Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH SEMINAR

KEPERAWATAN MATERNITAS
“ Asuhan Keperawatan pada Ny. A dengan Abortus Inkomplit ”

DI SUSUN OLEH:
1. Amalia Dwi Yanty (21220002)
2. Anisa Putri Andini (21220004)
3. Cindy Nurfitriani (21220011)
4. Bagus Dian Saputra (21220010)
5. Dina Ulyarati (21220015)
6. Gisella Rara Aliande Azhari (21220021)
7. Jimmi Anggara (21220028)
8. Marhama (21220036)
9. Rizki Renata Amelia (21220061)

Dosen Pembimbing:
Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
seminar ini. Makalah ini akan membahas tentang “ Asuhan Keperawatan pada
Ny.A dengan Abortus Inkomplit ”.
Walaupun kami menyadari banyak kekurangan dalam makalah yang kami
buat. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak
untuk perbaikan sehingga makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah makalah ini kami buat semoga dapat bermaanfaat bagi yang
membaca khususnya mahasiswa/i IKesT Muhammadiyah Palembang .

Palembang, November 2020

Penulis

DAFTAR ISI
ii
Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................1
C. Manfaat.............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Penyakit.............................................................................. 3
B. Konsep Keperawatan........................................................................11
BAB III TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian........................................................................................18
B. Analisa Data.....................................................................................24
C. Masalah Keperawatan......................................................................26
D. Prioritas Masalah .............................................................................26
E. Diagnosa Keperawatan.....................................................................26
F. Intervensi Keperawatan....................................................................27
G. Implementasi Keperawatan..............................................................30
H. Evaluasi Keperawatan......................................................................35
I. Discharge Planning...........................................................................36
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................45
B. Saran.................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abortus merupakan penghentian atau berakhirnya suatu kehamilan
pada usia 20 minggu dan berat janin masih kurang dari 500 gram dan
panjang janin kurang dari 25cm. Abortus juga merupakan salah satu
masalah kesehatan yang menimbulkan angka kesakitan dan kematian ibu
yang tinggi. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
keberhasilan layanan kesehatan disuatu negara (Sarwono, 2010).
Menurut data WHO, angka kejadian abortus berkisar antara 16 –
25% dari seluruh kehamilan. Perdarahan dari jalan lahir merupakan gejala
pada kehamilan muda dengan persentase 10 – 15% yang setengahnya
berakhir dengan abortus. Sebagian besar (60%) abortus terjadi sebelum
kehamilan berusia 12 minggu dan sisanya terjadi pada rentang waktu 12 –
10 minggu. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN seperti Singapura
adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, di Brunei 33 per 100.000 kelahiran
hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sekitar 20
– 30% wanita hamil mengalami perdaraha minimal 1 kali selama 20
minggu pertama kehamilan (Depkes, 2014).
Angka kejadian abortus di Indonesia didapatkan pertahunnya
sebanyak 4,2 juta kejadian. Yang dibagi menjadi 2 jenis abortus yaitu
abortus secara spontan sebanyak 10 – 15% dari 6 juta kehamilan, dan
abortus buatan sebanyak 7.000 – 1,5 juta setiap tahunnya, 2500
diantaranya berakhir dengan kematian (Simanihuruk, 2019).
Berdasarkan permasalahan diatas maka perawat berperan penting
dalam penanganan penyakit Abortus Inkomplit di Rumah Sakit dengan
memberikan Asuhan Keperawatan secara komprehensif yaitu dengan cara
pelayanan kesehatan promotif, kuratif, preventif dan rehabilitatis terhadap
penyakit Abortus Inkomplit yang dialami oleh pasien. Dalam hal ini upaya
yang dapat dilakukan dalam menanggulangi Abortus Inkomplit adalah
dengan penyuluhan kesehatan.

1
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dari makalah ini diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti dan
memahami mengenai Asuhan Keperawatan Maternitas pada Pasien
dengan Abortus Inkomplit.
b. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami tentang Konsep
Penyakit dari Abortus Inkomplit.
2. Agar mahasiswa/i mengetahui dan memahami mengenai Asuhan
Keperawatan Maternitas pada Pasien dengan Abortus Inkomplit
yaitu:
a) Pengkajian pada pasien dengan Abortus Inkomplit.
b) Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan Abortus Inkomplit.
c) Intervensi Keperawatan pada pasien dengan Abortus Inkomplit.
d) Implementasi Keperawatan pada pasien dengan Abortus
Inkomplit.
e) Evaluasi Keperawatan pada pasien dengan Abortus Inkomplit.
f) Discharge Planning pada pasien dengan Abortus Inkomplit.

C. Manfaat
Dari makalah ini, diharapkan dapat menjadi sebagai sumber
wawasan tambahan bagi masyarakat terutama bagi mahasiswa/i IKesT
Muhammadiyah Palembang.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1) Definisi
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam
uterus.
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus.Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri eksternum.Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak
sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum
sisa hasil konsepsi dikeluarkan.

2) Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak
selalu tampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas
pada ovum atau zigotatau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-
kadang mungkin juga disebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
a. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama
abortus rekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik
menjadi penyebab 70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu,
dan 5% setelah 12 minggu. Kelainan ini dapat disebabkan faktor
maternal maupun paternal.Gamet jantan berkontribusi pada 50%
material genomik embrio.Mekanisme yang dapt berkontribusi
menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosom sperma,
kondensasi kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatan
apoptosis, dan morfologi sperma yang abormal.Sekitar 42% struktur
vili korionik abnormal akibat gangguan genetik.

3
b. Gangguan Plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun
kelainan perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang
berperan sebagai unit fungsional plasenta dalam hal transpor oksigen
dan nutrisi pada fetus. Penelitian histologi Haque, et al. pada 128 sisa
konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97% menunjukkan vili plasenta
berkurang, 83% vili mengalami fibrosis stroma, 75% mengalami
degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.
Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi proliferasi
mesenkim dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut
membentuk sisterna dan digantikan dengan jaringan fibroid. Pada
abortus, pendarahan yang merembes melalui desidua akan membentuk
lapisan di sekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah dan
merangsang degenerasi fibrinoid.
c. Kelainan Uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan
yang timbul dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita
yang berkaitan dengan abortus adalah leiomioma dan perlekatan
intrauteri.Miomektomi sering mengakibatkan jaringan parut uterus yang
dapat mengalami ruptur pada kehamilan berikutnya, sebelum atau
selama persalinan. Perlekatan intrauteri (sinekia atau sindrom
Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan kuretase pada abortus
yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula akibat
komplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh destruksi
endometrium yang sangat luas.Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat
endometrium yang kurang memadai untuk mendukung implatansi hasil
pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk
mempertahankan suatu kehamilan oleh karena defek fungsi maupun
struktur pada serviks. Inkompetensi serviks biasanya menyebabkan
abortus pada trimester kedua dengan insidensi 0,5-8%. Keadaan ini juga

4
dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina dan kebanyakan
asimptomatik.Serviks merupakan barier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina.
d. Kelainan Endokrin
- Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan
suatu keadaan dimana korpus luteum mengalami kerusakan
sehingga produksi progesteron tidak cukup dan mengakibatkan
kurang berkembangnya dinding endometrium.
- Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan
hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan
abortus.Dua mekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut
terjadi adalah peningkatan hormon LH dan efek langsung
hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.
- Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
- Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut
dari korpus luteum atau plasenta mempunyai hubungan dengan
kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis
akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian
turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
e. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki faktor
autoimun.Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus,
antibodi antikardiolipin.Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya
mencapai 70%.Selain itu, faktor alloimun dapat mempengaruhi melalui
HLA.Bila kadar atau reseptor leptin menurun, terjadi aktivasi sitrokin
proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus. Mekanismenya
berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili
tropoblas.

5
f. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia,
tetapi hal ini tidakumum terjadi.Organisme seperti Treponema
pallidum, Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorhoeae,
Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks, sitomegalovirus,
Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab
abortus.Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan
abortus.Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum dari
4 traktus genetalia sebagaian wanita yang mengalami abortus telah
menghasilkan hipotesis yang menyatakan bahwa infeksi mikoplasma
yang menyangkut traktus genetalia dapat menyebabkan abortus.Dari
kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan
penyebab utama.
g. Penyakit Kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus.Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi keadaan ini dapat menyebabkan
kematian janin dan persalinan prematur.Pada saat ini, hanya malnutrisi
umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya menjadi
predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
h. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak
kasus yang tidak dilaporkan.Pada umumnya, mekanisme trauma yang
paling banyak adalah jatuh sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan
menyebabkan abrupsio plasenta, pendarahan fetomaternal, rupture uteri,
trauma janin langsung.

3) Faktor Resiko
Faktor risiko abortus yaitu:
a) Bertambahnya usia ibu.

6
Abortus meningkat dengan pertambahan umursetelah usia 30 tahun.
Risiko berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24
tahun; 11,9% pada usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6%
pada usia 35-39%; 51% usia 40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke
atas. Baru-baru ini peningkatan usia ayah dianggap sebagai suatu faktor
risiko terjadinya abortus. Suatu penelitian yang dilakukan di Eropa
melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada pasangan
dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40 tahun (Tien, 2007).
b) Riwayat reproduksi abortus. Risiko pasien dengan riwayat abortus untuk
kehamilan berikutnya ditentukan dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien
yang baru mengalami riwayat 1 kali berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3
kali berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%.
c) Kebiasaan orang tua
- Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko
abortus meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang
rokok yang dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak
ROS (Reactive Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel
seluler melalui kerusakan mitrokondria, nukleus, dan membran sel.
Selain itu, secara tidak langsung ROS (Reactive Oxygen Spesies) akan
menyebabkan kerusakan sperma. Hal ini menyebabkan fragmentasi
DNA rantai tunggal maupun ganda sperma.
- Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat
aborsi spontan dua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol
2x/minggu dan tiga kali lebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi
alkohol setiap hari.
- Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus.
Akan tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg
kafein) kopi setiap hari menunjukkan tingkat abortus yang sedikit
lebih tinggi.
- Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup.
Akan tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada
manusia tidak diketahui secara pasti.

