Anda di halaman 1dari 29

REFARAT

PNEUMONIA

Kepaniteraan Klinik Senior SMF Ilmu Paru


RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai

Disusun Oleh :
MUTHIA ULFA WULANDARI (102118149)
ADEK AYU TUTI ALAWIYAH (102119019)

Pembimbing :
dr. Irma Tabrani Sp.P

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PARU


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai
Tahun 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah

Subhanahuwata’ala atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

refarat yang berjudul “Pneumonia”.

Penulis menyadari bahwa, refarat ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa

adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pembimbing dr. Irma

Tabrani Sp.P dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan tugas ini sejak awal hingga selesainya tugas ini.

Tujuan penulisan refarat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam

kegiatan kepaniteraan klinik senior dibagian Ilmu Kedokteran Paru RSUD Dr. R.

M. Djoelham Binjai.

Penulis menyadari bahwa refarat ini tidak luput dari kekurangan. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan refarat ini.

Binjai, Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 2
A. Anatomi Paru.................................................................................. 2
B. Fisiologi Paru.................................................................................. 6
C. Pneumonia...................................................................................... 7
1. Definisi..................................................................................... 7
2. Klasifikasi................................................................................. 7
D. Pneumonia Komuniti...................................................................... 7
1. Definisi..................................................................................... 7
2. Epidemiologi............................................................................. 7
3. Etiologi..................................................................................... 8
4. Patofisiologi.............................................................................. 9
5. Penegakkan Diagnosis.............................................................. 9
6. Penatalaksanaan........................................................................ 10
7. Prognosis................................................................................... 15
8. Pencegahan............................................................................... 16
E. Pneumonia Nosokomial.................................................................. 16
1. Definisi...................................................................................... 16
2. Etiologi...................................................................................... 16
3. Epidemiologi............................................................................. 17
4. Patofisiologi.............................................................................. 17
5. Faktor Resiko............................................................................ 18
6. Penegakkan Diagnosis.............................................................. 20
7. Terapi........................................................................................ 21
8. Prognosis................................................................................... 22
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan akut parenkim paru

yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia

yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk.

Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia dibedakan atas

pneumonia komunitas/Community-Aquaired Pneumonia (CAP), dan Hospital-

Acquired Pneumonia (HAP).

Pneumonia Komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru yang

didapat di masyarakat. Resiko kematian pada pneumonia komunitas lebih

meningkat pada pasien umur ≥ 65 tahun, laki-laki, dan ada komorbid.

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48

jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang inkubasinya

terjadi sebelum masuk rumah sakit. Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia

nosokomial di Indonesia tidak diketahui disebabkan antara lain data nasional tidak

ada dan data yang ada hanya berasal dari beberapa rumah sakit swasta dan

pemerintah serta angkanya sangat bervariasi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Paru1,4

1. Struktur Pelengkap Sistem Pernapasan

Tulang pembentuk rongga dada :

- Os. costae (12 buah)

- Vertebrae torakalis (12 buah)

- Sternum (1 buah)

- Clavikula (2 buah)

- Skapula (2 buah)

2
Otot Pernapasan :

3
Otot inspirasi utama :

- M. interkostalis ekterna

- M. interkartilaginus parasternal

- M. diafragma

Otot inspirasi tambahan :

- M. sternokleidomastoideus

- M. skalenus anterior

- M. skalenus medius

- M. skalenus posterior

2. Struktur Utama Sistem Pernapasan

a. Paru

4
Paru Kanan, ada 3 Lobus:
- Lobus superior
- Lobus medius
- Lobus inferios
Paru Kiri, ada 2 Lobus :
- Lobus superior
- Lobus inferior

b. Bronkus

5
c. Alveol

us

6
B. Fisiologi Sistem Pernapasan1

Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas antara organisme dengan

lingkungan, yaitu pengambilang oksigen dan eliminasi karbondioksida.

Respirasi eksternal adalah proses pertukaran gas ( O2 dan CO2 ) antara

darah dan atmosfer sedangkan respirasi internal adalah proses pertukaran

gas ( O2 dan CO2 ) antara sirkulasi darah dan sel jaringan.

Ada 4 Proses :

1. Ventilasi

Volume udara yang bergerak masuk dan keluar dari hidung

atau mulut saat bernapas.

2. Distribusi

Setelah proses ventilasi, udara yang telah masuk ke saluran

napas di distribusikan ke sluruh paru kemudian masuk ke

alveoli.

