Anda di halaman 1dari 14

Ringkasan Sejarah

Pemerintah dari Demokrasi Terpimpin Hingga


Orde Baru

DI SUSUN OLEH :

Nama : Eka Gustiyani


Eko Agus K
Elsa Aprilian
Euis Bella B.
Fitria Febriyani
Ganes Meisa
Jeany Tiara F.
Laela Nur Rohmah
Mahmudah
KELAS : 11 IPA 1

SMA NEGERI 13 KABUPATEN TANGERANG


Tahun Ajaran 2014/2015
Pemerintah dari Demokrasi Terpimpin Hingga Orde
Baru
A. Indonesia Masa Demokrasi Terpimpin

1. Dekrit Presiden
Undang-undang Dasar yang menjadi pelaksanaan pemerintahan negara belum berhasil
dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS 1950) dengan sistem pemerintahan
demokrasi liberal dianggap tidak sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Kegagalan konstituante dalam menetapkan undang-undang dasar sehingga membawa
Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia tidak mempunyai pijakan hukum yang
mantap.Situasi politik yang kacau dan semakin buruk. Terjadinya sejumlah pemberontakan di
dalam negeri yang semakin bertambah gawat bahkan menjurus menuju gerakan sparatisme.
Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional. Banyaknya partai dalam
parlemen yang saling berbeda pendapat. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk
menghalalkan segala cara agar tujuan partainya tercapai.

Isi Dekrit 5 Juli 1959


Adapun isi dari dekrit presiden 5 Juli 1959 adalah:

1. Pembubaran Konstituante
2. Pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya UUDS 1950
3. Pembentukan MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Dampak Dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959


1. Dampak Positif :
Dampak positif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.
1. Menyelamatkan negara dari perpecahan dan krisis politik berkepanjangan.
2. Memberikan pedoman yang jelas, yaitu UUD 1945 bagi kelangsungan negara.
3. Merintis pembentukan lembaga tertinggi negara, yaitu MPRS dan lembaga tinggi
negara berupa DPAS yang selama masa Demokrasi Parlemen tertertunda
pembentukannya.
2. Dampak Negatif
Dampak negatif diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, adalah sebagai berikut.
1. Ternyata UUD 1945 tidak dilaksanakan secara murni dan konsekuen. UUD 45 yang
harusnya menjadi dasar hukum konstitusional penyelenggaraan pemerintahan
pelaksanaannya hanya menjadi slogan-slogan kosong belaka.
2. Memberi kekeuasaan yang besar pada presiden, MPR,dan lembaga tinggi negara. Hal itu
terlihat pada masa Demokrasi terpimpin dan berlanjut sampai Orde Baru.
3. Memberi peluang bagi militer untuk terjun dalam bidang politik. Sejak Dekrit, militer
terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan politik yang disegani. Hal itu semakin
terlihat pada masa Orde Baru dan tetap terasa sampai sekarang.

2.Demokrasi Terpimpin
a. Latar Belakang
Demokrasi Terpimpin berlaku di Indonesia antara tahun 1959-1966 yaitu dari
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hungga jatuhnya kekuasaan Soekarno.
Demokrasi Terpimpin memiliki Tugas, Sebagai berikut:
 Demokrasi terpimpin harus mengembalikan keadaan politik Negara yang tidak stabil
sebagai warisan masa Demokrasi Parlementer.
 Demokrasi Terpimpin merupakan reaksi terhadap Demokrasi Parlementer
Pada masa Demokrasi Terpimpin, ada 4 Dokumen yang dijadikan sebagai landasan politik
luar negeri Indonesia. Dokumen-dokumen itu adalah sebagai berikut.
UUD 1945
Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “PENEMUAN KEMBALI
REVOLUSI KITA” yang terkenal sebagai “Manifesto Politik Republik Indonesia”
Amanat Presiden 1960 yang berjudul “ Jalannya Revolusi Kita”.
Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 dimuka siding umum PBB yang berjudul
“Membangun Dunia Kembali”

b. Penyimpangan pada Saat Demokrasi Terpimpin dari UUD 1945

1. Kedudukan Presiden
Pada masa demokrasi terpimpin, Majelis Permusyaratan Rakyat Sementara (MPRS) mengangkat
Presiden Soekarno menjadi presiden seumur hidup. Hal ini sangat bertentangan dengan UUD
1945 Bab III Pasal 7.
2.Pembentukan MPRS
Ada yang janggal saat pembentukan MPRS. Majelis Permusyawaratan Rakyat yang seharusnya
dipilih melalui Pemilu (Pemilihan Umum) malah dibentuk oleh presiden sendiri melalui
Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959. Hal ini sangat bertentangan dengan UUD 1945.

