Anda di halaman 1dari 24

KONSEP DASAR ANATOMI FISIOLOGI ORGAN REPRODUKSI WANITA

Diajukan Sebagai Tugas Keperawatan Maternitas 1

Dosen Mata Kuliah :

Ns. Neli Husniawati, S.kep., M.kep

Disusun Oleh :

Nada Putri Irfianti (1032191045)

UNIVERSITAS MH THAMRIN

FAKULTAS KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak
akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Konsep dasar anatomi fisiologi organ reproduksi wanita” dapat
diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
maternitas 1. Saya berharap makalah tersebut bisa diterima oleh dosen mata ajar.

Saya menyadari makalah bertema organ reproduksi wanita ini masih perlu banyak
penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Saya terbuka terhadap kritik dan
saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, baik terkait penulisan, Saya memohon maaf

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 14 September 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan

Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pada Wanita

2.1.1 Anatomi Organ Pada Reproduksi Wanita

2.2 Anatomi Panggul Pada Wanita

2.3 Fisiologi Organ Pada Reproduksi Wanita

2.4 Respon Seksual Pada Wanita

2.4.1 Respon Seksual

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan


yang baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis
agar tidak punah. Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika
seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik. Pada seorang pria
testisnya telah mampu menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon
testosteron. Sedangkan seorang wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel
telur (ovum) dan hormon wanita yaitu estrogen.

Begitu pentingnya masalah seksualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada


pendapat ahli yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada
hakekatnya dimotifasi dan didorong oleh seks. Maka tidaklah mengherankan bahwa
ada pendapat peneliti lain mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian,
gangguan tingkah laku terjadi oleh adanya gangguan pola perkembangan kehidupan
psikoseksualnya.
1.2 Tujuan

1. Untuk memahami organ reproduksi wanita mulai dari anatomi dan fisiologi.

2. Untuk memahami respon seksual wanita.

1.3 Rumusan masalah

1. Apa saja anatomi organ reproduksi wanita?

2. Apa saja anatomi panggul wanita ?

3. Apa saja fisiologi organ reproduksi wanita?

4. Bagaimana respon seksual pada wanita?


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Pada Wanita

2.1.1 Anatomi Organ Reproduksi Pada Wanita

Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri dari genitalia eksternal dan
genitalia internal. Genitalia eksternal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris, glandula vestibularis mayor, glandula vestibularis minor.Sedangkan genitalia
internal terdiri dari vagianhymen, tuba uterina, uterus, ovarium.
Genitalia Eksternal

1. Mons pubis

Mons pubis adalah penonjolan berlemak di sebelah ventral simfisis dan daerah
supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak, jumlah jaringan lemak
bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause. Setelah dewasa, mons
pubis tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.

2. Labia mayora

Labia mayora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan yang memanjang
berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima pudendi
(pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak mengandung rambut. Kedua labia
mayora di bagian ventral menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika dilihat dari luar,
labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung banyak kelenjar lemak dan tertutup
oleh rambut setelah pubertas.

3. Labia minora

Labia minora merupakan organ yang terdiri atas dua lipatan kulit kecil terletak di
antara kedua labia mayora pada kedua sisi introitus vaginae. Kedua labium minus
membatasi suatu celah yang disebut sebagai vestibulum vaginae. Labia minora ke arah
dorsal berakhir dengan bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan di sini
pada garis mereka berhubungan satu sama lain berupa lipatan transversal yang disebut
frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing minus terbagi menjadi bagian
lateral dan medial.Pars lateralis kiri dan kanan bertemu membentuk sebuah lipatan di
atas (menutup) glans klitoris disebut preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan
kanan bergabung di bagian kaudal klitoris membentuk frenulum klitoris. Labia minora
tidak mengandung lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak
kemerahan.

4. Klitoris

Terletak dorsal dari komisura anterior labia mayora dan hampir keseluruhannya
tertutup oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian yaitu krura klitoris, korpus
klitoris dan glans klitoris.

5. Glandula vestibularis mayor

Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar yang bentuknya


bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus vestibule atau tertutup
oleh bagian posterior bulbus vestibuli.

