Artikel ini diterima (received): 18 Desember 2019; dinyatakan disetujui (accepted): 10 Februari 2020; terbit (published):
15 Mei 2020. Artikel ini dipublikasi secara daring pada https://ejournal.unib.ac.id/index.php/buletin_pt
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji manjemen pemeliharaan dan pola pemasaran ternak
kelinci pada peternakan rakyat di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Variabel yang
diamati; identitas responden, manajemen pemeliharaan ternak kelinci (pemilihan bibit, reproduksi,
kandang dan fasilitasnya, pemberian pakan, dan pemberantasan penyakit), populasi ternak, dan
pola pemasaran. Data yang diperoleh ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel lalu di bahas
secara deskriptif. Responden kelinci yang ada di Kecamatan Kabawetan sebanyak 17 orang. Hasil
penelitian memnunjukkan bahwa peternak memilih bibit yang berasal dari indukan (47,01% ) dan
anakan (52,95%). Kelinci dikawinkan dengan cara alami dengan rasio jantan betina rata rata 1 : 6.
Kandang adalah kandang baterai, beratap seng, berdinding bambu (82,35%), dan lantai kandang,
berbahan bambu (94,12%). Pakan kelinci diberikan sebanyak dua kali dalam sehari. Jenis pakan
yang diberikan; rumput lapang, wortel, daun singkong, kubis, daun sawi dan buncis. Sanitasi
kandang dan pencegahan penyakit selalu dilakukan. Populasi ternak kelinci dalam 1 tahun terakhir
sebanyak 4527 ekor; 304 indukan dan penjantan, 3220 dijual, 621 mati, 372 anakan, dan 10 ekor
kelinci dipotong. Pola pemasaran ternak kelinci, semua peternak menjual hasil ternak mereka ke
pedagang pengumpul. Kriteria penentuan harga dan waktu penjualan bibit ditentukan sendiri oleh
peternak. Dapat disimpulkan bahwa sistem manajemen pemeliharaan ternak kelinci masih
tradisional, peternak menjual langsung ke pedagang pengumpul. Kriteria penentuan harga dan
waktu penjualan ternak ditentukan oleh peternak.
Kata kunci : Kelinci, manajemen pemeliharaan, pola pemasaran.
16
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
sepanjang tahun (BPS, 2013). Namun demikian, mengajukan daftar pertanyaan atau kuisioner
lingkungan dan peserdiaan pakan yang cukup yang telah dipersiapkan untuk mendapatkan
banyak belum tentu menghasilkan informasi dari peternak, data primer terdiri
produktivitas yang baik jika tidak didukung oleh dari : Indentitas Responden, bibit dan jenis
manajemen yang baik. ternak kelinci, manajemen pemeliharaan
Manajemen pemasaran merupakan ternak kelinci (manajemen pemilihan bibit,
proses kegiatan aktivitas menyalurkan produk reproduksi, kandang dan fasilitasnya,
dari produsen ke konsumen. Pemasaran pemberian pakan dan pemberantasan
merupakan ujung tombak kegiatan ekonomi penyakit), populasi ternak kelinci, pola
dalam agribisnis peternakan. Peternak atau pemasaran ternak kelinci. dan data sekunder
pengusaha yang menghasilkan produk dapat diperoleh dari data dan catatan yang
peternakan pasti menginginkan produknya sudah ada sebelumnya. Data tersebut bisa
sampai dan diterima oleh konsumen yang didapat dari instasi instasi dan lembaga-
harus melalui beberapa kegiatan pemasaran lembaga yang berkaitan dengan penelitian ini
(Rahadi dan Hartono, 2003). maupun literatur-literatur ataupun pustaka
Dalam kaitanya dengan rantai yang sudah ada.
pemasaran ternak kelinci maka dalam Variabel yang diukur adalah manajemen
penelitian ini akan mendeskripsikan pola pemeliharaan, jumlah kelinci dan pola
pemasaran ternak yang dibangun melalui pemasaran.
bagaimakah cara penjulan ternak, bagaimana Analisis data
kriteria penentuan harga dan waktu penjualan. Data yang diperoleh ditabulasi dan
Realitas terjadinya proses pemasaran ternak disajikan dalam bentuk tabel lalu di bahas
melalui jual beli antara peternak dan pedagang secara deskriptif.