3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR GR


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR menolak
RAPBN tahun 1960 yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran
DPR dan sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR). Lagi-lagi pembentukan parlemen dengan kehendak presiden sendiri.

4.Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara


Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.3
tahun 1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu
orang wakil ketua, 12 orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang wakil
golongan. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul
kepada pemerintah.

5. Pembentukan Front Nasional


Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959. Front Nasional
merupakan sebuah organisasi massa yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita
yang terkandung dalam UUD 1945.

6. Pembentukan Kabinet Kerja


Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Ketua Dewan Perwakilan rakyat Gotong Royong
diangkat sebagai menteri. Tindakan ini bertentangan dengan UUD 45, sebab kedudukan DPR
selaku lembaga legislatif sejajar dengan kedudukan Presiden selaku eksekutif. Dengan
diangkatnya Ketua MPRS dan DPRGR sebagai menteri, di mana dalam UUD 45 dinyatakan
bahwa kedudukan menteri adalah sebagai

7. Keterlibatan PKI dalam ajaran Nasakom


Upaya penyebarluasan ajaran Nasakom dimanfaatkan oleh PKI dengan mengemukakan bahwa
PKI merupakan barisan terdepan pembela NASAKOM. Keterlibatan PKI tersebut menyebabkan
ajaran Nasakom menyimpang dari ajaran kehidupan berbangsa dan bernegara serta mengeser
kedudukan Pancasila dan UUD 1945 menjadi komunis. Selain itu PKI mengambil alih kedudukan
dan kekuasaan pemerintahan yang sah. PKI berhasil meyakinkan presiden bahwa Presiden
Sukarno tanpa PKI akan menjadi lemah terhadap TNI. pembantu Presiden, maka tindakan
tersebut secara terang-terangan telah merendahkan martabat lembaga legislative.
8. Adanya ajaran Resopim
Adanya ajaran RESOPIM. Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan
Pimpinan Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran Resopim
diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16.

9. Peran ABRI
ABRI yang harusnya menjaga keamanan dan pertahanan negara, malah menjadi kekuatan
politik yang sangat kuat. Apalagi saat 1/3 menteri di kabinet kerja diisi oleh anggota ABRI.

10. Kehidupan Partai Politik


Penyederhanaan yang dimaksud adalah pembubaran partai-partai politik yang tidak sesuai
dengan Penpres no.7 tahun 1959. Partai yang tidak memenuhi syarat, akan dibubarkan
sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai. Kedudukan presiden yang kuat
tersebut tampak dengan tindakannya untuk membubarkan 2 partai politik yang pernah berjaya
masa demokrasi Parlementer yaitu Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). Alasan karena
kedua partai tersebut terlibat dlm pemberontakan PRRI & Permesta. Kedua Partai tersebut
resmi dibubarkan pada tanggal 17 Agustus 1960.

c. Sistem Politik Demokrasi Terpimpin

Dalam bidang politik beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintah diantaranya sebagai
berikut :

1. Menyusun Kabinet Kerja I yang dipimpin oleh Presiden dan Ir. Juanda sebagai menteri
pertamanya. Kabinet ini dilantik pada tanggal 10 Juli 1959, dengan programnya yang disebut
“Tri Program Kabinet Kerja” meliputi : masalah-masalah sandang pangan, keamanan dan
pengembalian Irian Barat.

2. Pada tanggal 17 agustus 1959 Presiden Sukarno menyampaikan pidato berjudul :


“Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Isi pidato ini kemudian dikenal sebagai Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol). Pidato ini oleh DPAS diusulkan untuk dijadikan GBHN.
Pengukuhannya sebagai GBHN melalui Penetapan Presiden No. 1 tahun 1960. Selanjutnya
ditetapkan dalam Tap. MPRS No. 1/MPRS/1960. Inti pidato ini adalah USDEK.

