diulang dengan dosis ulang
setelah 20 menit.
b. Turunkan demam
1) Antipiretik: paracetamol atau salisilat 10 mg/kg BB/ dosis
2) Kompres air hangat
c. Penanganan suportif:
1) Bebaskan jalan napas
2) Beri zat asam
Dalam penanggulangan kejang demam, ada 4 faktor yang perlu
dikerjakan, yaitu:
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus, obat
pilihan utama adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Setelah suntikan pertama setelah suntikan pertama ditunggu 15
menit, bila masih terdapat kejang, diulangi suntikan kedua dengan
dosis yang sama juga intravena. Setalah 15 menit suntikan kedua
masih kejang, diberikan suntikan ketiga dengan dosis yang sama
7 |KEJANG DEMAM
tetapi tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang
akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4% secara intravena.
b. Pengobatan penunjang
Salah satu pengobatan penunjang yaitu: semua pakaian
ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau
trakeostomi, dan penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur
dan diberikan oksigen.
Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,
pernapasan, dan fungsi jantung diawasi secara ketat. Cairan
intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk kelainan
metabolik dan elektrolit. Bila terdapat tekanan intra kranial yang
meninggi jangan diberikan cairan dengan kadar natrium yang
terlalu tinggi. Jika suhu meningkat sampai hiperpireksia, dilakukan
hibernasi dengan kompres alkohol dan es. Obat untuk hibernasi
adalah klorpromazin 2-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis,
prometazon 4-6 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis secara
suntikan. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikosteroid
dengan dosis 20-30 mg/kgBB/ hari dibagi dalam 3 dosis atau
sebaiknya glukokortiroid misanya deksametazon 0,5-1 ampul
setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Pengobatan rumat
Pengobatan rumatan hanya diberikan bila kejang demam
menunjukkan ciri sebagai berikut:
1) Kejang lama > 15 menit
2) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis cerebral palsy, retardasi mental,
hidrosefalus.
8 |KEJANG DEMAM
3) Kejang fokal
4) Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
a) Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
b) Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
c) Kejang demam > 4 kali pertahun
9 |KEJANG DEMAM
ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti
dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan retardasi
mental adalah 5 kali lebih besar.
e. Kematina, dengan penanganan kejang yang tepat dan cepat,
prognosa biasanya baik, tidak sampai kematian.
10 |KEJANG DEMAM
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Keadaan umum sangat lemah, kesadaran menurun, kulit teraba
panas, tampak demam, kulit tampak pucat, tanda-tanda vital (suhu
dan pernapasan meningkat), pasien tampak dijaga kebersihannya,
lingkungan tempat tidur dan alat bermain tampak bersih.
b. Pola Nutrisi – metabolic
Berapa jumlah intake dan output pasien, terpasang NGT, tidak
mual dan muntah, belum mampu mengunyah keras, terpasang
cairan infus, kunjungitva anemis, penurunan berat badan, membran
mukosa tampak kering, turgor kulit tidak elastik.
c. Pola Eliminasi
Tampak terpasang pampers/tidak, buang air besar lancar, frekuensi
1-2 kali sehari, konsistensi padat, tampak ada /tidak ada masalah
dalam pengontrolan buang air besar, berapa jumlah/volume buang
air besar/buang air kecil/hari, urine tampak kuning, buang air kecil
lancar, sering ngompol, palpasi kandung kemih kosong, tidak
tampak adanya peradangan pada anus.
d. Pola Aktivitas-latihan
Tampak terpasang spalak, tampak terpasang oksigen, tampak batuk
berlendir, tampak sesak, rewel, menangis merintih, aktivitas
dibantu penuh, tidak ada anggota gerak yang cacat, tampak tidak
ada keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan.
e. Pola Istirahat-tidur
Tampak pasien tidur, ekspresi wajah mengantuk, banyak menguap,
tamapak batuk berlendir dan sesak serta tampak mengompol.
f. Pola Kognitif-perceptual
Tampak kesadaran menurun, tampak kontak mata kurang, tidak
ada perhatian, tidak ada gangguan dalam pendengaran,
11 |KEJANG DEMAM
penglihatan, penghiduan, dan pengecapan, tampak rewel dan
menangis merintih.
g. Pola Persepsi diri / konsep diri
Tampak kesadaran menurun,tampak kontak mata kurang, rentang
perhatian kurang,tampak pasien hanya diam, postur tubuh tegap,
kelainan bawahan yang nyat tidak ada.
h. Pola Peran-hubungan
Tampak pasien lebih dekat dengan ibunya, pasien langsung
menangis dan takut bila perawat mendekati.
i. Pola Seksual-reproduksi
Tampak pasien memakai pampers/tidak, buang air kecil/buang air
besar di pempars, tidak tampak adanya kelainan pada alat kelamin
pasien.
j. Pola Koping
Tampak pasien menangis bila di dekati oleh perawat
k. Pola Nilai-kepercayaan
Tampak terdapat buku doa, tampak orang berdoa/tidak berdoa.
