Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tugas Pendidikan Pancasila
ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun berdasarkan pengumpulan dari
berbagai sumber, dan untuk memehuni tugas Pendidikan Pancasila.

Dengan ini penulis ucapkan terimakasih kepada bapak Aang Supriatna. M.Pd
selaku dosen pembimbing mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Penulis
mengucapkan  terimakasih  kepada pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas  ini. Semoga tugas yang penulis buat dapat bermanfaat bagi
penulis pribadi maupun pihak yang membaca.

Penulis menyadari bahwa tugas ini sangat jauh dari sempurna, masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Setiap saran, kritik, dan komentar yang bersifat
membangun dari pembaca sangat penulis harapkan untuk meningkatkan kualitas
dan menyempurnakan tugas ini.

Bandung, Oktober 2019

Penulis

Pendidikan pancasila 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................3
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulis...................................................................................................................................4
1.4 Pembatasan masalah.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pancasila dalam konteks zaman penjajahan.......................................................................................5
a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)........................................................................................................8
b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)......................................................................................................9
c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945).................................................................................................................9
B.   Arti penting/fungsi pancasila...........................................................................................................11
C. Fungsi dari Pancasila:.........................................................................................................................12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................................13

Pendidikan pancasila 2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merupakan suatu fakta historis yang sukar dibantah, bahwa sebelum tanggal 1
Juni 1945 yang disebut sebagai tanggal “lahirnya” Pancasila Ir. Soekarno yang
diakui sebagai tokoh nasional yang menggali Pancasila tidak pernah berbicara
atau menulis tentang Pancasila, baik sebagai pandangan hidup maupun sebagai
dasar negara. Dalam pidato yang beliau sampaikan tanpa konsep pada tanggal
tersebut, yang mendapat berkali-kali applause dari para anggota Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), beliau menjelaskan
bahwa gagasan tentang Pancasila tersebut terbersit bagaikan ilham setelah
mengadakan renungan pada malam sebelumnya. Renungan itu beliau lakukan
untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan Dr Radjiman Wedyodiningrat, Ketua
BPUPKI, tentang apa dasar negara Indonesia yang akan dibentuk. Lima dasar atau
sila yang beliau ajukan itu beliau namakan sebagai filosofische grondslag.

Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu : Ketuhanan,


Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, dalam kenyataannya secara
objektif telah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
mendirikan Negara. Proses terbentuknya Negara dan bangsa Indonesia melalui
suatu proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu kemudian
timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV, ke V kemudian dasar-dasar
kebangsaan Indonesia telah mulai nampak pada abad ke VII, yaitu ketika
timbulnya kerajaan Sriwijaya di bawah Syailendra di Palembang, kemudian
kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur serta kerajaan-kerajaan lainnya.

Dasar-dasar pembentukan nasionalisme modern dirintis oleh para pejuang


kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan yang dilakukan oleh para tokoh pejuang
kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian dicentuskan pada sumpah
pemuda pada tahun 1928.

Pendidikan pancasila 3
1.2 Rumusan masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas diantaranya meliputi:

1. Bagaimanakah sejarah Pancasila pada masa penjajahan?


2. Apakah arti penting/fungsi Pancasila?

1.3 Tujuan Penulis


Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah
Pendidikan Pancasila, selain itu juga ada beberapa tujuan diantaranya :

1. Mengetahui lebih jauh tentang pancasila dalam konteks sejarah perjuangan


bangsa Indonesia pada zaman penjajahan dan perumusan pancasila.
2. Mengetahui lebih jauh arti penting/fungsi dari Pancasila

1.4 Pembatasan masalah


Karena keterbatasan waktu, pikiran, tenaga dan tugas yangdiberikan maka kami
membatasi tentang Pancasila Dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa
Indonesia, di zaman penjajahan, kebangkitan nasional, zaman penjajahan Jepang,
Sidang BPUPKI Pertama, Sidang BPUPKI Kedua atau sebelum kemerdekaan.

Pendidikan pancasila 4
BAB II

PEMBAHASAN

 A. Pancasila dalam konteks zaman penjajahan


Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat
kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan serta keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki
bangsa Indonesia sejak dahulu kala.

Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam di Indonesia menandai


dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Bagaimana agama merubah
kehidupan dan pandangan masyaraat dapat dilihat pada sistem sosial-
ekonominya. Penyelenggaraan perdagangan di kota-kota pelabuhan
menimbulkan komunikasi terbuka, sehingga terjadi mobilitas sosial baik
horisontal maupun vertikal serta perubahan gaya hidup dan nilai-nilai. Masa
kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu rajanya Hayam Wuruk dan patihnya
Gajah Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha.
Majapahit melahirkan beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku
Negara Kertagama (1365) yang didalamnya terdapat istilah “Pancasila”,
sedangkan empu Tantular mengarang buku Sutasoma yang didalamnya
tercantum seloka persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya
walaupun berbeda namun satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada
mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh
nusantara raya. Dengan berjalannya waktu, kekuasaan pusat dengan agama
Hindu-Budha mengalami kemerosotan bersamaan dengan disintregasi politik dan
degenerasi kultural. Akibatnya terciptalah kondisi yang baik bagi suatu
perubahan.

Setelah Majapahit kerajaan Hindu Budha runtuh pada abad XVI maka
berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu
maka berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak. Selain
itu, berdatangan orang-orang Eropa di nusantara. Mereka itu antara lain orang
Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang Spanyol yang ingin mencari
pusat tanaman rempah-rempah. Pada awalnya bangsa Portugis berdagang,
namun lama-kelaman mulai menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan
yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka pada tahun 1511.
Pendidikan pancasila 5
Pada akhir abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan
menempuh jalan yang penuh kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan
diantara mereka sendiri, kemudian mereka mendirikan suatu perkumpulan
dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische Compaignie) yang
dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.

Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat


mulai mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung
(1613-1645) berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada
tahun 1628 dan tahun 1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun
Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam serangan Sultan Agung yang kedua itu.

Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai
kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah
Hasanudin. Menyusul pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat
ditundukkan pula oleh kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung
Suropati di Jawa Timur pada akhir abad ke XVII nampaknya tidak mampu
meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni pada saat itu. Demikian pula ajakan
Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari Minangkabau untuk mengadakan
perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang
hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencar-
pencar dan tidak memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan
sehingga banyak menimbulkan korban bagi anak-anak bangsa.

Kontak dengan bangsa Eropa telah membawa perubahan-perubahan dalam


pandangan masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru, seperti
liberalisme, demokrasi, nasionalisme. Hingga sampai akhirnya Indonesia dapat
menumbuhkan jiwa Nasionalisme dan bersatu untuk merdeka.

Dorongan akan cinta tanah air ini yang menimbulkan semangat untuk melawan
penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan
persatuan di antara mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan terebut
senantiasa kandas dan menimbulkan banyak korban.Penghisapan mulai
memuncak ketika Belanda menerapkan sistem monopoli melalui tanam paksa
(1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban terhadap rakyat.

Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik internasional


terjadilah pergolakan kebangkitan dunia timur, di Indonesia kebangkitan
nasional(1908). Banyak muncul pergerakan nasional seperti:

Pendidikan pancasila 6
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908 merupakan
pelopor pergerakan nasional, yang dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo
dengan Budi Utomo. Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan
kekuatan sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909), kemudian diganti
dengan Sarekat Islam(1911)di bawah H.O.S. Cokroaminoto, Indische
Partij(1913),yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Deker,
Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipelopori
oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah
perjuangan bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan
tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober
1928 lahirlah Sumpah Pemuda sebagai penggerak kebangkitan nasional yang
menyatakan satu bahasa, satu bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.

Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang bermunculan saat itu.

Meskipun banyak muncul pergerakan nasional akan tetapi masih ada penjajahan
Jepang. Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu
kebohongan belaka dan tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan
Belanda tanggal 10 Maret 1940. Kemudian Jepang masuk ke Indonesia dengan
propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang saudara tua bangsa Indonesia”.

Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan
tanpa syarat setelah panghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu. Janji ini
diberikan karena Jepang terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia
diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan
simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka Jepang menganjurkan untuk
membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai
Ketua (Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang
yang berasal dari pulau Jawa,Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa orang
peranakan Eropa, Cina dan Arab yang kemudian mengusulkan bahwa agenda
pada sidang BPUPKI adalah membahas dasar negara.

