Anda di halaman 1dari 5

Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA


TERNAK KELINCI DI PEDESAAN
BROTO WIBOWO, SUMANTO dan E. JUARINI

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRAK

Pengembangan ternak kelinci sudah dimulai sejak tahun 80an dan mendapat sambutan positif dari
berbagai kalangan masyarakat maupun pejabat pemerintah dalam mengatasi pemenuhan gizi. Namun saat ini
jumlah populasinya tampak kurang berkembang dan belum merata, hanya jumlahnya terbatas pada wilayah
sentra pariwisata. Kendala utama dalam pengembangannya adalah masih adanya pengaruh psychologis antara
manusia dengan ternak kelinci dalam hal memotong dan sekaligus untuk dimakan. Kendala lainnya adalah
angka kematian yang cukup tinggi dan masih perlu adanya sosialisasi mengkonsumsi daging dan penyediaan
produk daging olahan yang menarik konsumen. Disisi lain ternak kelinci bersifat prolifik dan jarak beranak
yang pendek sehingga mampu menghasilkan jumlah anak yang cukup tinggi pada satuan waktu yang singkat
(per tahun) sehingga dikenal sebagai penyedia daging yang handal. Manfaat lainnya adalah sebagai penghasil
kulit bulu, kotoran (feces) dan sebagai ternak kesayangan. Semua manfaat tersebut dapat menjadi tambahan
pendapatan peternak. Usaha peternakan kelinci selain sebagai pemenuhan gizi (subsisten) perlu adanya
dukungan untuk mengarah pada usaha komersil-berorientasi pasar. Telah dicoba dilakukan analisis terhadap
usaha kelinci intensif yang berskala 20 ekor induk dan 5 ekor pejantan sebagai usaha penghasil daging dan
kulit bulu selama satu tahun. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa keuntungan pada skala usaha
tersebut adalah sebesar Rp 9.206.200/tahun atau Rp 767.183/bulan (dalam perhitungan ini dilakukan
penilaian terhadap sisa kelinci yang belum berumur potong, karena dalam kas opnam masih tersisa sejumlah
ternak muda).
Kata Kunci: Kelinci, Pemanfaatan, Keuntungan

PENDAHULUAN dimasyarakat guna menambah pilihan


pemanfaatan daging sebagai sumber gizi.
Di Indonesia ternak kelinci mempunyai Namun sangat disayangkan perkembangannya
kemampuan kompetitif untuk bersaing dengan kurang menggembirakan dan terus menurun
sumber daging lain dalam memenuhi popularitasnya, bahkan hingga saat ini sentra-
kebutuhan hidup manusia ( kebutuhan gizi) dan sentra produksi kelinci hanya terdapat di
merupakan alternatif penyedia daging yang daerah-daerah pariwisata, misalnya di
perlu dipertimbangkan dimasa datang, daging Lembang (Jawa Barat), Bedugul (Bali),
kelinci merupakan salah satu daging yang Kaliurang (Jawa Tengah) Tentu dengan
berkualitas baik dan layak dikonsumsi oleh wilayah penyebaran yang terbatas permintaan
berbagai kelas lapisan masyarakat. Bahkan daging kelinci akan menjadi terbatas pula.
dibandingkan dengan kondidi daging ayam Kendala lain yang terdeteksi adalah adanya
dilihat dari segi aroma, warna daging dan pengaruh kejiwaan ”tidak tega” apabila
dalam berbagai bentuk masakan tidak manusia hendak memakan daging kelinci
ditemukan perbedaan yang nyata (DIWYANTO, (SARTIKA, 1998).
et al., 1995). Teknik budidaya maupun pengolahan hasil
Dicermati dari pengalaman terdahulu, pada ternak kelinci telah banyak dipelajari oleh para
tahun 80 an, ternak kelinci telah dikenalkan ahli, bahkan banyak pula peternak yang telah
dan dikembangkan dimasyarakat secara luas mengadopsinya. Dengan demikian saat ini
dengan berbagai bentuk promosi, bahkan dimana krisis ekonomi terus berlangsung dan
promosi pengembangannya dimotori secara adanya issue penyakit ”flu burung” yang
langsung oleh Kepala Negara. Berbagai menyerang ternak unggas, maka usaha kelinci
program aksi dalam rangka pemberdayaan merupakan kesempatan yang baik untuk
pengembangan kelinci telah digulirkan memulai menggiatkan kembali usaha