7
- Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan
menyebabkan risiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.

4) Patofisiologi
Perdarahan dalam desidua basalis terjadi pada awal abortus
kemudian diikuti dengan nekrosis jaringan disekitarnya. Hal ini
menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga
merupakan benda asing dalam uterus.keadaan ini menyebabkan uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Usia kehamilan kurang dari 8
minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan seluruhnya karena vili
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Kehamilan antara 8
minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua secara
mendalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu
keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,
disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika
plasnta segera terlepas dan lengkap, peristiwa abortus ini menyerupai
persalinan dalam bentuk miniatur.
Hasil konsepsi pada abortus dapat berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas (blighted ovum) mungkin pula janin telah mati lama
(missed abortion), apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam
waktu yang singkat maka ia diliputi oleh laporan bekuan darah. Isi uterus
dinamakan mola krueta, bentuk ini menjadi mola karnosa apabila
pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi,
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mla
tuberosa dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi
hematoma antara amnion dan korion. Pada abortus inkomplit, masih ada
sisa tertinggal dalam uterus. Pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang
sudah menonjik dari ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus
inkomplit dapat banyak sekali sehingga menyebabkan syok dan

8
perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
(Winkjosastro, 2006).

5) Manifestasi Klinis
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan
pervaginam derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut
bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah
keluar bersama-sama plasenta pada abortus yang terjadi sebelum minggu
ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10 minggu, pengeluaran janin dan
plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian tetap
tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi
dan memberikan gejala utama abortus inkomplet.
Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut,
sering pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif
sehingga terjadi hipovolemik berat.
6) Komplikasi
- Perdarahan : perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya
- Perforasi : perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau
kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukaan
alat-alat lain.
- Syok : syok pada abortus bisa terjadi dikarenakan perdarahan (syok
hemoragik) dan karena infeksi berat.
- Infeksi : sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh
bakteri yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia
eksterna yaitu staphylococcus sp, streptococcus, gram negatif enteric
bacilli, dll. Organisme-organisme yang paling sering bertanggung
jawab terhadap infeksi pasca abortus adalah E.coli, streptococcus non

9
hemolitikus, dll. Bakteri lain yang kadang dijumpai dapat berpotensi
berbahasa adalah streptococcus pyogenes dikarenakan dapat
membentuk gas.

7) Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan
diperiksa apakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis.
Teknik pembedahan dapat dilakukan dengan pengosongan isi uterus baik
dengan cara kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan
tindakan medis menggunakan preparat antara lain : oksitosin intravenus,
larutan hiperosmotik intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%,
prostaglandin E2, F2a dan analog prostaglandin yang dapat berupa injeksi
intraamnion, injeksi ekstraokuler, insersi vagina, injeksi parenteral maupun
per oral, antiprogesteron - RU 486 (mefepriston), atau berbagai kombinasi
tindakan tersebut diatas.
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum
tindakan kuretase sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan
plasenta yang tertinggal terletak secara longgar dalam kanalis servikalis
dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau
sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan
kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah
terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-
kadang cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di
dalam uterus untukmenghentikan perdarahan dilakukan dengan cara:
a) Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
pendarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskular atau
misoprostol 400 mcg per oral.
b) Evakuasi hasil konsepsi dengan:
- Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi yang terpilih.

10
- Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi vakum
manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg
intramuskular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol
400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu).

8) Pemeriksaan Penunjang
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat
perdarahan.

B. Konsep Keperawatan
1) Pengkajian
a) Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ;
nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b) Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
Riwayat kesehatan ,
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah
dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana
tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang
pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi ,
masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.

11
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram
dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan
anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
c) Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene,
ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
d) Pemeriksaan fisik, meliputi :
Inspeksi 
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
Palpasi 
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
Perkusi 
Auskultasi 
e) Pemeriksaan laboratorium :

12
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi,
pap smear. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien
tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

2) Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul menurut Judith M.
Wilkinson (2013) adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan
kontraksi uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3) Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 jam meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan Kontraksi diharapkan nyeri dapat frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan
Uterus berkurang, dengan kriteria nyeri, dan faktor pencetus nyeri.
hasil: 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan.
1. Memperlihatkan 3. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
pengendalian nyeri penyebab nyeri, berapa lama akan
(mampu mengenali awitan berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan
nyeri, menggunakan akibat prosedur.
tindakan pencegahan, 4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
melaporkan nyeri dapat (misalnya, umpan balik biologis, hypnosis,
dikendalikan) relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi musik,
2. Menunjukkan tingkat distraksi, kompres hangat atau dingin, dan
nyeri (dibuktikan dengan bersamaan dengan penggunaan tindakan
ekspresi wajah, gelisah peredaan nyeri yang lain).
atau ketegangan otot, 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
durasi nyeri. dalam pemberian analgetik.
Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi
volume cairan keperawatan selama 3 x 24 jam kehilangan cairan
berhubungan diharapkan kebutuhan cairan 2. Pantau perdarahan (misalnya periksa semua
dengan dapat tercukupi, dengan kriteria sekret dari adanya darah nyata atau darah
perdarahan hasil: samar)
1. Kekurangan volume cairan 3. Identifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap
teratasi dibuktikan dengan bertambah buruknya dehidrasi (misalnya
keseimbangan cairan dan obat-obatan, demam, stress, program
elektrolit dalam jumlah pengobatan)
yang adekuat, dan status 4. Tingkatkan asupan oral

13
nutrisi atau asupan 5. Pantau status hidrasi (mis, kelembapan
makanan dan cairan yang membrane mukosa, keadekuatan nadi,
adekuat. tekanan darah)
6. Timbang berat badan setuap hari dan pantau
kecenderungannya
7. Anjurkan pasien untuk menginformasikan
perawat bila haus
8. Kolaborasi pemberian terapi IV, sesuai
program
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk
Aktivitas keperawatan selama 3x24 jam berpindah dari tempat tidur, berdiri, ambulasi,
berhubungan diharapkan aktivitas dapat toiletting, dan melakukan aktivitas sehari-hari
dengan kembali normal, dengan kriteria 2. Tentukan penyebab keletihan (misalnya
kelemahan hasil: perawatan, nyeri, dan pengobatan).
1. Klien dapat 3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan
mengidentifikasi aktivitas sumber-sumber energi yang adekuat.
yang menimbulkan 4. Bantuk dengan aktivitas fisik teratur
kecemasan yang (misalnya ambulasi, berpindah, mengubah
mengakibatkan intoleran posisi, dan perawatan personal).
aktivitas 5. Kolaborsi pemberian pengobatan nyeri
2. Berpartisipasi dalam sebelum aktivitas apabila nyeri sebagai salah
aktivitas fisik yang satu faktor penyebab.
dibutuhkan dengan
peningkatan normal denyut
jantung
3. Mengungkapkan secara
verbal pemahaman dentang
kebutuhan oksigen, obat
atau peralayan yang dapat
meningkatkan toleransi
terhadap aktivitas
4. Menampilkan aktivitas
sehari-hari dengan
beberapa bantuan
Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan pasien, termasuk
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam reaksi fisik.
dengan ancaman diharapkan tingkat kecemasan 2. Kaji kemampuan pengambilan keputusan
kematian dirinya dapat berkurang, dengan pasien.
sendiri dan janin kriteria hasil: 3. Instruksikan klien untuk penggunaan teknik
1. Ansietas berkurang, relaksasi untuk mengontrol kecemasan
dibuktikan dengan tingkat 4. Beri dorongan kepada klien untuk
kecemasan yang hanya mengungkapkan secara verbal perasaan dan
ringan atau sedang dengan pikiran untuk mengeksternalisasikan ansietas.
selalu menunjukkan
pengendalian diri terhadap
ansietas, konsentrasi, dan
mekanisme koping.
2. Menunjukkan pengendalian
diri terhadap ansietas,
dibuktikan dengan
berkurang atau tidaknya
strategi koping untuk
situasi penuh tekanan,
pertahanan performa peran,
dan pemantauan distorsi
persepsi sensori.
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya:

14
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam tanda-tanda vital, penampilan luka, sekresi,
dengan trauma diharapkan tidak terjadi infeksi, penampilan urine, lesi kulit, keletihan, dan
jaringan dengan kriteria hasil: malaise).
1. Faktor resiko infeksi 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan
hilang, dibuktikan dengan kerentanan terhadap infeksi (mis, usia lanjut,
pengendalian resiko, luluh imun, dan malnutrisi)
keparahan infeksi, status 3. Pantau hasil laboratorium (darah lengkap,
imun, penyembuhan luka protein serum, dan albumin).
primer, dan penyembuhan 4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
luka sekunder. mengapa sakit dan resiko infeksi
5. Ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci
tangan yang benar
6. Ajarkan pasien dan keluarga dalam pengganti
pembalut perdarahan
7. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah
dipergunakan pasien
8. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik

4) Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik dengan
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Pada implementasi
keperawatan pasien dengan Abortus Inkomplit diharapkan adanya
perubahan status kesehatan pasien yang menjadi lebih baik sesuai dengan
kriteria hasil.
Sedangkan evaluasi keperawatan dilakukan setelah melakukan
implementasi keperawatan yang bertujuan untuk menilai sejauh mana
keefektifan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah diberikan.
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan abortus inkomplit bisa dilihat
dari setiap diagnosa keperawatan yang muncul menurut (Viviparitha,
2013), yaitu:
a. Evaluasi ada tidaknya infeksi akibat dari perdarahan yang dialami,
status imun yang meningkat, dan penyembuhan luka yang meningkat.
b. Evaluasi pengendalian nyeri akibat perdarahan, kualitas nyeri yang
dirasakan pasien, cara pencegahan da pengalihan nyeri yang dilakukan
klien.
c. Evaluasi kekurangan volume cairan dan keseimbangan asam basa dan
elektrolit klien.

