Anda di halaman 1dari 25

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN SENI

DALAM ISLAM
Mata Kuliah: Agama Islam
Dosen Pengampu: Drs. Ramli, MA

Oleh:
T. Dinda Khairun Nisa 71712200
19
71712200
Widya Afriani Matondang
21
71722200
Muhammad Afif Harefa
17
71732200
Reza Nugraha Valerian
31
71732200
Wulan Sundari Pandiangan
42
71735200
Putri Indah Sari
48
71735200
Ola Shinellah 45

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni dalam Islam ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama Islam. Pada kesempatan kali ini, kami juga ingin berterima kasih kepada
bapak Drs. Ramli, MA dan rekan-rekan yang telah memberikan saran, pengarahan,
bantuan serta dukungan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kami sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna bagi yang
membacanya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, adanya kritik, saran, dan usulan akan sangat
membantu menyempurnakan makalah yang akan dibuat di masa mendatang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.

Medan, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................................2

1.3 Batasan Masalah.....................................................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3

2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi............................................................................................................3

2.1.1 Integrasi Iman, IPTEK, dan Amal........................................................................................................6

A. Anjuran Melakukan Penelitian............................................................................................................6

B. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu....................................................................................7

C. Tanggung Jawab Orang Berilmu.......................................................................................................10

2.2 Kedudukan Seni Dalam Islam...............................................................................................................10

2.2.1 Seni Budaya..................................................................................................................................11

2.2.2 Seni Suara.....................................................................................................................................11

2.2.3 Syair dan Puisi..............................................................................................................................12

2.2.4 Seni Bangunan..............................................................................................................................13

2.2.5 Seni Lukis, Ukir dan Pahat...........................................................................................................14

BAB III MINI RISET......................................................................................................................................16

3.1 Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Narasumber Mini Riset....................................................................16

3.2 Metode Penelitian............................................................................................................................16

3.3 Rumusan Masalah............................................................................................................................17

3.4 Hasil Penelitian................................................................................................................................17

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19

4.2 Saran................................................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20

LAMPIRAN......................................................................................................................................21
ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di zaman modern saat ini, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan
suatu bangsa, dan ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi, sosial,
dan intelektualitas seseorang. Dari tahun ke tahun, IPTEK berkembang dengan
sangat pesat, dan bagi sebagian orang IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer.

Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan


seni dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia, selain ditentukan oleh
ibadahnya kepada Allah, juga ditentukan dengan kemampuan mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Allah juga menyampaikan kepada manusia
melalui Al-Quran bahwa menuntut ilmu sangatlah penting, agar manusia dapat
menjaga dirinya dan senantiasa ingat kepada Allah (QS At-Taubah: 122). Dialog
terjadi antara Allah dengan malaikat ketika Allah ingin menciptakan manusia,
dimana malaikat mengatakan bahwa manusia itu akan berbuat kerusakan dan
menumpahkan darah. Namun, Allah memuliakan manusia dan membuktikan
keunggulan manusia melalui Nabi Adam AS, dimana beliau diberikan penguasaan
ilmu oleh Allah untuk menyebutkan nama-nama yang para malaikat tidak tahu
akan nama-nama tersebut. (QS Al-Baqarah: 30-33)

IPTEK dan seni dalam praktiknya selain mampu mengangkat harkat dan
martabat manusia, juga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan
dan menghilangkan hambatan-hambatan agar tercapainya kemaslahatan dan
kesejahteraan manusia, salah satunya dengan belajar untuk mengeksplorasi
kekayaan alam yang disediakan oleh Allah menggunakan ilmu pengetahuan dan
seni. Oleh karena pentingnya IPTEK dan seni dalam aspek kehidupan manusia,
dalam pengembangannya, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan karena dalam
menuntut ilmu, landasan utamanya ialah dengan akidah Islam guna menyaring
ilmu mana yang boleh dan ilmu mana yang dilarang dalam pengembangannya
juga dalam penggunaannya agar dapat memberikan manfaat sesuai dengan fitrah
hidup manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah

• Apa itu ilmu pengetahuan dan teknologi dan bagaimana kedudukannya


dalam Islam?
• Apakah menuntut ilmu adalah wajib?
• Apa itu seni dan bagaimana kedudukannya dalam Islam?
• Seni macam apa yang tidak dibolehkan dalam Islam?

