Anda di halaman 1dari 10

BAB V

SIKLUS REPRODUKSI

Pendahuluan

Reproduksi pada semua hewan betina diartikan sebagai suatu

periode perkembangan kehidupan individu tersebut saat melahirkan

anak. Di alam, terutama di daerah yang mempunyai empat musim, telah

diketahui bahwa secara umum binatang melahirkan anak setiap tahun

dan waktu kelahiran terjadi pada musim semi, yaitu waktu yang sangat

baik bagi anak untuk mencapai pertumbuhan optimal dan juga

tersedianya jumlah pakan yang banyak bagi induk.

Ada beberapa jenis mekanisme yang mempengaruhi masa

reproduksi. Di antaranya adalah bahwa mekanisme tersebut berhubungan

dengan lamanya siang hari, produksi hormon, dan kopulasi. Di bawah

kondisi pakan dan lingkungan tertentu, masa bereproduksi pada hewan

tertentu akan diperpanjang seperti misalnya pada sapi, tetapi tidak

demikian halnya pada anjing, yang masa bereproduksinya cenderung

konstan mengikuti masa bereproduksi alami .

Secara umum, selama musim reproduksi kebanyakan hewan-

hewan yang tergolong ke dalam poikilothermik (cold-blooded) memasuki

periode berkasih-kasihan, selanjutnya berakhir dengan perkawinan dan

bertelur. Telur yang telah dibuahi ini ditinggalkan begitu saja. Siklus
reproduksi pada burung dan mamalia ( homeothermik atau warm-blooded

animals) lebih kompleks yaitu termasuk periode inkubasi dan

kebuntingan.

Periode Inkubasi

Kebanyaka bangsa burung menghasilkan telur sebanyak 3 sampai 6

butir selama periode reproduksi. Beberapa jenis burung hanya

menghasilkan telur dalam jumlah yang tetap dalam periode

reproduksinya. Bila telur yang telah dihasilkan diambil maka kekurangan

telur ini tidak akan ditambah lagi oleh induk burung tersebut. Jenis

burung ini disebut juga deterimante layer. Akan tetapi, beberapa jenis

burung akan selalu menambah lagi telurnya bila beberapa telur

sebelumnya telah diambil misalnya pada jenis bebek dan ayam. Jenis

burung ini disebut dengan indeterminate layers.

Kebanyakan burung akan mengerami telurnya dengan panas

tubuhnya dengan jalan menutupi telurnya dengan bulu-bulunya sampai

menetas dan induknya tetap perhatian pada anak-anaknya sampai

anaknya bisa mencari makanan sendiri. Pada beberapa jenis unggas

seperti itik, akan mulai mengerami telurnya setelah dikeluarkannya telur

terakhir. Sedangkan pada beberapa jenis lainnya seperti burung hantu,

akan mulai mengerami telurnya segera setelah telur pertama

dikeluarkannya.
Pengeraman umumnya dilakukan oleh kedua induk (biparental

incubation), atau hanya oleh induk betina (itik) dan oleh induk jantan

saja(jacana) (uniparental incubation). Lama waktu pengeraman telur

sangat bervariasi. Pada jenis burung kecil waktunya dari 12 hari sampai 15

hari, sedangkan pada jenis burung besar rata-rata 20 hari. Lebih lanjut,

bila anak-anak burung telah menetas ada yang langsung dapat berjalan

dan berenangg (precocial) dan ada yang tidak dapat berenang (altricial).

Pada precocial, anak-anak burung dapat langsung berenang segera setelah

bulu yang menutupi tubuhnya kering. Unggas yang termasuk kategori ini

adalah itik, angsa, dan burung-burung air. Pada altricial, anak-anak

burung yang baru menetas belum mempunyai bulu sehingga tetap berada

di dalam sarang sampai beberara minggu atau lebih.

Periode Kebuntingan

Selang waktu perkawinan yang fertil sampai terjadinya proses

kelahiran merupakan waktu lamanya kebuntingan. Lama kebuntingan

pada hewan sangat bervariasi. Lama kebuntingan pada mamalia seperti

tikus adalah 20 sampai 22 hari, 607 sampai 641 hari pada gajah,dan 270

sampai 295 pada manusia (Tabel 5.1).


Tabel 5.1 Lama waktu kebuntingan pada beberapa ras anjing

Hewan Lama Kebuntingan (hari)

Mencit 19-20

Tikus 20-22

Red necked Wallaby 30

Kelinci 28-32

Tupai 30-40

Kangguru 39

Rubah 52-63

Anjing 60-65

Kucing 52-65

Singa 105-115

Babi 112-120

Domba 145-155

Kera Rhesus 150-170

Simpanze 250

Manusia 270-275

Sapi 275-290

Kuda 330-345

Jerapah 400-480

Gajah 607-641

Sumber : Verma dan Agarwal,2007


Siklus Berahi

Bila berahi pertama pada pubertas telah selesai, maka hewan betina

akan melanjutkan siklus reproduksinya secara konsisten ataupun tidak

dengan interval waktu yang bervariasi. Jika pada berahi pertama tidak

terjadi perkawinan atau perkawinan yang tidak menghasilkan

kebuntingan, maka hewan betina akan mengalami rangkaian perubahan

ovarium yang berulang. Berahi pertama akan disusul dengan berahi

berikutnya dengan interval waktu tertentu. Jarak satu berahi dengan

berahi berikutnya disebut dengan satu siklus berahi atau siklus estrus.