15
d. Evaluasi aktivitas fisik klien, mengindentifikasi aktivitas yang
menimbulkan kecemasan klien, dan menampilkan aktivitas sehari-hari.
e. Evaluasi kecemasan yang berkurang pada klien dan pengendalian diri
terhadap kecemasan yang berhubungan dengan abortus

16
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

1) Skenario Kasus
Ny “A” berusia 30 tahun. Klien datang ke RSU masuk ke ruang
Ponek pada tanggal 5 Oktober 2020. Klien mengatakan hamil ±16 minggu
dan keluar darah diri jalan lahir sejak ± 3 minggu yang lalu. Awalnya sedikit
kemudian bertambah banyak sejak ± 1 minggu yang lalu klien merasakan
nyeri pada perut bagian bawah. Pada saat pengkajian mengalami perdarahan
pervagina sebanyak ±100cc. CRT <3 dtk. HPHT : 13-1-19 (20-09-19). Klien
mengatakan masih perdarahan, Klien menggunakan pembalut yang terdapat
darah, Klien tampak lemah. Tingkat kesadaran klien composmentis dengan
Glasgow coma scale (GCS) : 15 (E4V5M6). Klien tampak cemas dan gelisah,
wajah tampak meringis, Mengeluarkann banyak keringat dan pusat, Skala
nyeri 7 (0-10). Klien mengakatakan khawatir dengan kondisi yang dihadapi,
Klien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes militus, hipertiroid.
Klien memiliki riwayat pembedahan yaitu caesarea pada tahun 2015. Tanda
Vital: TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC,
BB : 68 kg, TB :150 cm. Klien mengeluh lemas, Klien mengatakan dapat
merubah posisi ditempat tidur,tetapi belum mampu untuk berjalan karena
klien mengalami keletihan. Klien mengalami kesulitan untuk tidur.Klien
semalam hanya tidur 4-5 jam saja. Klien mengatakan kehamilan yang
terencana, ekspresi wajah klien tampak meringis. Riwayat KB : suntik selama
3 tahun. Klien melaporkan nyeri pada abdomen bagian bawah. Klien tampak
tegang, gelisah, suara bergetar, merasa sedih, dan tidak menerima
kehilangan.Klien mengatakan tidak nyaman pada bagian vagina karena
terpasang pembalut yang lebab dipenuhi darah. Klien dibantu oleh keluarga
untuk melakukan perawatan diri seperti mandi, berpakaian, dan pergi ke
toilet. Kulit teraba dingin, elastic, dan tidak ada sianosis.Terdapat luka bekas
operasi pada bagian abdomen.Klien memiliki riwayat jatuh dari motor.Klien
mengalami perdarahan pervagia, darah yang keluar ± 100 cc, klien tampak
lemah.

17
2) Pengkajian

A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 30 Tahun Umur : 35 Tahun
Suku/Bangsa : Palembang Suku/Bangsa : Palembang
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : PNS
Alamat : Kertapati Alamat : Kertapati
Tanggal MRS : 27 April 2019 Pukul : 19.00
Tanggal Pengkajian : 28 April 2019
No.Register : 21220021
Ruangan : Ponek

B. RIWAYAT KESEHATAN
1.Keluhan utama
 Saat masuk RS : klien mengeluh keluar darah dari
jalan lahir sejak 3 minggu yang lalu
 Saat Pengkajian : klien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah disertai dengan perdarahan yang semakin banyak
sejak 1 minggu yang lalu
Masalah keperawatan: Nyeri Akut
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat Kehamilan
 HPHT : 13 Januari 2019
 Taksiran partus : 20 September 2019
 ANC
 Frekuensi : 4 kali
 Tempat : Puskesmas
 Keluhan :
Trimester I : Tidak Ada Keluhan
Trismester II : Adanya Perdarahan melalui jalan lahir
Trimester III : -
 Imunisasi : () Ada (- )Tidak Ada
Imunisasi minggu I : Tetanus
Imunisasi minggu II: Tetanus
18
b. Riwayat Persalinan
IBU
 Tanggal persalinan: - waktu : -
 Tempat Persalinan : - ditolong oleh : -
 Jenis Peralinan : (-) Spontan Presentasi kepala
(-) Vacum
(-) Forcep
(-) Operasi Sectio Cesarea
 Perdarahan : Jumlah 100cc
 Plasenta
Dilahirkan dengan : () Spontan
(-) Bantuan
 Keadaan plasenta : (-) lengkap
() Tidak lengkap
Sisa plasenta: () Ada (-)Tidak Ada
Ukuran diameter : 20 cm
Berat 350 gram
Kelainan : Abortus Inkomplit
 Ketuban
Warna : () Jernih (-)Keruh

Bau : (-) Ya ()Tidak

 Catatan waktu persalinan


Kala I :................Jam,.......................Menit
Kala II :................Jam,.......................Menit
Kala III :................Jam,.......................Menit
Kala IV :................Jam,.......................Menit

BAYI
 Jenis Kelamin : (-) laki-laki (-)Perempuan
 BBL :............ gram
 PB :............cm
 APGAR SCORE : 1 Menit ......... 5 Menit:.........
 Anus :( ) Ada ( )Tidak Ada
 Masa Gestrasi :  16 Minggu
 Cacat Bawaan : (-) Ada (-)Tidak
Ada
Masalah keperawatan:

19
3. Pengkajian Post Partum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaaran : Composmentis
c. Riwayat Keluarga Berencana: () Ya (-) Tidak
d. Jenis (Sebutkan) : KB suntik
e. Aspek Psikososial Kultural
a. Konsep Diri (fase taking in – taking on)
 Ideal diri: klien mengatakan ingin sembuh
 Gambaran diri: klien mengatakan ia menerima keadaannya
 Identitas diri: klien mengatakan dirinya perempuan
 Harga diri: klien mengatakan keluarganya masih menerima
keadaannya
 Peran diri: klien menyadari perannya sebagai istri
Keterangan (Jelaskan):
 Fase taking in: klien merasakan nyeri dan tidak nyaman akibat
dari perdarahan yang dialaminya saat ini
 Fase taking on: klien masih belum menerima keadaan yang
dialaminya saat ini
 Letting go : klien merasa kehilangan akan anaknya
Masalah keperawatan: berduka/kecemasan
b. Penerimaan bayi oleh:
 Ibu: klien sangat menunggu kelahiran anaknya
 Suami, keluarga dan lingkungan: suami dan keluarga klien
sangat senang dengan kehamilannya saat ini
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah
c. Pengalaman melahirkan dan perawatan anak sebelumnya (letting
go): klien mampu meneruma tanggung jawab dan perannya sebagai
ibu
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah
d. Koping terhadap masalah: klien mengatakan khawatir dengan
kondisi yang dihadapinya saat ini
Masalah keperawatan: Ansietas
e. Faktor Sosial dan Keterikatan kekeluargaan
 Tipe keluarga: Keluarga Inti
 Hubungan pasien dengan kepala keluarga: Baik
 Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga: musyawarah
 Kegiatan yang dilakukan dimasyarakat: klien mengatakan sering
mengikuti kegiatan di masyarakat seperti pengajian dan kerja
bakti

20
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah
f. Faktor nilai budaya dan gaya hidup
 Bahasa yang digunakan: bahasa daerah palembang
 Kebiasaan membersihkan diri: saat ini klien dibantu oleh
keluarga untuk melakukan perawatan diri
 Kebiasaan makan: klien biasanya makan 3 kali sehari
 Makan pantangan yang berkaitan dengan kondisi sakit: tidak ada
 Sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan: televisi dan handphone
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah
g. Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari: klien
mengatakan kondisinya saat ini membuat dirinya tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari
h. Faktor ekonomi
 Sumber biaya pengobatan: mandiri
i. Faktor pendidikan
 Tingkat pendidikan keluarga: Sarjana
 Jenis pendidikan: Sarjana Pendidikan

f. Aspek Psikospiritual
Komponen mental, emosional dan spiritual :
 Konsep diri : klien mengetahui kondisinya saat ini yang tidak
sehat dan berharap untuk segera sembuh
 Kepuasan sexualitas : baik
 Praktek keagamaan: klien dan suami sering beribadah secara
berjamaah
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah

g. Kebutuhan Dasar Khusus


1) Pola Nutrisi
 Frekuensi makan:
 Nafsu makan : () baik (-) tidak nafsu makan, alasan: -
 Jenis makanan rumah : Nasi dan Lauk Pauk
 Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: Tidak Ada

2) Pola Eliminasi:
Pola Personal Hygiene :klien saat ini melakukan perawatan diri
dibantu oleh keluarga
Pola Istirahat dan Tidur : klien mengeluh susah tidur
Pola aktifitas dan latihan : klien mengeluh belum mampu untuk
berjalan karena keletihan
Masalah keperawatan: Intoleransi Aktivitas