1.3 Batasan Masalah

Mengingat banyaknya perkembangan yang bisa ditemukan dalam bahasan ini,


maka perlu adanya batasan-batasan masalah yang jelas mengenai apa yang dibuat
dan diselesaikan dalam makalah ini. Adapun batasan-batasan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan mengenai IPTEK berfokus pada kedudukannya dalam Islam


dan dorongan serta kewajiban untuk belajar mengenai ilmu pengetahuan
dan dalam perkembangannya termasuk teknologi.
2. Pembahasan mengenai seni berfokus pada 5, yakni Seni Budaya secara
umum, Seni Suara, Syair dan Puisi, Seni Bangunan, dan Seni Lukis, Ukir,
dan Pahat; serta batasan mengenai seni yang diatur oleh Islam.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:

• Sebagai referensi dalam memahami bagaimana perlakuan Islam terhadap


IPTEK dan dorongan untuk menuntut ilmu.
• Sebagai referensi dalam memahami kedudukan Seni dalam Islam.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu.1 Dalam pengertian lain, ilmu adalah usaha-
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kehidupan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.2

Ilmu bukan hanya sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi ialah rangkuman


sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara
sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu, dan dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan berarti
memahami suatu pengetahuan.3

Teknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai entitas, benda maupun


tak benda yang diciptakan secara terpadu melalui perbuatan, dan pemikiran untuk
mencapai suatu nilai. Teknologi dapat dipandang sebagai kegiatan yang
membentuk atau mengubah kebudayaan. Selain itu, teknologi adalah terapan
matematika, sains, dan berbagai ilmu pengetahuan dan seni untuk kemaslahatan
dan kepentingan kehidupan manusia seperti yang dikenal saat ini.

Al-Quran adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW, yang


bersifat abadi. Al-Quran merupakan sumber hidayah, pengetahuan, teknologi,
serta sumber kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat karena ia adalah
pedoman hidup dari Allah bagi umat muslim. Kandungan Al-Quran bersifat
universal, yang mengandung arti keumuman, yakni ia mengatur segala aspek
kehidupan manusia, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan,

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan)”, diakses dari
https://kbbi.web.id/ilmu
2 Wikipedia, “Ilmu”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
3
Ibid.

3
teknologi, dan termasuk di dalamnya penelitian. Ayat-ayat yang pertama kali
diturunkan, yakni dalam QS Al-‘Alaq: 1-5, mengandung perintah dari Allah untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dengan baca dan tulis serta mengembangkannya
melalui penelitian guna mengetahui kekuasaan dan keajaiban-Nya dalam
menciptakan manusia dari segumpal darah:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
paling pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5).

Ayat lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan adalah sebagaimana


firman Allah dalam surah Az-Zumar:9,

“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang


tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar: 9)

Rangkaian ayat di atas menunjukkan pentingnya memiliki kemampuan


membaca dan menulis, dan menguasai juga mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan haruslah ditulis dan disusun, baik berbentuk karya tulis ilmiah
dari hasil penelitian maupun dengan menggunakan media lainnya. Hal itu
dilakukan agar ilmu itu tidak mudah hilang dan dapat dipelajari oleh manusia dari
generasi ke generasi. Al-Quran juga mendorong manusia untuk menguasai dan
mengembangkan teknologi dalam kaitannya ke dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Hal tersebut diantaranya adalah tentang teknologi pertanian,
peternakan, kedokteran, maupun teknologi yang lain yang bermanfaat untuk umat.

Dorongan Al-Quran bagi manusia untuk mengembangkan penelitian antara


lain dapat dilihat di dalam isyarat firman-firman Allah, seperti:

“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang kejadian diri mereka?”


(QS Ar-Rum: 8)

4
“Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang yakin. Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tiada
memperhatikan?” (QS Az-Zariyat: 20-22)

Di dalam Al-Quran, terdapat ungkapan-ungkapan yang menimbulkan


perdebatan dan memerlukan penelitian untuk memahami dan menafsirkannya,
diantaranya adalah:

