Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI SYARIAH

PERBEDAAN ANTARA PERBANKAN SYARIAH DENGAN


PERBANKAN KONVENSIONAL

Dengan Dosen Pengampu :


M. Awal Satrio N., Ir., M.M

Disusun oleh:
Syaiyi Datul Munauwaroh

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2014

i
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Makalah Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul “Perbedaan antara
Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.”
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna, kesempurnaan
hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesuksesan dalam pembuatan makalah
selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan insan akademis yang
cinta akan ilmu utamanya.

Yogyakarta, 19 Oktober 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perbankan.......................................................................3
2.2 Pebedaan Perbankan Syariah Dengan Konvensional.......................4
2.3 Produk Yang Ditawarkan.................................................................5
2.4 Prospek Bank Syariah Di Masa Depan............................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
muslim terbesar di dunia. Meskipun ada 6 agama yang diakui di Indonesia
akan tetapi islam menjadi agama mayoritas yang dianut. Namun demikian,
sistem perekonomian di Indonesia lebih mengarah kepada sistem ekonomi
kapitalis termasuk dalam dunia perbankan.
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang sangat penting
dalam penyaluran dan pengelolaan dana masyarakat. Dana dari masyarakat
yang diterima oleh bank akan dikelola dan disalurkan pada unit kegiatan
ekonomi lainnya. Keuntungan yang dihasilkan dari unit kegiatan usaha
lainnya akan dikembalikan lagi kepada masyarakat. Dengan ditetapkannya
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Indonesia
menjalankan Dual Banking System yaitu beroperasinya sistem perbankan
baik secara konvensional maupun syariah sekaligus dengan tetap
memisahkan pengelolaan dan pengoperasiannya.
Namun sistem perbankan syariah pada saat itu belum begitu kuat
secara hukum perdata mengingat belum adanya UU yang mengatur secara
jelas mengenai perbankan syariah. Dengan mulai berlakunya UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka Pemerintah mendukung
perkembangan sistem perbankan berbasis syariah. Akan tetapi, masyarakat
Indonesia masih memiliki persepsi yang keliru tentang bank syariah.
(Imaniyati 2013: 44)
Atas dasar permasalahan di atas, penulis membuat makalah dengan
judul “Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional” dengan tujuan untuk memberikan pemahaman lebih kepada
masyarakat pada umumnya dan insan akademisi pada khususnya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah
ini. Diantaranya sebagai berikut:
a. Apa pengertian Perbankan?
b. Bagaimana perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional?
c. Apa saja produk yang ditawarkan oleh perbankan konvensional maupun
Perbankan Syariah?
d. Bagaimana prospek Bank Syariah di masa depan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan
dan memberikan pemahaman mengenai:
a. Memberikan informasi mengenai pengertian Perbankan.
b. Memberikan pemahaman tentang perbedaan dari Perbankan Konvensional
dengan Perbankan Syariah.
c. Memberikan pemahaman mengenai produk-produk yang ditawarkan oleh
Bank Syariah.
d. Mengetahui prospek Bank Syariah di masa depan.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perbankan


Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan,
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.
Bank Konvensional yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan
dana maupun dalam rangka penyaluran dananya, memberikan dan
mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase
tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Persentase tertentu ini
biasanya ditetapkan per tahun. (Santoso & Triandaru 2006 : 153).
Sistem perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 hingga saat ini masih
menganut dual banking system dimana Bank Konvensional atau biasa
disebut dengan Bank Umum dan Bank Syariah atau Bank Islam bisa
berdampingan dalam menjalankan operasi usahanya. (Ali 2008: 2) ”... Bank
konvensional dan Lembaga Keuangan Lainnya membuka unit usaha
syariah...” Sedangkan menurut Sutedi (2009: 41) “berdasarkan Undang-
Undang No. 21 Tahun 2008, bank umum diperbolehkan ... beroperasi
secara konvensional dan syariah sekaligus, sepanjang penataan dan
pengelolaannya dilakukan secara terpisah.” Dengan kata lain Bank
Konvensional diperbolehkan untuk membuka kantor cabang yang khusus
melakukan kegiatan usaha syariah dengan tetap memperhatikan prinsip-

3
prinsip syariah.
Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Bank
Konvensional adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan
usahanya dalam menghimpun dan menyalurkan dana dengan menggunakan
cara dan proses yang konvensional seperti pemberian dan pengenaan
imbalan berupa bunga. Sedangkan Bank Syariah merupakan lembaga
keuangan yang menjalankan unit usaha menghimpun dan menyalurkan dana
dengan cara dan proses yang berdasarkan nilai islam (syariah). Dengan kata
lain bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang tidak
mengandung bunga (riba), serta unsur-unsur ketidakjelasan atau
ketidakpastian dalam operasionalnya.

2.2 Perbedaan Perbankan Konvensional dengan Syariah


Terkait dengan fungsi bank yang menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkan kembali dana dari masyarakat tersebut ke masyarakat lain
yang membutuhkan, terdapat praktek-praktek yang membedakan antara
sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional
diantaranya sebagai berikut:
Perbankan Syariah:
a. Tidak menggunakan sistem bunga (riba), melainkan bagi hasil.
b. Penentuan besarnya nisbah (proporsi pembagian) di akhir setelah ada
usaha.
c. Besarnya persentase didasarkan pada keuntungan yang diperoleh dari
usaha yang dijalankan.
d. Hanya menawarkan produk halal dengan cara yang halal
Perbankan Konvensional:
a. Menggunakan sistem bunga.
b. Penentuan besarnya persentase bunga di awal karena di asumsikan usaha
yang dijalankan akan selalu untung.
c. Besarnya persentase bunga didasarkan pada besarnya dana yang akan
dipinjam.

4
d. Tidak ada pemisahan antara yang halal dengan yang haram, sehingga
menimbulkan ketidakjelasan.
Hal yang sangat menonjol dalam perbedaan antara perbankan syariah
dengan perbankan konvensional adalah adanya sistem bunga (riba) yang
dianut oleh perbankan konvensional, sedangkan perbankan syariah
menganut sistem non-riba, gharar, dan maisir.

2.3 Produk Pembiayaan Dan Simpanan Bank Syariah


Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi
kepada produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja
berbeda dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang digunakan
dalan perbankan syariah. Jenis produk yang ditawarkan pada perbankan
syariah maupun konvensional dalam segi pendanaan meliputi giro,
tabungan, deposito/investasi, serta obligasi atau biasa disebut dengan sukuk
pada sistem syariah. Dalam segi pembiayaan meliputi pemberian pinjaman
(kredit). Produk jasa perbankan lainnya yang ditawarkan seperti jual beli
valuta asing, anjak piutang, transfer, inkaso, kliring, dan lain sebagainya.
Selain itu, pada Bank Syariah terdapat pula produk seperti Pasar
Modal, Reksadana Syariah, Pasar Uang dan Produk Perbankan Syariah,
Asuransi dan Dana Pensiun Syariah, serta Gadai Syariah (Rahn). Produk
semacam itu juga terdapat pada Bank Konvensional hanya saja tanpa ada
pelekatan kata syariah dalam penyebutannya.
Menurut Ascarya (2011: 41), jenis akad yang diterapkan oleh bank
syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu:
1. pola titipan, meliputi wadi’ah yad amanah dan wadi’ah qardhul hasan;
2. pola pinjaman, meliputi qardh dan qardhul hasan;
3. pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musharakah;
4. pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna;
5. pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiya
bittamlik (IMBT); dan

5
6. pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.
Bentuk produk bank syariah dengan pola titipan (wadi’ah) berupa
giro, karena giro merupakan suatu bentuk titipan dana dari masyarakat
kepada suatu lembaga keuangan (bank) yang harus dijaga dan kembalikan
secara utuh ketika masyarakat tersebut menghendaki. Bentuk produk dengan
pola pinjaman adalah pemberian pinjaman yang lebih bersifat sosial dimana
masyarakat yang meminjam dana/modal kepada bank syariah untuk
keperluan usaha pada khususnya hanya diwajibkan untuk mengembalikan
sebesar modal/dana yang dipinjam dan tidak diharuskan untuk membagi
dana dari keuntungan yang diperoleh. Untuk pola pinjaman ini lebih
ditekankan pada masyarakat yang tidak mampu. Bentuk produk dari pola
bagi hasil hampir sama dengan pola pinjaman, bedanya pola bagi hasil tidak
untuk bertujuan sosial sehingga masyarakat yang melakukan pinjaman dana
wajib mengembalikan dana/modal beserta keuntungan/kerugian yang
ditanggung dalam usaha yang dijalankan, dimana ketika usaha yang
dijalankan mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung
bersama, dan ketika mengalami keuntungan maka keuntungan tersebut akan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati antara pihak peminjam dengan
pihak yang memberi pinjaman.
Dalam pola jual beli, barang yang akan diperjual belikan harus jelas
spesifikasinya dengan pihak bank bertindak sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli, harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok
ditambah dengan keuntungan dalam persentase tertentu bagi bank syariah
sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang tersebut akan berpindah
kepada nasabah setelah perjanjian jual beli ditandatangai dan nasabah akan
membayar dengan cicilan yang besrnya sama hingga pelunasan, jika
menggunakan prinsip murabahah. (Ali 2008: 30)
Sedangkan jika menggunakan prinsip salam maka pembayaran
dilakukan secara tunai dan barang yang dibeli akan diserahkan dikemudian
hari, dan jika menggunakan pola istishna pembayaran bisa dilakukan dengan
termin yang jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan.

6
Bentuk produk yang ditawarkan dengan pola sewa dalam pola
konsepnya hampir sama denga pola jual beli, namun hanya ada pemindahan
hak guna atas barang ataupun jasa tanpa adanya pemindahan kepemilikan.
Sedangkan jika menggunakan pola sewa IMBT akan ada perjanjian menjual
atau menghibahkan barang yang disewa kepada penyewa di akhir periode
sewa sehingga ada pemindahan alih kepemilikan.

2.4 Prospek Bank Syariah Di Masa Depan


Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan dan UU No 23/1999 tentang Bank Indonesia (BI). Mengatur
tentang perkembangan pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
Indonesia memiliki penduduk yang mayoritas beragama Muslim. Apalagi,
pengembangan perbankan syariah pada dasarnya, untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang selama ini tidak terlayani jasa perbankan
konvensional karena masalah keyakinan, terutama yang berkaitan bunga
bank. Di samping itu, pengembangan perbankan syariah merupakan bagian
Menurut survei BI bahwa dari lebih kurang 4.000 responden yang
tersebar di empat provinsi, sebagian besar (>95 persen) berpendapat bahwa
sistem perbankan penting dan dibutuhkan dalam mendukung kelancaran
transaksi ekonomi. Kesan umum masyarakat tentang bank syariah adalah: (i)
identik dengan bank dengan sistem bagi hasil, dan (ii) bank bagi umat Islam.
Sebagian wilayah di mana telah beroperasi Bank Muamalat Indonesia
(BMI), kesan baik/buruk bank BMI tidak dapat dilepaskan dengan kesan
masyarakat tentang bank syariah, meskipun bank-bank syariah baru berdiri
termasuk BPR Syariah Masih adanya keraguan akan hukum bunga bank
dalam sistem perbankan konvensional, dipandang dari aspek pemahaman
agama, maka diperlukan informasi mengenai pandangan masyarakat
mengenai sistem bunga dari aspek pemahaman agama.
Beberapa catatan khusus berkaitan dengan persepsi tentang praktik
perbankan syariah adalah bahwa sebagian besar responden (94 persen) yang

7
telah diinformasikan mengenai prinsip operasional dan akad perbankan
syariah menyatakan bahwa sistem bagi hasil yang menggantikan sistem
bunga pada perbankan syariah dapat diterima dan dianggap menguntungkan
baik bagi bank maupun bagi nasabah. Namun demikian, 10,2 persen
responden mempunyai pandangan skeptis yang menyatakan bahwa praktik
bank syariah sama saja dengan bank konvensional dan 16,5 persen
responden menyatakan bahwa bagi hasil dan mark-up dalam prinsip
murabaha (jual beli) pada bank syariah sama saja dengan bunga.
Dan walaupun bank syariah belum mampu mendominasi pasar seperti
halnya bank konvensional, namun bukan berarti bank syariah tidak
memberikan layanan yang baik. Apalagi Bank Indonesia sudah
memproyeksikan perbankan syariah akan mengalami peningkatan pangsa
pasar di sekitar tahun 2023 mendatang. Hal itu sejalan dengan rencana BI
yang dalam waktu dekat akan menerbitkan instrumen Sukuk Bank Indonesia
yang bisa dijadikan sebagai alternatif pembiayaan di pasar keuangan
syariah.
Bahkan nantinya ukuk ini bisa diperdagangkan kembali dan menjadi
solusi jangka pendek untuk kebutuhan likuiditas perbankan, selain dari
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Faslitas Bank Indonesia Syariah
(FASBIS), Reverse Repo Syariah, dan Repo SBSN. Dan bahkan juga perlu
kita ingat, bahwa pada Mei 2019 kemarin pemerintah secara resmi sudah
meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019 –
2024, sebagai pembuka jalan untuk bank syariah bisa masuk ke dalam 10
bank terbesar di Indonesia.
Dengan adanya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia akan ada
empat langkah yang bisa dijadikan untuk mendorong perbankan syariah,
mulai dari penguatan halal value chain dengan fokus pada sektor yang
dinilai potensial dan berdaya saing tinggi, penguatan sektor keuangan
syariah dengan rencana induk yang sudah terdapat dalam Masterplan
Aritektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI), penguatan sektor UMKM
sebagai penggerak utama halal value chain, dan penguatan di bidang

8
ekonomi digital utamanya perdagangan dan juga keuangan.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik
simpulan bahwa:
a. Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
b. Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi
kepada produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja
berbeda dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang
digunakan. Dalam perbankan syariah pembagian akad didasarkan pada
pola tujuan dari pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya.
c. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait
sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistem bunga
sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang mana
lebih meringankan beban nasabah.
d. prospek perbankan syariah diyakini dapat memenuhi seluruh kriteria
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Asalkan harus didukung
dengan kemampuan SDM dan sarana prasarana informasi yang memadai.

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat mengambil sisi positif
dari pembahasan mengenai Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional, dan sisi negatif dari pembahasan di atas bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainuddin. (Ed.) 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Anonim. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Buku Panduan Organisasi.

Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.

Burhanuddin S. 2008. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: UII


Press

Imaniyati, Neni Sri. 2013. Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi.
Bandung: CV Mandar Maju.

Https://www.kompasiana.com/amir/5500346a813311d019fa7386/prospek-masa-
depan-perbankan-syariah-indonesia

Http://rivankurniawan.com/2019/07/17/perkembangan-perbankan-syariah/

Mangani, Ktut Silvanita. (Eds.) 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sutedi, Adrian. 2009. Perbankan Syariah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Santoso, Totok Budi & Triandaru, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain.Jakarta: Salemba Empat.

11

Anda mungkin juga menyukai