Mamalia betina mempunyai dua tipe siklus reproduksi, yaitu siklus estrus

(kebanyakan mamalia) dan siklus menstruasi ( terutama pada primata).

Dalam satu siklus berahi, terjadi perubahan fisiologis pada alat

kelamin betina dan perilaku. Perubahan ini akan berulang pada siklus

berahi berikutnya. Untuk memperoleh gambaran mengenai perubahan

fisiologis dan perilaku, maka satu siklus berahi dibagi menjadi fase estrus,

post estrus (metestrus), diestrus, dan proestrus.

1. Fase Estrus, periode yang singkat ketika jantan dan betina benar-benar

siap untuk bereproduksi. Fase estrus adalah fase terpenting dalam siklus

berahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan tanda yang

khusus dan dalam fase ini hewan betina mau menerima hewan jantan

untuk kopulasi. Pada fase ini, banyak terjadi perubahan yang menyangkut

hormonal, anatomi, maupun gejala lainnya.


2. Metestrus adalah suatu periode untuk persiapan kebuntingan.

Metestrus adalah fase dalam siklus berahi yang terjadi setelah fase estrus.

Fase dalam siklus berahi yang mengacu pada perubahan yang mengacu

pada fungsi ovarium disebut dengan metestrus. Karena itu, metestrus

adalah fase yang lebih ditekankan pada fase luteal siklus estrus atau

periode sekresi hormon progesteron oleh korpus luteum.

3. Diestrus adalah periode istirahat dan pada saat ini uterus menjadi kecil.

Diestrus dimulai ketika hewan betina menolak dinaiki oleh hewan jantan.

Ovarium dan alat kelamin lainnya kembali ke keadaan normal. Pada

hewan yang tidak bunting, tidak ada tanda yang dapat teramati dari luar.

Pada saat ini, uterus mulai mengalami perubahan menuju keadaan semula

(involusi).

4. Proestrus adalah periode untuk persiapan estrus berikutnya. Selama

periode ini akan terjadi pertumbuhan folikel baru pada ovarium.

Proestrus adalah fase permulaan terjadinya rangkaian perubahan pada

ovarium, khususnya dalam sekresi hormon steroid, yang dihasilkan dari

folikel ovarium yang sedang berkembang.

Siklus Menstruasi

Pada hewan golongan primata termasuk juga manusia, siklus seksual


dicirikan dengan terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah periode
keluarnya darah, jaringan, cairan, lendir, sel epitel dari uterus melewati
vagina selama post estrus atau metestrus dari siklus estrus.
Pada wanita, seperti juga golongan mamalia lainnya, uterus merupakan
tempat mentruasi, implantasi dari ovum yang telah dibuahi, dan
perkembangan fetus selama kebuntingan. Secara histologik, uterus
tersusun atas tiga lapisan yaitu perimetrium, myometrium, dan
endometrium. Kejadian utama yang terjadi pada saat siklus menstruasi
dapat berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada endometrium
uterus. Siklus menstruasi adalah serangkaian perubahan pada
endometrium pada wanita yang sedang tidak hamil.

Pengatur Siklus Reproduksi


Produksi spermatozoa, ovum, dan sintesis serta pelepasan hormon seks
tidaklah terjadi secara kebetulan pada vertebrata. Semua proses ini diatur
oleh faktor lingkungan dan hormonal.
Kondisi lingkungan mempunyai pengaruh terbatas pada siklus estrus dari
beberapa mamalia. Pada beberapa jenis mamalia, faktor lingkungan
seperti durasi dan intensitas cahaya, temperatur, curah hujan telah
diketahui mempunyai pengaruh pada siklus estrus. Kejadian yang terjadi
pada ovarium dan endometrium sangat dipengaruhi oleh agen kimia
yang disebut hormon yang beredar di dalam peredaran darah.

Hormon Pengontrol Siklus Estrus

Hormon adalah suatu substansi organik yang dihasilkan oleh sel khusus

organ endokrin dan disekresikan ke dalam ruang antarsel atau ruang

jaringan perivaskular, yang selanjutnya mencapai sistem sirkulasi darah

dan secara fisiologis mampu mempengaruhi organ sasaran. Hormon yang

bersirkulasi berperan sebagai pengatur fungsi sel-sel secara umum atau

mengatur jaringan atau organ tertentu. Kelenjar endokrin bersama dengan

sistem saraf ikut memelihara kondisi fisiologis agar terjadi keseimbangan

(homeostasis). Dalam sistem reproduksi, kelenjar endokrin dan sistem

saraf berfungsi secara terintegrasi, terkoordinasi, dan erat terkait.


Hormon mempengaruhi fungsi reproduksi melalui dua jalan. Yang

pertama adalah secara organisasional; artinya hormon dapat

mempengaruhi pola awal perkembangan organ reproduksi, fisiologi dan,

perilaku. Kedua adalah aktivasi atau motivasi seksual.

Hormon-hormon yang mempengaruhi siklus reproduksi pada

vertebrata terutama pada golongan mamalia adalah sebagai berikut :

1. Hormon dari Hipotalamus

Hormon hipotalamus yang dikenal sebagai hormon pelepas

(releasing hormone-RH) yang diketahui mengatur sekresi hormon kelenjar

hipofisis anterior adalah: hormon pelepas FSH (FSH-RH), hormon pelepas

LH (LH-RH), hormon penghambat prolaktin (PIH), hormon pelepas

prolaktin (PRH), hormon pelepas thirotropin (TSH-RH), hormon pelepas

hormon pertumbuhan atau somatotropin (STH-RH), dan hormon pelepas

kortikotrofin (ACTH-RH). Rangkuman fungsi hormon tersebut dapat

dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Fungsi utama hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus

Nama Hormon Fungsi

Hormon pelepas FSH (FSH- Mengatur fungsi adenohipofisis untuk


RH) melepas FSH.
Hormon pelepas LH (LH-RH), Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
melepas LH.
Hormon penghambat Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
prolaktin (PIH), menghambat pelepasan prolaktin.
Hormon pelepas prolaktin Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
(PRH), melepas prolaktin.
Hormon pelepas thirotropin Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
(TSH-RH), melepas thirotropin.
Hormon pelepas hormon Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
pertumbuhan atau melepas somatotropin
somatotropin (STH-RH)
Hormon pelepas kortikotrofin Mengatur fungsi adenohipofisis untuk
(ACTH-RH). melepas adenokortikotropin.

2. Hormon dari Hipofisis


Hipofisis (kelenjar pituitaria) terdiri atas tiga jaringan yang berbeda, yaitu

bagian anterior (adenohipofisis), bagian tengah (intermedia), dan bagian

posterior (neurohipofisis). Tipe sel yang terdapat pada bagian anterior

secara klasik dibedakan berdasarkan pewarnaan. Dengan menggunakan

metode imunohistokimia telah dimungkinkan mengklasifikasikan sel-sel

adenohipofisis menurut hormon yang disekresikan. Hormon yang

disintesis oleh adenohipofisis adalah hormon pertumbuhan

(somatotropin), prolaktin, thirotropin (TSH), Follicle stimulating hormone

(FSH), Luteinizing hormone (LH), dan adenokortikotropik (ACTH).

Kebanyakan hormon yang disekresikan oleh adenohipofisis berperan

mengatur organ endokrin lain, kecuali hormon pertumbuhan dan

prolaktin. Hormon yang dihasilkan oleh neurohipofisis adalah oksitosin

dan vasopresin. Rangkuman fungsi hormon tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Fungsi utama hormon yang dihasilkan oleh hipofisis

Nama Hormon Fungsi

Somatotropin Mempercepat pertumbuhan badan


Prolaktin Merangsang sekresi susu dan naluri
keibuan
Thirotropin Merangsang sekresi dan pertumbuhan
tiroid.
FSH (Follicle stimulating Merangsang petumbuhan folikel
hormone) ovarium pada hewan betina dan
spermatogenesis pada hewan jantan
LH (Luteinizing hormone) Merangsang ovulasi dan luteinisasi
folikel pada hewan betina dan sekresi
testosteron pada hewan jantan.
Adrenokortikotropik Merangsang sekresi dan pertumbuhan
(ACTH) korteks adrenal.
Vasopresin Meningkatkan retensi air
Oksitosin Menyebabkan sekresi susu

Rangkuman
Pada kebanyakan vertebrata, hewan betina mengalami siklus

reproduksi yang berlangsung sekali sampai beberapa kali dalam setahun.

Secara umum, selama musim reproduksi kebanyakan hewan-hewan yang

tergolong ke dalam poikilothermik (cold-blooded) memasuki periode

berkasih-kasihan, selanjutnya berakhir dengan perkawinan dan bertelur.

Telur yang telah dibuahi ini ditinggalkan begitu saja. Siklus reproduksi

pada burung dan mamalia ( homeothermik atau warm-blooded animals)

lebih kompleks yaitu termasuk periode inkubasi dan kebuntingan.

Mamalia betina mempunyai dua tipe siklus reproduksi, yaitu siklus estrus

(kebanyakan mamalia) dan siklus menstruasi (terutama pada primata).

Anda mungkin juga menyukai