139
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

pengembangannya dimasyarakat. Harapannya kesayangan mempunyai nilai harga harga yang


adalah masyarakat dapat memperoleh lebih baik dibanding ternak kelinci pedaging.
pendapatan dan sekaligus untuk pemenuhan Sedangkan kotoran ternak (feses, air kencing
gizinya. dan sisa hijauan) setelah diproses menjadi
kompos berguna sebagai penyubur tanah
maupun tanaman. FAREL dan RAHARJO (1994)
Pohon industri ternak kelinci mengatakan bahwa kelinci sapihan dapat
menghasilkan kotoran sebanyak 28 gram
Keberadaan ternak kelinci bagi manusia kotoran lunak atau setara dengan 3 gram
dapat dimanfaatkan dalam berbagai hasil protein/hari/ekor. Penggunaan kotoran kelinci
produk dan digambarkan seperti pada Gambar 1. dengan tambahan probiotik (kompos) berguna
Gambar 1 memperlihatkan bahwa terdapat untuk kesuburan tanah dan tanaman dan telah
4 segmen produk kelinci yang dapat dilakukan percobaan skala penelitian. SAJIMIN
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. et al. (2005) mengatakan bahwa penggunaan
Hasil pemotongan ternak kelinci menghasilkan kompos kelinci dengan feses kelinci ditambah
daging dan kulit bulu. Melalui serangkaian probiotik kandungan bahan organik dengan
kegiatan (proses) dan penambahan beberapa
C/N ratio (11−12%) lebih baik dibanding tanpa
bahan lain maka dapat dihasilkan bahan
probion C/N (10%). Manfaat lain adalah
pangan (Nuget, baso, burger, sosis, sate, dll.)
kompos feses kelinci dapat meningkatkan
maupun bahan industri kerajinan kuli (tas,
pertumbuhan dan produksi tanaman
mantel, hiasan, dll.). Produk lain dari ternak
Stylosanthes hamata secara nyata lebih tinggi
kelinci adalah ternak sebagai binatang
58,4% dibandingkan dengan tanpa probiotik.
kesayangan dan penghasil kotoran untuk
pupuk. Beberapa tipe kelinci sebagai ternak