Tabel 1. Pemilihan bibit ternak kelinci pada peternakan rakyat di Kecamatan Kabawetan
No Keterangan Jumlah (orang) Presentase (%)
Pemilihan asal bibit ternak kelinci oleh Selain itu, pemeliharaan kelinci jenis ini relatif
peternak di kabupaten Kabawetan lebih lebih susah, mudah terserang penyakit, dan
banyak memilih bibit lokal atau asli Indonesia. frekwensi perkelahiran lebih sedikit
Bibit kelinci yang berasal dari luar atau impor dibandingkan dengan ternak lokal, oleh sebab
relatif memiliki harga yang lebih mahal dan itu ternak kelinci impor ini memiliki harga yang
susah didapatkan. Peternak yang memilih bibit lebih tinggi (Sari, 2007).
asli indonesia atau lokal yaitu sebanyak 17 Pemilihan bibit anakan yang berumur 2 –
orang, sedangkan yang memilih bibit ternak 3 bulan dan ber bobot berkisar antara 250 –
yang berasal dari luar atau impor sebanyak 3 300 gram sebanyak 9 orang peternak,
orang. Bibit kelinci asli Indonesia; kelinci Jawa sedangkan yang memilih ternak indukan yang
(Lepus negricollis) dan kelinci impor, berumur 8,5 – 10 bulan dengan bobot 9 – 10 kg
peranakan Anggora inggris dan Felmis giant. yaitu sebanyak 8 orang peternak. Namun
Hal ini sesuai dengan pernyataan Duta, (2008) pernyataan ini tidak sesuai dengan pernyataan
pemerintah pernah menganjurkan agar kelinci Raharjo (1993) bobot bibit anakan kelinci yang
dikembangkan sebagai ternak sumber daging bagus memiliki berat 480 gram dengan umur
untuk meningkatkan mutu gizi masyarakat. 10 minggu. Sedangkan menurut Harsojo. et al
Namun, usaha tersebut gagal karena kelinci (1988) bobot bibit badan keinci asli Indonnesia
berkembang menjadi komoditas yang mahal, mencapai 2 kilogram pada umur 8 minggu dan
terutama harga bibitnya. Beberapa ras kelinci memiliki laju pertumbuhan tinggi, sekitar 40
yang banyak dikembangkan secara komersial di gram per ekor per hari.
Negara-negara Eropa, Amerika, dan juga Menurut Raharjo (2005), Kriteria bibit
Indonesia yaitu Anggora, Champagne d’Argent, kelinci yang bagus yaitu : kepala yang seimbang
Carolina, Checkered giant, Felmis giant , Dutch, dengan ukuran tubuhnya, telinga harus tegak,
English spot, dan Himalayan. Harga dari beberpa bersih, tebal, panjang, dan tampak seimbang,
ras kelinci tersebut dapat dihargai mencapai mata yang bulat bercahaya, bersih pandangan
jutaan. mata cerah dan jerni. Selanjutnya hidung dan
Peternak yang memilih bibit kelinci mulut kering dan bersih, kaki kuat, kokoh,
penghasil daging sebanyak 17 orang dan bibit berkuku pendek, dan lurus tidak bengkok, badan
kelinci hias sebanyak 3 orang. Perbedaan bulat, berdada lebar, dan padat, bulu harusla
tersebut sangat signifikan diantara bibit bersih, licin, halus, mengkilat, dan ekor yang
pedaging dan hias, dikarenakan bibit ternak tegak, lurus ke atas menempel pada punggung.
kelinci yang berasal dari luar atau impor sulit
didapatkan dan harga indukanya relatif mahal.
