Disusun oleh:
Syaiyi Datul Munauwaroh
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perbankan.......................................................................3
2.2 Pebedaan Perbankan Syariah Dengan Konvensional.......................4
2.3 Produk Yang Ditawarkan.................................................................5
2.4 Prospek Bank Syariah Di Masa Depan............................................7
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat
diambil beberapa rumusan masalah yang akan penulis bahas dalam makalah
ini. Diantaranya sebagai berikut:
a. Apa pengertian Perbankan?
b. Bagaimana perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan
Konvensional?
c. Apa saja produk yang ditawarkan oleh perbankan konvensional maupun
Perbankan Syariah?
d. Bagaimana prospek Bank Syariah di masa depan?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
prinsip syariah.
Dari pengertian di atas dapat ditarik simpulan bahwa Bank
Konvensional adalah lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan
usahanya dalam menghimpun dan menyalurkan dana dengan menggunakan
cara dan proses yang konvensional seperti pemberian dan pengenaan
imbalan berupa bunga. Sedangkan Bank Syariah merupakan lembaga
keuangan yang menjalankan unit usaha menghimpun dan menyalurkan dana
dengan cara dan proses yang berdasarkan nilai islam (syariah). Dengan kata
lain bank syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang tidak
mengandung bunga (riba), serta unsur-unsur ketidakjelasan atau
ketidakpastian dalam operasionalnya.
4
d. Tidak ada pemisahan antara yang halal dengan yang haram, sehingga
menimbulkan ketidakjelasan.
Hal yang sangat menonjol dalam perbedaan antara perbankan syariah
dengan perbankan konvensional adalah adanya sistem bunga (riba) yang
dianut oleh perbankan konvensional, sedangkan perbankan syariah
menganut sistem non-riba, gharar, dan maisir.
5
6. pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.
Bentuk produk bank syariah dengan pola titipan (wadi’ah) berupa
giro, karena giro merupakan suatu bentuk titipan dana dari masyarakat
kepada suatu lembaga keuangan (bank) yang harus dijaga dan kembalikan
secara utuh ketika masyarakat tersebut menghendaki. Bentuk produk dengan
pola pinjaman adalah pemberian pinjaman yang lebih bersifat sosial dimana
masyarakat yang meminjam dana/modal kepada bank syariah untuk
keperluan usaha pada khususnya hanya diwajibkan untuk mengembalikan
sebesar modal/dana yang dipinjam dan tidak diharuskan untuk membagi
dana dari keuntungan yang diperoleh. Untuk pola pinjaman ini lebih
ditekankan pada masyarakat yang tidak mampu. Bentuk produk dari pola
bagi hasil hampir sama dengan pola pinjaman, bedanya pola bagi hasil tidak
untuk bertujuan sosial sehingga masyarakat yang melakukan pinjaman dana
wajib mengembalikan dana/modal beserta keuntungan/kerugian yang
ditanggung dalam usaha yang dijalankan, dimana ketika usaha yang
dijalankan mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung
bersama, dan ketika mengalami keuntungan maka keuntungan tersebut akan
dibagi sesuai dengan nisbah yang disepakati antara pihak peminjam dengan
pihak yang memberi pinjaman.
Dalam pola jual beli, barang yang akan diperjual belikan harus jelas
spesifikasinya dengan pihak bank bertindak sebagai penjual dan nasabah
sebagai pembeli, harga jual dari bank adalah harga beli dari pemasok
ditambah dengan keuntungan dalam persentase tertentu bagi bank syariah
sesuai dengan kesepakatan. Kepemilikan barang tersebut akan berpindah
kepada nasabah setelah perjanjian jual beli ditandatangai dan nasabah akan
membayar dengan cicilan yang besrnya sama hingga pelunasan, jika
menggunakan prinsip murabahah. (Ali 2008: 30)
Sedangkan jika menggunakan prinsip salam maka pembayaran
dilakukan secara tunai dan barang yang dibeli akan diserahkan dikemudian
hari, dan jika menggunakan pola istishna pembayaran bisa dilakukan dengan
termin yang jangka waktunya sesuai dengan kesepakatan.
6
Bentuk produk yang ditawarkan dengan pola sewa dalam pola
konsepnya hampir sama denga pola jual beli, namun hanya ada pemindahan
hak guna atas barang ataupun jasa tanpa adanya pemindahan kepemilikan.