3. Perkusi

Sirkluasi darah di dalam pembuluh kapiler paru.

4. Difusi

Perpindahan molekul oksigen dari rongga alveoli melintasi

membrane kapiler alveolar, kemudian melintasi plasma darah

dan menembus dinding sel darah merah, dan akhirnya masuk ke

interior sel darah merah sampai berikatan dengan hemoglobin.

7
C. Pneumonia

1. Definisi2

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan akut parenkim

paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur,

parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis tidak termasuk.

2. Klasifikasi2

Berdasarkan klinis dan epidemiologis, pneumonia dibedakan atas

pneumonia komunitas/Community-Aquaired Pneumonia (CAP), dan

Pneumonia Nosokomial

D. Pneumonia Komunitas

1. Definisi2

Pneumonia Komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru

yang didapat di masyarakat.

2. Epidemiologi2

Resiko kematian lebih meningkat pada pasien umur ≥ 65 tahun,

laki-laki, dan ada komorbid. Data pneumonia komunitas di rawat jalan

maupun rawat inap di RS Adam Malik tahun 2012 yaitu dari 3.551

pasien paru yang rawat inap, ada 256 (7,2%) pasien pneumonia

komunitas, sedangkan dari 9.800 pasien paru yang rawat jalan, ada

150 (1,5%) pasien pneumonia komunitas.

8
3. Etiologi2

Tabel 1. Penyebab Pneumonia Komunitas

TIPE PASIEN ETIOLOGI


Rawat jalan Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Haemophilus influenza
Chlamidophila pneumonia
Virus respirasi
Rawat inap (non ICU) Streptococcus pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Haemophilus influenza
Chlamidophila pneumonia
Virus respirasi
Legionella spp
Aspirasi
Rawat ICU Streptococcus pneumonia
Haemophilus influenza
Legionella spp
Sthaphylococcus aureus
Basil gram negative
Data dari beberapa rumah sakit di Indonesia tahun 2012

menunjukkan bahwa penyebab terbanyak pneumonia komunitas di

ruang rawat inap dari bahan sputum adalah kuman gram negatif

seperti Klebsiella pneumonia, Acinetobacter baumanii,

Pseudomonas aeruginosa sedangkan gram positif seperti

Streptococcus pneumonia, Streptococcus viridans, Staphylococcus

aureus ditemukan dlam jumlah sedikit. Hal ini menunjukkan

bahwa dalam 10 tahun terakhir terjadi perubahan pola kuman pada

pneumonia komunitas di Indonesia sehingga perlu penelitian lebih

lanjut.

9
4. Patofisiologi3

Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke saluran napas bagian

bawah. Ada empat cara masuknya mikroba ke dalam saluran napas

bagian bawah yaitu :

1. Aspirasi, merupakan cara terbanyak pada kasus-kasus tertentu

seperti neurologis dan usia lanjut.

2. Inhalasi.

3. Hematogenik

4. Penyebaran langsung

Apabila sejumlah bakteri dalam jumlah besar berhasil masuk ke

saluran napas bagian bawah yang steril, maka pertahanan pejamu yang

gagal membersihkan inokulum dapat menimbulkan ploriferasi dan

inflamasi sehingga terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu

(endogen) dan faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan

kolonisasi bakteri patogen di saluran napas bagian atas atau

pencernaan.

5. Penegakkan Diagnosis2

a. Anamnesis

- Batuk

- Nyeri Dada

- Sesak

- Riwayat demam

10
b. Pemeriksaan Fisik

- Suhu tubuh aksila ≥ 38˚C

- Suara napas bronkial dan ronki

c. Pemeriksaan Penunjang

- Laboratorium

Leukosit ≥ 10.000 atau < 4.500

Sputum purulen

- Foto thoraks

Terdapat infiltrat / air bronchogram pada lapang paru

Diagnosa pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika ada infiltrat /

air bronchogram pada foto thoraks ditambah dengan beberapa gejala

di atas.

6. Penatalaksanaan1

Penilaian derajat keparahan penyakit :

 CURB 65

C = Confusion yaitu tingkat kesadaran ditentukan berdasarkan uji

mental.

