DALAM ISLAM
Mata Kuliah: Agama Islam
Dosen Pengampu: Drs. Ramli, MA
Oleh:
T. Dinda Khairun Nisa 71712200
19
71712200
Widya Afriani Matondang
21
71722200
Muhammad Afif Harefa
17
71732200
Reza Nugraha Valerian
31
71732200
Wulan Sundari Pandiangan
42
71735200
Putri Indah Sari
48
71735200
Ola Shinellah 45
Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
karunia dari-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni dalam Islam ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Agama Islam. Pada kesempatan kali ini, kami juga ingin berterima kasih kepada
bapak Drs. Ramli, MA dan rekan-rekan yang telah memberikan saran, pengarahan,
bantuan serta dukungan kepada kami baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami sangat berharap hasil makalah ini dapat berguna bagi yang
membacanya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, adanya kritik, saran, dan usulan akan sangat
membantu menyempurnakan makalah yang akan dibuat di masa mendatang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran yang membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan......................................................................................................................................19
4.2 Saran................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................20
LAMPIRAN......................................................................................................................................21
ii
BAB I PENDAHULUAN
Di zaman modern saat ini, ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan dalam kemajuan
suatu bangsa, dan ilmu tersebut akan berpengaruh terhadap taraf ekonomi, sosial,
dan intelektualitas seseorang. Dari tahun ke tahun, IPTEK berkembang dengan
sangat pesat, dan bagi sebagian orang IPTEK merupakan suatu kebutuhan primer.
IPTEK dan seni dalam praktiknya selain mampu mengangkat harkat dan
martabat manusia, juga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan
dan menghilangkan hambatan-hambatan agar tercapainya kemaslahatan dan
kesejahteraan manusia, salah satunya dengan belajar untuk mengeksplorasi
kekayaan alam yang disediakan oleh Allah menggunakan ilmu pengetahuan dan
seni. Oleh karena pentingnya IPTEK dan seni dalam aspek kehidupan manusia,
dalam pengembangannya, nilai-nilai Islam tidak boleh diabaikan karena dalam
menuntut ilmu, landasan utamanya ialah dengan akidah Islam guna menyaring
ilmu mana yang boleh dan ilmu mana yang dilarang dalam pengembangannya
juga dalam penggunaannya agar dapat memberikan manfaat sesuai dengan fitrah
hidup manusia.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN
Ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang (pengetahuan) itu.1 Dalam pengertian lain, ilmu adalah usaha-
usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kehidupan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.2
1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Kamus Versi Online/Daring (Dalam Jaringan)”, diakses dari
https://kbbi.web.id/ilmu
2 Wikipedia, “Ilmu”, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu
3
Ibid.
3
teknologi, dan termasuk di dalamnya penelitian. Ayat-ayat yang pertama kali
diturunkan, yakni dalam QS Al-‘Alaq: 1-5, mengandung perintah dari Allah untuk
mempelajari ilmu pengetahuan dengan baca dan tulis serta mengembangkannya
melalui penelitian guna mengetahui kekuasaan dan keajaiban-Nya dalam
menciptakan manusia dari segumpal darah:
4
“Dan di bumi ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang
yang yakin. Dan juga pada diri kamu sendiri. Maka apakah kamu tiada
memperhatikan?” (QS Az-Zariyat: 20-22)
5
bahwa agama sebagai penghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sungguh, yang demikian itu tidak sesuai dengan ajaran Islam dan kenyataan yang
terdapat di dalam ayat-ayat suci Al-Quran.
Dalam surah Al-Isra’ ayat 12, diisyaratkan kepada manusia bahwa matahari
memiliki sinar untuk menerangi bumi dan pergantian malam dan siang itu
merupakan sebuah tanda adanya perhitungan waktu, yaitu siang dan malam, atau
antara perhitungan melalui peredaran bumi terhadap matahari (perhitungan
Syamsiah) dan peredaran malam, yaitu perhitungan peredaran bulan terhadap
bumi (Qamariyah).
