Anda di halaman 1dari 3

Sumpah Pemuda, Gerakan Kepanduan dan Bela Negara

Selain terkait dengan pemikiran tentang pendidikan bangsa, kongres ke pemuda ke


dua juga menekankan masalah pentingnya gerakan kepandan (Scout
movement).Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pemuda Ramelan,
bahwa gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan
kepanduaan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang
dibutuhkan dalam perjuangan, yang sudah barang tentu berarti perjuangan
kemerdekaan bangsa.  Membangkitkan  gerakan kepanduan menjadi sangat relevan
jika dikaitkan dengan pengumandangan lagu Indonessia Raya karya WR
Supratman, yang menegaskan bahwa kita semua, para pemuda manjadi Pandu
Ibuku (pertiwi).

Berdasar realitas sejarah, gerakan  kepanduan itu sejalan dengan pergerakan


nasional seperti tersebut di atas dapat diperhatikan dengan adanya berbagai
gerakan kepanduan seperti  "Padvinder Muhammadiyah " yang pada 1920 berganti
nama menjadi HW, Hizbul Wathon; "Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi
Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang
kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan
SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten
Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO) didirikan oleh
Pemuda Indonesia. Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu
tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu
Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan
PPS pada tanggal 23 Mei 2028 

Hal itu dapat dipahami juga melalui salah satu definisi/ta'rif pandu itu sendiri yakni
anggota perkumpulan pemuda yang berpakaian seragam khusus, bertujuan
mendidik anggotanya supaya menjadi orang yang berjiwa kesatria, gagah berani,
dan suka menolong sesama makhluk. Hanya mereka yang berjiwa ksatria dan
gagah berani untuk menolong bangsanya yang sedang dijajah lah yang akan berani
tampil maju berjuang dalam gerakan kemerdekaan Indonesia. 

Sebagaimana kita mahfumi bersama bahwa sistem pendidikan kepanduan


dipelopori oleh Baden-Powell. Dalam sejarahnya, ketika Baden Powell  ditugaskan
ke daerah Matabeleland salah satu daerah yang sekarang dikenal sebagai
Zimbabwe,  sebagai Chief of Staff di bawah Jenderal Frederick Carrington selama
Perang Matabele Kedua. Ia berkesempatan memimpin misi sulit di wilayah musuh,
tetapi saat-saat itulah Ia banyak mendapat inspirasi untuk membuat sistem
pendidikan kepanduan. Ia bergabung dengan tim pengintai (mata-mata) di Lembah
Matobo. Burnham mulai mengajari woodcraft kepada Baden-Powell, keahlian yang
juga memberikan inspirasi untuk menyusun program/ kurikulum dan kode
kehormatan kepanduan.

Pada awal pengerapan program di Inggris, Baden --Powell menyelenggarakan


program pelatihan itu diberikan pada anak-anak muda, isinya penuh dengan materi-
materi tentang eksplorasi, trekking, kemping dan meningkatkan kepercayaan diri.
Selama Perang Boer II Baden-Powell ditempatkan di kota kecil bernama Mafeking
dengan jumlah pasukan Boer yang jauh lebih banyak daripada di tempat
sebelumnya. Ada sekelompok anak muda yang disebut sebagai The Mafeking Cadet
Corps yang bertugas membawakan pesan untuk pasukan lain. Meskipun mereka
tidak berpengalaman dalam menghadapi musuh, mereka berhasil melawan musuh
mempertahankan kota (1899--1900), dan kejadian inilah yang juga menjadi salah
satu faktor yang mengilhami Baden-Powell dalam membuat materi kepanduan.

Selain terkait dengan pemikiran tentang pendidikan bangsa, kongres ke pemuda ke dua juga
menekankan masalah pentingnya gerakan kepandan (Scout movement).Hal ini sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh pemuda Ramelan, bahwa gerakan kepanduan tidak bisa
dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduaan sejak dini mendidik anak-anak
disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan, yang sudah barang tentu
berarti perjuangan kemerdekaan bangsa.  Membangkitkan  gerakan kepanduan menjadi
sangat relevan jika dikaitkan dengan pengumandangan lagu Indonessia Raya karya WR
Supratman, yang menegaskan bahwa kita semua, para pemuda manjadi Pandu Ibuku
(pertiwi).

Berdasar realitas sejarah, gerakan  kepanduan itu sejalan dengan pergerakan nasional seperti
tersebut di atas dapat diperhatikan dengan adanya berbagai gerakan kepanduan seperti
"Padvinder Muhammadiyah " yang pada 1920 berganti nama menjadi HW, Hizbul Wathon;
"Nationale Padvinderij" yang didirikan oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan
"Syarikat Islam Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam
Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij
(NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders
Organisatie (INPO) didirikan oleh Pemuda Indonesia. Hasrat bersatu bagi organisasi
kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan
Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ
dan PPS pada tanggal 23 Mei 2028 

Hal itu dapat dipahami juga melalui salah satu definisi/ta'rif pandu itu sendiri yakni  anggota
perkumpulan pemuda yang berpakaian seragam khusus, bertujuan mendidik anggotanya
supaya menjadi orang yang berjiwa kesatria, gagah berani, dan suka menolong sesama
makhluk. Hanya mereka yang berjiwa ksatria dan gagah berani untuk menolong bangsanya
yang sedang dijajah lah yang akan berani tampil maju berjuang dalam gerakan kemerdekaan
Indonesia. 

Sebagaimana kita mahfumi bersama bahwa sistem pendidikan kepanduan dipelopori oleh
Baden-Powell. Dalam sejarahnya, ketika Baden Powell  ditugaskan ke daerah Matabeleland
salah satu daerah yang sekarang dikenal sebagai Zimbabwe,  sebagai Chief of Staff di bawah
Jenderal Frederick Carrington selama Perang Matabele Kedua. Ia berkesempatan memimpin
misi sulit di wilayah musuh, tetapi saat-saat itulah Ia banyak mendapat inspirasi untuk
membuat sistem pendidikan kepanduan. Ia bergabung dengan tim pengintai (mata-mata) di
Lembah Matobo. Burnham mulai mengajari woodcraft kepada Baden-Powell, keahlian yang
juga memberikan inspirasi untuk menyusun program/ kurikulum dan kode kehormatan
kepanduan.

Pada awal pengerapan program di Inggris, Baden --Powell menyelenggarakan program


pelatihan itu diberikan pada anak-anak muda, isinya penuh dengan materi-materi tentang
eksplorasi, trekking, kemping dan meningkatkan kepercayaan diri. Selama Perang Boer II
Baden-Powell ditempatkan di kota kecil bernama Mafeking dengan jumlah pasukan Boer
yang jauh lebih banyak daripada di tempat sebelumnya. Ada sekelompok anak muda yang
disebut sebagai The Mafeking Cadet Corps yang bertugas membawakan pesan untuk pasukan
lain. Meskipun mereka tidak berpengalaman dalam menghadapi musuh, mereka berhasil
melawan musuh mempertahankan kota (1899--1900), dan kejadian inilah yang juga menjadi
salah satu faktor yang mengilhami Baden-Powell dalam membuat materi kepanduan.

Berita atas prestasi Baden-Powell dalam memimpin Pasukan Mafeking menyebabkan  di
negara asalnya, Inggris Raya,  ia menjadi "Pahlawan Nasional". Hal ini memberikan
keuntungan, karena buku kecil yang ditulisnya "Aids to Scouting" menjadi terjual laris. Saat
kembali di Inggris, Baden-Powel melihat bukunya telah populer dan banyak digunakan para
guru untuk mendidik muridnya, dan juga para pemuda yang aktif dalam organisasi. Karena
itulah, Ia diminta untuk menulis ulang bukunya tersebut agar mudah dipahami oleh anak
muda, terutama untuk anggota Boys' Brigade, sebuah orgaisasi kepemudaan yang besar dan
bernuansa militer. Baden-Powell mulai berpikir kemungkinan hal ini bisa berkembang jauh
lebih besar. Ia mulai mempelajari materi lain yang bsa menjadi bahan pelajaran dalam
kepanduan.

Pada perkembangan lebih lanjut, Baden-Powell melakukan promo dan bedah buku barunya,
"Scouting for Boys". Buku itu tidak sekadar menulis ulang buku "Aids to Scouting" yang
lebih banyak materi kemiliterannya. DI buku Scouting for Boys, aspek kemiliterannya
diperkecil dan digantikan dengan teknik-tekni non-militer (terutama survival) seperti
pioneering dan penjelajahan. Ia juga memasukkan perinsip edukasi yang inovatif, disebut
Scout method (metode kepramukaan). Ia juga berkreasi dengan membuat game-game
menarik sebagai sarana pendidikan mental. Hal ini terjadi pada musim panas 1907.

Dilihat dari fakta sejarah dan perkembangan kepanduan sangat nyata perannya dalam
perjuangan baik saat Badin Powwel berjuang di Zimbawe maupun terkait dengan  perang
Boer II maupun perjuagan lainnya. Oleh karena itu menjadi sangat tepat ketika  kepanduan
pada Kongres Pemuda ke Dua disadari perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini, sehingga
jiwa perjuangan terus tertanam . Dengan demikian  diharapkan nantinya  mereka benar-benar
siap berjuang. 

Mengingat bukti nyata bahwa gerakan kepanduan mampu menumbuhkan jiwa perjuangan,
maka  eksistensinya perlu terus dijaga, sehingga seluruh generasi penerus bangsa akan selalu
siap menjada pandu-pandu ibu pertiwi, pejuang-pejuang Ibu pertiwi sebagaimana terungkap
pada lagu kebangsaan Indonesia Raya. Apalagi,  pada saat dunia pendidikan, bahkan secara
luas di masyarakat  kita terus mengembangkan masalah bela negara, yang sesungguhnya hal
itu merupakan esensi gerakan kepanduan itu. Oleh karena itu,  baik Pramuka maupun HW
dan yang ada,  perlu dioptimalkan peranannya. 

Anda mungkin juga menyukai