3. Karena penolakan DPR terhadap Rencana Anggaran Belanja Negara (RAPBN) tahun 1960,
maka pada tanggal 5 Maret 1960 DPR dibubarkan melalui Penetapan Presiden No. 3 tahun
1960. Pada tanggal 24 Juni 1960, dibentuklah DPR-GR (DPR Gotong Royong) yang anggota-
anggotanya ditunjuk oleh presiden
4. DPAS dipimpin langsung oleh presiden dan Roeslan Abdulgani ditunjuk sebagai wakil
ketuanya. Pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 1959 di Istana Negara bersama
pelantikan Moh. Yamin sebagai Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Sultan
Hamengkubuwono IX sebagai Ketua Badan Pengawas Kegiatan Aparatur Negara.

5. MPRS dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No. 2 tahun 1959 yang diketuai oleh
Chaerul Shaleh. Salah satu ketetapan MPRS ini adalah mengangkat Presiden Sukarno sebagai
Pemimpin Besar Revolusi.

d. Sistem Ekonomi Terpimpin

Sistem ekonomi Indonesia dijalankan secara terpimpin (etatisme). Keadaan ekonomi


yang buruk semakin diperparah dengan adanya pemberontakan PRRI/Permesta. Untuk
mengatasi kesulitan ekonomi, pemerintah mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pada tanggal 24 Agustus 1959 diumumkan keputusan mengenai keuangan sebagai berikut :
- § Uang kertas bernilai Rp. 500,- menjadi Rp. 50,-
- § Uang kertas bernilai Rp. 1.000,- dihapuskan
- § Semua simpanan melebihi Rp. 25.000,- dibekukan

2. Tanggal 28 Maret 1983 dikeluarkan landasan ekonomi baru yang disebut DEKON (Deklarasi
Ekonomi) dengan tujuan menciptakan ekonomi nasional sosialis yang bebas dari sisa-sisa
imperialisme. Pada tanggal 13 Desember 1965 diambil langkah devaluasi dengan menjadikan
uang senilai Rp. 1.000,- menjadi Rp. 1,-. Ternyata langkah-langkah pemerintah dengan sistem
ekonomi terpimpin ini gagal memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia.

B.Gerakan 30 september 1965

1. Latar belakang munculnya gerakan 30 September 1965

Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Soekarno menetapkan konstitusi di bawah
Dekrit Presiden, Dengan dukungan penuh dari PKI. Pada era “Demokrasi Terpimpin” kolaborasi
antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani gagal memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi
yang mendesak. Pendapatan ekspormenurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menarik,
dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah.
2. Peristiwa G 30 S/PKI

a. Isu Dewan Jenderal


Pada saat-saat yang genting sekitar bulan September 1965 muncul isu adanya Dewan
Jenderal yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas
terhadap Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu ini, Soekarno
disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa mereka
untuk diadili oleh Soekarno. Namun yang tidak diduga-duga, dalam operasi penangkapan
jenderal-jenderal tersebut, terjadi tindakan beberapa oknum yang termakan emosi dan
membunuh Letjen Ahmad Yani, Panjaitan, dan Harjono.

b. Isu Dokumen Gilchrist


Dokumen Gilchrist yang diambil dari nama duta besar Inggris untuk Indonesia Andrew
Gilchrist beredar hampir bersamaan waktunya dengan isu Dewan Jenderal. Dokumen ini, yang
oleh beberapa pihak disebut sebagai pemalsuan oleh intelejen Ceko di bawah pengawasan
Jenderal Agayant dari KGB Rusia, menyebutkan adanya "Teman Tentara Lokal Kita" yang
mengesankan bahwa perwira-perwira Angkatan Darat telah dibeli oleh pihak Barat[4].
Kedutaan Amerika Serikat juga dituduh memberikan daftar nama-nama anggota PKI kepada
tentara untuk "ditindaklanjuti". Dinas intelejen Amerika Serikat mendapat data-data tersebut
dari berbagai sumber, salah satunya seperti yang ditulis John Hughes, wartawan The Nation
yang menulis buku "Indonesian Upheaval", yang dijadikan basis skenario film "The Year of Living
Dangerously", ia sering menukar data-data apa yang ia kumpulkan untuk mendapatkan fasilitas
teleks untuk mengirimkan berita.