• Para ahli menafsirkan “zarrah” dengan “atom”, yang sesuai dengan


pengertian bahasa dewasa ini, yang juga telah dibuktikan oleh penelitian
yang sekarang telah diketahui secara umum. Dimana dapat diketahui
bahwa atom ialah bagian terkecil dari segala benda. Allah berfirman dalam
surah Saba’ ayat 3: “Tidak ada seberat zarrah pun yang ada dilangit dan
di bumi yang tersembunyi dari pada-Nya dan tidak ada (pula) yang lebih
kecil dari itu dan lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata
(Lauhul Mahfuz).”
• Salah satu pengetahuan dalam bidang sains astronomi mengenai “The
Expanding Universe” atau alam semesta yang berkembang (meluas). Hal
ini sesuai dengan tafsir yang telah diterbitkan oleh Majelis Tinggi Urusan
Agama Islam di Kairo, yang diisyaratkan dalam Al-Quran: “Dan langit itu
Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami
benarbenar berkuasa meluaskannya.” (QS Az-Zariyat:47).
• Demikian pula dengan teori gerakan bumi, baik mengenai peredarannya
mengitari matahari maupun gerakan lapisan perut bumi yang telah
diisyaratkan Al-Quran: “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka
dia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh setiap sesuatu.
Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS
AnNaml:88).
Dengan itu, jelaslah bahwa Islam dengan Al-Quran dan hadits mengandung
segala peraturan pola kehidupan manusia di dunia, termasuk dalam hal ini adalah
ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak orang yang sering menyangkal dan
berpendapat bahwa ilmu pengetahuan berseberangan dengan ilmu agama, dan

5
bahwa agama sebagai penghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sungguh, yang demikian itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan kenyataan yang
terdapat di dalam ayat-ayat suci Al-Quran.

2.1.1 Integrasi Iman, IPTEK, dan Amal

A. Anjuran Melakukan Penelitian

Di dalam Al-Quran ditemukan banyak ayat yang menganjurkan diadakannya


penelitian pada segala bidang. Tujuan dari dianjurkannya diadakan penelitian ini
ialah untuk mengetahui hal yang masih belum diketahui dan terselubung. Dalam
hal ini, penelitian perlu dilakukan untuk mengetahui jawaban atas misteri ilmu
pengetahuan dan untuk memahami peraturan Allah (sunatullah) atas ciptaan-Nya
yang belum diketahui oleh manusia.

Dalam surah Al-Isra’ ayat 12, diisyaratkan kepada manusia bahwa matahari
memiliki sinar untuk menerangi bumi dan pergantian malam dan siang itu
merupakan sebuah tanda adanya perhitungan waktu, yaitu siang dan malam, atau
antara perhitungan melalui peredaran bumi terhadap matahari (perhitungan
Syamsiah) dan peredaran malam, yaitu perhitungan peredaran bulan terhadap
bumi (Qamariyah).

Dalam ayat Allah yang lain, Allah mengisyaratkan bagi manusia untuk
belajar dan mengambil pelajaran dari makhluk ciptaan Allah yang juga
bermanfaat untuk manusia, yaitu binatang (ternak):

“Dan tidakkah mereka perhatikan bahwa Kami telah menciptakan hewan


ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan
kekuasaan Kami, lalu mereka menguasainya. Dan Kami menundukannya
(hewanhewan itu) untuk mereka; lalu sebagiannya untuk menjadi tunggangan
mereka dan sebagian untuk mereka makan. Dan mereka memperoleh berbagai
manfaat dan minuman darinya. Maka mengapa mereka tidak bersyukur?” (QS
Yasin: 71-73)

6
“Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu
murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya.” (QS An-Nahl: 66)

Perlu diperhatikan bahwa penelitian di dalam Islam adalah wasilah (media)


untuk menjawab misteri keilmuan yang mengantarkan kepada modernisasi dan
rasionalisasi lalu kemudian dikembangkan guna kesejahteraan manusia sebagai
makhluk Allah, baik dalam ranah agama, sosial, politik, maupun ekonomi.
Dengan demikian, tujuan pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
tidak lain adalah diperuntukkan bagi kemaslahatan atau kesejahteraan manusia
sebagaimana halnya rahmat-rahmat Allah pada semua makhluk-Nya. Semuanya
adalah untuk kesejahteraan manusia dan sebagai karunia dari Allah kepada
hamba-hamba-Nya.

B. Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu

Dengan perantara ilmu, maka dapat dimaklumi segala perkara yang perlu dikaji
menurut kebutuhannya. Misalnya, orang yang ingin mengerti Islam, maka
wajiblah ia mempelajari ilmu tauhid, fikih, dan ilmu-ilmu lainnya. Orang yang
ingin maju dalam bidang ekonomi, maka haruslah baginya belajar ilmu dagang
dan seluk beluk perdagangan. Orang yang ingin mengerti jalannya matahari, bumi
dan bulan, ia harus mempelajari ilmu falak. Orang yang ingin dapat mengobati
orang yang sakit, haruslah ia belajar ilmu kedokteran, demikian seterusnya. Oleh
sebab itu, ilmu adalah kunci sukses manusia, sebagaimana ungkapan Imam Asy-
Syafi’i berikut:

“Siapa yang menginginkan sukses di dunia maka wajiblah ia menuntut


ilmu; siapa yang menginginkan sukses di akhirat maka wajiblah ia menuntut
ilmu; siapa saja yang tidak mencintai ilmu, maka tidak ada kebaikan pada
dirinya.”

