Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Dibuat untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa II

Dosen Pembimbing : Rully Andika, MAN

Disusun Oleh :
1. Farida Wulandari (108118037)
2. Fenti Amalia (108118038)
3. Destri Retno R (108118039)

PROGAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES AL-IRSYAD AL-
ISLAMIYAH CILACAP 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
selesainya makalah. Makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan
Defisit Perawatan Diri”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa II.
Makalah ini berisi tentang asuhan keperawatan dengan defisit perawatan diri.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, kepada :

1. Dosen Rully Andika,MAN selaku Dosen Pembimbing kami, yang


memberikan masukan kepada penulis
2. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu persatu
Penulis menyadari makalah ini belum sempurna. Penulis mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk pembuatan makalah di waktu yang
akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Cilacap, 27 September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan di dalam kebudayaan masyarakat banyak


membawaperubahanyang tidak kecil di dalam segi kehidupan manusia.
Perubahansituasi individu baik yang positif maupun negatif dapat
mempengaruhikeseimbangan fisik, mental dan sosial. Individu yang sehat jiwa
inimeliputi menyadari kemampuan dirinya secara penuh. Mampumenghadapi
problem maupun situasi yang berat dan mampu beradadengan orang lain
(Keliat,dkk.2007).

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan


bahwasekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan
jiwa.Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan
olehpeneliti di Harvard University dan University College London,
mengatakanpenyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis
kecacatan diseluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya
(VOA Indonesia,2016).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,


60juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5
jutaterkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini
adalah236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi
dan0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami
pasung.Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami
gangguan jiwa, dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan
peringkat ke 9 denganjumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofreniapada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil.
Peningkatan gangguan jiwa yang terjadisaat ini akan menimbulkan masalah
baru yang disebabkan ketidakmampuan dangejala-gejala yang ditimbulkan
oleh penderita (Riskesdas 2013).
Dalam pasien dengan gangguan jiwa kurangnya keperawatan diri
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga dalam kemampuan melakukan
aktifitas perawatan diri menurun.Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan
untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang
sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri. Cara perawatan
diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan emosional klien.
Selain itu,beragam faktor pribadi dan sosial budaya mempengaruhi praktik
hygiene klien.

Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat


dengan klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk
meningkatkan hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional
klien. Oleh karena itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari
tentang defisit perawatan diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan
diri.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan diri ?

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Definisi Defisit Perawatan Diri.
b. Untuk mengetahui Etiologi Defisit Perawatan Diri.
c. Untuk mengetahui Jenis Defisit Perawatan Diri.
d. Untuk mengetahui Tanda gejala Defisit Perawatan Diri.
e. Untuk mengetahui Rentang Respon Defisit Perawatan Diri.
f. Untuk mengetahui Proses Terjadiya Masalah Defisit Perawatan Diri.
g. Untuk mengetahui Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri.
h. Untuk mengetahui Mekanisme Koping Defisit Perawatan Diri.
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Defisit Perawatan Diri.
j. Untuk mengetahui Akibat Defisit Perawatan Diri.
k. Untuk mengetahui Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Diri


Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan


untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati
aktivitas perawatan diri secara mandiri.

B. Etiologi Perawatan Diri


Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), penyebab kurang perawatan
diri adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
penyebab kurang perawatan diri adalah:

1. Faktor predisposisi
a) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c) Kemampuan
realitas turun Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas
yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.

d) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
2. Faktor presivitasi
Faktor presivitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi,
kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah:
a) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
b)  Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c)  Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
d) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g)  Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
C. Jenis jenis Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri : Mandi/kebersihan
Kurang perawatan diri (Mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi atau kebersihan diri.
b. Kurang perawtan diri : Mengenakan pakaian/berhias.
Adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas
berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Adalah gangguan kemampuan untuk menunjukan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004,79)
D. Tanda dan gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor.
d. Gigi kotor disertai bau mulut
e. Penampilan tidak rapi.

2. Psikologis
a. Malas, tidak inisiatif.
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu sendiri.
E. Rentang Respon
Adaptif maladaptif

Tidak melakukan
Pola perawatan diri Kadang perawatan diri,
perawatan diri pada saat
seimbang kadang tidak
stres

1. Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berperilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien mendapatan
stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak perduli dan
tidak bisa melakukan perawatan saat stress (Ade, 2011).
F. Proses Terjadinya Masalah
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
(stuart&laraia, 2005).
Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai
sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien
(Townsend, 2005). Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada
tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem
limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum.
Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi (Suliswati,et al,
2002: Struat & Laraia, 2005). Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian (Kaplan, Saddock &
Grebb, 2002).
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan dengan sistem
limbik (Suliswati,et al, 2002: Struat & Laraia, 2005). Lobus frontal terlibat
dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir
termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi.
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan
gagguan dalam bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu
mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat
diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan
gejala defisit perawatan diri (Townsend 2005).
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari
serebrum yang menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi
utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga
mengatur mood dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas
melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan
defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya (Suliswati, 2002; Stuart & Laraia,
2005).
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya : Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter (Boyd & Nihart,1998 ; Suliswati, 2002).
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien
dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri (Hawari, 2001).
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam
perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi
fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku)
(Hawari, 2001). Jika terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan
kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit
perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya
aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian,
makan dan toileting (Wilkinson,2007).
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan
maupun tidak mau berhias dan toileting (Boyd & Nihart, 1998; Suliswati,
2002).

G. Pohon Masalah

Isolasi Sosial : Menarik Diri Effect

Defisit Perawatan Diri: mandi, berdandan


Core Problem

Harga Diri Rendah Kronis


Causa

H.   Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi
I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Penotizin.
b. Obat anti depresi : Amitripilin.
c. Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam.
d. Obat anti insomia : phnebarbital.
2. Terapi
a. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
1) Jangan memancing emosi klien.
2) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
3) Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
4) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialaminya.
b. Terapi Aktivitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
aktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk
mengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang
harus dilakukan :
1) Manfaat perawatan diri.
2) Menjaga kebersihan diri.
3) Tata cara makan dan minum.
4) Tata cara eliminasi.
5) Tata cara berhias.
c. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran pasien.
Penatalaksanaan manurut herman (Ade, 2011) adalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.


2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung.

J. Akibat
Akibat dari Defisit Perawatan Diri Menurut Damiyanti, 2012 sebagai berikut.

a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak tidak
terpeliharanya kebersihan perorangandengan baik, gangguan 12 fisik yang
seering terjadi adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal
hygine adalah gangguan kebutuhan aman nyaman , kebutuhan cinta
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.

K. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Defisit perawatan diri
2. Isolasi sosial
3. Harga diri rendah
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan eliminasi
( buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.

Berikut petunjuk teknis pengisian format pengkajian keperawatan kesehatan


jiwa.

1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan
klien tentang nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan
klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan dan topik yang akan dibicarakan.
Kemudian usia dan No RM.
b. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
2. Alasan masuk
Tanyakan kepada klien dan keluarga
a. Apa yang menyebabkan klien/keluarga datang ke rumah sakit saat ini ?
b. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi masalah ?
c. Bagaimana hasilnya ?
3. Faktor predisposisi
a. Tanyakan kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu.
b. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau
mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
c. Tanyakan kepada klien atau keluarga apakah ada anggota keluarga
lainnya yang mengalami gangguan jiwa.
d. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak
menyenangkan (kegagalan, kehilangan, perpisahan, kematian, trauma
selama tumbuh kembang) yang pernah dialami klien pada masa lalu.
4. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ :
a. Ukur dan observasi TTV.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
c. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang
dirasakn oleh klien.
d. Kaji lebih lanjut sistem dn fungsi organ serta jelaskan dengan keluhan
yangada.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep diri
c. Hubungan sosial
d. spiritual
6. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
e. Afek
f. Interaksi selama wawancara
g. Persepsi
h. Proses pikir
i. Isi pikir
j. Tingkat kesadaran
k. Memori
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
m. Kemampuan penilaian
n. Daya tilik diri
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
b. BAB/BAK
c. Mandi
d. Berpakaian
e. Istirahat dan tidur
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
h. Kegiatan didalam rumah
i. Kegiatan di luar rumah
8. Mekanisme koping
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya.
9. Masalah psikososial dan lingkungan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap
masalah yang dimilki klien, beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
10. Pengetahuan
Data dapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Pada tiap item
yang dimiliki oleh klien simpulkan dalam masalah.
11. Aspek medik
Tuliskan diagnisa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang
merawat. Tuliskan obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik,
psikofarmako, dan terapi lainnya.
12. Daftar masalah
a. Tuliskan semua masalah disertai data pendukung, yaitu data subjektif
dan data objektif.
b. Buat pohon masalah dari data yang tekah dirumuskan.
13. Daftar diagnosis keperawatan
a. Rumuskan diagnosa dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi)
berdasarkan pohon masalah.
b. Urutkan diagnosis sesuai prioritas.
Masalah Keperawatan Data yang Perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri Subjektif :
1. Mengungkapkan dirinya malas
melakukan perawatan diri ( mandi,
dan berhias).
2. Mengungkapkan dirinya tidak ingin
makan.