Dalam ayat Allah yang lain, Allah mengisyaratkan bagi manusia untuk
belajar dan mengambil pelajaran dari makhluk ciptaan Allah yang juga
bermanfaat untuk manusia, yaitu binatang (ternak):
6
“Dan sungguh, pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi
kamu. Kami memberimu minum dari apa yang ada dalam perutnya (berupa) susu
murni antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang
meminumnya.” (QS An-Nahl: 66)
Dengan perantara ilmu, maka dapat dimaklumi segala perkara yang perlu dikaji
menurut kebutuhannya. Misalnya, orang yang ingin mengerti Islam, maka
wajiblah ia mempelajari ilmu tauhid, fikih, dan ilmu-ilmu lainnya. Orang yang
ingin maju dalam bidang ekonomi, maka haruslah baginya belajar ilmu dagang
dan seluk beluk perdagangan. Orang yang ingin mengerti jalannya matahari, bumi
dan bulan, ia harus mempelajari ilmu falak. Orang yang ingin dapat mengobati
orang yang sakit, haruslah ia belajar ilmu kedokteran, demikian seterusnya. Oleh
sebab itu, ilmu adalah kunci sukses manusia, sebagaimana ungkapan Imam Asy-
Syafi’i berikut:
Allah juga menegaskan pentingnya ilmu, salah satunya dalam surah Az-Zumar
ayat 9:
7
“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang
tidak mengetahui?” Sesungguhnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat
menerima pelajaran.” (QS Az-Zumar: 9)
Dalam ayat yang lain, Allah mengatakan bahwa menuntut ilmu adalah
wajib, dan keutamaan ilmu itu besar, lebih-lebih ilmu yang mendatangkan
keimanan kepada Allah. Dalam surah At-Taubah ayat 122, Allah berfirman, tidak
boleh semua kaum muslim berjihad atau ikut berperang. Harus ada yang tinggal
untuk mempelajari ilmu-ilmu dan menuntun hamba Allah yang lain kepada
ajaran-Nya:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat
menjaga dirinya.” (QS At-Taubah: 122)
3 Muhammad Jamaluddin al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, (Kairo, Mesir: Dar Ihya’ al-Kutub
al‘Arabiyyah, 1957), Juz IV, hlm. 273.
8
terhadap apa yang diserukannya. Jika ia tidak memiliki ilmu atas itu, maka tentu ia
tidak mengetahui hakikat kebenaran yang disampaikan. Berikut adalah faktor
yang membuat seseorang harus antusias mempelajari dan menyampaikan ilmu dan
agama Allah:
• Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Jubair bin Muth’im ra, dimana ia
berkata “Rasulullah SAW berdiri di Khaif, bagian dari Mina seraya
berkata, “Allah memberikan cahaya terhadap seseorang yang mendengar
perkataanku (ilmuku) lalu menyampaikannya. Sebab, tidak sedikit orang
yang membawa suatu ilmu tetapi ia tidak memahaminya, dan tidak sedikit
pula orang yang menerima ilmu lebih paham daripada pembawanya.”4
4 Sunan Ibnu Majah, al-Muqaddimah, Orang-orang Yang Menyampaikan Ilmu, Nomor hadits 244,
Juz I, hlm. 49. Kitab ini di-tahqiq Dr. M. A’zami. Ia mengatakan bahwa Muhammad Nashiruddin
Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Ibnu Majah Juz I, hlm. 45.
5 HR. Tirmidzi, No 2606 (Al-Alamiyah), No. 2682 (Maktabatu Al-Ma’arif). Shahih menurut
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
6 HR. Muslim, No. 3509 (Al-Alamiyah), No. 1893 (Syarh Shahih Muslim). Shahih menurut ijma’
ulama.
9
C. Tanggung Jawab Orang Berilmu
Orang berilmu memiliki kewajiban atas ilmu yang ada padanya yang merupakan
karunia dari Allah. Di antara kewajiban orang berilmu adalah mengamalkan ilmu
yang dimilikinya untuk kesejahteraannya dan meningkatkan ketaqwaannya
kepada Allah SWT, juga mengembangkan dan mengajarkan ilmu yang dimiliki
kepada orang lain untuk tujuan ibadah dan kemaslahatan seluruh makhluk-Nya,
termasuk juga menjaga alam dan lingkungan seisinya. Sebagaimana firman Allah:
“Sungguh, orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan dan petunjuk, setelah Kami jelaskan kepada manusia
dalam Kitab (Al-Quran), mereka itulah yang dilaknat Allah dan dilaknat (pula)
oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (QS Al-Baqarah: 159)
“(Yaitu) orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir,
dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (QS An-Nisa:
37)
Oleh sebab itu, orang berilmu atau ilmuan harus mengembangkan dan
mengajarkan ilmunya. Karena jika tidak, dikhawatirkan ilmu itu akan terputus
alurnya dan dia akan kehilangan kesempatan untuk berbuat baik kepada dirinya,
manusia dan makhluk-makhluk Allah yang lainnya.
Islam adalah agama yang realistis, mengetahui dan menyadari kepentingan, tabiat,
watak, bakat, dan keinginan manusia sebagai makhluk yang diciptakan memiliki
fitrah kejadian dan insting. Islam menyadari dan tidak mengekang manusia dari
halhal yang sesuai dengan fitrah dan insting kemanusiaannya. Di antara kebutuhan
manusia yang lahir memiliki fitrah insaniyah ialah bahwa manusia ingin bahagia,
sehat, gembira, suka cita, bermain, dan sebagainya. Untuk mewujudkan keinginan
itu, maka lahirlah beberapa jenis ekspresi kesenian yang kemudian menjadi
budaya dari suatu komunitas, masyarakat, dan bangsa.