U = Urea

R = Respiratory rate

B = Blood pressure

65 = umur ≥ 65 tahun

11
Skor :

1.1 : Resiko kematian rendah, Berobat jalan

2 : Resiko kematian sedang, Rawat inap

>3 :Resiko kematian tinggi, dirawat dengan

tatalaksana pneumonia berat

4-5 : Rawat Intensif

- Pneumonia Severity Index (PSI)

Indikasi rawat inap pada pneumonia komunitas menurut

PPDI :

1.) Skor PSI >70

2.) Bila skor PSI <70 dan ada satu dari kriteria :

 RR >30x/menit

 PaO2/FiO2 <250 mmHg

 Terdapat infiltrat multilobus pada foto thoraks

 Tekanan sistolik <90 mmHg

 Tekanan diastolic <60 mmHg

3.) Pneumonia pada pengguna NAPZA

Penatalaksanaan pneumonia komunitas dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Pasien rawat jalan

1.) Perawatan suportif/simptomatik

- Istirahat di tempat tidur

- Minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi

12
- Bila panans tinggi perlu dikompres atau minum obat

penurun panas

- Bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran

2.) Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin

b. Pasien rawat inap di ruang rawat biasa

1.) Perawatan suportif/simptomatik

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi

- Pemberian obat simptomatik seperti antipiretik, mukolitik

2.) Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin

c. Pasien rawat inap di ruang rawat intensif

1.) Perawatan suportif/simptomatik

- Pemberian terapi oksigen

- Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi

- Pemberian obat simptomatik seperti antipiretik, mukolitik

2.) Pemberian antibiotik harus diberikan sesegera mungkin

3.) Bila ada indikasi pasien di pasang ventilasi mekanik

Pemberian antibiotik dievaluasi secara klinis dalam 72 jam

pertama.

- Jika didapatkan perbaikan klinis terapi dapat dilanjutkan.

- Jika perburukan maka antibiotik harus diganti sesuai hasil

biakan atau pedoman empiris.

13
Tabel 2. Petunjuk terapi empiris untuk pneumonia komunitas menurut PDPI

Rawat Jalan Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat


pemakaian antibiotik 3 buan sebelumnya
 Golongan β lactam atau β lactam ditambah anti β
lactamase
ATAU
 Makrolid baru (klaritromisin / azitromisin)
Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat
pemakaian antibiotic 3 bulan sebelumnya
 Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg,
moksifloksasin)
ATAU
 Golongan β lactam ditambah anti β lactamase
ATAU
 β lactam ditambah makrolid
Rawat Inap  Fluorokuinolon respirasi (levofloksasin 750 mg,
Non ICU moksifloksasin)
ATAU
 β lactam ditambah makrolid
Rawat Inap Tidak ada faktor resiko terjadi pseudomonas
Intensif  β lactam (cefotaxim, ceftriaxone, atau ampisilin
sulbaktam) ditambah makrolid baru atau
fluorokuinolon respirasi intravena.
Pertimbanga Bila ada faktor resiko infeksi pseudomonas:
n Khusus  Antipneumokokal, antipseudomonas β lactam
(piperacilin-tazobaktam, sefepime, imipenem,
atau meropenem) ditambah levofloksasin 750 mg.
ATAU
β lactam seperti disebut diatas ditambah
aminoglikosida dan azitromisin
ATAU
 β lactam seperti disebut diatas ditambah
aminoglikosida dan antipneumokokal
fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi
penisilin, β lactam diganti dengan aztreonam)
Bila curiga disertai infeksi MRSA
 Tambahkan vankomisin atau linezolid

14
Sulih Terapi (Switch Therapy)

Masa perawatan di rumah sakit sebaiknya dipersingkat dengan


perubahan obat suntik ke oral dilanjutkan berobat jalan. Hal ini untuk
mencegah infeksi nosokomial.

Kriteria perubahan obat suntik ke oral pada pneumonia komuniti :

- Hemodinamik stabil
- Gejala klinis membaik
- Dapat minum obat oral
- Fungsi gastrointestinal normal

Kriteria klinis stabil :

- Suhu ≤ 37,8%
- HR ≤ 100x/menit
- RR ≤ 24x/menit
- Tekanan darah sistolik ≥ 90 mmHg
- Saturasi oksigen arteri ≥ 90% atau PO2 ≥ 60 mmHg

Perubahan obat suntik ke oral dapat diberikan secara :

1.) Sequential (Obat sama, Potensi sama)


Levofloksasin, Moksifloksasin
2.) Switch over (Obat berbeda, Potensi sama)
Ceftacidim IV ke ciprofloxacin oral
3.) Step down (Obat sama atau berbeda, potensi lebih rendah)
Amoksisilin, cefuroxime, cefotaxim IV ke cefixim oral

Obat suntik dapat diberikan 2-3 hari, paling lama 3 hari, kemudian
hari ke 4 diganti obat oral dan pasien berobat jalan. Pasien di ICU
dapat diberikan sulih terapi oral setelah 7 hari.