6. Glandula vestibularis minor

Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam vestibulum vagina untuk


melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum vagina. Organ ini adalah
daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian di daerah median membulat
terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar terisi oleh lemak. Setelah pubertas,
kulit diatas tertutup rambut kasar.
Genitalia Internal

1. Vagina

Secara anatomi, vagina merupakan organ yang berbentuk tabung dan membentuk
sudut kurang lebih 60 derajat dengan bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah
sesuai dengan isi vesika urinaria. Dinding ventral vagina yang ditembus serviks
panjangnya7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm. Dinding
anterior dan posterior ini tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial
melekat pada ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis
sehingga lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,
sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut
introitus vaginae.

2. Himen

Adalah lipatan mukosa yang menutupi sebagian dari introitus vagina. Himen tidak
dapat robek disebut hymen imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen diantaranya
: himen anular, himen septal, himen kribiformis, himen parous.

3. Tuba uterina

Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang masing-masing tuba kurang lebih 10
cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea rah ovarium) yaitu pars uterine tubae (pars
intramuralis), isthmus tubae, ampulla tubae, dan infundibulum tubae.

4. Uterus

Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular tebal, terletak di dalam
kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika urinaria dan rectum. Ke arah kaudal,
kavum uteri berhubungan dengan vagina. Uterus berbentuk seperti buah pir (pyriformis)
terbalik dengan apeks mengarah ke kauda dorsal, yang membentuk sudut dengan
vagina sedikit lebih 90 derajat uterus seluruhnya terletak di dalam pelvis sehingga
basisnya terletak kaudal dari aperture pelvis kranialis. Organ ini tidak selalu terletak
tepat di garis median, sering terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa
berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi rectum
yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya kurang lebih
5 cm, tebalnya,kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus dibagi menjadi tiga
bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.

5. Ovarium

Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus menstruasi.
Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin dan berwarna
merah muda keabu-abuan. Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka permukaan
ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan warnanya
berubahm menjadi abu-abu. Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid pipih dengan
panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan
beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus karena
keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.
2.2 Anatomi panggul pada wanita

Setiap wanita mempunyai anatomi panggul yang unik dan berbeda satu sama lain.
Panggul terdiri atas bagian keras panggul (dibentuk oleh tulang) dan bagian lunak
panggul (dibentuk otot, jaringan dan ligamen).

Fungsi bagian keras panggul wanita adalah sebagai berikut:

1. Panggul besar untuk menyangga isi abdomen


2. Panggul kecil untuk membentuk jalan lahir dan tempat alat genetalia

Sedangkan fungsi bagian lunak panggul wanita adalah sebagai berikut:

1. Membentuk lapisan dalan jalan lahir


2. Menyangga alat genetalia agar tetap dalam posisi normal saat hamil
maupun nifas
3. Saat persalinan, berperan dalam proses kelahiran dari kala uri

Ruang panggul terbagi menjadi dua yaitu:

1. Panggul besar (pelvis mayor)


2. Panggul kecil (pelvis minor)
Panggulbesar (pelvismayor)
Panggul besar adalah bagian panggul yang terletak di atas linea terminalis (false
pelvis). Panggul besar berfungsi mendukung isi perut dan menggambarkan keadaan
panggul kecil.

Panggulkecil (pelvisminor)
Panggul kecil adalah bagian panggul yang terletak di bawah linea terminalis (true
pelvis). Panggul kecil ini merupakan wadah alat kandungan dan menentukan bentuk
jalan lahir serta penting dalam persalinan.

Panggul terdiri dari bagian yang keras dibentuk oleh tulang dan bagian yang lunak
dibentuk oleh otot-otot dan ligamen.

Panggul besar (pelvis mayor)

Bagian Panggul Yang Keras

Bagian keras dari panggul wanita terbentuk oleh tulang panggul. Tulang panggul
merupakan sebuah corong, bagian atas yang lebar disebut panggul besar, sedangkan
bagian bawah untuk menentukan bentuk jalan lahir.

Tulang panggul terdiri atas:

1. Tulang pangkal paha(os coccae)


2. Tulang kelangkang (os sacrum)
3. Tulang tungging (os coxcigys)

Tulang pangkal paha (os coccae)

Tulang pangkal paha ada 2 buah. Tulang pangkal paha terdiri dari 3 buah tulang yang
berhubungan dengan yang lainnya pada acetabulum. Tulang tersebut adalah tulang
usus (os ilium), tulang duduk (os ischium) dan tulang kemaluan (os pubis).

