Anda di halaman 1dari 13

Refarat

GALACTOCELE

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior Ilmu Bedah
Di RSUD Dr. R M Djoelham Kota Binjai

Oleh
Adek Ayu Tuti Alawiyah
102119019

Pembimbing :

dr. H. Abdi Gunawan, Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. R M DJOELHAM KOTA BINJAI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan refarat degan judul “Galactocele”.

Penulisan refarat ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran
Universitas Batam.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing, yakni
dr. H. Abdi Gunawan, Sp.B yang telah meluangkan waktu dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan refarat ini tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan refarat ini masih jauh dalam kata sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
refarat selanjutnya semoga refarat ini bermanfaat. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Binjai, Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI………………………………………………….......................... . iii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv

A. Anatomi Payudara……..…...………….............................................. 1

B. Definisi Galactocele............................................................................ 5

C. Etiologi Galactocel ........................…………………………………. 5

D. Faktor Resiko Galactocel..................................................……….…. 5

E. Manifestasi Klinis.........................................……………………….. 5

F. Penegakkan Diagnosis Galactocel .............................................. .. 6

G. Diagnosis Banding Galactocele........................................................... 8

H. Penatalaksanaan Galactocele............................................................... 8

I. Prognosis Galactocele............................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan....................... 1


Gambar 2. Topografi aksila (Anterior View)................................................................ 2
Gambar 3. Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifasi
dari Haagensen.......................................................................................... 3
Gambar 4. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy............... 4

iv
GALACTOCELE
A. Anatomi Payudara
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan
dada. Dasar dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam
atau ketujuh di sebelah bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis
midaksilaris sebagai batas lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan
M.pectoralis dan sebagian M.serratus anterior. Sebagian kecil terletak di atas M.obliqus
externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila.
Ekor ini (tail of Spance) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatuus (dari Langer)
dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial aksial. Hanya ini jaringan mammae yang
ditemukan secara norma di bawah fascia sebelah dalam.

Gambar 1. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan

1
Gambar 2. Topografi aksila (Anterior View)

Setiap payudara terdari dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada yang
lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia
sebelah dalam. Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam terdapat ruang
retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan
posisi dari papila mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papila seperti jari-
jari roda berakhir secara terpisah di puncak dari papila. Segmen dari duktus dalam papila
merupakan bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel
cenderung untuk terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papila,
mengakibatkan ekspansi yang jelas dari duktus dimana ketika berdilatasi sehingga isinya
dinamakan lactiferius sinuse.
Pada area bebas lemak dibawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus
(lactiferius sinuse) merupakan satu-satunya tempat ubtuk menyimpan susu. Intraductal
papilomas sering terjadi disini.
Ligamentum suspensori Cooper membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan ikat
berbentuk ireguler menghubungkan dermis dengan lapisan dalam dari fascia superficial,
melewati lobus-lobus parenkim dan menempel ke elemn parenkim dan duktus. Kadang-
kadang, fascia superficial terfiksasi ke kulit, sehingga tidak mungkin dilakukan total
mastectomy subkutan yang ideal. Dengan adanyaa invasi keganasan, sebagai dari

2
ligamentum Cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan retraksi dan fiksasi atau
lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit yang kasar dan ireguler
yang disebut peau d’orange, dimana pada peau d’orange perlekatan subdermal dari
folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran cekungan dari
kulit.
Suplai darah yang menvaskularisasi mammae terdiri dari ateri dan vena yaitu:
1. Arteri
a. Cabang-cabang perforantes A.mammaria interna (A.Thoracica interna)
b. Cabang lateral dari A.intercostalis posterior
c. Cabang-cabang dari A.axilaris
d. A.thoracodorsalis yang merupakan cabang A.subscapularis
2. Vena
a. Cabang-cabng perforantes V.thoracica interna
b. Cabang-cabang V.axilaris yanng terdiri dari V.thoraco-acromialis,
V.thoracica lateralis dan V.thoraco dorsalis
c. Vena-vena kecil yang bermuara pada V.Intercostalis
Aliran limfatik yaitu kelenjar getah bening dari regio mammae terdapat dalam
kelompok inkonstan yang bervariasi. Seringnya pembagian menurut Haagense.