15
Lama Pengobatan
Lama pemberian antibiotik (iv/oral) minimal 5 hari dan tidak
demam 48-72 jam. Terapi dapat dihentikan bila pasien :
- Tidak memerlukan suplemen oksigen (kecuali untuk penyakit
dasarnya)
- Tidak lebih dari satu tanda-tanda ketidakstabilan klinis seperti :
 Frekuensi nadi > 100 x/menit
 Frekuensi napas > 24 x/menit
 Tekanan darah sistolik ≤ 90 mmHg

Lama pengobatan pada umumnya 7-10 hari pada pasien yang


menunjukkan respons dalam 72 jam pertama. Lama pemberian
antibiotik dapat diperpanjang bila :

- Terapi awal tidak efektif terhadap kuman penyebab.


- Terdapat infeksi ektraparu (meningitis atau endokarditis).
- Kuman penyebab adalah P.aeruginosa, S.aureus, Legionella
spp atau disebabkan kuman yang tidak umumseperti
Burkholderia pseudomallei, jamur.
- Necrotizing pneumonia, empyema atau abses.
7. Prognosis2

Pada umumnya prognosis adalah baik, tergantung dari faktor

pasien, bakteri penyebab, dan penggunaan antibiotik tang tepat serta

adekuat.

Tabel 3. Angka kematian berdasarkan derajat beratnya penyakit

CURB 65 PSI
Skor 0-1 2 >2 <70 71-90 91-130 >130
Angka 1,5 % 9,2 % 22 0,6 % 2,8 % 8,2 % 29,2 %
Kematian %

16
8. Pencegahan2

Pencegahan yang dapat dilakukan pada pneumonia komunitas

adalah sebagai berikut :

- Vaksinasi ( Pneumokok dan Influenza).

- Berhenti merokok.

- Menjaga kebersihan tangan,penggunaan masker, menerapkan

etika batuk.

- Menerapkan kewaspadaan standar dan isolasi pada kasus

khusus.

E. Pneumonia Nosokomial3

1. Definisi3

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah

pasien 48 jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi

yang inkubasinya terjadi sebelum masuk rumah sakit.

2. Etiologi3

Pneumonia nosokomial dapat disebabkan oleh kuman bukan multi

drug resistance (MDR) misalnya S. pneumonia, H. influenza,

Methicillin Sensitive Staphylococcus aureus (MSSA), dan kuman

MDR misalnya Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli,

Klebsiella pneumonia, Acinetobacter spp dan Gram positif seperti

Methicillin Resistance Staphylococcus aureus (MRSA). Pneumonia

nosokomial yang disebabkan jamur, kuman anaerob dan virus jarang

terjadi.

17
3. Epidemiologi3

Angka kejadian sebenarnya dari pneumonia nosokomial di

Indonesia tidak diketahui disebabkan antara lain data nasional tidak

ada dan data yang ada hanya berasal dari beberapa rumah sakit swasta

dan pemerintah serta angkanya sangat bervariasi.

4. Patogenesis3

Patogenesis pneumonia nosokomial pada prinsipnya sama dengan

pneumonia komuniti. Pneumonia terjadi apabila mikroba masuk ke

saluran napas bagian bawah. Ada empat cara masuknya mikroba ke

dalam saluran napas bagian bawah yaitu :

5. Aspirasi, merupakan cara terbanyak pada kasus-kasus tertentu

seperti neurologis dan usia lanjut.

6. Inhalasi, misalnya kontaminasi pada alat-alat bantu napas yang

digunakan pasien.

7. Hematogenik

8. Penyebaran langsung

Pasien yang mempunyai faktor predisposisi aspirasi, mempunya

risiko mengalami pneumonia nosokomial. Apabila sejumlah bakteri

dalam jumlah besar berhasil masuk ke saluran napas bagian bawah

yang steril, maka pertahanan pejamu yang gagal membersihkan

inokulum dapat menimbulkan ploriferasi dan inflamasi sehingga

terjadi pneumonia. Interaksi antara faktor pejamu (endogen) dan

18
faktor risiko dari luar (eksogen) akan menyebabkan kolonisasi bakteri

patogen di saluran napas bagian atau pencernaan. Patogen penyebab

pneumonia nosokomial adalah bakteri gram negative dan

Staphylococcus aureus yang merupakan flora normal sebanyak <5%.