Ternak Kelinci

Daging Kulit bulu Kotoran Kesayangan

Bahan pangan Bahan kerajinan Pupuk kompos

Mantel
Nuget Jaket
Sosis Hiasan
Burger
Souvenir
Dendeng
Baso
Sate
Gule

Gambar 1. Pohon industri ternak kelinci

140
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

Potensi kelinci sebagai penghasil daging memperkecil atau meniadakannya melalui


penyuluhan budidaya dan pemahaman terhadap
Menurut SARTIKA et al. (1998) dari seekor nilai kemanfaatan kelinci bagi kebutuhan gizi
induk yang dipelihara selama 1 tahun dapat masyarakat. Perlu dipertimbangkan terhadap
menghasilkan sebanyak 117 kg daging untuk pengadaan tempat pemotongan yang dilokalisir
kelinci Ras biasa dan 144 kg daging untuk sehingga perasaan kasihan bagi peternak dapat
kelinci Hybreed pada pemeliharaan secara dihindari. Dilain pihak dengan adanya tempat
intensif dan manajemen yang baik. Hal tersebut pemotongan khusus ternak kelinci akan
dikarenakan ternak kelinci bersifat prolifik dan mempermudah pengumpulan kulit bulunya.
jarak antar kelahiran yang cukup pendek.
Sedangkan prosentase karkas kelinci mencapai
Pemasaran ternak kelinci
42,6 sampai 46,7%. Menurut FAREL dan
RAHARJO (1994) bahwa daging kelinci
mempunyai kualitas kandungan gizi yang Produk ternak kelinci yang dapat
cukup baik, karena mengandung lemak, dipasarkan adalah dalam bentuk hidup, bentuk
produk segar maupun produk olahan.
kolesterol dan garam yang rendah. Dalam
Transaksi jual-beli kelinci hidup antara
kajiannya tentang preferensi daging kelinci
yang dilakukan oleh DIWYANTO et al. (1985) produsen dan konsumen dapat berlangsung di
lokasi produsen maupun di pasar (pasar umum,
diperoleh hasil bahwa warna, aroma, rasa dan
pasar hewan, bahkan tempat rekreasi). Ternak
keempukan daging kelinci panggang antara
berbagai jenis kelinci tidak berbeda nyata. yang diperjual belikan mulai dari status lepas
sapih hingga ternak siap kawin. Secara umum
Selanjutnya dikatakan antara warna, aroma dan
jalur pemasaran ternak kelinci dari produsen
rasa daging kelinci dengan ayam ras tidak
menunjukkan hasil yang berbeda, kecuali hingga konsumen tercantum pada Gambar 2.
keempukan dimana ternak ayam lebih empuk.

Peternak Pedagang
KENDALA PENGEMBANGAN KELINCI

SASTRODIHARDJO et al. (1992) mengatakan


bahwa beberapa kendala pengembangan
kelinci antara lain: 1) daging kelinci belum Konsumen luar
Peternak Konsumen lokal
memasyarakat, 2) harga dagingnya belum daerah
terjangkau oleh daya beli masyarakat, 3)kurang
gencarnya promosi tentang perlunya Gambar 2. Skema pemasaran ternak kelinci
masyarakat mengkonsumsi daging kelinci.
Kendala non teknis diduga lebih kuat pada 1. Pemasaran di tingkat produsen; transaksi
pengembangan kelinci sebagaimana diutarakan antara peternak dengan pedagang,
oleh SARTIKA et al. (1998) yang mengatakan pedagang melakukan pembelian kelinci
ditinjau dari segi preferensi sebetulnya daging kepada produsen (peternak), ternak yang
kelinci tidak mengalami kendala yang serius, diperjual belikan adalah ternak bibit, siap
namun kendala mengkonsumsi daging kelinci potong maupun kelinci dewasa. Transaksi
diduga dari segi psikologis yang yang terjadi pada produsen selain pedagang
mengungkapkan adanya rasa sayang, atau adalah juga terdapat peternak dimana
kasihan dalam pemotongannya maupun dalam tujuannya adalah membeli ternak untuk
hal memakannya. Kendala secara teknis dikembangkan lebih lanjut.
banyak ditemui tentang faktor kematian yang
mencapai lebih dari 20% pada tingkat umur 2. Pemasaran di tingkat pedagang; transaksi
potong. DIWYANTO et al. (1985) mengatakan antara pedagang dengan konsumen akhir
bahwa budidaya ternak yang dilakukan (lokal maupun luar daerah), transaksi
masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui seperti ini dilakukan di tempat tertentu
perbaikan tatalaksana pemeliharaan. Oleh (pasar umum, maupun pasar hewan, dan
karena itu diperlukan langkah kongkrit untuk tempat pariwisata daerah). Pemasaran
kelinci dilokasi pariwisata (Kebun Raya