Tabel 2. Data Sifat-sifat reproduksi ternak kelinci di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang
18
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
Tabel 3. Sistem perkandang ternak kelinci pada peternakan rakyat di Kecamatan Kabawetan
Kabupaten Kepaghiang.
No Uraian Jumlah (Orang) Presentase (%)
1 Kontruksi Bahan kandang
a. Atap kandang
- Seng 17 100
b. Dinding kandang
- Bambu 14 82,06
- Papan 3 17,07
c. Lantai kandang
- Bambu 16 94,12
- Papan 1 5,89
2 Ukuran kandang baterai
- 75 x 45 cm – 80 x 50 cm 9 75,00
- 95 x 60 cm – 100 x 80 cm 5 29,41
Ukuran kandang koloni
- 3 M x 80 cm – 4 M x 100 cm 3 17,07
3 Perlengkapan kandang
- Kandang induk bunting 17 100
- Kandang induk menyusui 6 35,03
- Kandang karantina -
- Kandang penjantan 17 100
- Tempat pakan 6 35,20
- Tempat air minum 3 17,07
4 Bentuk kandang
- Postal (kandang koloni) 2 11,80
- Baterai 15 88,36
5 Arah kandang
- Selatan 4 23,53
- Barat 3 17,65
- Utara 3 17,65
- Timur 7 41,18
Sumber : Data primer september 2015
19
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
adanya tenaga ahli yang bisa mengawikan oleh peternak di Kecamatan Kabawetan adalah
kelinci mereka dengan cara kawin buatan. bambu.
Rasio penjantan dan betina saat kawin, Kandang berupasistem kandang baterai
untuk rasio 1 : 4 – 1 : 5 sebanyak 4 orang dan koloni. Ukuran kandang baterai bervariasi
peternak sedangkan 1 : 7 – 1 : 10 sebanyak 13 ; 75cm x 44cm – 100cm x 80cm sebanyak 9
orang peternak. Penentuan rasio penjantan orang dan ukuran kandang 95cm x 60cm –
dan induk ini ditentukan sendiri oleh peternak 100cm x 80cm sebanyak 5 orang, sisanya
yang ada di Kabawetan, sesuai dengan jumlah mengunakan kandang koloni dengan ukuran
ternak penjantan dan induk yang dimiliki. 3m X 80cm – 4 m x 100cm sebanyak 3 orang.
Pejantan dapat dikawinkan setiap hari, tetapi Bervariasinya ukuran kandang di karenakan
sebaiknya dikawinkan 3 - 4 kali dalam peternak tidak mengetahui ukuran kandang
seminggu. Satu ekor pejantan cukup untuk yang sesuai untuk setiap tingkatan umur
mengawini 10 - 15 ekor betina dewasa (Cheeke kelinci, dan adanya keterbatasan modal untuk
et al. 1987). pembuatan kandang.
Pada dasarnya, sistem perkawinan Menurut Subroto (2001), ukuran
ternak kelinci di kecamatan kabawetan sudah kandang sangat tergantung pada besar
mengetahui, dimana ternaknya dipisahkan kecilnya kelinci dan jumlah kelinci yang
dengan ternak kelinci lainya. Hal ini ditunjukan dipelihara. Ukuran kandang berdasarkan
bahwa peternak di Kabawetan 100 % (17 tingkat umur adalah sebagai berikut :
peternak) sudah memisahkan ternak yang a. Untuk kelinci yang masih kecil dengan
sedang kawin ke kandang yang khusus untuk ukuran kandang : panjang, lebar = 90 x 60
kawin. Perlakuan sistem perkawinan ini harus cm.
dilakukan karena untuk meminimkan b. Untuk kelinci ukuran sedang dengan ukuran
terjadinya perkawinan berulang atau repeat kandang : panjang, lebar = 120 x 60 cm.
breeding. c. Untuk kelinci ukuran besar dengan ukuran
kandang : panjang, lebar = 180 x 60
Manajemen perkandangan ternak kelinci. Bentuk kandang yang digunakan oleh
Bentuk dan kontruksi kandang kelinci peternak di Kabawetan adalah bentuk kandang
pada peternakan kelinci di Kecamatan baterai sebanyak 15 orang peternak dan
Kabawetan meliputi: kontruksi bahan kandang, sebagaian mengunakan sistem kandang postal
ukuran kandang baterai, ukuran kandang sebanyak 2 orang peternak. Kandang postal
koloni, perlengkapan kandang, bentuk sama halnya dengan kandang koloni, jadi
kandang, arah kandang, terlihat pada pada semua ternak kelinci dikandangkan dengan
Tabel 3. kandang yang sama tampa mengunakan
Atap kandang adalah seng. Perlu batas/skat seperti pada kandang baterai.
memperhatikan ketahanan bahan, efisiensi Pengunaan kandang baterai dan koloni
pengunaaan dan harga bahan yang akan memiliki keuntungan tersendiri, keuntungan
digunakan sebagain atap kandang tersebut pengunaan kadang baterai adalah
(Herman 2002). Seng selain mahal juga tidak mempermudah dalam melakukan sanitasi
menyerap panas. Dengan demikian akan kandang, mencegah perkelahian dan kanibal,
menyebabkan suhu ruanagan akan tinggi, akan program pengembangbiakan dan pemulian
berdampak pada fisiologis kelinci seperti stres dapat diatur lebih mudah, mencegah kematian
akibat panas,sehingga dapat menurunkan anak kelinci karena terijak - injak oleh ternak
produktivitas ternak kelinci. Pengunaan bahan yang lebih besar. Kelemahan penggunaan
atap yang tidak menyerap tidak memberikan kandang ini adalah terletak pada biaya
kenyamanan bagi kelinci dalam kandang pembuatan kandang yang cukup tinggi. Namun
karena ternak kelinci sangat produktif jika demikian, kelemahan mengunakan kandang
dipelihara di kandang atau lingkungan yang koloni adalah sering terjadi perkelahian antar
sejuk dengan suhu 15 °C sampai 20 °C dan kelinci, adanya kompetisi dalam segi
kelembaban 60% sampai 90% (Sarwono, 2001). perebutkan pakan, kurang terjaminya anak
Pembuatan lantai kandang dapat kelinci yang baru dilihirkan. Keuntungan
menggunakan bahan – bahan seperti bahan pengunaan kandang koloni terletak pada biaya
dari kawat, bambu, papan, dan tanah (Basuki, yang relatif lebih murah.
1985). Bahan lantai kandang yang digunakan
20
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
Bangunan kandang dan peralatan perlu kandang bertujuan untuk membunuh kuman
direncanakan untuk menghemat tenaga kerja atau bakteri yang ada di dalam kandang kelinci
dan biaya. Bagunan kandang dan peralatan dan membunuh kuman yang ada ditubuh
yang diperlukan tergantung pada lokasi kelinci. Selain itu, sinar matahari pagi penghasil
pembuatan kandang kelinci, besar peternakan pro vitamin D dan dapat juga menghangatkan
dan besar modal dalam investasi (Herman, tubuh kelinci (Anonim, 2007).
2002).
Kandang kelinci bisa dibangun dalam Manajemen pemberian pakan kelinci
berbagai bentuk sesuai dengan selera masing – Berdasarkan pada Tabel 4 terlihat,
masing peternak atau tempat dimana kandang peternak yang ada di kecamatan Kabawetan
tersebut akan dibangun. Bentuk kandang memeberikan pakan ternak kelinci pada pagi
kelinci bermacam – macam antara lain : 1. dan sore hari. Pada pagi hari diberikan antara
Sistem baterai adalah suatu kandang yang pukul 07.00 – 10.00 WIB (Tabel 4). sedangkan
terbagi menjadi beberapa ruang atau petak, 2. sore hari diberikan berkisar pukul 16.00 – 18.00
Sistem postal kandnag siistim postal sangat WIB.
cocok untuk memebesarkan anak kelinci Hal ini berbeda, sebagai mana yang
karena beberapa kelinci dapat tinggal bersama dikemukakan oleh Duta, (2001) pemberian
dalam satu kandang, 3. Sisitem reng adalah pakan diberikan sebanyak 3 kali sehari, pada
sistem kandang yang memiliki halaman pukul 10.00 pemberian pakan pertama berupa
pengumbaran untuk bermain kelinci (Duta, bekatul ditambah garam dan air, pada pukul
2008). 13.00 pakan berupa rumput segar atau hijauan
Arah kandang pada umumnya mengarah lain, dan pada pukul 18.00 diberikan pakan
ke timur sebanyak 7 orang. Tujuan arah berupa rumput segar atau hijauan yang
kandang mengarah ke timur agar sinar mengandung lebih banyak serat kasar.
matahari pagi dapat masuk ke dalam kandang.
Sinar matahari masuk langsung ke dalam
Tabel 4. Tabel manajemen pakan ternak kelinci oleh peternak di peternakan rakyat Kecamatan
Kabawetan Kabupaten Kepahiang.
No Uraian Peternak Presentase
(orang) (%)
1 Waktu pemberian pakan
Pagi 17 100
Siang -
Sore 17 100
2 Frekwensi pemberian pakan
2 kali / hari 17 100
3 kali / hari -
3 Jumlah pemberian pakan
2 – 3 kg 10 56,83
3,5 – 4 kg 7 44,18
4 Ketersediaan pakan
Ad libitum -
Dibatasi 17 100
5 Jenis pakan yang diberikan
Rumput lapang 17 100
Wortel 17 100
Kubis 17 100
Daun ubi jalar 17 100
Buncis 9 52,95
Sumber : Data primer bulan septermber 2015
21
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
Jumlah pemberian pakan dalam satu kali Dosis pemberian obat diberikan sesuai dengan
pemberian sangat bervariasi, pemberian 1 kg petunjuk yang sudah tertera pada label yang
sampai 4 kg per-satu kali pemberian . Peternak tertera pada obat. Waktu pencegeahan
yang memberikan pakan 1 – 3 kg per-satu kali penyakit dilakukan setelah kelinci terserang
pemberian sebanyak 10 orang peternak dan penyakit.
3,5 – 5 kg per-satu kali pemberian sebanyak 7 Penyakit yang sering menyerang kelinci
orang peternak. Pemberian pakan ternak pada peternakan kelinci di Kabawetan;
diberikan 2 kali dalam satu hari sehingga rata scabbies (sejenis penyekit kulit), bloat (masuk
– rata 2,5 kg per-harinya, dalam satu kandang angin/kembung) dan pilek. Penyakit pilek
ternak yang memiliki ternak i 4 - 6 ekor kelinci, terjadi karena perubahan cuaca yang drastis
indukan dan anakan. dimana kelinci sudah tidak dapat lagi
Sarwono, (2001) menyatakan bahwa mempertahankan suhu tubuhnya.
ternak kelinci dapat mengomsumsi hijauan Pada umunya penyakit yang dialami
sebanyak 1 kg sampai dengan 1,5 kg /ekor. peternak di peternakan kecamatn kabawetan
Hijauan ini berasal dari limbah sayuran atau adalah kembung. Pada umumnya peternak
daun- dauanan. Dilain pihak, kelinci potong tidak tahu cara menangulangi penyakit
yang secara genetisnya berukuran besar dapat kembung, sehingga bila kelinci terserang maka
menghabiskan 2 kg/ekor/hari. Jumlah langsung dilakukan pemotongan untuk yang
pemberian 2 kg/ekor/hari sesuai dengan sudah dewasa atau siap untuk dipotong. Dilain
kebutuhan karena sekitar 90% hijauan pihak untuk kelinci yang anakaan biasanya
tersebut terdiri dari air. diberikan daun pisang sebagai obat untuk
Jenis bahan pakan untuk kelinci penyakit kembung. Untuk ganguan kulit
sebaiknya dipilih bahan pakan yang paling sebagian peternak biasanya mengunakan obat
disukai oleh ternak kelinci. Bahan pakan anti biotik kulit seperti kalpanax.
tersebut mudah didapat, bisa tersedia secara
kontinu, dan niai ekonomisnya relatif murah Populasi Ternak Kelinci
(Muslih et al., 2005). Jumlah populasi ternak kelinci dalam
Sarwono (2001), menyatakan bahwa satu tahun terakhir; 4527 ekor, penjantan dan
pada peternakan kelinci yang dikekola secara indukan sebanyak 304 ekor. Penjualan ternak
insentif membutuhkan konsentrat sebanyak sebanyak 3220 ekor, jantan dan betina.
60% dan sisanya diberikan pakan hijauan. Berdasarkan tingkat kematian, cukup tinggi,
Pemberian konsentrat berguna untuk 621 ekor satu tahun terkhir. Kematian kelinci
menaikkan bobot badan kelinnci. Pada banyak terjadi pada anakan, akibat terkena
dasarnya kebutuhan nutrisi ternak kelinci yang penyakit kembung. Pemotangan kelinci jarang
ada di kabawetan belum dapat mencukupi dilakukan oleh peternak dimana dalam satu
kebutuhan nutrisinya. Hal ini dikarenakan, rata tahun terakhir jumlah kelinci yang dipotong
– rata jumlah pakan yang diberikan dalam hanya10 ekor kelinci.
sehari belum dapat mencukupi kebutuhsn gizi Populasi ternak kelinci yang paling
untuk satu ekor kelinci. Dengan demikian akan banyak terdapat pada peternak 13, sebanyak
berdampak pada penurunan terhadap 441 ekor ternak kelinci pertahunya. Namun
produktivitasnya. demikian, populasi yang paling sedikit
teradapat pada peternak 8 dengan jumlah 118
Manjemen pemberantasan penyakit ekor dalam satu tahun terakhir dengan jumlah
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa indukan dan penjantan sebanyak 8 ekor dan
100% peternak di Kabawetan selalu menjaga sisanya anakan. Angka penjualan yang paling
kebersihan kandang dan sanitasi kandang. tinggi terjadi pada peternak 13. Penjualan
Peternak di Kawawetan belum banyak tertingi pada peternak 13 karena peternak
mengunakan obat - obatan untuk ternak tersebut memiliki indukan dan penjantan
mereka. Namun demikian, sebagian peternak paling banyak bila dibandingkan dengan
ada yang mengunakan obat – obatan berturut- penternak lainya.
turut; calpanax, ipomex, wormectin, dan daun
pisang sebanyak 2, 3, 1 dan 4 orang peternak.
22
Bul. Pet. Trop. 1(1): 16-24, 2020 Desmiarti et al., 2020
Tabel 5. Pecegahan dan pengobatan penyakit pada peternakan kelinci di Kecamatan Kabawetan
Kabupaten Kepahiang .
No Keterangan Jumlah Presentase
(orang) (%)
1 Selalu menjaga kebersihan kandang
YA 17 100
TIDAK -
2 Pencegahan penyakit kelinci
Sanitasi kandang 17 100
3 Obat yang digunakan
Calpanax 2 11,08
Ipomek 3 17,08
Wormectin 1 05,09
Daun pisang 4 23,6
4 Waktu pencegahan penyakit
Sebelum terserang - -
Sedang terserang 10 56,83
Sesudah terserang - -
Sumber : Data primer september 2015
jual indukan dan siap potong tidak jauh Muslih, D., I.W. Pasek, Rossuartini, dan B.
berbeda. Brahmantiyo. 2005. Tatalaksana
pemberian pakan untuk menunjang
KESIMPULAN agribisnis kelinci. Lokakarya Nasional
Sitem manajemen pemeliharaan ternak Potensi dan Peluan Pengembangan
kelinci di Kecamatan Kabawetan masih masih Usaha Kelinci. Balai Penelitian Ternak,
tradisional. Sistem pola pemasaran yang ada di Bogor. Pond, W. G., D. C.
peternakan rakyat Kecamatan Kabawetan Raditya, 2006. Analisis Hubungan Struktur
yaitu semua peternak menjual hasil produksi Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan
ternak mereka kepedagang pengumpul. Perusahaan Perbankan Persero dan
Kriteria penentuan harga dan waktu penjualan Perusahaan Swasta Nasional. Jurnal
ternak ditentukan oleh peternak Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia Yogyakarta.
DATAR PUSTAKA Rahardi, F., dan Hartono, R. 2003. Agribisnis
Anonim, 2007. Permintaan Melonjak, Ternak Peternakan. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kelinci Prospektif. Yogyakarta. Kompas Raharjo, Y.C. Wijana Dan T. Sartika. 1993.
html. Diakes 10 oktober 2015. Pengaruh jarak kawin setelah beranak
Basuki, P. 1985. Studi tipe kandang kereman, terhadap performans reproduksi kelinci
panggung, individual dan kualitas pakan Rex. Ilmu Petern. 6: 27-31.
tehadap performans produksi kelinci. Raharjo, Y. C. 2010. Prospek, Peluang, dan
Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan. Tantangan Agribisnis Ternak Kelinci. Prosiding.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Disajikan pada Lokakarya Nasional
Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr dan Potensi dan Peluang Pengembangan
J.I. McNitt. 1987. Rabbit Production. 6th Usaha Kelinci. Balai Penelitian Ternak.
Edition. The Interstate Printers and Bogor.
Publishers, Inc., Danville. Illinois. Raharjo, Y.C. 2005. Prospek, peluang, dan
Duta, N.W. 2008. Analisis Kelayakan Usaha tantangan agribisnis ternak kelinci.
Peternakan Kelinci Asep’t Rabbit Project, Lokakarya Nasional Potensi dan
Lembang Kabupaten Bandung, Jawa Pengembangan Usaha Kelinci. Balai
Barat. Program Studi Manajemen Penelitian Ternak, Bogor.
Agribisnis. Fakultas Pertanian. Insitut Triastono, H. 2013. Pengaruh faktor sosial
Pertanian Bogor. ekonomi terhadap pendapatan dan
Harsojo, D. dan C.K.S. Lestari. 1998. Pengaruh efisiensi usaha peternak kelinci di
bobot badan kelinci persilangan jantan kabupaten banyumas. Fakultas
akibat perbedaan waktu pemberian Peternakan Universitas Jenderal
pakan. Pros. Seminar Nasional Soedirman, Purwokerto.
Peternakan dan Forum Peternak Unggas Sarwono, B. 2001. Kelinci Potong dan Hias.
dan Aneka Ternak II. Balai Penelitian Agro Media Pustaka. Jakarta.
Ternak, Pusat Penelitian dan Sari, K.M. 2007. Pola pembibitan kelinci rakyat
Pengembangan Peternakan, Badan di paguyuban peternak kelinci di
Litbang Pertanian, Bogor. Kabupaten Magelang. Skripsi. Institut
Herman, R. 2002. Pengenalan Kandang dan Pertanian Bogor, Bogor.
Peralatan Ternak Kelinci. Departemen Subroto, S. 2001. Beternak Kelinci. Aneka Ilmu,
Pendidikan Nasional, Jakarta. Semarang.
Hustamin, R. dan Dani. 2007. Panduan
Memelihara Kelinci Hias. Cetakan ketiga.
Agro Media Pustaka. Jakarta.
24