Kolonisasi di saluran napas bagian atas karena bakteri-bakteri tersebut

merupakan titik awal yang penting untuk terjadi pneumonia.

5. Faktor Risiko Pneumonia Nosokomial3

Faktor risiko pada pneumonia dibagi menjadi 2 bagian :

1. Faktor yang berhubungan dengan daya tahan tubuh

Penyakit kronik (misalnya penyakit jantung, PPOK, diabetes,

alkoholisme, azotemia), perawatan di rumah sakit yang lama,

koma, pemakaian obat tidur, perokok, intubasi endotrakeal,

malnutrisi, umur lanjut, pengobatan steroid, pengobatan antibiotic,

waktu operasi yang lama, sepsis, syok hemoragik, infeksi berat di

luar paru dan cidera paru akut serta bronkiektasis.

2. Faktor Eksogen

a. Pembedahan

Besar risiko kejadian pneumonia nosokomial tergantung pada

jenis pembedahan, yaitu torakotomi (40%), operasi abdomen

atas (17%) dan operasi abdomen bawah (5%).

b. Penggunaan antibiotik

Antibiotik dapat memfasilitasi kejadian kolonisasi, terutama

antibiotik yang aktif terhadap Streptococcus di orofaring dan

19
bakteri anaerob di saluran pencernaan. Sebagaimana diketahui

Streptococcus merupakan flora normal di orofaring melepaskan

bacterocins yang menghambat pertumbuhan bakteri gram

negatif. Pemberian penisilin dosis tinggi akan menurunkan

sejumlah bakteri gram positif dan meningkatkan kolonisasi

bakteri gram negatif di orofaring.

c. Peralatan terapi pernapasan

Kontaminasi pada peralatan ini, terutama oleh bakteri

Pseudomonas aeruginosa dan bakteri gram negatif lainnya

sering terjadi.

d. Pemasangan pipa nasogastrik, pemberian antacid dan alimentasi

enteral

Pada individu sehat, jarang dijumpai bakteri gram negative di

lambung, karena asam lambung dengan pH <3 mampu dengan

cepat membunuh bakteri yang tertelan. Pemberian antacid yang

mempertahankan pH >4 menyebabkan peningkatan kolonisasi

bakteri gram negative aerobic di lambung, sedangkan larutan

enteral mempunyai pH netral 6,4 – 7,0.

e. Lingkungan rumah sakit

 Petugas rumah sakit yang mencuci tangan tidak sesuai

dengan prosedur

20
 Penatalaksanaan dan pemakaian alat-alat yang tidak sesuai

prosedur, seperti alat bantu napas, selang infuse, selang

makanan, kateter, dan lain-lain.

 Pasien dengan kuman MDR tidak dirawat di ruang isolasi.

Faktor risiko kuman MDR penyebab pneumonia nosokomial :

 Pemakaian antibiotik pada 90 hari terakhir

 Dirawat di rumah sakit ≥5 hari

 Tingginya frekuensi resisten antibiotik di masyarakat atau

di rumah sakit tersebut

 Penyakit imunosupresi dan atau pemberian imunoterapi

6. Diagnosis3

Menurut kriteria dari The Centers for Disease Control (CDC-

Atlanta), diagnosis pneumonia nosokomial adalah sebagai berikut :

1. Onset pneumonia yang terjadi 48 jam setelah dirawat di rumah

sakit dan menyingkirkan semua infeksi yang inkubasinya terjadi

pada waktu masuk rumah sakit.

2. Diagnosis pneumonia nosokomial ditegakkan atas :

 Foto toraks terdapat infiltrate baru atau progresif

 Ditambah 2 diantara criteria berikut : suhu tubuh >38̊ C,

secret purulen, dan leukositosis.

Kriteria pneumonia nosokomial berat menurut ATS :

1. Dirawat di ruang intensif.

21
2. Gagal napas yang memerlukan alat bantu napas atau

membutuhkan O2 > 35 untuk memperthankan saturasi O2 > 90%.

3. Perubahan radiologik secara progresif berupa pneumonia

multilobar atau kaviti dari infiltrate paru.