Objektif :
1. Tercium aroma tidak sedap dari
tubuh klien.
2. Pakaian terlihat kotor.
3. Rambut dan kulit kotor.
4. Kuku panjang dan kototr.
5. Gigi kotor dan aroma mulut tidak
sedap.
6. Penampilan tidak rapi.
7. Tidak bisa menggunakan alat
mandi.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Berikut ini format dokumentasi keperawatan pengkajian pada pasien yang


mengalami defisit perawatan diri.

1. Status Mental
a. Penampilan
[ ] Tidak Rapi
[ ] Penggunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
b. Jelaskan .............................................................
c. Masalah Keperawatan.........................................
2. Kebutuhan Sehari-hari
a. Kebersihan Diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
b. Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
c. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
d. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
e. Jelaskan.............................................................
f. Masalah keperawatan........................................

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang didapat, masalah keperawatannya adalah defisit
perawatn diri : higiene diri, berhias, makan dan eliminasi.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa Rencana Keperawatan


No. TUM TUK Intervensi
Keperawatan
1. Defisit perawatan Pasien tidak 1. Klien dapat mebina Bina hubungan saling
diri : kebersihan diri, mengalami defisit hubungan saling percaya dgn
berdandan, makan, perawatan diri. percaya. menggunakan prinsip
BAB/BAK. Kriteria Evaluasi : komunikasi terapeutik
Dalam :
berinteraksi klien 1. Sapa pasiendengan
menunjukan ramah, baik verbal
tanda-tanda maupun non verbal.
percaya pada 2. Perkenalkan diri
perawat: dengan sopan.
a. Wajah cerah, 3. Tanyakan nama
tersenyum. lengkap dan nama
b. Mau panggilan yang di
berkenalan. sukai pasien.
c. Ada kontak 4. Jelaskan tujuan
mata. pertemuan.Jujur
d. Menerima dan menepati janji.
kehadiran 5. Tunjukkan sikap
perawat. empati dan
e. Bersedia menerima pasien
menceritakan apa adanya.
perasaannya. 6. Beri perhatian dan
perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.

2. Klien mampu Melatih pasien cara-


melakukan cara perawatan
kebersihan diri kebersihan diri :
secara mandiri. 1. Menjelasan
pentingnya
menjaga
kebersihan diri.
2. Menjelaskan alat-
alat untuk
menjaga
kebersihan diri.
3. Menjelaskan cara-
cara melakukan
kebersihan diri.
4. Melatih pasien
mempraktekkan
cara menjaga
kebersihan diri

3. Klien mampu Melatih pasien


melakukan berdandan/berhias :
berhias/berdandan 1. Untuk pasien laki-
secara baik. laki latihan
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Bercukur
2. Untuk pasien
wanita, latihannya
meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir
rambut
c. Berhias

4. Pasien mampu Melatih pasien makan


melakukan makan secara mandiri :
dengan baik. 1. Menjelaskan cara
mempersiapkan
makan.
2. Menjelaskan cara
makan yang tertib.
3. Menjelaskan cara
merapihkan
peralatan makan
setelah makan.
4. Praktek makan
sesuai dengan
tahapan makan
yang baik.

5. Pasien mampu Mengajarkan pasien


melakukan melakukan
BAB/BAK secara BAB/BAK secara
mandiri. mandiri :
1. Menjelaskan
tempat BAB/BAK
yang sesuai.
2. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB dan
BAK.
3. Menjelaskan cara
membersihkan
tempat BAB dan
BAK

D. Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada Pasien
a) Tujuan Keperawatan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
2) Pasien mampu melakukan berhias secara baik
3) Pasien mampu melakukan melakukan makan dengan baik.
4) Pasien mampu melakukan eliminasi secara mandiri.
b) Tindakan Keperawatan
1) Melatih pasien cara perawatan kebersihan diri dengan cara :
(a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
(b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
(c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
(d) Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri.
2) Membantu pasien latihan berhias
Latihan berhias pada pria harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisir
rambut, dan bercukur, sedangkan pada pasien perempuan, latihan
meliputi latihan berpakaian, menyisir rambut, dan
berhias/berdandan.
3) Melatih pasien makan secara mandiri dengan cara :
(a) Menjelaskan cara mempersiapkan makanan.
(b) Menjelaskan cara makan yang tertib.
(c) Menjelaskan cara merapikan peralatan makam setelah makan.
(d) Mempraktikan cara makan yang baik.
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri dengan
cara :
(a) Menjelaskan tempat BAB?BAK yang sesuai.
(b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK.
(c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.
SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.