c. Isu Keterlibatan Soeharto


Hingga saat ini tidak ada bukti keterlibatan/peran aktif Soeharto dalam aksi penculikan
tersebut. Satu-satunya bukti yang bisa dielaborasi adalah pertemuan Soeharto yang saat itu
menjabat sebagai Pangkostrad (pada zaman itu jabatan Panglima Komando Strategis Cadangan
Angkatan Darat tidak membawahi pasukan, berbeda dengan sekarang) dengan Kolonel Abdul
Latief di Rumah Sakit Angkatan Darat.

d. Perluasan pengaruh dan aksi-aksi sepihak PKI


Meskipun terbukti PKI telah menyulut berbagai aksi kekerasan, seperti : Peristiwa di tiga
daerah di Jawa tengah, Desember 1945, Pemberontakan Mohammad Yusuf di Cirebon, Februari
1946, dan pemberontakan PKI Madiun 1948, namun organisasi ini tidak dibubarkan.
Pelaksanaan Demokrasi Liberal, 1950 – 1959 memberi kesempatan kepada PKI di bawah
pimpinan D.N. Aidit untuk merehabilitasi diri dan memperluas pengaruh bahkan memperoleh
kesempatan duduk dalam pemerintahan. Pada masa Demokrasi Terpimpin, kedudukan PKI
semakin kokoh dan pengaruhnyapun semakin luas, bahkan sampai ke tubuh angkatan
bersenjata. Perkembangan politik yang didasarkan pada ide NASAKOM (nasionalisme, agama
dan komunis) memberi kesempatan kepada PKI memperluas pengaruhnya ke berbagai bidang.
Badan Pendukung Soekarnoisme ( BPS), September 1964, dipimpin oleh Adam Malik. Akan
tetapi BPS kemudian dilarang pada bulan Desember 1964.
Dalam usaha menciptakan suasana revolusioner, PKI melakukan kegiatan-kegiatan
sabotase, aksi sepihak dan aksi teror diantaranya sebagai berikut :
1. Peristiwa Jengkol, 15 Nopember 1961, yaitu : Peristiwa penyerangan oleh BTI, Pemuda
Rakyat dan Gerwani terhadap petugas yang sedang mengerjakan tanah negara di daerah Kediri
2. Peristiwa Kanigoro Kediri, 13 Januari 1965, yaitu : Penyerbuan PKI terhadap aktivitas pelajar
Islam di Kanogoro yang disertai penganiayaan terhadap para kyai, serta pengrusakan tempat
ibadah
3. Peristiwa Banda Betsy, 14 Mei 1965, yaitu : Penyerobotan tanah perkebunan milik negara
oleh BTI di daerah Sumatera Utara dan pengeroyokan terhadap petugas perkebunan.
4. Sabotase terhadap transportasi umum kereta api oleh Serikat Buruh Kereta Api, Januari
sampai Oktober 1964, sehingga terjadi serentetan kecelakaan kereta api di Purwokerto,
Kaliyoso, Kroya, Cirebon, Bandung, Tanah Abang dan Tasikmalaya.
5. Pengrusakan Kantor Gubernur Jawa Timur, 27 September 1965, oleh aksi ormas-ormas PKI.

e. Pelaksanaan Gerakan 30 September 1965


Dalam upaya memaksakan kehendaknya, PKI melakukan persiapan-persiapan yang cukup
matang sebagai berikut :
1. Merumuskan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan ( MKTBP), yang mencakup unsur-
unsur perjuangan gerilya di desa- desa, perjuangan kaum buruh di kota-kota dan bekerja secara
intensif di kalangan musuh.
2. Memanipulasi pidato-pidato kenegaraan, antara lain :
a. Tahun 1960 : Jalan Revolusi Kita (Jarek)
b. Tahun 1961 : Revolusi Sosialisme Indonesia Pimpinan Nasional ( Resopim)
c. Tahun 1962 : Tahun Kemenangan ( Takem)
d. Tahun 1963 : Genta Suara Revolusi Indonesia ( Gesuri)
e. Tahun 1964 : Tahun Vivera Pericoloso ( Tavip)
f. Tahun 1965 : Tahun Berdiri di Atas Kaki Sendiri ( Takari)
3. Pembentukan Biro khusus yang dipimpin Syam Kamaruzaman dengan sasaran utama
pengembangan pengaruh dan ideologi PKI
4. Menuntut dibentuknya angkatan ke-5 yang terdiri dari buruh petani yang dipersenjatai.
5. Melaksanakan latihan kemiliteran di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta.

Orde Baru
1. Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Orde baru merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk memisahkan antara kekuasaan
masa Sukarno yang disebut Orde Lama dengan masa kepemerintahan Suharto.
Tujuan dari pemerintahan Orde Baru
1.      Mengoreksi total penyimpangan yang dilakukan pada masa Orde Lama
2.      Penataan kembali seluruh aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia
3.      Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
4.      Menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna
mempercepat proses pembangunan bangsa.
Latar belakang lahirnya Orde Baru :
a. Terjadinya peristiwa gerakan 30 September 1965.
b. Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30
September 1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsung lama.
c. Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana pemerintah melakukan devaluasi
rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan timbulnya keresahan masyarakat
d. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta Organisasi Masanya dibubarkan
serta tokoh-tokohnya diadili.
e. Pembentukankesatuan aksi berupa Front Pancasila yang selanjutnya lebih dikenal dengan
Angkatan 66untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan 30 September 1965
f. Kesatuan aksi Front Pancasila pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR mengajukan
tuntutan TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat) yang berisi :
1. Pembubaran PKI berserta Organisasi Massanya
2. Pembersihan Kabinet Dwikora
3. Penurunan Harga-harga barang.
g. Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan Kabinet Seratus
Menteri tidak juga memuaskan rakyat
h. Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili
tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil dilakukan
meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)
2. Kehidupan Politik Masa Orde Baru

Berikut langkah yang diambil Pemerintah untuk penataan kehidupan politik.

a. Penataan Politik Dalam Neger


1. Pembentukan Kabinet Pembangunan
2. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya
3. Penyederhanaan Partai Politik
4. Pemilihan Umum
5. Peran Ganda ABRI
6. Pemasyarakatan P4
7. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (PERPERA) di Irian Barat

b. Penataan Politik Luar Negeri

1) Kembali menjadi anggota PBB


Indonesia kembali menjadi anggota PBB dikarenakan adanya desakan dari komisi bidang
pertahanan keamanan dan luar negeri DPR GR terhadap pemerintah Indonesia. Pada tanggal 3
Juni 1966 akhirnya disepakati bahwa Indonesia harus kembali menjadi anggota PBB dan badan-
badan internasional lainnya dalam rangka menjawab kepentingan nasional yang semakin
mendesak. Keputusan untuk kembali ini dikarenakan Indonesia sadar bahwa ada banyak
manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota PBB pada tahun 1950-1964.
Indonesia secara resmi akhirnya kembali menjadi anggota PBB sejak tanggal 28 Desember 1966.

2). Normalisasi hubungan dengan beberapa Negara

a) Pemulihan hubungan dengan Singapura


Sebelum pemulihan hubungan dengan Malaysia Indonesia telah memulihkan hubungan
dengan Singapura dengan perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar).
Pemerintah Indonesia menyampikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada
tanggal 2 Juni 1966 yang disampaikan pada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Akhirnya
pemerintah Singapurapun menyampikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan
hubungan diplomatic.

b) Pemulihan hubungan dengan Malaysia


Normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan diadakan perundingan di
Bangkok pada 29 Mei-1 Juni 1966 yang menghasilkan perjanjian Bangkok, yang berisi:
(1). Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah mereka ambil
mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
(2). Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.
(3).Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.

c. Pendirian ASEAN(Association of South-East Asian Nations)


Indonesia menjadi pemrakarsa didirikannya organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus
1967. Latar belakang didirikan Organisasi ASEAN adalah adanya kebutuhan untuk menjalin
hubungan kerja sama dengan negara-negara secara regional dengan negara-negara yang ada di
kawasan Asia Tenggara.

d. Integrasi Timor-Timur ke Wilayah Indonesia


Timor- Timur merupakan wilayah koloni Portugis sejak abad ke-16 tapi kurang
diperhatikan oleh pemerintah pusat di Portugis sebab jarak yang cukup jauh. Tahun 1975
terjadi kekacauan politik di Timor-Timur antar partai politik yang tidak terselesaikan sementara
itu pemerintah Portugis memilih untuk meninggalkan Timor-Timur. Kekacauan tersebut
membuat sebagian masyarakat Timor-Timur yang diwakili para pemimpin partai politik memilih
untuk menjadi bagian Republik Indonesia yang disambut baik oleh pemerintah Indonesia.
Secara resmi akhirnya Timor-Timur menjadi bagian Indonesia pada bulan Juli 1976 dan
dijadikan provinsi ke-27. Tetapi ada juga partai politik yang tidak setuju menjadi bagian
Indonesia ialah partai Fretilin. Hingga akhirnya tahun 1999 masa pemerintahan Presiden
Habibie melakukan jajak pendapat untuk menentukan status Timor-Timur. Berdasarkan jajak
pendapat tersebut maka Timor-Timur secara resmi keluar dari Negara Kesatuan republik
Indonesia dan membentuk negara tersendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorosae
atau Timur Leste.
Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama,
pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:

3. Kehidupan Ekonomi Masa Orde Baru

a.Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi

Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde
Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah:
a. Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari
oleh Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966.
b. MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan,
programstabilisasi dan rehabilitasi.
Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi.
Stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak
melonjak terus.
Rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi.
Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin
berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila

Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS
tersebut adalah:
1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang
menyebabkankemacetan ekonomi.
2. Debirokratisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian
3. Berorientasi pada kepentingan produsen kecil.
Peyebabkan terjandinya kemacetan ekonomi tersebut adalah:
1. Rendahnya penerimaan negara.
2. Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara.
3. Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank.
4. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri.
5. Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.

Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru


menempuh cara-cara :
a. Mengadakan operasi pajak.
b. Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan dan
kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang.
c. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta
menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara.
d. Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor.

b. Kerja sama Luar Negeri


Selain mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga
mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga pemerintah
Orde Baru meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang
Indonesia. Pada tanggal 19-20 September 1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan
negara-negara kreditor di Tokyo. Pemerintah Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa ekspor
yang diperoleh Indonesia akan digunakan untuk membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk
mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan baik dari negara-negara kreditor.
Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut:
1. Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 sampai dengan
1999.
2. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama
besarnya. Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga.Pembayaran hutang
dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap negara kreditor maupun
terhadap sifat atau tujuan kredit.

C. Pembangunan Nasional
Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya
yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui
Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pambangunan Jangka Pendek
dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan
dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan
Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian
upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan
masyarakat, bangsa, dan Negara.
Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman
pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut
adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang
stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah :
1. Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat.
2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

4. DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK DAN EKONOMI ORDE BARU

a. Kebijakan Politik
Dampak positif dari kebijakan politik pemerintah Orba :
1. Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekusaan lembaga
kepresidenan yang membuat semakin kuatnya peran negara dalam masyarakat.
2. Situasi keamanan pada masa Orde Baru relatif aman dan terjaga dengan baik
karena pemerintah mampu mengatasi semua tindakan dan sikap yang dianggap
bertentangan dengan Pancasila.
3. Dilakukan peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol
parpol.

Dampak negatif dari kebijakan politik pemerintah Orba:

1. Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan


sentralistis.
2. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.
3. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan
benar kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai
stabilitas yang diinginkan, sementara 2 partai lainnya hanya sebagai boneka agar
tercipta citra sebagai negara demokrasi.
4. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk
melanggengkan sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilhan
presiden melalui MPR Suharto selalu terpilih.
5. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN(Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme)sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak
mengenal rakyat dan daerah yang diwakilinya. Kebijakan politik teramat
birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.

b. Kebijakan Ekonomi
Dampak Positif Kebijakan ekonomi Orde Baru :
1. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena setiap program pembangunan
pemerintah terencana dengan baik dan hasilnyapun dapat terlihat secara konkrit.
2. Indonesia mengubah status dari negara pengimpor beras terbesar menjadi bangsa
yang memenuhi kebutuhan beras sendiri (swasembada beras).
3. Penurunan angka kemiskinan yang diikuti dengan perbaikan kesejahteraan rakyat.
4. Penurunan angka kematian bayi dan angka partisipasi pendidikan dasar yang
semakin meningkat.

Dampak Negatif kebijakan ekonomi Orde baru:


1. Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam.
2. Terciptalah kelompok yang terpingkirkan (marginalisasi sosial).
3. Menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN.
4. Meskipun pertumbuhan ekonomi menungkat tapi secara fundamental
pembangunan ekonomi sangat rapuh.

Anda mungkin juga menyukai