Tulang usus (os ilium)

Tulang usus merupakan tulang terbesar panggul yang membentuk bagian atas dan
belakang panggul. Batas atas yang tebal disebut crista illiaka. Ujung depan maupun
belakang dari crista illiaka menonjol disebut spina iliaka anterior superior dan spina
iliaka posterior superior. Tonjolan tulang di bawah spina illiaka anterior superior
disebut spina illiaka anterior inferior dan sebelah bawah spina illiaka posterior superior
terdapat spina illiaka posterior inferior. Di bawah spina illiaka posterior inferior terdapat
tekik atau cekungan yang disebut incisura iskhiadika major. Garis yang membatasi
panggul besar dan panggul kecil disebut linea inominata atau linea terminalis.
Tulang duduk (os ischium)

Tulang duduk terletak di sebelah bawah tulang usus, pinggir belakangnya berduri
disebut spina iskhiadika. Di bawah spina iskhiadika terdapat incisura ischiadika minor.
Bagian pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang dapat mendukung berat badan
pada saat duduk, disebut tuber iskhiadikum. Tuber iskhiadikum merupakan ukuran
melintang dari pintu atas panggul.

Tulang kemaluan (os pubis)

Tulang kemaluan terletak di sebelah bawah dan depan dari tulang usus yang disebut
dengan tulang duduk. Tulang ini membatasi sebuah lubang yang terdapat dalam tulang
panggul, lubang ini disebut foramen obtoratorium. Ramus superior ossis
pubis merupakan tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus. Sedang
yang berhubungan dengan tulang duduk disebut ramus inferior ossis pubis. Ramus
inferior kiri dan kanan membentuk arkus pubis. Arkus pubis normal akan membentuk
sudut 90-100 derajat.

Tulang kelangkang (os sacrum)

Tulang kelangkang ada 1 buah. Tulang kelangkang merupakan tulang yang berbentuk
segitiga yang melebar di atas dan meruncing ke bawah. Tulang kelangkang terletak di
sebelah belakang antara kedua tulang pangkal paha. Tulang kelangkang terdiri dari 5
ruas tulang senyawa. Kiri dan kanan dari garis tampak 5 buah lubang yang
disebut foramen sacralia anterior. Crista sacralis merupakan deretan cuat-cuat duri
yang terdapat di garis tengah tulang kelangkang. Bagian atas dari sakrum yang
berhubungan dengan 5 ruas tulang pinggang dan menonjol ke depan
disebut promontorium. Jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis merupakan
ukuran muka belakang dari pintu atas panggul. Ke samping tulang kelangkang
berhubungan dengan tulang pangkal paha melalui articulasio sacro illiaca. Ke bawah
tulang kelangkang berhubungan dengan tulang tungging.

Tulang tungging (os coxcigis)

Tulang tungging ada 1 buah. Tulang tungging berbentuk segitiga dan terdiri dari 3-5
ruas, tulang yang bersatu. Pada saat persalinan, ujung tulang tungging dapat ditolak
sedikit ke belakang, sehingga ukuran pintu bawah panggul bertambah besar.

Bagian Panggul Yang Lunak

Bagian panggul yang lunak terdiri dari otot-otot dan ligamen yang meliputi dinding
panggul sebelah dalam dan yang menutupi panggul sebelah bawah. Bagian yang
membentuk dasar panggul disebut diafragma pelvis.
Diafragma pelvis terdiri dari:

1. Pars Muskularis
2. Pars Membranosa
3. Regio Perineum

Pars Muskularis

Pars muskularis yaitu muskulus levator ani. Muskulus levator ani terletak agak ke
belakang dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rektum. Muskulus levator ani
kiri dan kanan terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Muskulus pubokogsigis dari os pubis ke septum anokogsigeum


2. Muskulus illio kogsigeus dari arkus tendineus muskulus levator ani ke os kogsigis
dan septum anokogsigeum
3. Musculus ischio coccygis dari spina ischiadika ke pinggir os sacrum dan os
coccygis

Pars Membranosa

Pars membranosa yaitu diafragma urogenital. Antara muskulus pubio kogsigeus kiri


kanan terdapat celah berbentuk segitiga yang disebut hiatus urigenitalis yang tertutup
oleh sekat yang disebut diafragma urogenitalis. Sekat ini menutupi pintu bawah panggul
disebelah depan dan ditembus oleh uretra dan vagina.

