Anda di halaman 1dari 13

DIKSI (Pilihan Kata) dalam Bahasa Indonesia

Untuk Memenuhi Tugas Bahasa Indonesia

Disusun Oleh :

Sarah Faradita (28113259)

3KB01

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN


TEKNOLOGI INFORMASI
Universitas Gunadarma
Tahun Ajaran 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah
sampai tertinggi adalah kata, frase, klausa, kalimat. Ketika anda menulis dan
berbicara, kata adalah kunci pokok dlam membentuk tulisan dan ucapan. Maka
dari itu kata-kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide
dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata-kata yang digunakan
dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak
dibenarkan menggunakan kata-kata sesuka hati, tetapi yang harus mengikuti
kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang menghasilkan ide secara terus menerus dalam
bentuk tulisan yang teratur yang mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan,
perasaan ( ekspresif ). Untuk itu penulis atau pengarang membutuhkan
keterampilan dalam hal struktur bahasa dan kosakata. Yang terpenting dalam
menulis adalah penguasaan kosakata yang merupakan bagian dari diksi. Ketetapan
diksi dalam membuat suatu tulisan atau karangan tidak dapat diabaikan demi
menghasilkan tulisan yang mudah dimengerti. Diksi dapat diartikan sebagai pilihan
kata pengarang dalam menggambarkan “ cerita “ pengarang. Walaupun dapat
diartikan begitu, diksi tidak hanya pilih-memilih kata saja atau mengungkapkan
gagasan pengarang, tetapi juga meliputi gaya bahasa, dan ungkapan-ungkapan.
B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian diksi ?
2. Bagaimana pembagian makna kata ?
3. Apa penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata dan kata ?
C.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian diksi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana pembagian makna kata.
3. Mahasiswa mampu mengetahui penyebab kesalahan pemakaian gabungan kata
dan kata.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah kajian pustaka, yakni dengan mengkaji buku-
buku yang sesuai dengan topik.
 

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diksi
Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat
penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap
hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud,
kita dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketetapan kepada kita tentang
pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata
itu harus pula sesuai dengan situasi dengan situasi dan tempat penggunaan kata-
kata itu. Pemilihan kata akan dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang
artinya hampir sama atau bermiripan. Ketersediaan kata akan ada apabila
seseorang mempunyai bendaharaan kata yang memadai, seakan-akan ia memiliki
senarai (daftar) kata. Senarai kata itu dipilih satu kata yang paling tepat untuk
mengungkapkan suatu pengertian. Tanpa menguasai sediaan kata yang cukup
banyak, tidak mungkin seseorang dapat melakukan pemilihan atau seleksi kata.
Pemilihan kata bukanlah sekedar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga
memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks
dimana kata itu berada, dan maknanya tidak bertentangan dengan nilai rasa
masyarakat pemakainya. Untuk itu, dalam memilih kata diperlukan analisis dan
pertimbangan tertentu. Sebagai contoh, kata mati bersinonim dengan mampus
,wafat, tewas, gugur, berpulang, kembali ke haribaan Man, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, kata-kata tersebut tidak dapat bebas digunakan. Mengapa? Ada nilai
rasa dan nuansa makna yang membedakannya.
Diksi adalah ketepatan pilihan kata . Penggunaan ketepatanp pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain
kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi
oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan
tuntutan komunikasi. Syarat- syarat ketetapan pilihan kata:
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi yang cermat.
2. Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim,
misalnya: adalah, ialah, merupakan, yaiu, dalam pemakaiannya
berbeda- beda.
3. Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya,
misalnya: inferensi (kesimpulan ), dan interferensi (saling
mempengaruhi ), sarat ( penuh, bunting ) dan syarat ( ketentuan ).
4. Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasasrkan
pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakaian
kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya:
modern sering diartikan secara subjektif canggih menurut kamus
modern berarti terbaru atau mutakhir, canggih berarti banyak cakap,
suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing ( jika diperlukan ) harus memahami
maknanya secara tepat, misalnya: dilegalisir seharusnya dilegalisasi,
koordinir seharusnya koordinasi.
6. Menggunakan kata-kata idomatik berdasarkan susunan ( pasangan )
yang benar, misalnya: sesuai bagi seharusnya sesuai dengan.
7. Menggunakan kata umum dan khusus secara cermat. Untuk
mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya
menggunakan kata khusus ke umum mislnya mobil (kata umum) ,
corolla (sedan buatan Toyota).
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya :
issu (berasal dari issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu
(dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal-
usulnya, kabarangin, desas-desus).
9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (pria dan laki-laki, saya dan
aku, serta buku dan kitab), berhomofoni (misalnya: bangdan bank) dan
berhomografi (misalnya: apel buah, apel upacara, buku ruas, buku kitab).
10.Menggunakan kata abstrak (konseptual misalnya: pendidikan, wirauasaha
dan pengobatan modern dan kata konkret ( kata khusus misalnya: mangga,
sarapan, dan berenang ).
Selain ketepatan pilihan kata itu, pengguna bahasa harus pula memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak merusak makna, suasana, dan situasi yang hendak
ditimbulkan, atau suasana yang sedang berlangsung. Syarat kesesuaian kata :

1. Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak


mencampuradukan penggunakannya dengan kata tidak baku yang hanya
digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku),
konduite (baku), kondite (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan
cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih
sopan), pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus).
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatuik), dan berlawanan
makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan
(benar), bukan hanya melainkan juga (benar), bukan hanya tetapi juga
(salah), tidak hanya tetapi juga (benar).
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan
lambat, mengesot, dan merangkak, merah darah; merah hati. Menggukan
kata ilmiah untuk karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-
meyurat, diskusi umum).
5. Menggunakan kata popular, misalnya: argumentasi (ilmiah),
pembuktian (popular), psikologi (ilmiah), ilmu jiwa (popular).
Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan dalam
bahasa tulis), misalnya: tulis, baca, kerja (bahasalisan), menulis,
menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan,
dikejakan, (bahasa tulis).
 

B. PEMBAGIAN MAKNA KATA


 Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu pengertian
yang dikandung dalam sebuah kata secara objektif. Makna denotatif (denotasi)
lazim disebut 1) makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi
(pengamatan) menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman
yang berhubungan dengan informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna
sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu tempat duduk yang berkaki empat
(makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa adanya, lugu, polos, makna
sebenar.
Contoh:
Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secara
denotatif sama makananya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual
sama maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama.
 Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap social, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna
konseptual . Makna konotatif atau konotasi berarti makna kias, bukan
makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda dari satu masyakat ke
masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma masyarakat
tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu. Dalam
kalimat“ Megawati dan Susilo Bambag Yudhoyono berebut kursi presiden.”
Kalimat tersebut tidak menunjukan makna bahwa Megawati dan Susilo
Bambang Yudhoyono tarik-menarik kursi Karena kata kursi berarti jabatan
presiden.
Makna konotatif dan denotatif brhubungan erat denagan kebutuhan
pemakaian bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada
suatu makna yang menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna
yang mempunyai tautan pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan
nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat pribadi
dan khusus, sedangkan denotatif maknanya umum.
Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.
Dia adalah wanita manis (konotatif)
Dia adalah wanita cantik (denotatif)
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung
suatu maksud yang bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Kata-kata
yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek
daripada bodoh ), mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih
jelek daripada rumah). Di pahak lain, kata-kata itu dapat memngandung arti
kiasaan yang terjadi dari makna denotative referen lain. Makna yang
dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga
kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini. Perhatikan contoh
dibawah ini.
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh
kepercayaan masyarakat.
Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan
membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang
mengandung sebuah kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan
dalam golongan kata yang bermakna konotatif.
Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian
seperti ini disebut idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan
tergolong dalam dalam kata yang bermakna konotasi.
 

 Makna Umum Dan Khusus


Kata umum dibedakan dari kata khusus berdasarkan ruang lingkupnya.
Makin luas ruang lingkup suatu kata, makin umum sifatnya. Sebaliknya,
mana kata menjadi sempit ruang lingkupnya makin khusus sifatnya.
Makin umum suatu kata makin besar kemungkinan terjadi salah paham atau
perbedaan tafsiran. Sebaliknya, makin khusus, makin sempit ruang
lingkupnya, makin sedikt terjadi salah paham. Dengan kata lain, semakin
khusus makna kata yang dipakai, pilihan kata semakin cepat. Perhatikan
contoh berikut:
1. Kata umum: melihat
Kata khusus: melotot, melirik, mengintip, menatap,
memandang.