(A) (B)
Gambar 3. Kelenjar getah bening aksila dan payudara menurut klasifasi dari
Haagensen (A). Aliran limfatik mammae (B)

3
Persarafan kulit mammae bersifat segmental dan berasal dari segmental dermatom
T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh sistem saraf otonom. Pada
prinsipnya inversi mammae berasal dari N.intercostalis IV, V, VI dan cabang dari plexus
cervicalis.
Pengetahuan mengenai lokasi struktur saraf utama pada axila sangatlah penting guna
mengenal komolikasi dari diseksi pada daerah axilla. Saraf N.Thoracalis berada di
sepanjang dinding thorax pada sisi medial dari axilla.
Nervus ini mempersarafi M.serratus anterior dan fiksasi scapula pada dinding dada
saat melakukan ekstensi lengan. Cedera pada N.thoracalis ini dapat menyebabkan
deformitas pada scapula N.thoracodorsal mempersarafi M.latissimusdorsi. cedera pada
saraf menyebabkan ketidakmampuan lengan untuk melakukan abduksi dan rotasi
eksterna. Di daerah ruang axilla terdapat nervus sensoris intercostobrachialis (N.
Cutaneous brachialis), dimana cedera pada saraf ini dapat mengakibatkan mati rasa atau
dysesthesia di sepenjang permukaan medial dan posterior lengan, juga mati rasa pada
kulit axilla disepanjang dinding dada yang di persarafinya. Pada diseksi axilla saraf ini
sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati rasa pasca bedah.
Mammae dipersarafi oleh nervus intercosta 2-6, dengan cabang-cabangnya melewati
permukaan kelenjar, 2 cabang mammae dari nervus kutaneus lateral keempat juga
mempersarafi papila mammae.

Gambar 4. Saraf-saraf perifer penting yang ditemukan selama mastectomy

4
B. Definisi Galactocele
Galactocele adalah kista retensi berisi air susu. Dalam hal ini penyumabatan terjadi
pada duktus laktiferus. Galactocele dapat terjadi pada ibu yang baru atau sedang
menyusui.

C. Etiologi Galactocele
Penyebab galactocele sendiri bermacam-macam, antara lain:
1. Air susu mengental, sehingga menyumbat lumen saluran, hal ini terjadi akibat air
susu jarang dikeluarkan
2. Adanya penekanan saluran air susu dari luar
3. Ibu berhenti menyusui
4. Penggunaan alat kontrasepsi oral
5. Galaktorea

D. Faktor Resiko Galactocele


Adapun faktor resiko lainnya yakni:
1. Genetik
2. Pengaruh Hormon
3. Makanan
4. Radiasi di Daerah Dada

E. Manifestasi Klinis Galactocele


Terdapat massa (benjolan pada payudara)
1. Ukuran massa bervariasi
2. Konsistensi lunak (terdapat kemungkinan benjolan teraba keras)
3. Berbatas jelas
4. Mobile
5. Nyeri tekan

5
F. Penegakkan Diagnosa
1. Anamnesis
Anamsesis didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap.
Keluhan utama penderita berupa benjolan di payudarah, rasa sakit keluar cairan di
puting susu, eksama di sekitar areola, dimpling, kemerahan, ulserasi, peau d’orange,
dan keluhan pembesaran kelenjar getah bening aksila atau metastase jauh.
Hal-hal yang perlu di tanyakan berhubungan munculnya benjolan adalah:
-Sejak kapan muncul?
-Progresifitas perkembangan tumor cepat atau lambat?
Sakit atau tidak?
Biasanya tumor pada proses keganasan atau kankerr panyudara mempunyai ciri
khas dengan batas irreguler, tidak nyeri, dan tumbuh progresif.
Pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan tumor dan perubahan ukuraan
yumor, status pernikahan, jumlah anak, anaknya disusui atau tidak, riwayat penyakit
kanker dalam keluarga, riwayat pemakaian obat-obat hormonal, dan riwayat pernah
atau tidak operasi payudarah dan obstetri-ginekologi.
Perlu ditanyakan kepada pasien faktor resiko kanker payudara karna dengan
mengetahui faktor resiko seseorang diharapkan dapat lebih waspada terhdap kelainan-
kelainan pada payudara, baik secara rutin dengan SADARI (pemeriksaan payudara
sendiri) maupun secara periodik memeriksakan kelainan payudara atau tanpa kelainan
kepada dokternya.

2. Pemeriksaan Fisik
Organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan
progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh
hormonal ini minimal , yaitu setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama
menstruasi. Teknik pemeriksaan dilakukan dengan badan bagian atas terbuka.

6
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Mammografi
Suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan akan
memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis
reaktif, cornet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, rontgenologik,
dan adanya mikroklasifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan
kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan areola berupa
bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur,
infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mammae, dan adanya metastasis ke
kelenjar. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak
teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan skrining. Hanya saja untuk mass
screening cara ini merupakan cara yang mahal dan hanya dianjurkan pada wanita
dengan foktor resiko tinggi. Ketepatan 83%-95%, tergantung dari teknisi dan ahli
radiologinya.

b. Ultrasonography
Ultrasound digunakan untuk mendeskripsi suatu lesi yang di identifikasi
dari pemeriksaan fisis atau mammografi. Tujuan utama dari ultrasonography
adalah membedakan lesi kistik dan padat. Jika lesi tersebut teraba, tindakan yang
terbaik adalah untuk melakukan aspirasi jarum, yang berperan sebagai terapeutik
dan diagnostik. Jika lesi tersebut tidak teraba, ultrasonography dapat memeastikan
apakah lesi tersebut suatu kista atau tidak, dan dengan itu dapat mengeliminasi
keperluan untuk terapi atau tindakan tambahan.

c. Fine-Needle Aspiration Biopsy


Pemeriksaan histologi dapat dilakukan dengan menggunakan jarum halus
seperti Trucut atau Corecut dibawah anestesi lokal. Sitologi didapatkan dengan
menggunakan jarum Gauge 21 atau 23 dan spuit 10cc. Pemeriksaan ini hanya di
anjurkan untuk dilakukan pada wanita dengan usia lebih tua guna menyingkirkan
kemungkinan terjadinya keganasan pada payudara. “Fine-needle aspiration
biopsy” (FNAB) berguna dan merupakan suati teknik yang akurat dengan

7
sensitivitasnya lebih dari 90% dan mendiagnosis kehadiran sel-sel maligna tetapi
tidak memberi informasi tentang tingkat (grade) tumor atau jika terdapat invasi ke
jaringan sekitar. Fine-needle aspiration (FNA) pada kista payudara berfungsi
sebagai terapeutik dan diagnostik.

G. Diagnosis Banding Galactocele


1. Fibroadenoma
2. Kista Payudara
3. Ca Mammae

H. Tatalaksana Galactocele
1. Edukasi Pasien
Adapun hal yang perlu disampaikan kepada pasien antara lain:
- Kompres air hangat payudara setelah menyusui
- Pemijatan payudara (massage)
- Menyusui bayi lebih sering
- Mulai menyusui bayi dengan payudara yang salurannya terhambat

2. Bedah
Apabila galactocele menimbulakan rasa tidak nyaman, maka dapat dilakukan:
- Dilakukan drainase dengan aspirasi jarum halus untuk megeluarkan secret susu
- Eksisi dipertimbangkan apabila kista terlalu kental untuk bisa di aspirasi atau
telah terjadi infeksi.

3. Pencegahan
Adapun pencegahan untuk galactocele ialah menganjurkan pasien untuk
melakukan breast care sebagai bagian dari edukasi dan dilakukannya SADARI setiap
bulannya.

8
I. Prognosis
Secara kesimpulan, jika suatu tumor jinak payudara dicurigai bersifat maligna,
benjolan yang telah di eksisi itu harus dikirim untuk dilakukan pemeriksaan patologis,
dan ini merupakan tindakan wajib. Pemeriksaan lain yang dapat membantu diagnosa
adalah biopsi dan mammografi. Prognosis dari kesemua tumor jinak ini bergantung pada
deteksi dan pencegahan dini.

DAFTAR PUSTAKA
1. De jong, Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta
2. Prawiharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan edisi 2. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai