Anda di halaman 1dari 6

Seorang laki-laki 24 tahun di rawat di rumah sakit selama 3 hari.

Pada saat pengkajian yang di


lakukan oleh perawat didapatkan keluhan berupa pendengaran menurun dan Tinnitus, nyeri di
rasa berat, pusing mual muntah dan mengeluarkan cairan yang berwarna kuning. Tekanan Darah
120/70 mmHg, Frekuensi Nadi 86 x/menit, Frekuensi Napas 24 x/menit dan Suhu 38,90.
Berdasarkan Data pasien mengalami barotrauma dan cidera pada saat berkendaraa ke tempat
tinggi. Hail laboratorium di dapatkan Leokosit 13.000/mm3 dan GDS 80 mg/dl. Di lakukan tes
Audiometri di dapatkan negative. Selama perawatan pasien sudah di berikan beberapa obat
seperti antibiotic dan penahan nyeri. Dan di rencanakan akan di lakukan timpanoplasti
seandainya setelah perawatan tidak ada perkembangan.

Otitis ( Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian tengah, tepatnya pada rongga di belakang
gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ini, sering kali timbul akibat batuk pilek, flu, atau
alergi sebelumnya).

Data Fokus
1. 3 hari
2. Pendengaran menurun
3. Tintinus (suara mendering atau mendengung di salah satu atau kedua telinga yang mungkin
terjadi terus menerus atau tiba-tiba muncul dan hilang, sering kali diiringi dengan gangguan
pendengaran).
4. Nyeri dirasa berat
5. Pusing,mual muntah
6. Mengeluarkan cairan yang berwarna kuning
7. Suhu 38,9oc
8. Barotrauma ( adalah cedera yang terjadi akibat perubahan tekanan udara secara mendadak.
Kondisi ini sering dialami oleh seorang penyelam atau orang yang rutin bepergian dengan
pesawat terbang)
9. Cidera pada saat berkendaraa ke tempat tinggi
10. Diapatkan leokosit 13.000/mm3 (tinggi) (normal kisaran 4000 sampai 10.000/mm3).
Tes audiometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan mendengar
dan mendeteksi masalah pada pendengaran sejak dini. Gangguan pendengaran bisa menyerang
siapa saja, mulai dari bayi, dewasa, hingga lansia.
Pemeriksaan audiometri dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang disebut
dengan audiometer yang dapat menghasilkan suara dengan volume dan frekuensi yang berbeda-
beda. Nantinya, fungsi pendengaran pengidap akan dievaluasi dengan cara meminta pengidap
untuk mendengar suara dengan volume atau frekuensi tertentu.

Perawtan sudah dilakukan :


1.Berikan beberapa obat seperti antibiotic dan penahan nyeri

Di rencanakan akan di lakukan :


Timpanoplasti Yaitu tindakan operasi telinga untuk memperbaiki gendang telinga (membran
timpani) dengan atau tidak disertai memperbaiki telinga tengah serta tulang pendengaran.
Gendang telinga yang diperbaiki adalah gendang telinga yang berlubang, karena trauma atau
infeksi.Telinga yang terinfeksi biasanya disertai dengan keluhan telinga berair.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NANDA

1. Hambatan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit


2. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3. Mual berhubungan dengan gangguan psikologis
4. Nyeri akut berhubungan dengan Agens Cidera biologis

ETIOLOGI

1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dariotitis media
yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tubaeustachius terganggu,
sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telingatengah juga akan terganggu
2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya(misal : sinusitis,
hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitisalergika). Pada anak-anak, makin
sering terserang ISPA, makin besarkemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada
bayi, OMAdipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya
agak horisontal.
3. Bakteri Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,dan bakteri
piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,Staphylococcus aureus, E. coli,
Pneumococcus vulgaris.
PATOFISIOLOGI

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas (ISPA) yangdiebabkan oleh
bakteri, kemudian menyebar ke telinga tengah melewati tubaeustachius. Ketika bakteri
memasuki tuba eustachius maka dapat menyebabkaninfeksi dan terjadi pembengkakan,
peradangan pada saluran tersebut.

Proses peradangan yang terjadi pada tuba eustachius menyebabkan stimulasi


kelenjarminyak untuk menghasilkan sekret yang terkumpul di belakang
membran timpani.Jika sekret bertambah banyak maka akan menyumbat saluran eustachius,
sehingga pendengaran dapat terganggu karena membran timpani dan tulang osikel(maleus, incus,
stapes) yang menghubungkan telinga bagian dalam tidak dapat bergerak bebas.

Selain mengalami gangguan pendengaran, klien juga akanmengalami nyeri pada


telinga.Otitis media akut (OMA) yang berlangsung selama lebih dari dua bulandapat
berkembang menjadi otitis media supuratif kronis apabila faktor higienekurang diperhatikan,
terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanyadaya tahan tubuh yang kurang baik.

MANIFESTASI KLINIS
1. Otitis Media Akut
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang
dewasa.

1. Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau
negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat
mengalami perforasi.
2. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
3. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
4. Demam
5. Anoreksia
6. Limfadenopati servikal anterior
2. Otitis Media Serosa
Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam
telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi
ketika tuba eustachii berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna
kuning redup sampai abu-abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung
udara dalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan
pendengaran konduktif.

3. Otitis Media Kronik


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan
terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri
kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan
dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.
Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan
kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani atau keluar
ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada
pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering
memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

KOMPLIKASI

1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi secarabenar dan adekuat
dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang
terjadi setelah adanya pemberianantibiotik.
2. Mastoiditis
3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani
4. Keseimbangan tubuh terganggu
5. Peradangan otak kejang
PENATALAKSANAAN

Penanganan local meliputi pembersihan hati-hati telinga menggunakan mikroskop dan alat
penghisap. Pemberian antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila
terdapat cairan purulen.

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidk efektif.
Dapat dilakukan timpanoplasti dan yang paling sering adalah timpanoplasti-rekonstruksi bedah
membrane timpani dan osikulus. Tujuan dari timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga
tengah, menutup lubang perforasi, telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki
pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara
transkanal atau melalui insisi aurikuler. Isis telinga tengah diinspeksi secara teliti, dan hubungan
antara osikulus dievalusi. Terputusnya rantai osikulus adalah yang paling sering terjadi pada
otitis media, namun masalah rekonstruksi juga akan muncul dengan adanya malformasi telinga
tengah dan dislokasi osikuler akibat cidera kepala. Perbaikan dramatis pendengaran dapat terjadi
stelah penutupan lubang perforasi dan perbaikan kembali osikulus. Pembedahan biasanya
dilakukan pada pasien rawat jalan dengan anesthesia umum.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC

yang sering dilakukan pada kasus otitis media kronis ini diantaranya meliputi :

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar


2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
3. Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi jarum dari
telinga tengah melalui membrane timpani)

TERAPI

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awalditujukan untuk
mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberianantibiotik dekongestan lokal atau
sistemik, dan antipiretik.

1. Stadium Oklusi Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga tekanan berkurang
ditelinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl efedrin 0,5% dalamlarutan
fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di atas 12 tahun danpada orang
dewasa).
2. Stadium Presupurasi Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika (biasanya dari
golonganpenisilin/ampisilin).
3. Stadium Supurasi Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi
bilamembran tympani masih utuh.
4. Stadium Resolusi Membran tympani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi
danperforasi membran tympani menutup.

PENCEGAHAN
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya OMApada anak
antara lain:

1. Pencegahan terjadinya ISPA pada bayi dan anak-anak 


2. Pemberian ASI minimal selama enam bulan
3. Hindari pemberian susu botol ketika anak dalam keadaan berbaring
4. Hindari pajanan terhadap asap rokok

Anda mungkin juga menyukai