2. Kata umum: berjalan


Kata khusus: tertatih-tatih, ngesot, terseok-seok, langkah
tegap.

3. Kata umum: jatuh


Kata khusus: terpeleset, terjengkang, tergelincir, tersungkur,
terjerembab, terperosok, terjungkal.

 Kata Konkret dan Abstrak


Kata yang acuannya semakin mudah dicerap pancaindra disebut kata
konkret , seperti meja, rumah, mobil, dan lain-lain. Jika suatu kata tidak
mudah dicerap panca indra maka kata itu disebut kata abstrak , seperti
gagasan dan saran.Kata abstrak digunakan untuk mengungkapkan gagasan
rumit. Kata abstrak mampu membedakan secara halus gagasan yang bersifat
teknis dan khusus. Akan tetapi jika dihambur-hamburkan dalam suatu
karangan, karangan itu dapat menjadi samar dan tidak cermat.
 

 Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna
yang sama, tetapi bentuknya berlainan . Sinonim ialah persamaan makna
kata . Artinya, dua kata atau lebih yang berbeda bentuk ejaan, dan
pengucapannya.
Contoh : agung, besar, raya
Mati, mangkat, wafat, meninggal, dan lain-lain.
 

 Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan luar bahasa Indonesia.
Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata
yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsur
serapan. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kata baru, misalnya: tata
buku, tata bahasa, daya tahan, dan lain-lain. Dari luar bahasa Indonesia
terbentuk kata-kata melalui pungutan kata, misalnya: bank, valuta, dan lain-
lain.
 

 Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat pemakainya,
pengembangan diksi tejadi pada kata. Namun, hal ini berpengaruh pada
penyusunan kalimat, paragraf, dan wacana. Pengembangan tersebut
dilakukan memenuhi kebutuhan komunikasi. Komunikasi kreatif berdampak
pada perkembangan diksi, berupa penambahan atau pengurangan kuantitas
maupun kualitasnya. Selain itu ,bahasa berkembang dengan sesuai kualitas
pemikiran pemakainya. Perkembangan dapat menimbulkan perubahan yang
mencakup perluasan, penyempitan, pembatasan, pelemahan, pengaburan,
dan penggeseran makna.
Faktor penyebab perubahan makna :
1. Kebahasaan
Meliputi perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk kalimat.
a) Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh
perubahan nada, irama, dan tekanan.
Contoh dalam kalimat;
• Paman teman saya belum nikah
• Paman, teman saya belum nikah
• Paman, teman, saya belum nikah
• Paman, teman, saya, belum nikah
b) Perubahan struktur frasa: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) susu
kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng), dokter anak (dokter spesialis
anak), anak dokter (aanak yang dilahirkan oleh orang tua yang menjadi
dokter).
c) Perubahan bentuk kata adalah perubahan makna yang ditimbulkan oleh
perubahan bentuk. Contoh; tua (tidak muda) jika ditambah awalan ke-maka
menjadi ketua, makna berubah menjadi pemimpin.
d) Kalimat akan berubah makna jika struktur kalimatnya berubah.
Perhatikan kalimat berikut:
• Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera dapat
meringkus penjahat itu.
  Kalimat diatas, salah kesejajaran bentuk kata diketahui seharusnya
mengetahui.
• Karena mengetahui sebelumnya, satpam segera dapat meringkus
penjahat itu.
• Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena sudah diketahui
sebelumnya.
2. Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang digunakan untuk untuk
menyebut perempuan penghibur. Orang menggantinya dengan kata wanita .
Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut menggunakan nya kembali,
dengan pertimbangan, kata perempuan lebih mulia dibanding kata wanita.
3. Kesosialan, Masalah kesosialan berpengaruh terhadap perubahan makna.
Contoh; petani kaya disebut petani berdasi, militer disebut baju hijau.
4. Kejiwaan, Perubahan makna Karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh
pertimbangan: rasa takut, kehalusan ekspresi, dan kesopanan. Perhatikan
contoh berikut ini:
a) Tabu:
• Pelacur disebut tunasusila
• Germo disebut hidung belang

b) Kehalusan:
• Bodoh disebut kurang pandai
• Malas disebut kurang panadi
c) Kesopanan:
• Ke kamar mandi disebut kebelakang
• Gagal disebut kurang berhasil

5. Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing, misalnya kata tempat orang
terhormat diganti dengan VIP.

6. Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus sesuai dengan kebutuhannya.
Kebutuhan tersebut, memerlukan bahasa sebagai alat ekspresi dan komunikasi.
Pethatikan penggunaan kata: jaringan, kinerja,dan justifikasi.
• Jaringan kerja untuk menggantikan network
• Justifikasi untuk menggantikan pembenaran
• Kinerja untuk menggantikan performance

C. KESALAHAN PEMAKAIAN GABUNGAN KATA DAN KATA


 Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata yang mana, di mana, daripada.
Perhatikan contoh pemakaian di mana, yang mana, daripada yang salah
dalam kalimat ini.
• Dalam rapat yang mana dihadiri oleh para ketua RT dan Rw
• Demikian tadi sambutan Pak Lurah di mana beliau telah
menghimbau kita untuk lebih tekun bekerja.
• Marilah kita perhatikan kebersihan kita daripada lingkungan
kita.
Kalimat 1 (satu) kerap kita dengar dalam aktivitas bermasyarakat kalau kita amati.
Terdapat dua kesalahan dalam pemakaain bentuk gabungan itu, kesalahan pertama,
dalam sebagian kalimat itu terdapat kata yang berlebih atau mubazir yang
mengakibatkan terjadinya polusi bahasa. Kata mana dalam kalimat pertama tidak
diperlukan, cobalah baca kalimat pertama tanpa kata mana, jadi bunyinya berubah
seperti ini. Dalam rapat yang dihadiri oleh para ketua RT dan Rw.

Kalimat 2 (dua), pada bagian besar kalimat ini terjadi salah pakai bentuk gabung di
mana tidak boleh dipakai dalam bentuk kalimat. Fungsi di mana dan yang mana
bukan sebagai penghubung klausa-klausa, baik dalam sebuah kalimat maupun
penghubung antar kalimat. Kalimat ini harus dipecah menjadi dua
Demikian tadi sambutan Pa Lurah
Beliau telah menghimbau kita untuk lebih tekun dan bekerja
Ada pun kalimat terakhir ini sama seperti kalimat pertama.

 Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dengan, di, dan ke


Pemakaian kata dengan dalam kalimat terutama ragam lisan, sering tidak
tepat, perhatikan contoh yang salah berikut ini.
(1) Sampaikan salam saya dengan Dona
(2) Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.
Kata dengan pada kalimat diatas harus diganti dengan kepada, jika tidak
kepada siapa salam ditujukan. Kata dengan tidak cocok dipakai untuk
kalimat diatas karena dengan dapat berarti bersama.
Senada dengan kekeliruan pemakaian kata sambung dengan, pemakaian
yang keliru juga sering terjadi untuk kata depan di dan ke yang seharusnya
diisi oleh kata pada dan kepada. Kata depan di dan ke harus diikuti oleh
tempat, waktu, sedangkan kepada harus diikuti nama/jabatan orang atau kata
ganti orang. Contoh:
(1) Buku agendaku tertinggal di rumah Andi
(2) Jangan menoleh ke kiri
(3) Permohonan cuti diajukan kepada direktur
 
 Kesalahan Pemakaian Kata berbahagia
Dalam pertemuan formal ditengah masyarakat, kita sering mendengar kata
berbahagia dipakai secara keliru oleh pembawa acara dan juga oleh
pembicara lain. Umumnya kata berbahagia itu dimunculkan pada bagian
awal suatu acara ketika pembicara menyapa hadirin, seperti contoh yang
keliru berikut ini.
(1) Selamat malam dan selamat dating ditempat yang berbahagia
ini
(2) Pada kesempatan yang berbahagia ini, kami mengajak
hadirin untuk…….
Mengapa pemakaian dalam kalimat 1 dan 2 dikatakan keliru, karena
berbahagia bukan kata sifat. Jika pada kata berbahagia diganti kata sifat
misalnya, aman ,indah, bersih, tentu saja kalimatnya benar.
 

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatanp pilihan kata ini
dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan
mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejunlah kosakata secara
aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya. Selain
kata yang tepat, efektivitas, komunikasi menuntut persyaratan yang harus dipenuhi
oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan
tuntutan komunikasi.
Ada tiga hal yang yang dapat kita petik. Pertama, kemampuan memilih kata hanya
dimungkinkan bila seseorang menguasai kosakata yang cukup luas. Kedua, diksi
atau pilihan kata mengandung pengertian upaya atau kemampuan membedakan
secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa makna serumpun. Ketiga, pilihan kata
mengangkut kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat d an cocok untuk
situasi dan konteks tertentu
 
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari teman-teman yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
 

DAFTAR PUSTAKA
 Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi. Cetakan ke-6. Jakarta: Akademika Pressindo.
 Daniel Parera, Jos. 1987. Belajar Mengemukakan Pendapat. Jakarta:
Erlangga.
 Mila. 2010. Kaidah Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Muawanah Siti.2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia. Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai

  • RPP Program Linier
    RPP Program Linier
    Dokumen13 halaman
    RPP Program Linier
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Diksi 6
    Diksi 6
    Dokumen2 halaman
    Diksi 6
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Makalah Diksi 1
    Makalah Diksi 1
    Dokumen9 halaman
    Makalah Diksi 1
    yudi sarjono
    Belum ada peringkat
  • DIKSI 5docx
    DIKSI 5docx
    Dokumen14 halaman
    DIKSI 5docx
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Optimasi Diksi
    Optimasi Diksi
    Dokumen13 halaman
    Optimasi Diksi
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan II Pogram Linier
    Pertemuan II Pogram Linier
    Dokumen5 halaman
    Pertemuan II Pogram Linier
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI PROG LINIER
    OPTIMASI PROG LINIER
    Dokumen16 halaman
    OPTIMASI PROG LINIER
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • RPP True Second
    RPP True Second
    Dokumen9 halaman
    RPP True Second
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Penilaian Program Linier
    Instrumen Penilaian Program Linier
    Dokumen12 halaman
    Instrumen Penilaian Program Linier
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • LKPD Barder
    LKPD Barder
    Dokumen2 halaman
    LKPD Barder
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • LKPD Program Linier
    LKPD Program Linier
    Dokumen12 halaman
    LKPD Program Linier
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • LKPD Barder
    LKPD Barder
    Dokumen4 halaman
    LKPD Barder
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Instrumen Penilaian Program Linier
    Instrumen Penilaian Program Linier
    Dokumen12 halaman
    Instrumen Penilaian Program Linier
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • OPTIMASI PROG LINIER
    OPTIMASI PROG LINIER
    Dokumen16 halaman
    OPTIMASI PROG LINIER
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Rttyuhhhhh
    Rttyuhhhhh
    Dokumen44 halaman
    Rttyuhhhhh
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • ENZIM
    ENZIM
    Dokumen28 halaman
    ENZIM
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kuliah
    Tugas Kuliah
    Dokumen5 halaman
    Tugas Kuliah
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Tafsir Tarbawi
    Tafsir Tarbawi
    Dokumen15 halaman
    Tafsir Tarbawi
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Prop Winda
    Prop Winda
    Dokumen6 halaman
    Prop Winda
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Archimedes
    Archimedes
    Dokumen11 halaman
    Archimedes
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • DIKSI
    DIKSI
    Dokumen13 halaman
    DIKSI
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • LKPD Barder
    LKPD Barder
    Dokumen3 halaman
    LKPD Barder
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Bimpen
    Bimpen
    Dokumen20 halaman
    Bimpen
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • LKPD Barder
    LKPD Barder
    Dokumen2 halaman
    LKPD Barder
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat
  • Archimedes
    Archimedes
    Dokumen11 halaman
    Archimedes
    winda sari batubara
    Belum ada peringkat