Regio Perineum

Regio perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul. Daerah ini


terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Regio analis disebelah belakang – Pada regio analis terdapat muskulus spinter
eksternus yang mengelilingi anus dan liang senggama bagian bawah
2. Regio urogenitalis – Pada regio urogenitalis terdapat muskulus ischiokavernosus
dan muskulus transversus perinei superfisialis

Ligamen-ligamen yang penting adalah ligamen sacro illiaka, ligamen sacro spinosum
dan ligamen sacro tuberosum.
2.3 Fisiologi organ reproduksi pada wanita

1. Genitalia eksternal
a. Glandula vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
b. Glandula vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lendir untuk melembabkan vestibulum vagina dan
labium pudendi.
2. Genitalia internal
a. Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus ekskretorius darah
menstruasi.
b. Tuba uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan mengalirkan
spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
c. Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal tertanam dan tempat
normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan sampai bayi
lahir.
d. Ovarium
Sebagai organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin.Disebut sebagai organ eksokrin
karena mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut sebagai
organ kelenjar endokrin karena menghasilkan hormone estrogen dan
progesteron.
3. Hormon pada Wanita

1. Hormon estrogen

Estrogen memengaruhi organ endokrin dengan menurunkan sekresi FSH,


dimana pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada keadaan lain
meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain pada pembesaran
ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons veneris, pubis, dan
labia, serta mengawali pertumbuhan mammae. Pengaruh lainnya adalah kelenjar
mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat,
tumbuh rambut pada pubis dan aksilla, serta kulit menjadi lembut.

2. Hormon progesterone

Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta, bertanggung jawab atas perubahan
endometrium dan perubahan siklik dalam serviks serta vagina. Progesteron
berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel miometrium. Efek progesterone
terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi dan mukosa Pada kelenjar mammae
akan meningkatkan perkembangan lobulus dan alveolus kelenjar mammae, kelenjar
elektrolit serta peningkatan sekresi air dan natrium.

3. Foliclle stimulating hormone (FSH)

FSH dibentuk oleh lobus anterior kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini akan
berkurang pada pembentukan/pemberian estrogen dalm jumlah yang cukup seperti
pada kehamilan.

4. Lutein hormone (LH)

LH bekerjasama dengan FSH untuk menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari


folikel de Graaf. LH juga menyebabkan penimbunan substansi dari progesterone dalam
sel granulosa.

5. Prolaktin atau luteotropin hormone (LTH)


Fungsi hormon ini adalah untuk memulai mempertahankan produksi
progesterone dari korpus luteum.
4. Ovulasi

Pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, sesudah terjadinya
menstruasi, tidak berapa lama sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan
membengkak dengan cepat. Dalam waktu 30 menit kemudian cairan akan mulai
mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2 menit kemudian, folikel menjadi lebih kecil
karena kehilangan cairan. Stigma akan robek cukup besar dan cairan yang lebih kental
yang terdapat di bagian tengah folikel akan mengalami evaginasi keluar dan kedalam
abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang dikelilingi oleh beberapa ratus sel
granulose kecil yang disebut corona radiata.

5. Oogenesis

Oogenesis merupakan proses dari bentuk betina gametogenesis yang setara


dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis berlangsung melibatkan
pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina yang belum matang.
2.4 Respon seksual wanita

2.4.1 Respon Seksual

Sebuah respon seksual yang normal memerlukan integritas anatomi dan


fungsional seluruh sistem limbik otak daripada struktur anatomi tertentu di dalamnya.
Sistem limbik adalah bagian dari apa yang disebut paleo-korteks, jaringan yang
komprehensif yang melibatkan hipotalamus dan thalamus (baik dalam diencephalon),
cingulate gyrus anterior, dan banyak struktur lobus temporal, termasuk amigdala, badan
mammillary, forniks, dan hippocampus, jenis filogenetis korteks. Bersama dengan lobus
pre frontal yang memiliki peran dominan penghambatan atas insting dasar, sistem
limbik sangat penting dalam kedua jenis kelamin untuk inisiasi hasrat seksual dan
fenomena seksual terkait. Fungsinya mengaktifkan fantasi seksual, lamunan seksual,
mimpi erotis, gairah mental seksual, dan kaskade inisiasi neurovaskular memicu
somatik dan respon fungsi genital seksual serta perilaku sosial. Diperkirakan bahwa
amigdala mempertahankan peran penting sebagai pusat kontrol untuk empat sistem
komando emosional dasar dijelaskan oleh Panksepp yaitu sistem makan-nafsu,
kemarahan-mengamuk, ketakutan-kecemasan dan kepanikan-distres. Semua sistem ini
dapat berinteraksi untuk memodulasi persepsi akhir dari hasrat seksual pusat dan
berkorelasi pada perilaku seksual. Gangguan dari setiap tingkat dari sistem limbik dapat
menyebabkan disfungsi seksual pada kedua jenis kelamin, khususnya dalam domain
hasrat, gairah pusat, dan terutama perilaku seksual secara sosial.

Neo korteks semakin meningkat keterlibatannya dalam respon seksual pada


manusia, pertama sebagai target akhir dari input sensorik yang datang dari alat indera
yang berbeda. Bau yang berbeda, selera, kata-kata, pemandangan atau sentuhan
rangsangan dapat mengaktifkan kedua korteks sensorik yang bersangkutan dan
korteks seksual limbik ketika adanya sinyal kode sebagai seksual. Faktor kognitif juga
bermain dalam mengevaluasi stimulus seksual dan memodulasi secara bersamaan
risiko dan keinginan sebelum melakukan atau tidak dalam perilaku seksual tertentu.
Untuk mengevaluasi disfungsi seksual pada seorang wanita, adalah penting untuk
memiliki pemahaman fungsi seksual perempuan normal. Pertama sekali model respon
seksual wanita dipublikasi oleh Masters dan Johnson pada tahun 1966, dan adaptasi
selanjutnya dilakukan oleh Kaplan pada tahun 1979. Model ini kemudian dikenal
sebagai Model Linear yang menunjukkan bahwa pada wanita hasrat seksual
menyebabkan gairah yang mengarah ke orgasme yang diikuti dengan periode resolusi
(gambar 1). Model ini tidak memperhitungkan banyak faktor yang melibatkan seksual
wanita hanya bergantung pada spontanitas dari hasrat seksual yang tidak selalu hadir.

Gambar.1

Respon seks yang normal merupakan fenomena biologis alami dengan stimulasi
sensorik menyebabkan peningkatan aliran darah perifer dan vasokontriksi. Dengan
stimulasi yang terus menerus mengakibatkan peningkatan ketegangan otot dasar
panggul dan meningkatkan vasokontriksi sampai terjadinya fase "plateau" yang
menyebabkan orgasme, merupakan perubahan fisik yang jelas pada wanita. Selama
orgasme ada perubahan di otak, kontraksi otot genitor panggul yang luas dan
peningkatan cardiac output. Resolusi mengikuti orgasme dengan kembali ke keadaan
tidak dirangsang. Komponen penting dari respon seksual tergantung pada fungsi yang
adekuat dan interaksi Milieux hormon, saraf, pembuluh darah, arteri, dan otot genitor
panggul.

Model berikut dari respon seksual wanita menggabungkan kebutuhan keintiman


emosional wanita dan peran faktor psikologis dalam respon seksual. Dalam hal ini
diperlihatkan pada (gambar 2), Pengalaman seksual yang baik menyebabkan baiknya
emosional keintiman antara seorang wanita dan pasangannya. Pengalaman yang baik
berfungsi untuk meningkatkan penerimaan kearah rangsangan-rangsangan seksual
dan memungkinkan hasrat seksual melanjutkannya ke siklus seksual. Model ini
menunjukkan respon seksual pada wanita dapat dipengaruhi dibanyak tempat.
Pengalaman yang jelek, baik emosi atau fisik dapat menyebabkan penurunan hasrat
dan ketidakmampuan bagi wanita untuk resposif secara seksual dengan pasangannya
saat ini atau mungkin untuk saat ke depannya.

Gambar.2

Model berikut merupakan respon seksual pada wanita yang menggabungkan dua
model sebelumnya dengan memperhitungkan keinginan spontan dan keintiman
emosional. Dalam model ini, hasrat seksual spontan, dapat terjadi karena berbagai
alasan seperti awal dari sebuah hubungan baru atau tidak adanya pasangan dalam
waktu yang lama, dapat memicu wanita untuk menemukan gairah seksual baik melalui
hubungan seks dengan pasangan atau menstimulasi diri sendiri. Akan tetapi, dorongan
seksual yang spontan tidak selalu sering terjadi dan tidak berarti (terutama dihubungan
jangka panjang). Kurangnya dorongan seksual spontan tidak dianggap sebagai
disfungsi seksual.

Kepuasan seksual dan tidak orgasme tampaknya menjadi fokus pada beberapa
wanita. Seorang wanita memulai respon pengalaman seksual dari satu titik dari
netralitas seksual relatif tetapi dengan tujuan keintiman emosional dengan
pasangannya, dia mungkin mencari atau menerima rangsangan seksual. Tujuan
aktivitas seksual mungkin kompleks dan tidak hanya untuk kepuasan seksual internal.
Penerimaan terhadap rangsangan seksual memungkinkan wanita untuk pindah ke
keadaan gairah fisiologis. Jika pikiran terus menerus memproses rangsangan gairah,
hasrat seksual lebih lanjut dapat mendorong wanita untuk mendapatkan kepuasan
seksual dan orgasme yang dapat mendorong keintiman dan memperkuat seksual
motivasi. Model ini memperkuat gagasan bahwa motivasi perempuan dalam aktivitas
seksual adalah kompleks dan bukan merupakan fenomena yang dibawa dari lahir.

Gambar.3

Akhirnya, adanya interaksi antara faktor-faktor organik/fisik dan fenomena psikososial


dapat menghambat atau mempromosikan respon seksual dikenal sebagai seksual
tipping point. Seringkali dilakukan intervensi dan terapi yang terfokus pada fisiologis
dan/atau situasi/faktor-faktor yang berhubungan untuk meningkatkan fungsi seksual.
Fungsi biologis dari hubungan seksual adalah masuknya sperma ke dalam vagina
sehingga dapat membuahi sel telur. Penetrasi penis ke vagina merupakan salah satu
bentuk ekspresi seksual. Semua manusia memiliki dorongan seksual, diawali dengan
peningkatan hasrat, terangsang, hingga orgasme, dan berakhir dengan resolusi.

Gambaran perjalanan hasrat hingga orgasme terlihat seperti anak tangga.

Orgasme

Pre- orgasme

Ransangan tinggi

Ransangan awal

Hasrat

Tahap 1 adalah hasrat tanpa adanya perubahan fisik. Tahap 2, rangsangan awal,
dimulai dari penis mengeras, tetapi tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi, dan
pada wanita mulai terjadi lubrikasi. Pada tahap 3 rangsangan berlanjut hingga ereksi
cukup keras untuk melakukan penetrasi dan wanita cukup lubrikasi dan bagian dalam
vagina memanjang dan melebar. Selanjutnya, tahap 4 adalah proses menuju orgasme.
Dan yang terakhir, tahap 5, adalah orgasme. Menuruni tangga adalah proses untuk
kembali ke keadaan semula (resolusi).

Melalui analogi ini, merupakan hal yang normal bagi pria maupun wanita untuk
menghabiskan waktu menaiki dan menuruni beberapa tahapan dan tidak langsung
menuju tahap 5 secara langsung. Kenyataannya, pria dan wanita sering kali menaiki
tangga pada kecepatan yang berbeda. Secara fisiologis seorang pria pada tahap 3
dapat melakukan penetrasi pada seorang wanita yang masih berada pada tahap 1,
tetapi tidak sebaliknya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem reproduksi pada manusia mempunyai anatomi dan fisiologi masing-


masing, sehingga sangat penting untuk kita ketahui dan kita bisa mensyukuri nikmat
yang telah Tuhan berikan kepada kita. Dan agar kita tidak menyalahgunakan nikmat
yang telah diberikan tersebut. Struktur luar dari sistem reproduksi wanita terdiri dari
vulva, mons pubis / mons veneris (Tundun), labia mayora (Bibir Besar), labia minora
(Bibir Kecil), clitoris, vestibulum, introitus / orificium vagina dan perineum. Struktur
dalamnya terdiri dari vagina (liang kemaluan), uterus (rahim), salping / Tuba Falopi, dan
ovarium. Organ-organ eksternal,berfungsi kopulasi Organ-organ interna berfungsi untuk
ovulasi, fertilisasi ovum, transpoertasi lastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, dan
kelahiran.
DAFTAR PUSTAKA

http://elibs.unigres.ac.id/307/2/DIKTAT%20ANFIS%20LILIS.pdf

https://lusa.afkar.id/panggul-wanita-bagian-1

https://balimedicaljournal.org/index.php/bmj/article/downloadSuppFil
e/936/163

Anda mungkin juga menyukai