Allah juga menegaskan pentingnya ilmu, salah satunya dalam surah Az-Zumar
ayat 9:

7
“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar: 9)

Dalam ayat yang lain, Allah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah
wajib, dan keutamaan ilmu itu besar, lebih-lebih ilmu yang mendatangkan
keimanan kepada Allah. Dalam surah At-Taubah ayat 122, Allah berfirman, tidak
boleh semua kaum muslim berjihad atau ikut berperang. Harus ada yang tinggal
untuk mempelajari ilmu-ilmu dan menuntun hamba Allah yang lain kepada
ajaran-Nya:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat
menjaga dirinya.” (QS At-Taubah: 122)

Dalam surah Az-Zariyat, Allah berkata bahwa tidaklah Allah menciptakan


jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Dalam kaitannya
dengan ilmu, inilah mengapa mempelajari ilmu itu penting (dalam hal ini adalah
ilmu agama), bahwa ilmu dapat digunakan sebagai media untuk mengetahui
bagaimana cara beribadah yang benar kepada Allah. Dengan kata lain, seolah-olah
antara ilmu dan ibadah laksananya kendaraan dan tujuan. Tanpa ada kendaraan
(ilmu), maka akan sulit sampai ke tujuan (ibadah yang benar).

Syaikh Jamaluddin al-Qasimi menyatakan dalam tafsirnya, “Tidak ada


seorangpun yang lebih baik perkataannya daripada orang-orang yang menyeru
manusia untuk mengabdi kepada Allah Ta’ala. Ia tergolong sebagai orang yang
shalih yang mengikuti perintah Allah dan menundukkan wajah mereka kepada
Allah Ta’ala dalam mentauhidkan-Nya.”3

Dari tafsir Syaikh Jamaluddin al-Qasimi tersebut, dapat dipahami bahwa


orang yang dapat menyeru kepada agama Allah adalah orang yang memiliki ilmu

3 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, (Kairo, Mesir: Dar Ihya’ al-Kutub
al‘Arabiyyah, 1957), Juz IV, hlm. 273.

8
terhadap apa yang diserukannya. Jika ia tidak memiliki ilmu atas itu, maka tentu ia
tidak mengetahui hakikat kebenaran yang disampaikan. Berikut adalah faktor
yang membuat seseorang harus antusias mempelajari dan menyampaikan ilmu dan
agama Allah:

• Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Jubair bin Muth’im ra, dimana ia
berkata “Rasulullah SAW berdiri di Khaif, bagian dari Mina seraya
berkata, “Allah memberikan cahaya terhadap seseorang yang mendengar
perkataanku (ilmuku) lalu menyampaikannya. Sebab, tidak sedikit orang
yang membawa suatu ilmu tetapi ia tidak memahaminya, dan tidak sedikit
pula orang yang menerima ilmu lebih paham daripada pembawanya.”4

• Sabda Rasulullah SAW, “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari


ilmu, maka Allah akan menuntunnya menuju surga dan para malaikat akan
meletakkan (mengepakkan) sayap-sayapnya karena senang kepada para
pencari ilmu. Sesungguhnya orang berilmu itu akan dimintakan ampunan
oleh (makhluk) yang berada di langit dan di bumi hingga ikan di air.
Keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah laksana keutamaan
rembulan atas seluruh bintang.”5

• Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya dari Abu Mas’ud ra ia


berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa dapat menunjukkan
suatu kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang
melakukannya.”6
Dari beberapa poin diatas, dapat kita pahami keutamaan menuntut ilmu. Dan jika
kita mengajarkan suatu ilmu kepada orang lain, dan ilmu itu digunakan untuk
kebaikan, maka yang mengajarkan ilmu itu akan mendapatkan pahala seperti
orang yang diajarkan (yang menggunakan ilmu itu untuk kebaikan).

4 Sunan Ibnu Majah, al-Muqaddimah, Orang-orang Yang Menyampaikan Ilmu, Nomor hadits 244,
Juz I, hlm. 49. Kitab ini di-tahqiq Dr. M. A’zami. Ia mengatakan bahwa Muhammad Nashiruddin
Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Ibnu Majah Juz I, hlm. 45.
5 HR. Tirmidzi, No 2606 (Al-Alamiyah), No. 2682 (Maktabatu Al-Ma’arif). Shahih menurut
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
6 HR. Muslim, No. 3509 (Al-Alamiyah), No. 1893 (Syarh Shahih Muslim). Shahih menurut ijma’
ulama.

9
C. Tanggung Jawab Orang Berilmu

Orang berilmu memiliki kewajiban atas ilmu yang ada padanya yang merupakan
karunia dari Allah. Di antara kewajiban orang berilmu adalah mengamalkan ilmu
yang dimilikinya untuk kesejahteraannya dan meningkatkan ketaqwaannya
kepada Allah SWT, juga mengembangkan dan mengajarkan ilmu yang dimiliki
kepada orang lain untuk tujuan ibadah dan kemaslahatan seluruh makhluk-Nya,
termasuk juga menjaga alam dan lingkungan seisinya. Sebagaimana firman Allah:
“Sungguh, orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia
dalam Kitab (Al-Quran), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula)
oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (QS Al-Baqarah: 159)

“(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir,
dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (QS An-Nisa:
37)

Oleh sebab itu, orang berilmu atau ilmuan harus mengembangkan dan
mengajarkan ilmunya. Karena jika tidak, dikhawatirkan ilmu itu akan terputus
alurnya dan dia akan kehilangan kesempatan untuk berbuat baik kepada dirinya,
manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.

2.2 Kedudukan Seni Dalam Islam

Islam adalah agama yang realistis, mengetahui dan menyadari kepentingan, tabiat,
watak, bakat, dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan memiliki
fitrah kejadian dan insting. Islam menyadari dan tidak mengekang manusia dari
halhal yang sesuai dengan fitrah dan insting kemanusiaannya. Di antara kebutuhan
manusia yang lahir memiliki fitrah insaniyah ialah bahwa manusia ingin bahagia,
sehat, gembira, suka cita, bermain, dan sebagainya. Untuk mewujudkan keinginan
itu, maka lahirlah beberapa jenis ekspresi kesenian yang kemudian menjadi
budaya dari suatu komunitas, masyarakat, dan bangsa.

10
2.2.1 Seni Budaya

Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Kesenian dan budaya lahir dari
manusia merupakan manifestasi dari rasa keindahan dan kesenangan kepada yang
indah yang ada dalam diri manusia. Hasil kesenian dan kebudayaan yang tidak
disukai Islam yaitu kesenian dan kebudayaan yang dapat merusak iman dan
bertentangan dengan batas kesopanan yang diajarkan Islam.

2.2.2 Seni Suara

Islam memperbolehkan gubahan dan lantunan syair selama kata-kata dalam syair
tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan, kedurhakaan, dan
penentangan terhadap syariat Islam. Nabi Muhammad SAW tidak melarang dibuat
hiburan berupa nyanyian pada suatu pesta perkawinan dan dua hari raya,
sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majah.7 Dalam hadits lain juga diriwayatkan
bahwa ada dua gadis yang memukul gendang dan bernyanyi di samping Aisyah
pada hari raya Idul Adha (Mina), sedang Nabi SAW menutup wajahnya dengan
pakaiannya. Ketika Abu Bakar masuk, Nabi melarangnya, lalu Nabi
menampakkan wajahnya dan berkata:

“Biarkan mereka itu hai Abu Bakar, sebab hari ini adalah hari raya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Hadits diatas dan sebelumnya riwayat Ibnu Majah memberikan kita


pengetahuan bahwa Islam tidak melarang umatnya mengembangkan bakat dalam
bidang seni. Namun, terdapat ketentuan-ketentuan khusus yang harus dipenuhi
oleh pelaku seni, dalam hal ini penyanyi dan pemusik, baik dari segi momentum,
konten, tujuan, dan alat yang dipergunakan. Mengenai hal itu, maka janganlah
seni suara dan musik sampai melalaikan diri dari perintah-perintah agama,
beribadah, dan jangan pula membawa kepada perbuatan-perbuatan yang
melanggar norma kesusilaan dan akhlak yang telah diatur oleh agama. Juga, tidak
boleh disertakan dengan meminum minuman keras.

7 Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, (al-Maktabah asy-Syamilah, tt.), Juz VI, hlm. 92.

11
Seni bukanlah tujuan dalam hidup, melainkan seni adalah bagian dari media
dan ekspresi untuk membuat kehidupan bervariasi dan menghibur diri pada
momentum yang diperkenankan. Oleh karena itu, manusia harus memelihara
dirinya agar tidak terjebak ke dalam sebuah sikap ekstrim yang menjadikan
nyanyian dan musik sebagai bagian vital dari kehidupan atau bahkan menjadi
tujuan hidup. Pengembangan bakat dalam bidang seni musik dan seni suara dapat
mendidik manusia agar senantiasa suka kepada kebaikan, sadar dan mensyukuri
anugerah dari Allah.