4. Terdapat bukti-bukti ada sepsis berat yang ditandai dengan

hipotensi dan atau disfungsi organ yaitu :

 Syok (tekanan sistolik <90 mmHg atau diastolic <60 mmHg)

 Memerlukan vasopresor >4 jam

 Jumlah urin <20 ml/jam atau total jumlah urin 80 ml/4 jam

 Gagal ginjal akut yang memerlukan dialysis

7. Terapi3

Beberapa pedoman dalam pengobatan pneumonia nosokomial adalah :

a) Semua terapi awal antibiotik adalah empirik dengan pilihan

antibiotic yang harus mampu mencakup sekurang-kurangnya 90%

dari patogen yang mungkin sebagai penyebab, perhitungkan pola

resistensi setempat.

b) Terapi awal antibiotic secara empiris pada kasus yang berat

dibutuhkan dosis dan cara pemberian yang adekuat untuk

menjamin efektiviti yang maksimal.

c) Pemberian antibiotik secara de-eskalasi harus dipertimbangkan

setelah ada hasil kultur yang berasal dari saluran napas bawah dan

ada perbaikan respons klinis.

22
d) Kombinasi antibiotik diberikan pada pasien dengan kemungkinan

terinfeksi kuman MDR.

e) Jangan mengganti antibiotik sebelum 72 jam, kecuali jika keadaan

klinis memburuk.

f) Data mikroba dan sensitivity dapat digunakan untuk mengubah

pilihan empirik apabila respons klinik awal tidak memuaskan

8. Prognosis3

Prognosis akan lebih buruk jika dijumpai salah satu dari criteria di

bawah ini, yaitu :

a) Umur > 60 tahun

b) Koma waktu masuk rumah sakit

c) Syok

d) Pemakaian alat bantu napas yang lama

e) Pada foto toraks terlihat gambaran abnormal bilateral

f) Kreatinin serum >1,5 mg/dl

g) Penyakit yang mendasarinya berat

h) Pengobatan awal tidak tepat

i) Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten (P. aeruginosa, S.

malthophilia, Acinetobacter spp atau MRSA)

j) Infeksi onset lanjut dengan risiko kuman yang sangat virulen

k) Gagal multiorgan

l) Pengobatan obat penyekat H2 yang dapat meningkatkan pH pada

pencegahan perdarahan usus.

23
BAB III

KESIMPULAN

Pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan akut parenkim paru yang

disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Berdasarkan klinis

dan epidemiologis, pneumonia dibedakan atas pneumonia komunitas/Community-

Aquaired Pneumonia (CAP), dan Pneumonia Nosokomial.

Pneumonia Komunitas adalah peradangan akut pada parenkim paru yang

didapat di masyarakat. Resiko kematian lebih meningkat pada pasien umur ≥ 65

tahun, laki-laki, dan ada komorbid. Diagnosa pasti ditegakkan jika ada infiltrat /

air bronchogram pada foto thoraks ditambah dengan beberapa gejala seperti

batuk, nyeri dada, sesak, sputum purulent, demam, suara napas bronkial dan

ronki, dan leukosit ≥ 10.000 atau < 4500. Pada umumnya prognosis adalah baik,

tergantung dari faktor pasien, bakteri penyebab, dan penggunaan antibiotik tang

tepat serta adekuat.

Pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah pasien 48

jam dirawat di rumah sakit dan disingkirkan semua infeksi yang inkubasinya

terjadi sebelum masuk rumah sakit. Diagnosis ditegakkan atas: Foto toraks

terdapat infiltrate baru atau progresif, ditambah 2 diantara criteria berikut : suhu

24
tubuh >38̊ C, secret purulen, dan leukositosis. Prognosis akan lebih buruk jika

dijumpai salah satu dari criteria di bawah ini, yaitu : umur > 60 tahun, koma

waktu masuk rumah sakit, syok, pemakaian alat bantu napas yang lama, pada foto

toraks terlihat gambaran abnormal bilateral, penyakit yang mendasarinya berat.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Djojodibroto, Darmano. 2012. Respirologi Edisi 2. Jakarta : penerbit EGC

2. PDPI. 2014. Pneumonia Komuniti. Jakarta : badan penerbit FK UI

3. PDPI. 2016. Pneumonia Nosokomial. Jakarta : badan penerbit FK UI

4. Netter, Frank. 2014. Atlas of Human Anatomy 6 th Edition. Philadelphia :

penerbit Saunders Elsevier

Anda mungkin juga menyukai