10
2.2.1 Seni Budaya
Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Kesenian dan budaya lahir dari
manusia merupakan manifestasi dari rasa keindahan dan kesenangan kepada yang
indah yang ada dalam diri manusia. Hasil kesenian dan kebudayaan yang tidak
disukai Islam yaitu kesenian dan kebudayaan yang dapat merusak iman dan
bertentangan dengan batas kesopanan yang diajarkan Islam.
Islam memperbolehkan gubahan dan lantunan syair selama kata-kata dalam syair
tersebut tidak membawa manusia kepada kemaksiatan, kedurhakaan, dan
penentangan terhadap syariat Islam. Nabi Muhammad SAW tidak melarang dibuat
hiburan berupa nyanyian pada suatu pesta perkawinan dan dua hari raya,
sebagaimana hadits riwayat Ibnu Majah.7 Dalam hadits lain juga diriwayatkan
bahwa ada dua gadis yang memukul gendang dan bernyanyi di samping Aisyah
pada hari raya Idul Adha (Mina), sedang Nabi SAW menutup wajahnya dengan
pakaiannya. Ketika Abu Bakar masuk, Nabi melarangnya, lalu Nabi
menampakkan wajahnya dan berkata:
“Biarkan mereka itu hai Abu Bakar, sebab hari ini adalah hari raya.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
7 Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, (al-Maktabah asy-Syamilah, tt.), Juz VI, hlm. 92.
11
Seni bukanlah tujuan dalam hidup, melainkan seni adalah bagian dari media
dan ekspresi untuk membuat kehidupan bervariasi dan menghibur diri pada
momentum yang diperkenankan. Oleh karena itu, manusia harus memelihara
dirinya agar tidak terjebak ke dalam sebuah sikap ekstrim yang menjadikan
nyanyian dan musik sebagai bagian vital dari kehidupan atau bahkan menjadi
tujuan hidup. Pengembangan bakat dalam bidang seni musik dan seni suara dapat
mendidik manusia agar senantiasa suka kepada kebaikan, sadar dan mensyukuri
anugerah dari Allah.
Dapat dipahami, syair dalam tradisi Arab adalah sebuah ekspresi jiwa yang
dituangkan ke dalam kata-kata indah. Pada asalnya, syair tidaklah haram
dikumandangkan karena ia hanyalah sebuah gubahan dari keindahan seni bahasa
untuk mengungkapkan perasaan. Rasulullah SAW suka kepada salah satu syair
Labid yang berbunyi:
“Ketahuilah! Setiap apa pun yang ada di dunia ini akan binasa, kecuali
Allah.”
Bunyi syair tersebut sesuai dengan kandungan surah Ar-Rahman ayat 26, yang
artinya”
Meski syair adalah gubahan dari keindahan seni bahasa, syair tidak bisa
disamakan dengan Al-Quran, karena syair adalah hasil kreasi manusia, sementara
Al-Quran adalah ayat-ayat suci dari Allah, Tuhan Alam Semesta. Syair-syair juga
ada yang mengandung kesesatan dan kalimat-kalimat menentang Allah dan
hukumhukum yang ditetapkan oleh-Nya. Sebagaimana firman Allah mengenai
penyair:
12
sesat. Tidakkah engkau melihat bahwa mereka mengembara di setiap lembah, dan
bahwa mereka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan
banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena
menjawab puisi-puisi orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu
ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS Asy-Syu’ara: 221-227)
Di samping itu, orang yang suka bersyair akan terlarut dalam khayalannya
yang mengakibatkan seakan dia tidak hidup di alam nyata. Dengan kata lain, syair
itu dilarang jika mengandung kata-kata yang bertentangan dengan syariat, dan
syair yang seperti ini hukumnya haram. Adapun syair yang tidak memiliki
indikasi terlarang dan diharamkan maka kembali kepada hukum asalnya, yakni
boleh.
Seni dalam hal bangunan atau seni bangunan adalah salah satu dari cabang seni.
Salah satu jenis bangunan yang dilahirkan dari rasa keagamaan dan semangat
keislaman dari umat Islam adalah masjid, bangunan yang dipergunakan umat
Islam sebagai tempat beribadah kepada Allah. Masjid-masjid umumnya dibangun
dengan bentuk yang indah dan megah. Hal itu lahir dari rasa cinta akan agama dan
sebagai bentuk mengagungkan Allah. Masjid dewasa ini juga semakin dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang memudahkan dan membuat nyaman umat yang
beribadah di dalamnya, seperti adanya kamar mandi, lingkungan yang luas,
adanya pengeras suara, dibangun dengan bentuk yang indah, dan memiliki
pendingin ruangan.