2.2.3 Syair dan Puisi

Dapat dipahami, syair dalam tradisi Arab adalah sebuah ekspresi jiwa yang
dituangkan ke dalam kata-kata indah. Pada asalnya, syair tidaklah haram
dikumandangkan karena ia hanyalah sebuah gubahan dari keindahan seni bahasa
untuk mengungkapkan perasaan. Rasulullah SAW suka kepada salah satu syair
Labid yang berbunyi:

“Ketahuilah! Setiap apa pun yang ada di dunia ini akan binasa, kecuali
Allah.”

Bunyi syair tersebut sesuai dengan kandungan surah Ar-Rahman ayat 26, yang
artinya”

“Segala apa pun (siapa pun selain Allah) adalah binasa.”

Meski syair adalah gubahan dari keindahan seni bahasa, syair tidak bisa
disamakan dengan Al-Quran, karena syair adalah hasil kreasi manusia, sementara
Al-Quran adalah ayat-ayat suci dari Allah, Tuhan Alam Semesta. Syair-syair juga
ada yang mengandung kesesatan dan kalimat-kalimat menentang Allah dan
hukumhukum yang ditetapkan oleh-Nya. Sebagaimana firman Allah mengenai
penyair:

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun?


Mereka (setan) turun kepada setiap pendusta yang banyak berdosa, mereka
menyampaikan hasil pendengaran mereka, sedangkan kebanyakan mereka
orangorang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang

12
sesat. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah, dan
bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan
banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena
menjawab puisi-puisi orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu
ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS Asy-Syu’ara: 221-227)

Di samping itu, orang yang suka bersyair akan terlarut dalam khayalannya
yang mengakibatkan seakan dia tidak hidup di alam nyata. Dengan kata lain, syair
itu dilarang jika mengandung kata-kata yang bertentangan dengan syariat, dan
syair yang seperti ini hukumnya haram. Adapun syair yang tidak memiliki
indikasi terlarang dan diharamkan maka kembali kepada hukum asalnya, yakni
boleh.

2.2.4 Seni Bangunan

Seni dalam hal bangunan atau seni bangunan adalah salah satu dari cabang seni.
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan semangat
keislaman dari umat Islam adalah masjid, bangunan yang dipergunakan umat
Islam sebagai tempat beribadah kepada Allah. Masjid-masjid umumnya dibangun
dengan bentuk yang indah dan megah. Hal itu lahir dari rasa cinta akan agama dan
sebagai bentuk mengagungkan Allah. Masjid dewasa ini juga semakin dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang memudahkan dan membuat nyaman umat yang
beribadah di dalamnya, seperti adanya kamar mandi, lingkungan yang luas,
adanya pengeras suara, dibangun dengan bentuk yang indah, dan memiliki
pendingin ruangan.

Jejak seni bangunan dalam Islam dapat dijumpai pada istana-istana sultan
pada zaman pemerintahan Islam yang merupakan hasil seni bangunan umat Islam
yang dijiwai semangat keislaman. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan
istana yang menyerupai mesjid dan atapnya berbentuk kubah yang menunjukkan
ikatan yang kuat dengan masjid. Salah satu yang dapat kita lihat sekarang adalah
Istana Maimun di kota Medan, Sumatera Utara.

13
2.2.5 Seni Lukis, Ukir dan Pahat

Islam tidak melarang umartnya untuk mengembangkan bakatnya dalam bidang


seni lukis, ukiran dan pahatan selama tidak berupa patung-patung atau makhluk
yang menyerupai ciptaan Allah yang memiliki ruh, seperti ukiran atau patung
manusia dan hewan yang tujuan pembuatannya untuk bermewah-mewah, sebagai
simbol kemegahan dan ingin disanjung, sebagai pajangan, maupun untuk dipuja.
Di antara hikmah adanya larangan membuat patung-patung dan lukisan-lukisan
tersebut adalah agar manusia tidak kembali kepada penyembahan berhala dan
mengagungkan manusia ataupun makhluk lainnya, sebab yang demikian akan
mengantarkan kepada kesyirikan. Namun, jika pembuatan patung atau lukisan itu
sangat dibutuhkan untuk kemaslahatan umat manusia, maka dibolehkan.
Misalnya, menggambar dan membuat patung manusia atau hewan beserta anatomi
tubuhnya untuk kepentingan ilmu kedokteran dan penelitian.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sesungguhnya malaikat tidak akan masuk suatu rumah yang ada di


dalamnya patung (gambar).”8

“Pelukis gambar-gambar ini akan disiksa kelak di hari kiamat seraya


dikatakan kepada mereka: ‘Hidupkanlah gambar-gambar yang kamu lukis
itu!’.”10

Dari kedua hadits yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa patung
dan lukisan yang dilarang oleh Islam adalah patung dan lukisan yang dibuat untuk
diagungkan dan dimaksud untuk menandingi ciptaan Allah dan untuk sesuatu
yang tidak bermanfaat kecuali hanya kesenangan belaka.

