Anda di halaman 1dari 1

Pertama, menurut Macknight, Pelabuhan Makassar adalah pintu masuk barang-barang dari luar negeri

(impor) yang dibutuhkan oleh Belanda sekaligus warga Gowa dan sekitarnya. Yang kedua, menjadi
simpul pendistribusian barang-barang impor tersebut dan pada saat yang sama juga ada unit usaha yang
mengumpulkan produk-produk atau hasil bumi dan lautan di Sulawesi. Yang ketiga, dinamika di pesisir,
terutama di sekitar pelabuhan Makassar itu sendiri sebagai geliat maritim. Dengan kata lain, Pelabuhan
Makassar tetap merupakan pelabuhan penting meski penguasaannya telah bergeser dari Gowa-Tallo ke
Kompeni Belanda.

Sulsel dan Dimensi Poros Maritim

Pemerintah Jokowi-JK memandang bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai poros maritim
dunia. Poros maritim adalah gagasan strategis untuk menjamin konektivitas antar pulau, pengembangan
industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim.
Beberapa dimensinya adalah upaya penegakan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor
ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan
lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan.

Hal-hal inilah yang merupakan program-program utama pemerintahan Jokowi-JK untuk mewujudkan
Indonesia sebagai proros maritim dunia. Sebagai sebuah paket kehendak, ide Poros Maritim ini adalah
pola lama Revolusi Biru yang dibarukan, yang harus dikontekskan pada situasi kontemporer dan masa
depan Sulawesi Selatan, atau Indonesia secara umum. Bagi Sulawesi, ketika Indonesia menjadi poros
maritim dunia maka pilarnya pasti terdapat di Sulawesi Selatan. Betapa tidak, posisi strategisnya sebagai
pintu tengah timur-barat, selatan-utara seperti yang disebutkan di bagian di atas tulisan ini
menjadikannya prioritas atau harus menjadi lomokotif utama.

Oleh sebab itu, ISKINDO harusnya memandang bahwa ke depan, dibutuhkan infrastrukur antar pulau
dan sepanjang pesisir di setiap pulau besar dan kecil, di pedalaman atau tepian. Infrastruktur yang tak
melulu untuk kepentingan ekonomi tetapi sosiologis. Maka terpujilah Kota Makassar yang tetap
menjaga Kayu Bangkoa sebagai wahana warga pesisir dan pulau-pulau, yang tetap merawat Fort
Rotterdam sebagai ikon kemaritiman itu. Bukan semata mengawal prasasti kuasa seperti reklamasi dan
Center Point of Indonesia.

https://www.kompasiana.com/daengnuntung/58b0fe1ef77e61832030ddc0/posisi-sulawesi-selatan-
dalam-gagasan-poros-maritim-ala-jokowijk?page=3

Anda mungkin juga menyukai