(Marilynn E.Doenges ,1999 & Wong, 2004)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d sekresi yang tertahan
terkait dengan spasme jalan nafas
c. Hipertermia terkait dengan peningkatan laju metabolisme
d. Risiko cedera dengan faktor risiko hambatan fisik
3. Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas b/d hiperventilasi
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x/24 jam
diharapkan ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1) Status pernafasan: ventilasi:
12 |KEJANG DEMAM
a) Frekuensi pernafasan dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
b) Irama pernafasan dipertahankan pada skala 3 ditingkatkan
ke skala 4
c) Kedalaman inspirasi dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
13 |KEJANG DEMAM
c) Kedalaman inspirasi dipertahankan pada skala 3
ditingkatkan ke skala 4
d) Akumulasi sputum dipertahankan pada skala 3 ditingkatlan
ke skala 4
NIC:
14 |KEJANG DEMAM
Aktivitas kejang dipertahankan pada skala 2 ditingkatkan ke skala
4
NIC:
1) Manajemen kejang
a) Pertahankan jalan nafas
b) Tetap di sisi klien selama [klien mengalami] kejang
c) Monitor status neurologis
d) Monitor tanda-tanda vital
e) Catat karakteristik kejang (misalnya: keterlibatan anggota
tubuh, aktivitas motorik dan kejang progresif
f) Berikan obat-obatan dengan benar
2) Pengaturan suhu
a) Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
b) Monitor tekana darah, nadi, dan respirasi sesuai kebutuhan
c) Monitor suhu dan warna kulit
d) Selimuti bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
e) Imformasikan pasien mengenai indikasi adanya kelelahan
akibat panas dan penanganan emergenci yang tepat sesuai
kebutuhan
f) Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan
d. Risiko cedera dengan faktor risiko hambatan fisik
NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x/24 jam
diharapakn risiko cedera dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Pencegahan jatuh:
Menempatkan penghalang untuk mencegah jatuh dipertahankan
pada skala 3 ditingkatkan ke skala 4.
NIC:
Pencegahan jatuh
15 |KEJANG DEMAM
a) Identifikasi kekurangan baik kognitif atau fisik dari pasien
yang mungkin meningkatakan potensi jatuh pada
lingkungan tertentu
b) Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi risiko
jatuh
c) Ajarkan pasien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan
cedera
d) Berkolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain untuk
meminimalkan efek samping dari pengobatan yang
berkontribusi pada kejadian jatuh (misalnya: hipotensi
ortostatik dan cara berjalan (terutama kecepatan) yang tidak
mantap atau seimbang.
4. Discharge planning
Adapun Discharge Planning yang dapat diberikan pada pasien atau
keluarga pasien, yaitu :
a. Hindari mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat lebih-lebih pada anak yang demam karena dapat
meningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh.
b. Apabila selama perawatan di rumah keadaan anak semakin
memburuk seperti demam tidak turun atau kejang terus menerus,
maka dianjurkan untuk membawa segera ke dokter atau petugas
kesehatan.
c. Apabila mendapat obat antibiotik, usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5-7 hari penuh.
d. Apabila anak mendapatkan obat antibiotik, usahakan agar setelah 2
hari anak di bawa kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan
ulang.
e. Anjurkan orang tua untuk tidak panic, berfikirlah dengan
jernih apabila pasien kejang, ini dapat membantu orang tua
mengatasi kecemasan yang berlebihan.
16 |KEJANG DEMAM
f. Anjurkan untuk kompres hangat bila anak demam pada dahi dan
leher. Basahi kulit bagian tubuh lainnya dengan spons. Jangan
gosok dengan alkohol.
g. Berikan paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg jika diperlukan,
jangan berikan aspirin atau apapun yang mengandung salisilat
kepada anak berusia dibawah 19 tahun karena dapat menimbulkan
komplikasi serius jika pasien demam.
h. Pada saat kejang anjurkan agar anak dihindarkan dari benda-benda
tajam karena ini dapat melukai pasien, tidak memegangi pasien
saat kejang, longgarkan pakaian anak pada daerah leher, jangan
berikan makanan dan minuman dan jangan berikan obat apapun,
selain itu lindungi kepala anak dari trauma serta letakkan anak
pada posis tidur menyamping sehingga jika terdapat cairan atau
benda asing pada mulut dapat keluar dan tidak menyumbat saluran
pernapasan. (sujono Riyadi & sukarmin, 2009).
17 |KEJANG DEMAM
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kejang demam (febrile convulsion) adalah serangan kejang yang
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 derajat
celsius), yang disebabkan oleh prose ekstrakranium (Hasan & Alatas,
dkk, 2002).
Kejang demam disebabkan oleh penggunaan obat-obatan,
ketidakseimbangan kimiawi, demam, patologis otak, eklampsia, dan
faktor idiopatik.
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita kejang demam
antara lain: Suhu tubuh anak (suhu rektal) lebih dari 38 derajat celsius,
Timbulnya kejang yang bersifat tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Beberapa detik setelah kejang berhenti anak tidak
memberikan reaksi apapun, tetapi beberapa saat kemudian anak akan
tersadar kembali tanpa ada kelainan persarafan, Saat kejang, anak tidak
berespon terhadap rangsangan seperti panggilan, cahaya (penurunan
kesadaran)
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca khususnya
para ibu dapat segera membawa anak-anak mereka ke pelayanan
kesehatan jika anak mereka mengalami demam untuk untuk
mendapatkan tindakan yang tepat.
18 |KEJANG DEMAM
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/25595741/Askep_Asuhan_Keperawatan_Anak_Kejan
g_Demam_Kejang_Demam
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3744-7921-1-SM.pdf
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/viewFile/605/491
19 |KEJANG DEMAM