Jejak seni bangunan dalam Islam dapat dijumpai pada istana-istana sultan
pada zaman pemerintahan Islam yang merupakan hasil seni bangunan umat Islam
yang dijiwai semangat keislaman. Hal ini dapat dilihat dari bentuk bangunan
istana yang menyerupai mesjid dan atapnya berbentuk kubah yang menunjukkan
ikatan yang kuat dengan masjid. Salah satu yang dapat kita lihat sekarang adalah
Istana Maimun di kota Medan, Sumatera Utara.
13
2.2.5 Seni Lukis, Ukir dan Pahat
Dari kedua hadits yang dikemukakan di atas, dapat dipahami bahwa patung
dan lukisan yang dilarang oleh Islam adalah patung dan lukisan yang dibuat untuk
diagungkan dan dimaksud untuk menandingi ciptaan Allah dan untuk sesuatu
yang tidak bermanfaat kecuali hanya kesenangan belaka.
8 HR. Bukhari, No. 5501 (Al-Alamiyah), No. 5958 (Fathul Bari). Shahih menurut ijma’ ulama. 10
HR. Muslim, No. 3941 (Al-Alamiyah), No. 2107 (Syarh Shahih Muslim). Shahih menurut ijma’
ulama.
14
bonekanya dan Nabi melihatnya ketika pulang dari perang Tabuk atau Khaibar,
lalu mereka berbicara mengenai mainan tersebut dan Nabi tertawa.9
9 HR. Abu Daud, No. 4284 (Al-Alamiyah), No. 4932 (Baitul Afkar Ad Dauliah). Shahih menurut
Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
15
3.1 Deskripsi Lokasi, Waktu, dan Narasumber Mini Riset
Penulis melakukan riset pada beberapa orang yang diyakini sebagai tokoh
masyarakat, tokoh adat, dan tokoh agama di daerah Medan Perjuangan, tepatnya
di Masjid Jamik Bustanul ‘Ulum, Jl. Pelita IV No. 36 Kelurahan Sidorame Barat
I, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, 20236.
Penulis melaksanakan wawancara terhadap beberapa narasumber tersebut selepas
sholat Ashar atau sekitar pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB, dengan
narasumber tersebut diantara lain:
16
3.3 Rumusan Masalah
Beberapa masalah yang penulis angkat dalam riset ini ialah penyalahgunaan ilmu
seperti berjihad tetapi dengan cara membunuh atau dengan kata lain dengan cara
yang salah dan juga tentang lukisan yang menyerupai makhluk hidup ciptaan
Allah.
2. Menurut Jafar Siddik sebagai tokoh adat terhadap penyalahgunaan ilmu seperti
berjihad dengan cara yang salah berpendapat bahwa tentu saja itu salah besar.
Mereka hanyalah sekelompok orang yang berilmu tetapi tidak secara
menyeluruh atau dengan kata lain hanya sebagian hal sehingga hasilnya tidak
seimbang dan tentu berdampak terjadinya hal tersebut. Sedangkan untuk
masalah seni lukis seperti sketsa atau pahat seperti patung yang
menggambarkan sesuatu yang bernyawa yakni hewan dan manusia, Bapak
Jafar Siddik mengatakan bahwa ulama ulama masih berbeda pendapat, dimana
sebagian ada yang mengatakan haram secara mutlak, ada yang mengatakan
menghalalkan seluruhnya, dan ada pula yang menghalalkan dengan beberapa
ketentuan. Sehingga Bapak Jafar Siddik mengatakan dan menganjurkan untuk
17
lebih baiknya hindari hal hal yang bersifat belum jelas dan pilihlah pilihan
yang lebih aman.
18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Islam tidak membatasi seseorang dalam mempelajari suatu ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu dunia. Namun, yang perlu diperhatikan ialah landasan seseorang
dalam menuntut ilmu. Seseorang yang menuntut ilmu harus menanamkan pada
dirinya akidah Islam yang kuat dan meniatkan kegiatannya dalam menuntut ilmu
itu untuk tujuan yang baik dan demi kemaslahatan dirinya dan manusia. Karena
sesungguhnya, penelitian adalah media dan ilmu yang dihasilkan dari suatu
penelitian adalah alat untuk menyelesaikan permasalahan dan menghilangkan
hambatan-hambatan agar tercapainya kemaslahatan dan kesejahteraan manusia.
Dalam hal seni dan budaya, Islam juga tidak melarang secara mutlak.
Dalam arti, selama seni tersebut ada untuk tujuan yang baik dan tidak
bertentangan dengan syariat Islam dan tidak mengarah kepada syirik, maka seni
seperti syair, seni bangunan, juga seni lukis, ukir dan pahat hukumnya adalah
boleh.
4.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Husnel Anwar Matondang. 2018. Islam Kaffah: Pendidikan Agama Islam untuk
Perguruan Tinggi. Medan: Perdana Publishing.
20
LAMPIRAN
21