141
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

Bogor, Cibodas dan Cisarua) komoditas Tabel 1. Analisa ekonomi sederhana usaha kelinci
yang diperjual belikan didominasi oleh dalam jangka satu tahun
ternak kelinci usia sapih. Namun demikian
Item pengeluaran dan penerimaan Rp
terdapat pula daerah pariwisata tertentu
Pengeluaran
yang mempunyai ciri tertentu pada
Bibit 837.600
komoditas kelinci yaitu sate kelinci di
Tawang Mangu, Jawa Tengah, daerah Induk (20 ekor) 675.600
lainnya seperti di Lembang terdapat banyak Jantan (5 ekor) 162.000
penjaja tukang sate kelinci di pingggiran Pakan 38.139.600
jalan. Induk 2.664.000
Pejantan 666.000
Pemasaran produk daging; pasar daging
Anak 24 minggu 25.574000
kelinci belum banyak dan populer bila
Anak 20 minggu 6.216.000
dibandingkan dengan daging ternak lain (sapi,
Anak 12 minggu 2.664.000
kambing dan ayam). Pemasaran daging kelinci
perlu usaha yang gigih dan dilakukan melalui Anak 4 minggu 355.200
usaha-usaha promosi antara lain: melakukan Kandang 740.000,-
demo pada berbagai instansi tertentu dalam Induk 100.000
acara seremonial (ulang tahun kemerdekaan Pejantan 20.000
atau pameran pembangunan daerah). Peluang Box anak 20.000
akan diterima oleh masyarakat lebih terbuka Anak lepas sapih 600.000
bila daging kelinci diolah menjadi bentuk lain Tempat pakan/minum 290.000,-
dari yang sekarang ada, bentuk tersebut antara Induk 40.000
lain; Nugget, Burger, Fried, atau jenis lainnya Pejantan 10.000
seperti: abon, baso dan sosis. Bila dijual dalam Anak LS 240.000
bentuk daging segar maka hendaknya Tenaga kerja upahan 1 orang/tahun 2.400.000,-
diwujudkan dalam bentuk potongan yang Obat-Obatan 500.000,-
menarik misalnya: potongan kaki belakang/ Peralatan lainnya 100.000,-
paha, potongan pinggang, Schnittzel (bagian
Total pengeluaran 43.012.000,-
daging tanpa tulang yang berasal dari kaki
Penerimaan
depan).
Jual daging dan kulit bulu ternak 26.112.000,-
umur potong
Analisis usaha kelinci di pedesaan Jual daging dan kulit bulu ternak 9.360.000,-
umur 5 bulan
Dari uraian pemanfaatan ternak kelinci Jual daging dan kulit bulu ternak 7.776.000,-
umur 3 bulan
sebelumnya, tampaknya produk kelinci telah
Jual daging dan kulit bulu ternak 7.840.000
dapat memberikan keuntungan yang cukup umur 1 bulan
berarti bagi kehidupan masyarakat di pedesaan, Kotoran (kg lunak) 1.130.400,-
terutama pada sentra-sentra produksi di daerah
Total penerimaan 52.218.400,-
pariwisata. Seberapa jauh nilai keuntungan
Pendapatan 9.206.200,-
yang dapat diraih bagi produsen (peternak),
B/C Ratio 1,21
apabila peternak di pedesaan akan
mengusahakan sebanyak 20 kelinci induk dan 1. Ternak pada waktu kas opnam terdapat sejumlah
lima pejantan selama setahun. Dengan kelinci hidup berbagai umur, dalam perhitungan
memperhatikan nilai koefisien teknis diperhitungkan nilai jual kulibulu dan bobot
produktivitas kelinci dari berbagai hasil hidup yang sama dengan ternak usia potong.
penelitian sebelumnya oleh para ahli dan nilai 2. Biaya kelinci bibit sudah diperhitungkan dalam
jual produk kelinci (daging, kulit bulu dan nilai kelinci afkir.
kotoran) saat ini, maka hasil pendapatannya
dapat diketahui. Uraian detail analisa ekonomi Dari Tabel 1 dapat diuraikan bahwa jumlah
sederhana terhadap usaha kelinci dengan skala pengeluaran usaha kelinci yang terbanyak
20 ekor induk dan 5 ekor jantan selama setahun adalah untuk pembelian pakan konsentrat yaitu
disajikan pada Tabel 1. sebanyak Rp 38.139.600/tahun atau 88,89%

142
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci

dari total pengeluaran sebanyak Rp keuntungan sebesar Rp 9.206.200,-/tahun


43.012.200/tahun. Pengeluaran terbanyak atau Rp 767.183/bulan (dengan
kedua adalah untuk membayar tenaga kerja, memasukkan penilaian sejumlah kelinci
lalu untuk perkandangan dan obat-obatan. yang masih berusia dibawah umur potong).
Sedangkan sumber penerimaan terbanyak
diperoleh dari penjualan daging kelinci dan
DAFTAR PUSTAKA
kulit bulu umur potong selama 1 tahun
sebanyak 384 ekor, yaitu sebanyak Rp DIWYANTO, K., SUMANTO, B. SUDARYANTO, T.
26.112.000. Meskipun kotoran kelinci dapat SARTIKA dan DARWINSYAH. L. 1985. Suatu
menghasilkan uang, namun nilainya masih Studi Kasus Mengenai Budidaya Ternak
cukup sedikit, yaitu sekitar Rp 1.130.400/ Kelinci di Desa Pandansari. Jawa Tengah
tahun. Dari usaha kelinci dengan skala usaha (aspek Manajemen dan produktivitas ternak).
20 ekor induk dan lima ekor jantan, maka Ilmu dan Peternakan. Pusat Penelitian dan
diperoleh pendapatan (keuntungan) sebanyak Pengembangan Peternakan. 1(10).
Rp 9.206.200/tahun atau Rp 767.183/bulan. DIWYANTO, K., T. SARTIKA. MOERFIAH dan
Hasil perhitungan pada penerimaan telah SUBANDRIYO. 1985. Pengaruh Persilangan
mencantumkan tentang ternak kelinci yang Terhadap Nilai Karkas dan Preferensi Daging
masih berusia dibawah umur potong yang Kelinci Panggang. Ilmu dan Peternakan. Pusat
terdiri dari umur 5 bulan ( 144 ekor), umur 3 Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
bulan sebanyak (144 ekor) dan umur 1 bulan 1(10).
sebanyak (160 ekor). FAREL, D.J. dan Y.C. RAHARJO. 1994. Potensi
Ternak Kelinci Sebagai Penghasil Daging.
Pusat Penelitian dan Pengembangan
KESIMPULAN Peternakan. Bogor.

1. Ternak kelinci mempunyai potensi sebgai SAJIMIN, Y.C. RAHARJO, N.D. PURWANTARI dan
LUGIO. 2005. Produksi Tanaman Pakan
penghasil daging, kulit bulu, ternak hidup
Ternak Stylosantethes hamata Yang Diberi
dan kotoran yang sangat bernilai bagi Pupuk Kelinci.Seminar Nasional Teknologi
kepentingan manusia. Peternakan dan Veteriner. Departemen
2. Faktor teknis terutama kematian merupakan Pertanian. Badan Penelitian dan
kendala pada teknis budidaya, sedangkan Pengembangan Pertanian .Puasat Penelitian
faktor nonteknis adalah masalah psikologis dan Pengembangan Peternakan. Bogor
dan daya beli mayarakat masih rendah. SASTRODIHARDJO, S. dan Y.C. RAHARJO. 1992.
3. Promosi pengembangan kelinci melalui Pengkajian Kelayakan Usaha Pembesaran
pengenalan produk-produk olahan sehingga Kelinci Rex yang Diberi Pola Pkan Berbeda
masyarakat mempunyai pilihan atas produk pada Lahan Pekarangan di Dataran Tinggi
daging kelinci. Desa Pandansari, Kabupaten Berebes, Jawa
Tengah. Pros. Agro-Industri Peternakan di
4. Pengembangan ternak kelinci diharapkan Pedesaan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi.
berorientasi komersiil, dengan spesifikasi hlm. 150-162.
aktivitas usaha ( pembibitan, budidaya dan
TIKE SARTIKA, TATA ANTAWIJAYA dan K.
pengolahan hasil).
DIWYANTO. 1998. Peluang Ternak Kelinci
5. Usaha kelinci dengan skala 20 ekor induk Sebagai Sumber Daging Yang Potensial Di
dan 5 ekor pejantan untuk menghasilkan Indonesia. Wartazoa 7(2).
daging dan kulit bulu dapat diperoleh

143

Anda mungkin juga menyukai