4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 90/70 mmHg

21
 Denyut Nadi : 80 x/mnt
 Pernafasan : 22 x/mnt
 Suhu : 36oC
 BB Hamil : 65 Kg
BB sekarang : 68 Kg
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah
a) Wajah
Oedema : (-) Ada () Tidak Ada
Konjungtiva : () Anemis (-) Tidak Anemis
Sklera : () Tidak Ikterik (-) Ikterik
b) Leher
Pembesaran Kelenjar Tiroid : (-) Ada () Tidak Ada
c) Dada
- Payudara
Kesan Umum : Tidak ada masalah
Bentuk Payudara : () Simetris (-) Tidak Simetris
Puting Susu : () Menonjol (-) Tidak Menonjol
Hiperpigmentasi : () Ya (-) Tidak
Colostrum : (-) Keluar () Tidak Keluar
Kebersihan : () Cukup (-) Kurang
Kelainan : (-) Payudara bengkak
(-) Puting susu lecet
(-) Peradangan payudara (mastitis)
(-) lain-lain
Data Tambahan : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
d) Abdomen
Bekas Luka/Operasi : () Ada (-) Tidak Ada
Keadaan Luka Operasi : () Kering (-) Basah
(-) Ada Pus () Tidak Ada Pus
Striae Gravidarum : () Ada (-) Tidak Ada

22
Palpasi Uterus
Tinggi Fundus Uteri : 11 cm
Kontraksi Uterus : (-) Baik () Jelek
Konsistensi uterus : (-) Keras () lembut
Diastasis Rectus Abdominis : Tidak Ada
Ukuran : 1cm dibawah umbilikus
Auskultasi abdomen
Bising usus : () < 15 x/mnt (-)> 15 x/mnt
Data Tambahan : Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah

e) Genatalia
- Vulva dan vagina
Varises : (-) Ada ()Tidak Ada
Luka : (-) Ada ()Tidak Ada
Kemerahan : (-) Ada ()Tidak Ada
Nyeri : () Ya (-)Tidak
Kebersihan : () Cukup (-)Kurang
- Perineum
Bekas luka/luka parut : (-) Ada ()Tidak Ada
- Keadaan luka operasi : (-) Kering (-) Basah
(-) Ada Pus (-) Tidak ada Pus
- Lain-Lain : Tidak Ada
- REEDA Sign : Tidak Ada
Keadaan : terdapat perdarahan pervaginam
Kebersihan : Cukup
- Lochea
Jenis Lochea : Rubra
Warna : Merah segar
Jumlah :  100 cc
Sifat Pengeluaran : (-) Menetes () Merembes
Bau : () Amis (-) Busuk
Data Tambahan : Klien tampak lemah dan mengatakan
tidak nyaman pada bagian vagina karena
terpasang pembalut yang lembab dipenuhi
darah, klien juga mengeluh nyeri pada
abdomen bagian bawah
Masalah keperawatan : Resiko Infeksi

f) Eliminasi
Berapa jam setelah postpartum
BAB :
- Frekuensi : 1 x/hari
- Konsistensi : Lembek
- Warna : Kecoklatan
- Keluhan : Tidak Ada

23
- Hemoroid : (-) Ya () Tidak
BAK
- Frekuensi : 8 kali/hari
- Warna : Jernih
- Keluhan : Tidak Ada Keluhan
Data Tambahan : Klien mengalami perdarahan pervaginam
dengan jumlah darah yang keluar  100 cc,
klien tampak lemah, banyak mengeluarkan
keringat, klien merasa keletihan.
Masalah keperawatan :Kekurangan Volume Cairan

g) Ekstermitas
Oedema tangan / jari : (-) Ada ()Tidak Ada
Oedema Kaki : (-) Ada ()Tidak Ada
Varises Tungkai : (-) Ada ()Tidak Ada
Tromboplebitis : (-) Ada ()Tidak Ada
Data Tambahan : Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin : Hb : 11,3 mg/dl
Gula Darah Sewaktu : 102 mg/dl
Kimia darah : HbsAg : Negatif
Data Tambahan : Tidak Ada
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah

3) Analisa Data
Data Etiologi Problem
DS: Perdarahan Pervaginam Nyeri Akut
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir 
sejak 3 minggu yang lalu. Hasil konsepsi terlepas dari
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak uterus
sejak seminggu yang lalu 
-klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah Abortus Inkomplit
DO: 
- Pengkajian Nyeri Hasil konsepsi keluar
P: adanya perdarahan pervaginam 
Q: nyeri hilang timbul Kontraksi uterus
R: nyeri di abdomen bagian bawah 
S: Skala Nyeri 7 Nyeri pada abdomen bagian
T: nyeri terasa ketika perdarahan keluar bawah
- klien mengalami perdarahan pervagina 
sebanyak ±100cc Nyeri
- klien tampak lemah 
- kesadaran komposmentis Nyeri Akut

24
- tingkat kesadaran GCS 15 (E4V5M6)
- wajah klien tampak meringis
- klien tampak banyak mengeluarkan keringat
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit,
RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB
:150 cm.
DS: Abortus Inkomplit
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir 
sejak 3 minggu yang lalu. Hasil Konsepsi Keluar
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak 
sejak seminggu yang lalu Perdarahan
-klien mengatakan masih perdarahan dan klien 
menggunakan pembalut terdapat darah Kekurangan Volume Cairan
-klien mengatakan tidak nyaman pada bagian
vagina karena terpasang pembalut yang
lembab dipenuhi darah
DO:
Kekurangan Volume
- klien mengalami perdarahan pervagina Cairan
sebanyak ±100cc
- klien tampak lemah
- kesadaran komposmentis
- klien tampak banyak mengeluarkan keringat
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit,
RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB
:150 cm.
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl,
Gula darah sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg :
Negatif
DS: Abortus Inkomplit
-klien mengatakan dapat merubah posisi ditempat 
tidur retapi belum mampu untuk berjalan Hasil konsepsi keluar
karena klien mengalami keletihan 
-klien mengatakan dibantu oleh keluarga untuk Perdarahan
perawatan diri, seperti mandi, berpakaian, 
dan toilet. Kontraksi Uterus
DO: 
- klien tampak lemah Kesulitan untuk beraktivitas Intoleransi Aktivitas
- kesadaran komposmentis 
- Klien tampak cemas dan gelisah Intoleransi Aktivitas
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit,
RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB
:150 cm.
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl,
Gula darah sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg :
Negatif
DS: Perdarahan pervaginam Ansietas
-klien mengatakan mengalami sulit untuk tidur 
-klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang Hasil konsepsi terlepas dari
dihadapi uterus
DO: 
- klien tampak lemah Abortus Inkomplit
- kesadaran komposmentis 
- Klien tampak cemas dan gelisah Merasa kehilangan

- klien tampak banyak mengeluarkan keringat

25
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, Cemas
RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB 
:150 cm. Ansietas
- klien tampak tegang, gelisah, suara bergetas,
merasa sedih, dan tidak menerima kehilangan
DS: Abortus Inkomplit
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir 
sejak 3 minggu yang lalu. Hasil konsepsi keluar
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak 
sejak seminggu yang lalu Perdarahan
-klien mengeluh tidak nyaman pada bagian vagina 
karena terpasang pembalut yang lembab Resiko Infeksi
dipenuhi darah
DO: Resiko Infeksi
- klien mengalami perdarahan pervaginam 
100 cc
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit,
RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB
:150 cm.
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl,
Gula darah sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg :
Negatif

4) Masalah Keperawatan
- Nyeri Akut
- Kekurangan Volume Cairan
- Intoleransi Aktivitas
- Ansietas
- Resiko Infeksi
5) Prioritas Masalah
- Nyeri Akut
- Kekurangan Volume Cairan
- Ansietas
- Intoleransi Aktivitas
- Resiko Infeksi
6) Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis
- Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
- Ansietas berhubungan dengan Ancaman pada Status terkini
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Tirah Baring
- Resiko Infeksi berhubungan dengan Trauma Jaringan

26
7) Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis, ditandai dengan: Label: Tingkat Nyeri Label: Manajemen Nyeri
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 minggu selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat Aktivitas-Aktivitas
yang lalu. berkurang, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak sejak seminggu - Memperlihatkan pengendalian nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
yang lalu (mampu mengenali awitan nyeri, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor
-klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah menggunakan tindakan pencegahan, pencetus nyeri.
DO: melaporkan nyeri dapat dikendalikan. 2. Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan.
- Pengkajian Nyeri - Menunjukkan tingkat nyeri (dibuktikan 3. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
P: adanya perdarahan pervaginam dengan ekspresi wajah, gelisah atau nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
Q: nyeri hilang timbul ketegangan otot, durasi nyeri. ketidaknyamanan akibat prosedur.
R: nyeri di abdomen bagian bawah 4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis
S: Skala Nyeri 7 (misalnya, umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi,
T: nyeri terasa ketika perdarahan keluar imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
- klien mengalami perdarahan pervagina sebanyak ±100cc kompres hangat atau dingin, dan bersamaan dengan
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain).
- kesadaran komposmentis 5. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
- wajah klien tampak meringis pemberian analgetik.
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22
x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm.
Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif, Label: Keseimbangan Cairan Label: Manajemen Cairan
ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
DS: selama 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan Aktivitas-aktivitas
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 minggu cairan dapat tercukupi, dengan kriteria 1. Pantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan
yang lalu. hasil: cairan
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak sejak seminggu - Kekurangan volume cairan teratasi 2. Pantau perdarahan (misalnya periksa semua sekret
yang lalu dibuktikan dengan keseimbangan dari adanya darah nyata atau darah samar)
-klien mengatakan masih perdarahan dan klien menggunakan cairan dan elektrolit dalam jumlah 3. Identifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap
pembalut terdapat darah yang adekuat, dan status nutrisi atau bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat-
-klien mengatakan tidak nyaman pada bagian vagina karena asupan makanan dan cairan yang obatan, demam, stress, program pengobatan)

27
terpasang pembalut yang lembab dipenuhi darah adekuat. 4. Tingkatkan asupan oral
DO: 5. Pantau status hidrasi (mis, kelembapan membrane
- klien mengalami perdarahan pervagina sebanyak ±100cc mukosa, keadekuatan nadi, tekanan darah)
- klien tampak lemah 6. Timbang berat badan setuap hari dan pantau
kecenderungannya
- kesadaran komposmentis 7. Anjurkan pasien untuk menginformasikan perawat
- klien tampak banyak mengeluarkan keringat bila haus
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 8. Kolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program
x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm.
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl, Gula darah
sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg : Negatif
Ansietas b.d Ancaman pada status terkini, ditandai dengan: Label: Tingkat Kecemasan Label: Pengurangan Kecemasan
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
-klien mengatakan mengalami sulit untuk tidur selama 3x24 jam diharapkan tingkat Aktivitas-aktivitas
-klien mengatakan khawatir dengan kondisi yang dihadapi kecemasan dapat berkurang, dengan 1. Kaji tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi
DO: kriteria hasil: fisik.
- klien tampak lemah - Ansietas berkurang, dibuktikan dengan 2. Kaji kemampuan pengambilan keputusan pasien.
- kesadaran komposmentis tingkat kecemasan yang hanya ringan 3. Instruksikan klien untuk penggunaan teknik
atau sedang dengan selalu relaksasi untuk mengontrol kecemasan
- Klien tampak cemas dan gelisah 4. Beri dorongan kepada klien untuk mengungkapkan
menunjukkan pengendalian diri
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 terhadap ansietas, konsentrasi, dan secara verbal perasaan dan pikiran untuk
x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm. mekanisme koping. mengeksternalisasikan ansietas.
- klien tampak tegang, gelisah, suara bergetas, merasa sedih,- Menunjukkan pengendalian diri
dan tidak menerima kehilangan terhadap ansietas, dibuktikan dengan
berkurang atau tidaknya strategi koping
untuk situasi penuh tekanan,
pertahanan performa peran, dan
pemantauan distorsi persepsi sensori.
Intoleransi Aktivitas b.d Tirah Baring ditandai dengan: Label: Toleransi terhadap Aktivitas Label:Manajemen Energi
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
-klien mengatakan dapat merubah posisi ditempat tidur tetapi selama 3x24 jam diharapkan aktivitas Aktivitas-Aktivitas
belum mampu untuk berjalan karena klien mengalami dapat kembali normal, dengan kriteria 1. Kaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari
keletihan hasil: tempat tidur, berdiri, ambulasi, toiletting, dan

28
-klien mengatakan dibantu oleh keluarga untuk perawatan diri, - Klien dapat mengidentifikasi aktivitas melakukan aktivitas sehari-hari
seperti mandi, berpakaian, dan toilet. yang menimbulkan kecemasan yang 2. Tentukan penyebab keletihan (misalnya perawatan,
DO: mengakibatkan intoleran aktivitas nyeri, dan pengobatan).
- klien tampak lemah - Berpartisipasi dalam aktivitas fisik 3. Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-
- kesadaran komposmentis yang dibutuhkan dengan peningkatan sumber energi yang adekuat.
normal denyut jantung 4. Bantuk dengan aktivitas fisik teratur (misalnya
- klien tampak banyak mengeluarkan keringat ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 - Mengungkapkan secara verbal
perawatan personal).
x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm. pemahaman dentang kebutuhan 5. Kolaborasi pemberian pengobatan nyeri sebelum
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl, Gula darah oksigen, obat atau peralayan yang aktivitas apabila nyeri sebagai salah satu faktor
sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg : Negatif dapat meningkatkan toleransi terhadap penyebab.
aktivitas
- Menampilkan aktivitas sehari-hari
dengan beberapa bantuan
Resiko Infeksi b.d Trauma Jaringan, ditandai dengan: Label: Keparahan Infeksi Label : Kontrol Infeksi
DS: Setelah dilakukan tindakan keperawatan
-klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir sejak 3 minggu selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi Aktivitas-aktivitas
yang lalu. infeksi, dengan kriteria hasil: 1. Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya: tanda-
-klien mengatakan keluar darah semakin banyak sejak seminggu - Faktor resiko infeksi hilang, dibuktikan tanda vital, penampilan luka, sekresi, penampilan
yang lalu dengan pengendalian resiko, keparahan urine, lesi kulit, keletihan, dan malaise).
-klien mengeluh tidak nyaman pada bagian vagina karena infeksi, status imun, penyembuhan luka 2. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan
terpasang pembalut yang lembab dipenuhi darah primer, dan penyembuhan luka terhadap infeksi (mis, usia lanjut, luluh imun, dan
DO: sekunder. malnutrisi)
- klien mengalami perdarahan pervaginam  100 cc 3. Pantau hasil laboratorium (darah lengkap, protein
- TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 serum, dan albumin).
x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm. 4. Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit
dan resiko infeksi
- data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl, Gula darah 5. Ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci tangan
sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg : Negatif yang benar
6. Ajarkan pasien dan keluarga dalam pengganti
pembalut perdarahan
7. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah
dipergunakan pasien
8. Kolaborasi pemberian terapi antibiotik

29
8) Implementasi Keperawatan
Diagnosa Tanggal/ Tindakan Respon Ttd
Keperawatan Waktu Keperawatan
Nyeri Akut b.d Agen Cedera 29 April 2019/ Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif Pengkajian Nyeri
Biologis 14.00 WIB meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: adanya perdarahan pervaginam
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor Q: nyeri terasa seperti tertekan
pencetus nyeri. R: nyeri di abdomen bagian bawah
S: Skala Nyeri 7
T: nyeri terasa ketika perdarahan keluar
Mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian bawah

Memberikan informasi tentang nyeri, seperti Klien mengatakan memahami tentang penyebab nyeri
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan dialami dikarenakan adanya perdarahan melalui jalan lahir
antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur.

Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis Klien mengatakan mengerti dan memahami teknik relaksasi
(misalnya, umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi, dan distraksi yang dapat dilakukan ketika nyeri terjadi
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
kompres hangat atau dingin, dan bersamaan dengan
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain)

Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam Klien diberikan obat analgesik berupa asam mefenamat
pemberian analgetik. 3x500mg

30 April 2019 Melakukan pengkajian nyeri yang komprehensif Pengkajian Nyeri


09.00 WIB meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, P: adanya perdarahan pervaginam
kualitas, intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor Q: nyeri terasa seperti tertekan
pencetus nyeri. R: nyeri di abdomen bagian bawah
S: Skala Nyeri 4

30
T: nyeri terasa ketika perdarahan keluar
Mengobservasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan. Klien mengeluh nyeri terasa hilang timbul

Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis Klien mampu mempraktikkan cara teknik relaksasi nafas
(misalnya, umpan balik biologis, hypnosis, relaksasi, dalam secara mandiri
imajinasi terbimbing, terapi musik, distraksi,
kompres hangat atau dingin, dan bersamaan dengan
penggunaan tindakan peredaan nyeri yang lain)

Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam Klien diberikan obat analgesik berupa asam mefenamat
pemberian analgetik. 3x500mg

31 April 2019 Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif Klien mengatakan sudah tidak mengalami nyeri dan
10.00 WIB perdarahan sudah berhenti
Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam Klien diberikan obat analgesik berupa asam mefenamat
pemberian analgetik. 3x500mg
Kekurangan Volume Cairan b.d 29 April 2019/ Memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan Warna perdarahan merah segar, dengan jumlah  100
Kehilangan Cairan Aktif 09.00 WIB cairan cc, perdarahan terasa merembes seperti BAK
Memantau perdarahan (misalnya periksa semua Perdarahan berwarna merah segar dengan adanya
sekret dari adanya darah nyata atau darah samar) gumpalan darah dan berbau amis
Mengidentifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap Klien mengalami stress yang ditandai dengan khawatir
bertambah buruknya dehidrasi (misalnya obat- dan merasa kehilangan disertai dengan kurang tidur
obatan, demam, stress, program pengobatan)
Meningkatkan asupan oral Klien mengatakan telah minum air sebanyak 8
gelas/hari
Memantau status hidrasi (mis, kelembapan Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab, klien masih
membrane mukosa, keadekuatan nadi, tekanan tampak lemah
darah)
BB sblm sakit :70 kg
Menimbang berat badan setuap hari dan pantau BB saat sakit : 68 kg
kecenderungannya
Menganjurkan pasien untuk menginformasikan Klien mengatakan mengerti dan belum merasakan
perawat bila haus kehausan
Berkolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program Klien terpasang infus RL 500 ml

31
30 April 2019/
08.00 WIB Memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan Warna perdarahan merah segar, dengan jumlah  50 cc,
cairan perdarahan terasa merembes seperti BAK
Perdarahan berwarna merah kehitaman dengan adanya
Memantau perdarahan (misalnya periksa semua gumpalan darah dan berbau amis
sekret dari adanya darah nyata atau darah samar) BB sblm sakit :70 kg
Menimbang berat badan setuap hari dan pantau BB saat sakit : 69 kg
kecenderungannya Klien terpasang infus RL 500 ml
Berkolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program
Perdarahan pervaginam telah berhenti
31 April 2019/ Memantau warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan
09.00 WIB cairan BB sblm sakit :70 kg
Menimbang berat badan setuap hari dan pantau BB saat sakit : 69 kg
kecenderungannya Klien terpasang infus RL 500 ml
Berkolaborasi pemberian terapi IV, sesuai program
Ansietas b.d Ancaman pada 29 April 2019 Mengkaji tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi Klien mengalami kecemasan sedang disertai dengan
status terkini 10.00 WIB fisik. reaksi fisik seperti cemas, gelisah, dan tidak dapat tidur.

Mengkaji kemampuan pengambilan keputusan Klien mampu mengambil keputusan sederhana


pasien.