SP 2 pasien : melatih pasien berhias (laki-laki : berpakaian, menyisir rambut,


dan bercukur. Perempuan : berpakaian, menyisir rambut, dan berhias).

SP 3 pasien : mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri


(menjeaskan tempat BAB/BAK yang sesuai, menjeaskan cara membersihkan
diri setelah BAB dan BAK, menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan
BAK).
SP 4 pasien : melatih pasien makan secara mandiri (menjelaskan cara
mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib, menjeaskan cara
merapikan peralatan makan setelah makan, praktik makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik).

2. Tindakan Keperawatan pada Keluarga


a) Tujuan Keperawatan
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
defisit perawatan diri.
b) Tindakan Keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan
diri yang baik, perawat harus melakukan tindakan agar keluarga dapat
meneruskan melatih dan mendukung pasien sehingga kemampuan
pasien dalam perawatan diri meningkat. Tindakan yang dapat perawat
lakukan adalah sebagai berikut.
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi
keluarga dalam merawat pasien.
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma.
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadwal
yang telah disepakati).
5) Anjrkan keluarga untuk memberikan pujian ats keberhasilan pasien
dalam merawat diri.
6) Bantu keluarga melatih cara merawat pasien defisit perawatan diri.
SP 1 Keluarga memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah defisit perawatan diri.
SP 2 Keluarga : melatih keluarga cara merawat pasien.
SP 3 Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

E. Evaluasi
EVALUASI KEMAMPUAN PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI dan
KELUARGANYA

Nama :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk :

Berilah tanda checklist (√) jika pasien mampu melakukan kemampuan di bawah
ini. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi.

No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
1. Menyebutkan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menyebutkan cara membersihkan
diri.
3. Mempraktikan cara membersihkan
diri dan memasukkan dalam
jadwal.
4. Menyebutkan makan yang baik.
5. Mempraktikan cara makan yang
baik dan memasukkan dalam
jadwal.
6. Menyebutkan cara BAB/BAK
yang baik.
7. Mempraktikan cara BAB/BAK
yang baik dan memasukkan dalam
jadwal.
8. Menyebutkan cara berdandan
9. Mempraktikkan cara berdandan
dan memasukkan dalam jadwal.
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian
perawatan diri dan proses
terjadinya masalah defisit
perawatan diri.
2. Menyebutkan cara merawat pasien
defisit perawatan diri.
3. Mempraktikan cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
4. Membuat jadwal aktivitas dan
meminum obat pasien di rumah
(perencanaan pulang).
EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT dalam MERAWAT PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama Pasien :

Ruangan :

Nama perawat :

Petunjuk :

a. Berilah tanda checklist (√) pada tiap kemampuan yang ditampilkan.


b. Evaluasi tindakan keperawatan untuk setiap SP dilakukan menggunakan
instrumen Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP.
c. Masukan nilai tiap Evaluasi Penampilan Klinik Perawat MPKP ke dalam baris
nilai SP.
No Tanggal
Kemampuan
.
A. Pasien
SP 1 Pasien
1. Menjelaskan pentingnya
kebersihan diri.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri.
3. Membantu pasien mempraktekkan
cara menjaga kebersihan diri.
4. Mengajukan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 1 Pasien
SP 2 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Menjelaskan cara makan yang baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 3 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara eliminasi yang
baik
3. Membantu pasien mempraktikan
cara eliminasi yang baik dan
memasukkan dalam jadwal.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 3 Pasien
SP 4 Pasien
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan.
3. Membantu pasien mempraktikan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.
Nilai SP 4 Pasien
B. Keluarga
SP 1 Keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien.
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
gejala defisit perawatan diri, dan
jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses
terjadinya.
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien defisit perawatan diri.
Nilai SP 1 Keluarga
SP 2 Keluarga
1. Melatih keluarga mempraktikan
cara merawat langsung pasien
dengan defisit perawatan diri.
2. Melatih keluarga melakukan cara
merawat langsung pasien defisit
perawatn diri.
Nilai SP Keluarga
SP 3 Keluarga
1.
Membantu keluarga membuat
jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
2. Menjelaskan tindak lanjut pasien
setelah pulang.
Nilai SP 3 Keluarga
Total Nilai: SP Pasien + SP
Keluarga
Nilai Rata-Rata

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
                  Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya. Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan personal hygienenya sendiri.
Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan kondisi fisik atau keadaan
emosional klien.

Saran
            Semoga Makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik
dan saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai