Anda di halaman 1dari 28

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Kontrasepsi

a. Definisi

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat

permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel

yang mempengaruhi fertilitas. Kontrasepsi merupakan sebuah alat,

obat, efek atau tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah

kehamilan. Secara halus, kontrasepsi diistilahkan sebagai Keluarga

Berencana atau KB (Wiknjosastro, 2009).

Penelitian mengenai kontrasepsi sering dilakukan, salah satu

tujuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan

suatu metode kontrasepsi yang berdaya tahan panjang atau lama, yang

tidak membutuhkan pemakaian setiap hari atau setiap akan

bersenggama, tetapi tetap reversibel (Wiknjosastro, 2009).

b. Macam-Macam Metode Kontrasepsi

1) Kontrasepsi Non Hormonal

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menurut Affandi (2011) Metode ini mengandalkan

pemberian ASI eksklusif, artinya bayi hanya diberikan ASI

commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tanpa tambahan makanan atau minuman apapun. Efektifitas

MAL bila diterapkan dengan tepat dapat mencapai 98% pada

usia bayi 0-6 bulan. MAL dapat digunakan sebagai kontrasepsi

bila, :

(1). Ibu menyusui secara penuh (full breast feeding)

(3). Ibu belum mendapat haid

(4). Umur bayi kurang dari 6 bulan

b) Metode KB Alamiah (KBA)

Menurut Irianto (2012) metode ini merupakan salah

satu cara dalam upaya pencegahan kehamilan, melalui

pengamatan tanda-tanda dan gejala-gejala alamiah yang timbul

pada fase fertil dan infertil, dari siklus menstruasi, dengan

menghindari senggama selama fase fertil atau subur.

c) Senggama Terputus

Menurut Wiknjosastro (2009) senggama terputus adalah

metode keluarga berencana tradisional, dimana pria

mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria

mencapai ejakulasi. Sperma tidak masuk dalam vagina

sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum,

sehingga kehamilan dapat dicegah.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Menurut Handayani (2010) AKDR merupakan alat

kontrasepsi yang ditanam didalam rahim Ibu, yang mekanisme

kerjanya akan menimbulkan reaksi radang setempat, dengan

serbukan lekosit yang dapat melarutkan sperma.

3) Kontrasepsi Hormonal

a) Metode Hormonal Kombinasi (Estrogen dan Progesteron)

(1) Pil Kombinasi

Kontrasepsi untuk mencegah kehamilan secara

efektif dengan cara menelan pil setiap hari secara teratur.

Pil KB kombinasi mengandung dua macam hormon yang

sama dengan hormon yang ada pada setiap wanita yakni

estrogen dan progesteron ( Arum, 2009 ).

(2) Suntik Kombinasi

Suntikan kombinasi mengandung 25 mg Depo

Medroksi Progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Valerat

serta 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat

yang diberikan injeksi secara IM setiap bulan (Handayani,

2010 ).

b) Metode Hormonal Progesteron Saja

(1) Pil Progestin (minipil)

Ada 2 macam jenis minipil :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(a) Kemasan berisi 35 pil : 300 µg levonorgestrel atau 350

µg noretindron.

(b) Kemasan berisi 28 pil : 75 µg desogestrel.

Menurut Affandi (2011) mekanisme minipil yaitu

mengentalkan lendir seviks sehingga menghambat penetrasi

sperma dan juga mengubah motilitas tuba sehingga

transportasi sperma akan terganggu.

(2) Suntikan Progestin

Merupakan injeksi Depo Medroksiprogesteron

Asetat (DMPA) tiap tiga bulan sekali dan Noristerat atau

Noretindron Asetat tiap 8 minggu sekali secara IM

(Affandi, 2011).

(3) Implan

Implan adalah kapsul tipis dan fleksibel, yang berisi

levonorgestrel (LNG) yang disisipkan di bawah kulit

lengan atas seorang wanita. Kontrasepsi implan hanya perlu

dipasang 1 kali untuk pemakaian selama tiga atau lima

tahun (Wiknjosastro, 2009).

4) Metode Penghalang (Barrier Method)

a) Kondom

Yaitu selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan

lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

yang dipasang pada penis saat hubungan seksual (Affandi,

2011).

b) Diafragma

Diafragma adalah kap bulat cembung, terbuat dari lateks

(karet) yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan

seksual dan akan menutup serviks. Cara kerjanya adalah

menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai uterus

dan tuba falopii dan sebagai alat tempat spermisida (Affandi,

2011).

5) Kontrasepsi Mantap

a) Tubektomi

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua

tuba Fallopii wanita yang mengakibatkan yang bersangkutan

tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.

(Wiknjosastro, 2010). Mekanisme kerjanya adalah dengan

mengoklusi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),

sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum (Affandi,

2011).

b) Vasektomi

Vasektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua

vas deferens pria yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak

dapat menghamili atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.

(Wiknjosastro, 2009).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

2. KB Suntik Depo Provera

a. Pengertian

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan untuk

tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesteron yang kuat

dan sangat efektif . Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera)

mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuscular di daerah bokong (Anwar, 2011).

b. Farmakologi

Farmakologi dari Depo Provera menurut Hartanto (2005) antara lain :

1) Tersedia dalam larutan mikrokristaline

2) Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak.

Kadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan, selanjutnya menurun kembali

3) Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari

DMPA dalam darah/serum .

c. Mekanisme Kerja

Cara kerja kontrasepsi suntik Depo Provera menurut Anwar (2011)

yaitu:

1.) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan

pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus.

2.) Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi

melalui serviks uteri.

3.) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.

4.) Mempengaruhi transpor ovum di tuba.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

d. Efektivitas

Kontrasepsi Depo Provera memiliki efektivitas tinggi dengan 0,1

kehamilan per 100 perempuan per tahun, asal penyuntikannya

dilakukan secara teratur sesuai jadual yang telah ditentukan (Irianto,

2012).

e. Keuntungan Depo Provera

Menurut Wiknjosastro (2009) keuntungan kontrasepsi Depo Provera,

yaitu :

1.) Efektivitas tinggi

2.) Sederhana pemakaiannya

3.) Cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun)

4.) Reversible

5.) Cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.

f. Kekurangan Depo Provera

Menurut Sulistyawati (2013) kekurangan Kontrasepsi Depo Provera,

yaitu :

1.) Sering ditemukan gangguan haid sebagai efek samping dari

Kontrasepsi Depo Provera, seperti:

a.) Siklus haid yang memendek atau memanjang,

b.) Perdarahan yang banyak atau sedikit,

c.) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),

d.) Tidak haid sama sekali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

2.) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan

(harus kembali untuk suntikan).

3.) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut.

4.) Menimbulkan efek samping masalah berat badan.

5.) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular

seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.

6.) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

7.) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya

kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena belum

habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).

8.) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka

panjang.

9.) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan

kepadatan tulang (densitas).

10.) Pada penggunaan jangka. panjang dapat menimbulkan kekeringan

pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit

kepala, nervositas, jerawat.

g. Indikasi Kontrasepsi Suntikan Depo Provera menurut Handayani (2010)

dan Affandi (2011) yaitu :

1.) Usia reproduksi.

2.) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

3.) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

4.) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5.) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

6.) Setelah abortus atau keguguran.

7.) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

8.) Perokok.

9.) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

10.) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau

obat tuberkulosis (rifampisin).

11.) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

12.) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

13.) Anemia defisiensi besi.

14.) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.

h. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Depo Provera menurut Sulistyawati

(2013) yaitu :

1.) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran).

2.) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

3.) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

4.) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.

5.) Diabetes mellitus disertai komplikasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

i. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Depo Provera

menurut Arum (2009) dan Affandi (2011) yaitu :

1.) Setiap saat selama siklus haid, asal Ibu tersebut tidak hamil.

2.) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

3.) Pada Ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap

saat, asalkan saja Ibu tersebut tidak hamil.Selama 7 hari setelah

suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.

4.) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin

mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila Ibu telah

menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan

Ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera

diberikan.Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.

5.) Bila Ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin

menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,

kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadual

kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.

6.) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin

menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama

kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan,

asal saja Ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu

menunggu haid berikutnya datang. Bila Ibu disuntik setelah hari

ke-7 haid, Ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

7.) Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal.

Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari

ke-7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke-7

siklus haid, asal saja yakin Ibu tersebut tidak hamil.

8.) Ibu tidak haid atau Ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan

pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja Ibu tersebut tidak

hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan

hubungan seksual.

j. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan menurut Affandi (2011) yaitu :

1.) Kontrasepsi suntikan DMPA atau Depo Provera diberikan setiap 3

bulan dengan cara disuntik intramuskular dalam di daerah pantat.

Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi

suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan

diberikan setiap 90 hari.

2.) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang

dibasahi oleh etil /isopropil alkohol 60 - 90%. Biarkan kulit kering

sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.

3.) Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung

udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat

endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya

dengan menghangatkannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

k. Informasi Lain yang Perlu Disampaikan menurut Affandi (2011) yaitu :

1.) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid.

Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali

mengganggu kesehatan.

2.) Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit

kepala, dan nyeri payudara.Efek-efek samping ini jarang, tidak

berbahaya, dan cepat hilang.

3.) Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan

pada Ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi Ibu

yang merencanakan kehamilan berikutnya dalam waktu dekat.

4.) Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang.Haid baru

datang kembali pada umumnya setelah 6 bulan.Selama tidak haid

tersebut dapat saja terjadi kehamilan.Bila setelah 3-6 bulan tidak

juga haid, klien harus kembali ke dokter atau tempat pelayanan

kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.

5.) Bila klien tidak dapat kembali pada jadual yang telah ditentukan,

suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadual.Dapat juga

suntikan diberikan 2 minggu setelah jadual yang ditetapkan, asal saja

tidak terjadi kehamilan.Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan

seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya

selama 7 hari.Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi

darurat.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

6.) Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi

suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan

kontrasepsi suntikan yang lain, sebaiknya jangan dilakukan.

Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang akan diberikan

tersebut diinjeksi sesuai dengan jadual suntikan dari kontrasepsi

hormonal yang sebelumnya.

7.) Bila klien lupa jadual suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal

saja diyakini Ibu tersebut tidak hamil.

l. Peringatan bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Depo Provera menurut

Affandi (2011) yaitu :

1.) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan

kehamilan.

2.) Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan

ektopik terganggu.

3.) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.

4.) Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau

kaburnya penglihatan.

5.) Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau 2 kali

lebih banyak dalam satu periode masa haid.

Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga

kesehatan, atau klinik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

3. KB Suntik Depo Provera dengan Spotting

a. Pengertian

Depo Provera merupakan metode kontrasepsi suntik yang memiliki

beberapa efek samping yang diantaranya sering menimbulkan

perdarahan yang tidak teratur ( spotting ) pada permulaan pemakaian

dan juga dapat menimbulkan amenore (Pendit, 2005 ; Wiknjosastro,

2009).

Spotting merupakan perdarahan berupa tetesan atau bercak-bercak

(Irianto, 2012).

b. Etiologi

Penyebab terjadinya spotting adalah adanya ketidakseimbangan

hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi (Irianto,

2012).

c. Patofisiologi

Penyebab terjadinya perdarahan bercak (spotting) adalah terjadinya

pelebaran pembuluh vena kecil di endometrium dan vena tersebut

akhirnya rapuh sehingga terjadi perdarahan lokal. Bila efek gestagen

kurang, stabilitas stroma berkurang, yang pada akhirnya terjadi

perdarahan ( Baziad, 2008).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Depo Provera disuntikkan

Ketidakseimbangan hormon – hormon di dalam tubuh


(antara hormon estrogen dengan hormone
progesteron)

Pelebaran pembuluh vena kecil di


endometrium

Pembuluh vena kecil rapuh

Perdarahan lokal

Gumpalan darah di endometrium

Spotting (Bercak-bercak / flek-flek)

Gambar 2.1 Bagan mekanisme spotting

Sumber : Baziad, 2008

d. Prognosis

Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.

Apabila perdarahan terus berlanjut atau setelah tidak haid namun

kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan

tersebut. Memberikan penatalaksanaan terhadap penyebab perdarahan

dengan cara yang sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya

perdarahan, menanyakan kepada klien masih ingin melanjutkan

suntikan atau tidak, jika tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan

mencari kontrasepsi jenis lain (Arum, 2009 ; Sulistyawati, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

e. Penatalaksanaan Depo Provera dengan Spotting

Penatalaksanaan kontrasepsi suntik dengan efek samping spotting

yaitu menginformasikan kepada akseptor bahwa perdarahan ringan

sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, biasanya tidak

memerlukan pengobatan (Affandi, 2011).

Menurut Baziad (2008), pemberian estrogen hanya dilakukan bila

perdarahan bercak atau perdarahan banyak berlangsung lebih dari 7

hari.

Menurut Arum (2009), bila akseptor tidak dapat menerima

perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan suntikan, maka dapat

disarankan 2 pilihan pengobatan, yaitu :

a. Satu siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 gr etinelestradiol)

b. Ibuprofen (sampai 800 mg 3x /hari untuk 5 hari) atau obat sejenis

lain

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Spotting (Bercak-bercak / flek-flek)

Tidak bermasalah bagi pasien Masalah bagi pasien

Tidak perlu Diberikan terapi : Pil kombinasi


tindakan apapun 1 siklus / Ibuprofen 3 x 800 mg
selama 5 hari

Perdarahan berhenti / sembuh Perdarahan bertambah


banyak / berlanjut

Diberikan terapi lanjutan yaitu : 2 tablet


pil kombinasi untuk 3-7 hari kemudian
lanjut dengan 1 siklus pil kombinasi atau
dapat juga diberikan 50 µg etilestradiol /
1,25 mg estrogen equin untuk 14-21 hari

Perdarahan berhenti / sembuh Perdarahan belum berhenti

Segera Rujuk atau lakukan


kolaborasi dengan dokterSpOG
Gambar 2.2 Bagan Penatalaksanaan Spotting

Sumber : Affandi, 2011

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode

untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan

perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah,

penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

keputusan yang berfokus pada klien ( Varney dkk, 2007 ). Manajemen

kebidanan yang digunakan bidan dalam kasus KB suntik dengan spotting

yaitu menggunakan 7 langkah Varney (2007).

2. Proses Manajemen Kebidanan

Proses manajemen yang dipakai bidan mengacu pada 7 langkah Varney

(2007), yang terdiri atas:

a. Langkah I. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi

yang berkaitan dengan kondisi pasien (Varney dkk, 2007).

Untuk memperoleh data dasar secara lengkap pada kasus KB

Suntik Depo Provera dengan spotting dapat diperoleh melalui:

1.) Data Subjektif

Pada kasus KB Suntik Depo Provera dengan spotting, menurut

Yulifah (2013) data subjektif yang dikumpulkan berupa:

(a) Identitas, terdiri atas : nama, usia, alamat, pekerjaan, agama,

pendidikan terakhir, dan identitas suami (Saminem, 2010).

(b) Alasan Datang atau Keluhan Utama

Dalam kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting,

keluhan utama akan mengarah pada perdarahan yang berupa

tetesan atau perdarahan bercak setelah penggunaan KB suntik

Depo Provera (Sulistyawati, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

(c) Riwayat Perkawinan

Data perkawinan merupakan data tentang berapa kali pasien

kawin, lamanya perkawinan, jumlah anak, berapa kali hamil

dan kapan persalinan terakhir yang dialami ibu (Saminem,

2010).

(d) Riwayat Obstetri

Riwayat obstetri berisi riwayat kehamilan, persalinan, nifas

yang lalu yang meliputi jumlah kehamilan, jumlah anak

hidup, jenis persalinan, masalah atau kelainan lain (Saminem,

2010).

(e) Data Kesehatan

(1) Data Kesehatan Sekarang

Menanyakan pada ibu apa saja keluhan yang dirasakan

ibu saat ini dan kapan keluhan itu berawal (Varney dkk,

2007). Ibu mengeluhkan mengalami perdarahan yang

membuatnya terganggu (Affandi, 2011).

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Data yang diambil untuk mengetahui apakah ibu pernah

menderita penyakit kronis atau tidak seperti DM

(Diabetes Melitus), jantung, ginjal dan lain – lain.

Kemudian juga ditanyakan apakah ibu pernah dioperasi

dan menjalani rawat inap atau tidak. Pada kasus ini

penting untuk diketahui apakah ibu pernah mengalami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

infeksi pada saluran genetalia atau mengalami

perdarahan dan mengganggu sebelum memakai alat

kontrasepsi suntik Depo Provera atau tidak (Varney dkk,

2007).

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Menanyakan apakah dalam keluarga ibu atau suami ibu

ada yang menderita penyakit menular dan menurun atau

tidak (Saminem, 2010).

Data kesehatan sangat diperlukan pada kasus KB suntik

dengan spotting sebelum memberikan terapi, karena untuk

mendeteksi penyakit-penyakit yang menjadi kontraindikasi

terhadap penggunaan esterogen sebagai terapi dari spotting

(Varney dkk, 2007).

(f) Riwayat Menstruasi

Pengkajian riwayat menstruasi ini, dalam kasus KB suntik

Depo Provera, sangat diperlukan karena untuk membedakan

antara mana yang merupakan siklus menstruasi Ibu dan mana

yang merupakan perdarahan di luar siklus menstruasi. Juga

digunakan untuk mengetahui apakah Ibu mengalami kelainan

atau gangguan reproduksi atau tidak (Varney dkk, 2007).

(g) Riwayat Keluarga Berencana

Pada kasus KB suntik dengan spotting, riwayat KB

diperlukan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

sebelumnya digunakan baik tipe kontrasepsi, lama

penggunaan masing-masing kontrasepsi, efek samping

masing-masing kontrasepsi juga alasan penghentian

kontrasepsi sebelumnya (Varney dkk, 2007).

2.) Data Objektif

a.) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum yang dikumpulkan untuk kasus KB

suntik dengan spotting terdiri atas penilaian keadaan umum

dan kesadaran, pengukuran tanda – tanda vital yang meliputi

tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi (Yulifah, 2013).

b.) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk kasus KB suntik

dengan spotting terdiri atas pemeriksaan abdomen dan uterus

meliputi bekas luka operasi, nyeri tekan pada perut bagian

bawah, pembengkakan, dan benjolan atau massa serta

pemeriksaan anogenital meliputi luka, varises,

pembengkakan , massa, dan pengeluaran cairan (Saminem,

2010)

c.) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan inspekulo dalam kasus ini, digunakan untuk

memastikan bahwa pengeluaran berupa darah yang sedikit-

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

sedikit tersebut memang benar keluar melalui jalan lahir

(Affandi, 2011).

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah

atau diagnosis serta kebutuhan keperawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis keduanya

digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan sebagai diagnosis

tetapi dibutuhkan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan

rencana perawatan yang komprehensif kepada pasien (Varney dkk,

2007).

1) Diagnosis Kebidanan

Pada kasus Suntik Depo Provera dengan spotting, diagnosis

kebidanannya yaitu Ny. X, P..A.., umur ... tahun, akseptor KB

suntik Depo Provera dengan spotting. Diagnosis tersebut

ditegakkan berdasarkan data dasar yang telah dikumpulkan

(Saminem, 2010).

2) Masalah

Pada kasus Suntik Depo Provera dengan spotting, masalah

yang mungkin terjadi adalah rasa cemas, yang didasari adanya

perasaan cemas pada ibu, yang diperoleh dari data subjektif pada

saat anamnesa (Affandi, 2011).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

3) Kebutuhan

Pada kasus suntik Depo Provera disertai spotting,

kebutuhan yang mungkin adalah kebutuhan konseling atas rasa

cemas yang dihadapi oleh Ibu atau konseling mengenai perdarahan

bercak yang keluar pervaginam (Affandi, 2011).

c. Langkah III. Mengidentifikasikan Diagnosis atau Masalah

Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.

Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan

masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi,

pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh

dan persiapan terhadap semua keadaan yang mungkin muncul.

Langkah ini sangat penting dalam memberi perawatan kesehatan yang

aman (Varney dkk, 2007).

Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting, diagnosis

potensialnya adalah terjadi perdarahan pada ibu ( Affandi, 2011).

Antisipasi penanganan yang dapat dilakukan bidan adalah dengan

mengobservasi keadaan umum Ibu, vital sign dan pengeluaran

pervaginam ibu (Sulistyawati, 2011).

d. Langkah IV. Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera.

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses

penatalaksakan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer,

tetapi juga saat bidan melakukan perawatan berkelanjutan bagi klien

tersebut (Varney dkk, 2007).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

29

Pada kasus suntik Depo Provera dengan spotting, tindakan segera

yang harus dilakukan bidan adalah kolaborasi dengan dokter Sp.OG

untuk penatalaksanaan komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu,

serta konseling mengenai metode kontrasepsi yang lain (Affandi,

2011).

e. Langkah V. Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.

Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana perawatan yang

menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah

sebelumnya. Suatu rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya

melibatkan kondisi pasien dan masalah lain yang terlihat dan masalah

lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk

antisipasi bagi pasien tentang apa yang terjadi selanjutnya (Varney

dkk, 2007).

Sebagian besar pendidikan kesehatan, konseling dan petunjuk

untuk klien yang berkaitan dengan Depo Provera diberikan selama

proses pemilihan metode kontrasepsi ini. Konseling yang adekuat

sebelum metode dilakukan bertujuan memastikan klien tidak

menghentikan metode tersebut karena ia mengalami perubahan

menstruasi (Varney dkk, 2007).

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada akseptor KB suntik

Depo Provera dengan spotting, yaitu :

Menurut Sulistyawati (2011) ada dua asuhan, yaitu :

a. KIE mengenai sebab terjadinya spotting

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

b. Motivasi agar tetap memakai kontrasepsi suntik

Menurut Affandi (2011) juga terdapat dua asuhan, yaitu :

c. Berikan obat untuk mengatasi perdarahan bercaknya

d. Rencanakan kunjungan ulang

f. Langkah VI. Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan

Aman

Melaksanaan rencana perawatan secara menyeluruh, langkah ini

dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan oleh

bidan atau tim kesehatan yang lain. Apabila tidak dapat melakukannya

sendiri bidan bertanggungjawab untuk memastikan bahwa

implementasi benar-benar dilakukan. Melakukan kolaborasi dengan

dokter dan memberi kontribusi terhadap penatalaksaan perawatan

pasien, pelaksanaan asuhan disesuaikan dengan rencana tindakan

(Varney dkk, 2007).

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara

efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan dalam kasus suntik Depo

Provera dengan spotting, dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

disusun sebelumnya dan dalam pelaksanaannya dicantumkan waktu

tindakan ( Yulifah, 2013).

g. Langkah VII. Evaluasi

Langkah terakhir evaluasi adalah salah satu langkah pemeriksaan

dari rencana perawatan, kebutuhan, masalah dan diagnosis. Rencana

dianggap efektif jika terlaksana dan tidak efektif jika tidak terlaksana

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

(Varney dkk, 2007). Hasil yang diharapkan dari manajemen

kebidanan pada akseptor KB suntik Depo Provera dengan spotting

adalah dapat menghentikan bercak darahnya dan klien tetap

menggunakan KB suntik (Varney dkk, 2007).

C. Follow Up Catatan Perkembangan Kondisi Klien

Menurut KepMenKes RI No : 938/MenKes/SK/VII/2007 tujuh

langkah Varney disarikan menjadi empat langkah yaitu, SOAP (Subjektif,

Objektif, Assesment, dan Planning). SOAP disarikan dari proses

pemikiran penatalaksanaan kebidanan sebagai perkembangan catatan

kemajuan keadaan klien.

S :Subjective

Data subjektif ialah catatan kualitatif dan kuantitatif dari segala sesuatu

yang berhubungan dengan masalah. Data ini mencakup perasaan, reaksi

atau pengamatan terhadap masalah. Data yang terpercaya diperoleh dari

pasien sendiri. Data ini menggambarkan pendokumentasian hasil

pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.

Dalam kasus akseptor suntik Depo Provera dengan spotting, keluhan

utama akan mengarah pada perdarahan yang berupa tetesan atau

perdarahan bercak setelah penggunaan KB suntik Depo Provera

(Sulistyawati, 2011)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

32

O :Objective

Data objektif menggambarkan hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

laboratorium, dan hasil tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney (2007).

Pemeriksaan umum yang dikumpulkan untuk kasus KB suntik dengan

spotting terdiri atas penilaian keadaan umum dan kesadaran, pengukuran

tanda – tanda vital yang meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi

(Yulifah, 2013).

A :Assesment

Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi dan

masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney (2007).

Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan berdasarkan data subyektif

dan objektif adalah Ny. X, P..A.., umur ... tahun, akseptor KB suntik Depo

Provera dengan spotting.

P :Plan

Plan mencakup penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,

tindakan segera, tindakan segera komprehensif yang meliputi penyuluhan,

dukungan, kolaborasi, evaluasi atau follow up dari rujukan sebagai langkah

3, 4, 5, 6 dan 7 Varney (2007).

Beberapa hal yang perlu direncanakan dalam kasus KB Suntik Depo

Provera dengan spotting menurut Sulistyawati (2011) yaitu KIE mengenai

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

sebab terjadinya spotting dan motivasi agar tetap memakai kontrasepsi

suntik, sedangkan menurut Affandi (2011) yaitu berikan obat untuk

mengatasi perdarahan bercaknya dan rencanakan kunjungan ulang.

Perencanaan tersebut kemudian dilaksanakan secara efektif dan aman

kemudian dilakukan evaluasi pada kasus KB suntik Depo Provera dengan

spotting.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai