Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH SOSIOLOGI AGAMA

PINJAMAN, TITIPAN DAN SEWA-


MENYEWA
Nama kelompok:

1. INDRIANI MAMULATY
2. MUHAMMAD FATHURRAZAK
3. PUJI LESTARI
4. ANAS MIFTAKHULRIZQI
5. SYAIYI DATUL MUNAUWAROH
6. VERA ALNIASTRI
PINJAM-MEMINJAM ( ‘ARIYAH)

Pembicaraan mengenai ‘ariyah (pinjaman) mencakup rukun rukun dan hukum-hukum


pinjaman. Rukun-rukun pinjaman ada Iima: peminjaman (al-‘ariyah), orang yang
meminjamkan (al-mu’ir), peminjam (al-musta’ir), barang yang dipinjamkan (al-mu’ar) dan
sirighat (ungkapan pemberian pinjaman).
1. Hukum Memberikan Pinjaman
Memberikan pinjaman adalah perbuatan yang baik dan dianjurkan. “Dan mereka enggan menolong
dengan (meminjamkan) perabot rumah tangga (atau barang yang berguna).” (QS. al-Ma’un: 7)
2. Orang yang Meminjamkan dan Macam Barang yang Dipinjamkan
Orang yang meminjamkan tidak dianggap sah kecuali jika barang yang dipinjamkan itu henar-benar
menjadi miliknya, baik terhadap pokok barang itu sendiri maupun manfaatnya.
3. Shighat Pemberian Pinjaman
Ungkapan pemberian pinjaman ialah setiap kata yang menunjukkan pemberian izin.
4. Hukum Pinjam-Meminjam
Hukum pinjam meminjam itu banyak jumlahnya. Antara lain, apakah pinjaman itu harus ditanggung
atau merupakan amanat.
SEWA-MENYEWA (IJARAH)
Mempersewakan adalah akad atas manfaat ( jasa ) yang dimaksud lagi diketahui, dengan
tukaran yang deketahui, menurut sayarat-syarat yang akan dijelaskan kemudian.
1. Dasar Hukum Sewa Menyewa
Segala sesuatu yang pemenuhannya boleh dengan syarat, maka pemenuhannya boleh dengan sewa
menyewa.
Fuqaha yang melarang sewa menyewa beralasan, bahwa dalam urusan tukar menukar harus terjadi
penyerahan harga dengan penyerahan barang, seperti halnya barang-barang nyata. Sedang manfaat
sewa menyewa pada saat transaksi itu tidak ada. Karena itu, sewa menyewa merupakan tindak
penipuan dan termasuk menjual barang yang belum jadi.
2. Rukun dan Syarat Sewa-menyewa
a. Ada yang menyewa dan mempersewakan. Syaratnya adalah :
 Berakal
 Kehendak sendiri(bukan dipaksa)
 Kedunaya tidak bersifat mubazir.
 Balig ( minimal berumur 15 tahun )
b. Syarat ini semuanya sama seperti syarat penjual dan pembeli.
Sewa, disyaratkan keadaannya diketahui dalam beberapa hal :
 Jenisya .
 Kadarnya .
 Sifatnya .

3. Batalnya Akad Sewa-menyewa


 Menyewa barang yang tertentu , misalnya kuda atau rumah.
 Menyawa barang yang ada dalam tanggungan seseorang, misalnya mobil yan tidak ditentukan
mobil mana.
4. Beberapa Contoh Persewaan
 Persewaan Tanah
 Menyawa pohon untuk mengambil buahnya
 Upah mengajarkan al-quran dan ilmu pengetahuan
 Persewaan Muadzin
WADI’AH (TITIPAN)
Wadi’ah dalam arti bahasa adalah meninggalkan. Sesuatu yang dititipkan pasti ditinggalkan
kepada orang lain.
1. Dasar Hukum
Dasar hukum yang terdapat dalam Al Qur’an adalah Q.S. Al Baqarah (2): 283
2. Rukun
 Benda yang dititipkan
 Shighat
 Orang yang menitipkan
 Orang yang dititipi

3. Syarat
 Syarat benda yang dititipkan
 Syarat-syarat shighat
 Syarat orang yang menitipkan
 Syarat orang yang dititipi
4. Perubahan status
 Orang yang dititipi tidak menjaga barang titipan dengan baik. Apabila barang titipan tersebut
hilang maka wajib menggantinya.
 Orang yang dititipi tanpa udzur menitipkan barang titipannya kepada orang lain yang bukan
keluarganya dan diduga kuat tidak mampu menjaga titipan tersebut.
 Orang yang dititipi menggunakan barang titipan.
 Barang titipan dibawa pergi.
 Mengingkari ijab qobul saat barang akan dititipkan. Contohnya Wahid menitipkan buku kepada
Arba’a. Saat Arba’a meminta bukunya kembali Wahid tidak mau mengembalikannya. Sehingga
Wahid wajib mengganti kerugian Arba’a.
 Bercampurnya barang titipan dengan barang lain yang sejenis, atau bercampur dengan barang lain
sehingga lupa antara barang titipan dan barang miliknya sendiri.
 Penyimpangan oleh orang yang dititipi terhadap syarat-syarat akad dengan orang yang
menitipkan barang dalam hal menjaga barang tersebut.

Anda mungkin juga menyukai