Pendidikan pancasila 7
Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) dengan pembicaranya adalah Mr.
Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Mereka semua
berpidato guna membahas tentang rancangan usulan hukum dasar negara.
Menurut Soekarno dalam pidatonya, dasar bagi Indonesia merdeka adalah
dasarnya suatu negara yang akan didirikan yang disebutnya philosophische
gronsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa dan pikiran yang sedalam-dalamnya yang
di atasnya akan didirikan gedung Indonesia yang merdeka.

Sidang BPUPKI pertama terdapat usulan-usulan sebagai berikut:

a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)


Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan
dasar negara sebagai berikut:

Secara Lisan

1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan)
5. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).

Secara Tertulis

1. Ketuhanan yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pendidikan pancasila 8
b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)
Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai
berikut:

1. Paham kebangsaaan
2. Warga Negara berhak tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap saat ingat
kepada Tuhan
3. Sistem badan permusyawaratan
4. Ekonomi Negara bersifat Asia Timur Raya
5. Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya

Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo


mengusulkan hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan
batin, musyawarah, keadilan rakyat.

c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima
prinsip yang rumusanya yaitu:

1. Nasionalisme(kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan
3. Musyawarah mufakat perwakilan atau demokrasi,
4. kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara
dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) dalam siding ini membahas Dasar Negara.
Dalam sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan populer
disebut dengan “panitia sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno
2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo
7. Kyai Abdul Kahar Muzaki
Pendidikan pancasila 9
8. Abikoesmo Tjokrosoejoso
9. Haji Agus Salim

Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai


suatu hasil baik yaitu suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan
kebangsaan.

Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan


yang dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar, alinea keempat dalam
rumusan dasar negara sebagai berikut:

1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta


atau Jakarta Charter.

Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan
istilah undang-undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang
bentuk negara republik dan luas wilayah negara baru. tujuan anggota badan
penyelidik adalah menghendaki Indonesia raya yang sesungguhnya yang
mempersatukan semua kepulauan Indonesia. Susunan Undang Undang Dasar
yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :

1. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas


Penjajahan Belanda.
2. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila.
3. Pasal-pasal Undang Undang Dasar.

Pendidikan pancasila 10
B.   Arti penting/fungsi pancasila
Menurut Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam
ideology Pancasila.

1. Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap,
yang terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar merupakan prinsip,
yang bersifat amat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu dan
tempat, dengan kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi
kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi esuatu, yang
mencakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila
ditetapkan oleh para pendiri negara.Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari
sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan yang telah
menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang ditanamkan dalam agama
dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan
kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan
arahan kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai
instrumental ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
Namun nilai instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang
dijabarkannya. Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam
bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-
batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka
nilai instrumental merupakan kebijaksanaan, strategi, organisasi, sistem,
rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti nilai dasar
tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun nilai instrumental ini
adalah MPR, Presiden, dan DPR.
3. Ketiga, nilai praktis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-
hari, berupa cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai
Pancasila. Nilai praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-
nilai Pancasila, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik,
oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan
kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara secara perseorangan.

Pendidikan pancasila 11
C. Fungsi dari Pancasila:
1. Sebagai Dasar Negara

Sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Negara

2. Sebagai Sumber dari segala sumber hukum

3. Sebagai filter/penyaring

4. Sebagai pandangan hidup Sebagai pedoman tingkah laku berbangsa,


bernegara, dan bermasyarakat

5. Sebagai kepribadian bangsa Sebagai ciri khas bangsa Indonesia yang


membedakan dengan bangsa lain

6. Sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Pancasila memuat cita-cita dan tujuan
nasional

7. Sebagai perjanjian luhur bangsa Pancasila telah disepakti oleh para pendiri
bangsa

8. Sebagai jiwa bangsa Sebagai penggerak dinamika bangsa Indonesia untuk


mencapai tujuannya

Pendidikan pancasila 12
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

http://gustianipangesti.blogspot.com/2012/04/pancasila-dalam-konteks-
sejarah.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia

http://jakabillal.blogspot.com/2011/04/pancasila-dalam-konteks-sejarah.html

http://makalahcyber.blogspot.com/2012/04/makalah-pancasila-dalam-konteks-
sejarah_30.html

https://ratnawahyu36.wordpress.com/2013/12/05/makalah-pancasila-dalam-
konteks-zaman-penjajahan/amp/

Pendidikan pancasila 13

Anda mungkin juga menyukai