Sedangkan jika menggunakan pola sewa IMBT akan ada perjanjian menjual
atau menghibahkan barang yang disewa kepada penyewa di akhir periode
sewa sehingga ada pemindahan alih kepemilikan.
7
telah diinformasikan mengenai prinsip operasional dan akad perbankan
syariah menyatakan bahwa sistem bagi hasil yang menggantikan sistem
bunga pada perbankan syariah dapat diterima dan dianggap menguntungkan
baik bagi bank maupun bagi nasabah. Namun demikian, 10,2 persen
responden mempunyai pandangan skeptis yang menyatakan bahwa praktik
bank syariah sama saja dengan bank konvensional dan 16,5 persen
responden menyatakan bahwa bagi hasil dan mark-up dalam prinsip
murabaha (jual beli) pada bank syariah sama saja dengan bunga.
Dan walaupun bank syariah belum mampu mendominasi pasar seperti
halnya bank konvensional, namun bukan berarti bank syariah tidak
memberikan layanan yang baik. Apalagi Bank Indonesia sudah
memproyeksikan perbankan syariah akan mengalami peningkatan pangsa
pasar di sekitar tahun 2023 mendatang. Hal itu sejalan dengan rencana BI
yang dalam waktu dekat akan menerbitkan instrumen Sukuk Bank Indonesia
yang bisa dijadikan sebagai alternatif pembiayaan di pasar keuangan
syariah.
Bahkan nantinya ukuk ini bisa diperdagangkan kembali dan menjadi
solusi jangka pendek untuk kebutuhan likuiditas perbankan, selain dari
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Faslitas Bank Indonesia Syariah
(FASBIS), Reverse Repo Syariah, dan Repo SBSN. Dan bahkan juga perlu
kita ingat, bahwa pada Mei 2019 kemarin pemerintah secara resmi sudah
meluncurkan Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI) 2019 –
2024, sebagai pembuka jalan untuk bank syariah bisa masuk ke dalam 10
bank terbesar di Indonesia.
Dengan adanya Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia akan ada
empat langkah yang bisa dijadikan untuk mendorong perbankan syariah,
mulai dari penguatan halal value chain dengan fokus pada sektor yang
dinilai potensial dan berdaya saing tinggi, penguatan sektor keuangan
syariah dengan rencana induk yang sudah terdapat dalam Masterplan
Aritektur Keuangan Syariah Indonesia (MAKSI), penguatan sektor UMKM
sebagai penggerak utama halal value chain, dan penguatan di bidang
8
ekonomi digital utamanya perdagangan dan juga keuangan.
9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan yang telah penulis bahas di atas. Maka penulis menarik
simpulan bahwa:
a. Perbankan menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1999 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
b. Produk yang ditawarkan oleh Perbankan Syariah lebih mengadopsi
kepada produk yang ditawarkan oleh Perbankan Konvensional hanya saja
berbeda dalam pelaksaan serta proses terkait adanya akad yang
digunakan. Dalam perbankan syariah pembagian akad didasarkan pada
pola tujuan dari pendanaan, pembiayaan, maupun jasa bank lainnya.
c. Perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional adalah terkait
sistem yang digunakan. Pada bank konvensional menganut sistem bunga
sedangkan pada bank syariah menggunakan sistem bagi hasil yang mana
lebih meringankan beban nasabah.
d. prospek perbankan syariah diyakini dapat memenuhi seluruh kriteria
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Asalkan harus didukung
dengan kemampuan SDM dan sarana prasarana informasi yang memadai.
3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada pembaca agar dapat mengambil sisi positif
dari pembahasan mengenai Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan
Perbankan Konvensional, dan sisi negatif dari pembahasan di atas bisa
dijadikan sebagai bahan pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin. (Ed.) 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Anonim. Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Buku Panduan Organisasi.
Ascarya. 2011. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Imaniyati, Neni Sri. 2013. Perbankan Syariah Dalam Perspektif Hukum Ekonomi.
Bandung: CV Mandar Maju.
Https://www.kompasiana.com/amir/5500346a813311d019fa7386/prospek-masa-
depan-perbankan-syariah-indonesia
Http://rivankurniawan.com/2019/07/17/perkembangan-perbankan-syariah/
Mangani, Ktut Silvanita. (Eds.) 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santoso, Totok Budi & Triandaru, Sigit. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain.Jakarta: Salemba Empat.
11