Menginstruksikan klien untuk penggunaan teknik Klien mengatakan mengerti dan mampu
relaksasi untuk mengontrol kecemasan mempraktekkan teknik relaksasi jika perasaan cemas
terjadi
Memberi dorongan kepada klien untuk Klien mengeluh cemas dan khawatir akan kondisinya
mengungkapkan secara verbal perasaan dan pikiran saat ini dan merasa kehilangan pada kehamilannya saat
untuk mengeksternalisasikan ansietas. ini

30 April 2019/ Mengkaji tingkat kecemasan pasien, termasuk reaksi Klien mengatakan dirinya lebih tenang dan menerima
13.00 WIB fisik. kondisinya saat ini
Menginstruksikan klien untuk penggunaan teknik Klien mampu mempraktikkan secara mandiri teknik
relaksasi untuk mengontrol kecemasan relaksasi napas dalam

32
Intoleransi Aktivitas b.d Tirah 29April 2019/ Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah Klien melakukan aktivitas sehari-hari seperti berdiri,
Baring 10.00 WIB dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, toiletting, dan berjalan, berpindah tempat tidur, berganti pakaian, dan
melakukan aktivitas sehari-hari toiletting dibantu oleh keluarga

Menentukan penyebab keletihan (misalnya Klien mengalami keletihan dan kelemahan akibat
perawatan, nyeri, dan pengobatan). adanya nyeri dari perdarahan pervaginam

Memantau asupan nutrisi untuk memastikan Klien mendapatkan asupa nutrisi yang adekuat baik
sumber-sumber energi yang adekuat. secara oral maupun intravena
Membantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya Klien mengeluh masih membutuhkan bantuan saat
ambulasi, berpindah, mengubah posisi, dan melakukan aktivitas teratur seperti mengubah posisi di
perawatan personal). tempat tidur dan perawatan diri

Berkolaborsi pemberian pengobatan nyeri sebelum Klien diberikan pengobatan analgesik asam mefenamat
aktivitas apabila nyeri sebagai salah satu faktor untuk mengurangi nyeri abdomen bawah akibat dari
penyebab. perdarahan pervaginam

30April 2019/ Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah Klien mampu berpindah dari tempat tidur, berpakaian
14.00 WIB dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, toiletting, dan secara mandiri, namun masih membutuhkan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari untuk toiletting
Memantau asupan nutrisi untuk memastikan Klien mendapatkan asupa nutrisi yang adekuat baik
sumber-sumber energi yang adekuat. secara oral maupun intravena
Berkolaborsi pemberian pengobatan nyeri sebelum Klien diberikan pengobatan analgesik asam mefenamat
aktivitas apabila nyeri sebagai salah satu faktor untuk mengurangi nyeri abdomen bawah akibat dari
penyebab. perdarahan pervaginam

31April 2019/ Mengkaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah Klien mampu beraktivitas secara mandiri namun
17.00 WIB dari tempat tidur, berdiri, ambulasi, toiletting, dan bertahap
melakukan aktivitas sehari-hari
Resiko Infeksi b.d Trauma 29April 2019/ Memantau tanda dan gejala infeksi (misalnya: TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22
Jaringan 13.00WIB tanda-tanda vital, penampilan luka, sekresi, x/menit, Suhu : 36ºC. Klien mengalami keletihan,
penampilan urine, lesi kulit, keletihan, dan malaise). masih mengalami perdarahan pervaginam, tidak ada
lesi pada bagian kulit vagina
Mengkaji faktor yang dapat meningkatkan Klien tidak memiliki faktor yang dapat meningkatkan

33
kerentanan terhadap infeksi (mis, usia lanjut, luluh kerentanan terhadap infeksi dibuktikan dengan usia 30
imun, dan malnutrisi) tahun, hasil data laboratorium dalam rentang normal

Memantau hasil laboratorium (darah lengkap, data laboratorium: Hemoglobin : 11,3 mg/dl, Gula
protein serum, dan albumin). darah sewaktu : 102 mg/dl, HbsAg : Negatif

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa klien dan keluarga tampak mengerti dan memahami
sakit dan resiko infeksi yang dijelaskan oleh perawat

Mengajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci klien dan keluarga mampu mempraktikkan cara
tangan yang benar mencuci tangan yang benar

Mengajarkan pasien dan keluarga dalam pengganti klien dan keluarga mengerti cara penggantian pembalut
pembalut perdarahan jika sudah terasa tidak nyaman dan lembab karena
banyaknya darah yang keluar
Membersihkan lingkungan dengan benar setelah lingkungan klien bersih dan tidak ada yang beresiko
dipergunakan pasien untuk menimbulkan infeksi

Berkolaborasi pemberian terapi antibiotik klien diberikan terapi antibiotik obat cefadroxil 3x
500mg
30April 2019/ Memantau tanda dan gejala infeksi (misalnya: TTV : TD : 110/70 Mmhg, Nadi : 90 x/menit, RR : 22
09.00 WIB tanda-tanda vital, penampilan luka, sekresi, x/menit, Suhu : 37ºC.
penampilan urine, lesi kulit, keletihan, dan malaise). Tidak ada perdarahan, tidak ada lesi pada kulit vagina

Memantau hasil laboratorium (darah lengkap, Hasil laboratorium berada dalam batas normal
protein serum, dan albumin). Hemoglobin : 12,4 mg/dl

Berkolaborasi pemberian terapi antibiotik klien diberikan terapi antibiotik obat cefadroxil 3x
500mg

34
9) Evaluasi Keperawatan
Tanggal/ Diagnosa Evaluasi TTD
Waktu Keperawatan
31 April 2019/ Nyeri Akut b.d S:
19.00 Agen Cedera Klien mengatakan tidak ada nyeri yang dirasakan dan perdarahan
Biologis pervaginam telah berhenti
O:
Klien tampak tenang
Wajah klien tampak segar
TTV : TD : 110/70 Mmhg, Nadi : 90 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu :
37ºC.
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi Dihentikan
31 April 2019/ Kekurangan S:
19.00 Volume Cairan Klien mengatakan tidak ada lagi perdarahan melalui jalan lahir
b.d Kehilangan O:
Cairan Aktif Klien tampak segar
Turgot kulit elastis
Mukosa bibir lembab
Tanda-Tanda Vital dalam batas normal
A:
Masalah Teratasi
P:
Intervensi dihentikan
30 April 2019/ Ansietas b.d S:
19.00 Klien mengatakan sudah menerima dengan kondisinya saat ini
Ancaman pada
O:
status terkini Klien tampak tenang
Wajah klien tampak segar
Klien mampu mengontrol kecemasan dengan teknik relaksasi apabila
kecemasan terjadi
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
31 April 2019/ Intoleransi S:
19.00 Aktivitas b.d Klien mengatakan sudah bisa beraktivitas secara mandiri namun
Tirah Baring bertahap
O:
Klien tampak segar
Perawatan diri klien dilakukan secara mandiri
Klien mampu berjalan tanpa bantuan
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan
30 April 2019/ Resiko Infeksi S:
19.00 b.d Trauma Klien mengatakan mengerti dan memahami cara pencegahan terjadinya
Jaringan infeksi
O:
Klien dan keluarga tampak mengerti dan mampu mempraktikkan cara
mencuci tangan yang benar
Klien dan keluarga mampu mempraktikkan cara mengganti pembalut
perdarahan

35
Tanda-Tanda vital dalam batas normal
Tidak ada lesi pada bagian genitalia
Hasil data laboratorium dalam batas normal
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi dihentikan

10) Discharge Planning


Berdasarkan evaluasi hasil yang telah dilakukan, didapatkan bahwa Ny.A
diperbolehkan untuk pulang sesuai dengan instruksi dokter. Sehingga
penulis memberikan discharge planning kepada ibu dan keluarga pada
tanggal 31 April 2019 diantaranya yaitu:
- Menganjurkan klien banyak beristirahat-berbaring
- Memberikan penjelasan kepada ibu tentang pentingnya makanan yang
bergizi dan olahraga secara teratur
- Memberikan penjelasan kepada ibu tentang tanda-tanda perdarahan
- Menganjurkan pada orang tua untuk melakukan kontrol kesehatan
sesuai dengan instruksi dokter.

36
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pada bab ini akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan asuhan
keperawatan dengan skenario kasus Ny. A dengan Abortus Inkomplit. Pada
pembahasan difokuskan terutapa pada riwayat keperawatan, hasil
pemeriksaan, perumusan masalah, rencana keperawatan pelaksanaan serta
evaluasi terkait dengan keluhan-keluhan yang dirasakan.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 28 April 2019 pukul
09.00 WIB. Ketika dikaji klien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah,
terdapat perdarahan berwarna merah segar, dan disertai dengan bau amis.
Nyeri yang dialami Ny. A diakibatkan dari kontraksi uterus. Sebagian
besar ibu hamil mengalami nyeri selama terjadinya perdarahan pervaginal
dengan intensitas yang moderate (nyeri sedang) (Martin, 2014).
Pada kasus abortus yang dialami oleh Ny.A termasuk mengalami
perdarahan yang hebat, seperti yang dijelaskan oleh (Winkjosastro, 2006)
Perdarahan pada abortus inkomplit dapat banyak sekali sehingga
menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan dengan tingkat keparahan nyeri yang meningkat
akibat disertai adanya kram uterus.
Pada hasil anamnesa, klien mengatakan pernah mengalami jatuh
dari motor selama masa kehamilan sehingga dapat dipertimbangkan
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya abortus. Pada pengkajian
didapatkan bahwa Ny. A berusia 30 tahun, dengan usia kehamilan  16
minggu mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 3 minggu yang lalu,
klien mengatakan awal terjadinya perdarahan keluar sedikit namun lama
kelamaan bertambah banyak sejak seminggu yang lalu. Klien juga
merasakan nyeri pada perut bagian bawah. Hal ini sejalan dengan teori
(Wiknjosastro, 2006) yang menyatakan salah satu faktor penyebab
terjadinya abortus inkomplit dikarenakan adanya pengaruh dari luar

37
seperti pengaruh lingkungan yang dapat memicu terjadinya pelepasan
hasil konsepsi secara tidak sempurna.
Pada kasus abortus Ny.A diperlukan melakukan pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan USG, berdasarkan pendapat yang
dikemukakan oleh (Taufan, 2010) menyatakan bahwa pemeriksaan USG
dilakukan selain untuk mengetahui apakah janin masih hidup,
pemeriksaan USG juga dapat mengetahui apakah masih ada hasil
konsepsi atau plasenta yang masih tertinggal didalam uterus sehingga
dapat dilakukan tindakan selanjutnya untuk meminimalisir perdarahan.
Pada hasil pemeriksaan darah ditemukan bahwa hemoglobin
diperoleh hasil 11,3 gr/dl dengan rentang normal 11,5 g/dl – 16,5 g/dl
sehingga menunjukkan bahwa Ny.A mengalami anemia ringan akibat dari
perdarahan pervaginam yang dialaminya.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan prioritas
masalah keperawatan. Diagnosa prioritas adalah Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologis (kontraksi uterus). Faktor yang berhubungan
dengan kontraksi uterus karena berdasarkan teori menurut (Fraser, 2009)
yang mengatakan bahwa kontraksi uterus akan menyebabkan keluarnya
isi yang ada di dala rahim, sehingga kemungkinan terjadinya abortus yang
tidak dapat dihindari. Akibat dari kontraksi uterus menurut (Martin, 2014)
adalah dapat menghasilkan penutupan banyak pembuluh darah yang
berada didalam celah uterus menyebabkan banyak kehilangan darah.
Prioritas masalah diangkat berdasarkan keluhan utama yang
dirasakan pasien saat dikaji yaitu, klien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah. Batasan karateristik untuk megegakkan diagnosis nyeri akut
meliputi gejala subjektif dan objektif. Pada gejala subjektif, klien
mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, dengan nyeri hilang timbul,
skala 7, akibat adanya kontraksi uterus. Klien mengatakan masih
mengalami perdarahan  100 cc. Gejala objektif yaitu hasil TTV : TD :
90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC, klien
tampak meringis. Hal ini sejalan dengan pendapat (Martin, 2014) bahwa

38
sebagian besar wanita mengalami nyeri selama kontraksi uterus. Derajat
nyeri yang dialami akibat abortus dapat dikategorikan dalam nyeri sedang
(moderate).
Pada diagnosa selanjutnya kekurangan volume cairan berhubugan
perdarahan yang ditandai dengan data subjektif, klien mengatakan
mengalami perdarahan sejak 4 minggu yang lalu, data objektif didapatkan
selama pengkajian yaitu klien tampak lemah dan keletihan, klien banyak
mengeluarkan keringat, TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR :
22 x/menit, Suhu : 36ºC, dan klien mengalami perdarahan pervaginam
sebanyak  100 cc. Pada diagnosa ini apabila tidak segera ditangani dapat
menimbulkan resiko syok akibat perdarahan yang keluar secara terus
menerus.
Pada diagnosa selanjutnya yaitu ansietas berhubungan dengan
ancaman pada status terkini, dengan batasan karateristik didapatkan hasil
pengkajian, klien melaporkan perasaan cemas dan khawatir secara verbal.
Pada perilaku klien menunjukkan penurunan produktivitas, gelisah, sulit
tidur, afektif (klien merasa kehilangan, khawatir, gelisah), fisiologis
(wajah tegang, peningkatan keringat, suara bergetar).
Pada diagnosa selanjutnya intoleransi aktivitas berhubungan
dengan tirah baring/ keletihan didapatkan data subjektif, klien
mengatakan tidak mampu beraktivitas secara mandiri dan melakukan
perawatan diri dibantu oleh keluarga. Data objektif didapatkan hasil
pengkajian yaitu Tekanan darah dibawah rentang normal yaitu TD : 90/70
mmHg.
3. Analisa Intervensi Keperawatan dengan Penelitian Terkait
Adapun beberapa intervensi keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan klien Ny. A yaitu:
a. Pada diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis
dapat dilakukan salah satu intervensi keperawatan yaitu mengajarkan
teknik non farmakologi seperti relaksasi nafas dalam. hal ini
diperkuat dengan hasil penelitian yang diakukan oleh (Sari, 2019)
yang menyatakan bahwa pada pasien dengan perdarahan pervaginam

39
dapat diajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan
intensitas nyeri yang dilaporkan. Teknik relaksasi nafas dalam
merupakan bentuk asuhan keperawtan yang berguna untuk
menurunkan intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Pada diagnosa kekurangan volume cairan dapat dilakukan intervensi
keperawatan sesuai dengan teori Self Care Orem yang dikemukakan
oleh (Rahayu, 2018) berupa pengkajian terkait dengan riwayat
perdarahan, durasi, jumlah, warna, dan karateristik perdarahan,
mengukur tanda-tanda vital, mengkaji kontraksi uterus, mendeteksi
adanya tanda-tanda syok, dan menganjutkan klien untuk rehidrasi
oral dengan minum yan cukup terdiri dari teh manis dan hangat,
cairan yang mencandung elektrolit dan air putih, memancau balance
cairan, memantau kepatenan akses cairan intravena, memantau nilai
laboratorium.
c. Kecemasan pada ibu hamil memiliki respon abortus yang sangat
beragam, ada yang menunjukkan dampak emosional yang minimal,
tetapi ada segaian perempuan dapat mengalami depresi dan
kecemasan pasca abortus (Rownland & Cristine, 2010). Pada kasus
Ny. A kecemasan yang dialami klien masih berada rentang sedang
dikarenakan kehamilan saat ini bukan merupakan kehamilan
pertama. Menurut (Rownland & Cristine, 2010) kondisi depresi dan
kecemasan lebih besar ditunjukkan bagi perempuan yang belum
memiliki anak dibandingkan yang sudah mempunyai anak. Adapun
rencana tindakan keperawatan yang dapat diberikan meliputi
memberikan dukungan mental dengan memberikan support dan
menemani klien dan menganjutkan klien untuk tidak terlalu khawatir
terhadap tindakan selanjutnya, memotivasi keluarga untuk
mendampingi klien, dan memberikan kesempatan untuk klien
mengungkapkan perasaannya (Rahayu, 2018).
d. Intoleransi Aktivitas pada pasien Abortus Inkomplit dapat diberikan
meliputi mengkaji kelemahan, tingkat kemampuan klien untuk

40
berpindah tempat tidur, berdiri, ambulasi, dan melaukan ADL, bantu
pasien untuk mengubah posisi secara berkala, anjurkan pasien untuk
membatasi aktivitas dengan istirahat yang cukup. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh (Wahyuni, 2018) mengatakan bahwa intervensi
keperawatan pada pasien abortus inkomplit tidak mengalami
perbedaan dengan pasien yg masalah kesehatan lainnya, hanya saja
aktivitas yang dapat dilakukan disesuaikan dengan kondisi fisik dan
psikis pasien.
e. Pada diagnosa infeksi dapat dilakukan tindakan keperawatan yaitu
pencegahan infeksi dengan melakukan prosedur cuci tangan dengan
benar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Harahap, 2015) yang menyatakan bahwa tindkaan mencucitangan
merupakan cara penting untuk mengendalikan infeksi dan dapat
meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan
lingkungan bebas dari infeksi.
4. Implementasi Keperawatan
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera
biologis telah diimplementasikan sesuai dengan rencana keperawatan dan
didapatkan respon, klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian bawah,
klien mengatakan memahami tentang penyebab nyeri yang diaami
dikarenakan adanya perdarahan melalui jalan lahir, klien juga
mengatakan mengerti dan memahami teknik relaksasi yang dapat
dilakukan ketika nyeri terjadi, klien juga diberikan obat analgesik berupa
asam mefenamat 3x500mg.
Pada diagnosa kekurangan volume cairan didapatkan respon bahwa
warna perdarahan tampak merah segar, dengan jumlah  100 cc, klien
mengatakan perdarahan keluar terasa merembes seperti BAK, saat di
inpeksi oleh perawat, perdarahan terlihat adanya gumpalan darah dan
berbau amis. Klien juga mengatakan faktor pengaruh terhadap bertambah
butuknya dehidrasi adalah klien mengalami stress yang ditandai dengan
khawatir dan merasa kehilangan disertai dengan kurang tidur, klien
mampu meningkatkan asupan oral, turgor kulit elastis, mukosa bibir

41
lembab, namun klien masih tampak lemah, BB sebelum sakit 70 kg dan
BB saat sakit 68 kg. Saat ini klien telah diberikan terapi cairan IV RL
500 ml.
Pada diagnosa ansietas dilakukan tindakan keperawatan dan
didapatkan respon, klien mampu mengungkapkan perasaan secara verbal
mengenai kecemasan yang dialami, klien mengeluh merasa cemas,
khawatir akan kondisinya dan sulit untuk tidur, klien juga mampu
mempraktikkan teknik relaksasi yang dapat dilakukan jika cemas terjadi.
Pada diagnosa intoleransi aktivitas, setelah diimplementasikan
didapatkan respon, klien melakukan semua aktivitas sehari-hari dibantu
oleh keluarga, klien mengetahui penyebab keletihan yang dialami akibat
adanya nyeri dari perdarahan pervaginam, klien telah mendapatkan
asupan nutrisi yang adekuat secara oral maupun intravena.
Pada diagnosa resiko infeksi, telah diimplementasikan tindakan
keperawatan dan didapatkan respon, tanda-tanda vital TTV : TD : 90/70
Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 36ºC. Klien
mengalami keletihan, masih mengalami perdarahan pervaginam, tidak
ada lesi pada bagian kulit vagina. Klien dan keluarga mengerti dam
mampu mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar dan cara
mengganti pembalut jika sudah terasa tidak nyaman dan lembab karena
banyaknya darah yang keluar, klien juga diberikan terapi antibiotik obat
cefadroxil 3x500 mg.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari diagnosa nyeri akut sesuai dengan tindakan
keperawatan akan teratasi selama 3 hari, dibuktikan dengan evaluasi
subjektif klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri dan evaluasi
objektif klien tampak rileks dengan TTV : TD : 110/70 Mmhg, Nadi : 90
x/menit, RR : 22 x/menit, Suhu : 37ºC. Masalah nyeri dapat cepat teratasi
dikarenakan nyeri yang dirasakan klien dalam batas nyeri sedang dan
klien kooperatid dalam melakukan teknik relaksasi dan distraksi.
Pada evaluasi diagnosa kekurangan volume cairan telah dilakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan selama 3 hari,

42
dibuktikan pada tanggal 31 april 2019 klien mengatakan tidak ada
pengeluaran perdarahan melalui jalan lahir dan klien mengatakan selalu
meningkatkan asupan air minum dengan 8 gelas/hari. Evaluasi objektif
didapatkan klien tampak segar, turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab.
Masalah cairan dapat cepat teratasi karena klien kooperatif dalam
pemenuhan kebutuhan cairan.
Pada evaluasi diagnosa kecemasan telah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan selama 3 hari, namun dalam
kasus masalah kecemasan dapat teratasi selama 2 hari pada tanggal 30
april 2019 dibuktikan dengan evaluasi respon subjektif klien mengatakan
telah menerima dengan kondisinya saat ini ditandai dengan respon
objektif klien tampak tenang dan tidak ada respon fisik yang abnormal.
Masalah kecemasan dapat teratasi karena klien mendapatkan dukungan
dari dirinya sendiri dan keluarga dalam mekanisme koping kecemasan.
Pada evaluasi diagnosa intoleransi aktivitas yang telah dilakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan selama 3 hari
dibuktikan dengan evaluasi subjektif klien mengatakan telah mampu
beraktivitas secara mandiri dengan evaluasi objektif klien mampu berjalan
secara mandiri, perawatan diri dilakukan tanpa bantuan. Masalah
intoleransi aktivitas dapat teratasi dikarenakan masalah prioritas utama
yang menyebabkan intoleransi aktivitas telah teratasi.
Pada evaluasi diagnosa resiko infeksi telah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan keperawatan selama 3 hari,
namun pada kasus Ny.A dapat teratasi selama 2 hari, dibuktikan dengan
evaluasi subjektif, klien dan keluarga mengatakan memahami cara
melakukan pencegahan infeksi dan evaluasi objektif klien dan keluarga
mampu mempraktikkan secara mandiri cara mencuci tangan dengan benar
dan mengganti pembalut perdarahan. Masalah resiko infeksi teratasi
dikarenakan klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti kalor
(panas), dolor (nyeri), tumor (bengkak), rubor (kemerahan), dan fungsio
lasea (perubahan fungsi dari jaringan).

43
6. Discharge Planning
Pada pasien dengan Abortus Inkomplit, dapat diberikan perencanaan
pemulangan meliputi:
- Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin setiap bulan
- Menganjurkan pasien untuk minum obat secara teratur
- Menganjurkan pasien untuk memantau perdarahan jika masih terjadi
- Menganjurkan asien melakukan perawatan diri sesuai dengan arahan
tenaga medis selama dirumah dengan menjaga kebersihan diri
- Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi dan istirahat
yang cukup

44
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam
uterus. Kesimpulan dari laporan kasus Asuhan keperawatan Abortus
Inkomplit pada Ny A sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pada kasus Ny.A dengan Abortus Inkomplit ditandai dengan terjadinya
perdarahan pervaginam secara terus menerus selama kurang lebih 4
minggu yang lalu diikuti dengan nyeri perut pada bagian bawah sejak
seminggu yang lalu dengan skala nyeri 7 (0-10). Pada hasil pengkajian
didapatkan klien mengalami perdarahan pervaginam sebanyak  100 cc.
Pada riwayat kehamilan saat ini dengan HPHT 13 Januari 2019 dengan
Taksiran Partus 20 September 2019. Pada trimester pertama klien tidak
memiliki keluhan, namun pada trimester kedua klien mengeluh adnaya
perdarahan melalui jalan lahir.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran
komposmentis, dengan TTV : TD : 90/70 Mmhg, Nadi : 80 x/menit, RR :
22 x/menit, Suhu : 36ºC, BB : 68 kg, TB :150 cm. Pemeriksaan genitalia
terpasang pembalut dengan darah merah segar  100 cc dengan nyeri
tekan, CRT<3 detik, turgor kulit elastis.
Pada pola nutrisi baik, dengan porsi makan yang dihabiskan. Pola
personal hygiene klien saat ini melakukan perawatan diri dibantu oleh
keluarga. Pada pola istirahat dan tidur klien mengeluh sulit tidur dan hanya
dapat tertidur 4-5 jam saja. Pada pola aktivitas dan latihan klien mengeluh
belum mampu untuk berjalan karena keletihan.
2. Diagnosa Keperawatan
- Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Biologis
- Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan
Cairan Aktif

45
- Ansietas berhubungan dengan Ancaman pada status terkini
- Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Tirah Baring
- Resiko Infeksi berhubungan dengan Trauma Jaringan
3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut yaitu
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengobservasi
isyarat nonverbal ketidaknyamanan, berikan informasi tentang nyeri,
mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi intensitas nyeri,
dan berkolaborasi dalam pemberian analgesik.
Rencana keperawatan untuk mengatasi kekurangan volume cairan
yaitu, monitor warna, jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan, pantau
perdarahan, identifikasi faktor-faktor pengaruh terhadap bertambau
buruknya dehidrasi, tingkatkan asupan oral, timbang berat badan setiap
hari, kolaborasi pemberian terapi intravena.
Rencana keperawatan untuk mengatasi kecemasan yaitu, kaji
tingkat kecemasan, intstruksikan klien untuk menggunakan teknik
relaksasi dalam mengontrol kecemasan, dorong klien untuk
mengungkapkan kecemasan secara verbal
Rencana keperawatan untuk mengatasi intoleransi aktivitas yaitu,
kaji tingkat kemampuan klien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, toiletting, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
Tentukan penyebab keletihan, pantau asupan nutrisi, bantu klien dengan
aktivitas fisik teratur, kolaborasi pemberian pengobatan nyeri sebelum
aktivitas apabila nyeri sebagai salah satu faktor penyebab.
Rencana keperawatan untuk mengatasi resiko infeksi yaitu, pantau
tanda dan gejala infeksi, kaji faktor yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi, pantau hasil laboratorium, jelaskan kepada
pasien dan keluarga mengapa sakit dan resiko infeksi, ajarkan pasien
dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar dan menggantu
pembalut perdarahan, bersihkan lingkungan dengan benar setelah
dipergunakan pasien, dan kolaborasi pemberian terapi antibiotik.

46
4. Implementasi Keperawatan
Setiap diagnosa keperawatan dilakukan tindakan keperawatan yang
berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi dan respon klien.
Implementasi untuk mengatasi semua diagnosa keperawatan diharapkan
dapat teratasi selama tiga hari pemberian tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari diagnosa keperawatan nyeri akut dapat teratasi tepat
waktu selama 3 hari. Masalah keperawatan kekurangan volume cairan
dapat teratasi tepat waktu selama 3 hari. Masalah keperawatan ansietas
dapat teratasi dalam waktu 2 hari. Masalah intoleransi aktivitas dalam
teratasi tepat waktu selama 3 hari. Masalah resiko infeksi dapat teratasi
selama 2 hari.

B. Saran
Setelah melihat pembahasan dan memahami mengenai Abortus
Inkomplit diharapkan kita semua harus menyadari betapa pentingnya
kesehatan kehamilan dan persalinan pada ibu hamil. Diharapkan juga bagi
mahasiswa/i dapat meningkatkan pengetahuan mengenai keperawatan
maternitas dengan Abortus Inkomplit.

47
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medik
Herdman dkk, 2015. “NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan :
Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10”. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Harahap, R. (2015). PELAKSANAAN TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI
PADA PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH
BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SITINJAK KABUPATEN TAPANULI
SELATAN 2014. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist,
Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery, Environment,
Dentist), 10(1), 31-37.
Gloria dkk, 2013. “Nursing Intervention Classification (NIC), 6th edition.”
Jakarta : CV. Mocomedia.
Moorhead dkk, 2013. “Nursing Outcome Classification (NOC), 5th edition.”
Jakarta : CV. Mocomedia.
Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi keempat Cetakan
Ketiga. Jakarta : Tridasa Printer.
Simanihuruk, I. V. (2019). Asuhan Keperawatan Abortus Inkomplit Yang
Mengalami Masalah Nyeri Dengan Tindakan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Di RSU UKI Jakarta (Doctoral dissertation,
Universitas Kristen Indonesia).
Sari, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien DenganGangguan Kebutuhan
Rasa Aman Pada Kasus Abortus Inkomplit Terhadap Ny. D di
Ruang Kebidanan RSU Handayani Kotabumi Lampung Utara
Tanggal 13-17 Mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

48
Viviparitha. (2013). Asuhan Keperawatan Abortus. (diakses pada tanggal 15
november 2020).
Wiknijosastro, Hanifa. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Wilkinson, J. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 9. Jakarta :
EGC.

49

Anda mungkin juga menyukai