Adapun tentang pembuatan patung-patung atau boneka serta gambar


binatang-binatang hanya sekadar untuk permainan anak-anak dan penghibur bagi
anak-anak, maka hal tersebut dibolehkan. Di dalam suatu hadits dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, diriwayatkan bahwa ‘Aisyah tengah bermain dengan mainan

8 HR. Bukhari, No. 5501 (Al-Alamiyah), No. 5958 (Fathul Bari). Shahih menurut ijma’ ulama. 10
HR. Muslim, No. 3941 (Al-Alamiyah), No. 2107 (Syarh Shahih Muslim). Shahih menurut ijma’
ulama.

14
bonekanya dan Nabi melihatnya ketika pulang dari perang Tabuk atau Khaibar,
lalu mereka berbicara mengenai mainan tersebut dan Nabi tertawa.9

Melukis pemandangan-pemandangan indah, pohon-pohon, dan lainnya


sebagai rasa keagungan terhadap Allah yang menciptakan alam ini adalah
termasuk kesenian yang baik. Demikian juga seperti mengukir dan melukis
dengan tulisan yang indah (kaligrafi) dan sebagainya, tidak ada larangan mengenai
itu. Pengembangan bakat seni budaya dapat merupakan manifestasi atau
perwujudan dari rasa pemujian dan pengagungan kepada Allah Yang Maha
Pencipta. Di samping itu, kegiatan tersebut juga dapat mempengaruhi diri untuk
berjiwa halus dan berbudi pekerti dan lemah lembut.

BAB III MINI RISET

9 HR. Abu Daud, No. 4284 (Al-Alamiyah), No. 4932 (Baitul Afkar Ad Dauliah). Shahih menurut
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

15
3.1 Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Narasumber Mini Riset

Penulis melakukan riset pada beberapa orang yang diyakini sebagai tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama di daerah Medan Perjuangan, tepatnya
di Masjid Jamik Bustanul ‘Ulum, Jl. Pelita IV No. 36 Kelurahan Sidorame Barat
I, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, 20236.
Penulis melaksanakan wawancara terhadap beberapa narasumber tersebut selepas
sholat Ashar atau sekitar pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB, dengan
narasumber tersebut diantara lain:

Tokoh Agama : Ustadz Ahmad Asyura


Tokoh Adat : Jafar Siddik
Tokoh Masyarakat : Arif Fauzi

3.2 Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode deskriptif dimana disamping itu penulis juga


menggunakan beberapa metode dalam hal pengumpulan data, diantara lain:

1. Wawancara (Interview) terstruktur, yaitu teknik pengumpulan data yang


dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara peneliti
dan narasumber dimana peneliti atau penulis telah mengetahui dengan
pasti informasi apa yang hendak digali dari narasumber, dimana biasanya
sudah membuat daftar pertanyaan secara sistematis.
2. Observasi (Pengamatan), yaitu dengan cara mengamati secara langsung
terhadap segala fenomena yang terjadi di lapangan sehingga mampu
memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan fokus dan tempat
penelitian.
3. Studi dokumen, yaitu metode pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis
pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna
untuk bahan analisis.

16
3.3 Rumusan Masalah

Beberapa masalah yang penulis angkat dalam riset ini ialah penyalahgunaan ilmu
seperti berjihad tetapi dengan cara membunuh atau dengan kata lain dengan cara
yang salah dan juga tentang lukisan yang menyerupai makhluk hidup ciptaan
Allah.

3.4 Hasil Penelitian

1. Menurut Ustadz Ahmad Asyura sebagai tokoh agama terhadap


penyalahgunaan ilmu seperti berjihad dengan cara yang salah berpendapat
bahwa sudah pasti haram karena ada dalilnya yaitu QS Al-Maidaah: 32 yang
artinya bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena
orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan
dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.
Jadi sudah jelas itu haram kecuali dilakukan di daerah perbatasan di Palestina.
Sedangkan terhadap seni lukis seperti sketsa atau pahat seperti patung yang
menggambarkan sesuatu yang bernyawa yakni hewan dan manusia, Ustadz
Ahmad Asyura berpendapat bahwa boleh saja jika lukisan diraba tak terasa
sedangkan yang berasa itu menjadi haram. Dan untuk patung itu sudah jelas
statusnya haram, diharamkan karena itu sama saja mau menandingi ciptaan
Allah serta bisa jatuh pada kesyirikan.

2. Menurut Jafar Siddik sebagai tokoh adat terhadap penyalahgunaan ilmu seperti
berjihad dengan cara yang salah berpendapat bahwa tentu saja itu salah besar.
Mereka hanyalah sekelompok orang yang berilmu tetapi tidak secara
menyeluruh atau dengan kata lain hanya sebagian hal sehingga hasilnya tidak
seimbang dan tentu berdampak terjadinya hal tersebut. Sedangkan untuk
masalah seni lukis seperti sketsa atau pahat seperti patung yang
menggambarkan sesuatu yang bernyawa yakni hewan dan manusia, Bapak
Jafar Siddik mengatakan bahwa ulama ulama masih berbeda pendapat, dimana
sebagian ada yang mengatakan haram secara mutlak, ada yang mengatakan
menghalalkan seluruhnya, dan ada pula yang menghalalkan dengan beberapa
ketentuan. Sehingga Bapak Jafar Siddik mengatakan dan menganjurkan untuk

17
lebih baiknya hindari hal hal yang bersifat belum jelas dan pilihlah pilihan
yang lebih aman.

3. Menurut Bapak Arif Fauzi sebagai tokoh masyarakat terhadap penyalahgunaan


ilmu seperti berjihad dengan cara yang salah berpendapat bahwa saya jika ada
orang yang mengatakan berjihad di jalan Allah tetapi ia membunuh orang-
orang yang tidak bersalah maka sesungguhnya yang dilakukannya adalah
sebuah kesalahan dan pemahaman yang sangat kacau karena berjihad itu tidak
semata-mata berperang apalagi membunuh orang-orang yang bersalah atau
berdosa. Sedangkan terhadap seni lukis seperti sketsa atau pahat seperti patung
yang menggambarkan sesuatu yang bernyawa yakni hewan dan manusia,
Bapak Arif Fauzi berpendapat bahwa lukisan dalam Islam merupakan karya
seni yang diperbolehkan, akan tetapi tidak diperbolehkan melukis hewan dan
manusia karena itu menyerupai makhluk ciptaan Allah.

18
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Islam tidak membatasi seseorang dalam mempelajari suatu ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu dunia. Namun, yang perlu diperhatikan ialah landasan seseorang
dalam menuntut ilmu. Seseorang yang menuntut ilmu harus menanamkan pada
dirinya akidah Islam yang kuat dan meniatkan kegiatannya dalam menuntut ilmu
itu untuk tujuan yang baik dan demi kemaslahatan dirinya dan manusia. Karena
sesungguhnya, penelitian adalah media dan ilmu yang dihasilkan dari suatu
penelitian adalah alat untuk menyelesaikan permasalahan dan menghilangkan
hambatan-hambatan agar tercapainya kemaslahatan dan kesejahteraan manusia.

Dalam hal seni dan budaya, Islam juga tidak melarang secara mutlak.
Dalam arti, selama seni tersebut ada untuk tujuan yang baik dan tidak
bertentangan dengan syariat Islam dan tidak mengarah kepada syirik, maka seni
seperti syair, seni bangunan, juga seni lukis, ukir dan pahat hukumnya adalah
boleh.

4.2 Saran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak bagi kehidupan


manusia, begitu pula seni yang menjadi salah satu cara manusia mengekspresikan
diri dan berkarya. Mahasiswa sebagai kalangan yang berpendidikan dan sebagai
generasi penerus bangsa, hendaknya senantiasa semangat dalam menuntut ilmu
tanpa lupa menjadikan syariat Islam sebagai rambu-rambu pembatas guna
menyaring ilmu mana yang baik untuk dipelajari dan diterapkan dan ilmu mana
yang tidak baik, juga dalam kaitannya di dunia seni yakni bagaimana berekspresi
yang benar melalui bentuk kesenian sesuai syariat Islam.

19
DAFTAR PUSTAKA

Husnel Anwar Matondang. 2018. Islam Kaffah: Pendidikan Agama Islam untuk
Perguruan Tinggi. Medan: Perdana Publishing.

Wikipedia. Ensiklopedia Bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/. 2019.

Saltanera. 2018. Aplikasi Ensiklopedi Hadits – Kitab 9 Imam. Play Store.

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai