Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.
Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal.
Penyakit tuberculosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya informasi
berkaitan dengan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat penyakit ini
memiliki prevalensi yang besar. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling
sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15-35 tahun, terutama mereka yang
bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama
penderita TBC. Lingkungan yang lembab, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan
andil besar bagi seseorang terjangkit TBC. Penyakit TB Paru merupakan penyakit
menahun/kronis (berlangsung lama) dan menular. Peran perawat dalam mengatasi penyakit
tersebut adalah memberikan informasi/penkes tentang pengertian TB dan pencegahan
terhadap penyakit tersebut. Dan diharapkan bisa melakukan survey keadaan rumah pasien
dan lingkungan disekitar pasien. Selain memberikan penkes, perawat juga diharapkan
mampu memberikan tindakan keperawatan yang dapat mengurangi tanda dan gejala yang
dialami pasien sehingga masalah keperawatan dapat tercapai. Walaupun tidak tercapai
maksimal setidaknya dapat mengurangi masalah yang dialami pasien, dan dapat dilakukan
kepada pasien jika tanda atau masalah tersebut masih muncul baik selama masih di rawat
maupun saat di rumah ketika sudah pulang.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada klien dengan
TB Paru
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan TB Paru dari aspek
bio,psikososial dan spiritual.
b. Dapat merumuskan diagnosis keperawatan dan menentukan prioritas masalah pada
klien dengan TB Paru
c. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan serta dapat
melaksanakan rencana tindakan pada klien dengan TB Paru
d. Dapat mengevaluasi hasil akhir yang telah diberikan pada klien dengan TB Paru
BAB II
TINJAUAN TEORI

TB PARU
A. PENGERTIAN
Tuberculosis paru (TBC) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. (Hood Alsagaff : 1995).
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dengan perjalanan penyakit yang menahun yang menimbulkan reaksi
terhadap basil diikuti kelainan pada kelenjar regional, tetapi dapat juga menyebar ke
semua organ tubuh dengan menimbulkan kerusakan yang progresif dan terjadi
pembentukan tuberkel. (Sudarto, 1996).

B. ETIOLOGI
Penyebab tuberculosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis. Sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran 1-4 m dan tebal 0,3-0,6 m. Kuman ini bersifat
dorman yaitu dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif lagi serta
bersifat aerob yang menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apikal atau apoks
paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis.
Kuman tuberculosis dalam bentuk droplet nukleat yang merupakan partikel 1-10
mikron yang mengandung kuman TB. Droplet nukleat dikeluarkan oleh penderita TB
dengan cara batuk-batuk, bicara kemudian tersebar diudara. Oleh karena itu penyakit
ini merupakan air bone infection. Infeksi terjadi apabila droplet nukleat terhisap arah
ke jaringan paru setelah mengalami berbagai hambatan sepanjang saluran nafas bagian
atas dan bawah implantasi kuman terjadi pada respiratory bronchial atau alveolus
selanjutnya akan berkembang sebagai berikut :
1. Faktor primer : komplek primer sembuh pada bagian besar /menular
tuberkulosis primer.
2. Dari kompleks primer yang sembuh terjadi reaktivitan kuman yang tadinya darmant
pada focus primer, reinfeksi endogen TB pasca primer.
PATHWAY

Basil TB Droplet nukleat

Melalui makanan / Kontak langsung


minuman Air borne Infektion dengan px
Paru
Implantasi kuman terjadi
pada respiratori bronkial
atau alveoli

Fokus primer Pasca


primer
Kompleks primer
Kompleks primer
yang sembuh
Sembuh pada
sebagian
Reaktivitas kuman
leukositosis
TB Primer

Reinfeksi endogen

TB pasca primer
Penyebaran

Lesi yang meluas Limfogen Hematogen Millier

Gejala respiratorik Peradangan paru Gejala


sistematik
batuk Nyeri dada Penurunan
fungsi paru
Demam Keringat malam
Hiper sekresi Gg rasa
Sesak
nyaman Gangguan cairan
Produksi sekret dan elektroloit
meningkat
Gg pola Cemas Pola tidur Anoreksia
Penyumbatan aktivitas terganggu
jalan nafas Gg pola
nutrisi
Sesak
Cemas
BB menurun
Kurangnya pengetahuna
tentang penyakit yang diderita
C. MANIFESTASI KLINIS
a. Tuberkulosis paru BTA positif
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak sps hasilnya BTA positif.
- 1 spesimen dahak sps hasilnya positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif.
- 1 positif jika diulang hasil BTA sps ada yang positif walaupun satu.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rotgen dada
menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk ringan dan bentuk berat bila
gambar foto rontgen dada memperlihatkan gambaran keusakan paru yang luas (misal :
proses “Far advanced” atau millier) dan atau keadaan umum penderita buruk.
c. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (perikardium), kelenjar lymfe, tulang persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
TBC ekstra paru dibagi :
 TBC ekstra paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
 TBC ekstra paru berat
Misalnya : Meningitis, milier, perikarditis, perifonitis, pleuritis eksudativa duplex,
TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
1. Gejala Respiratorik
- Batuk-batuk lama lebih dari 2-3 minggu.
- Dahak yang mukoid sampai mukopurulan.
- Nyeri dada, sampai batuk darah.
- Sesak nafas (bila ada tanda-tanda penyebaran kerongga lain)
2. Gejala Sistemik
- Malaise, anoreksia, BB ,menurun, keringat malam.
- Acut : demam tinggi, seperti flu, menggigil.
- Millier : demam acut, sesak nafas, sianosis.
Pasien TB paru menampakkan gejala klinis yaitu :
1. tahap asimtomatik
2. Gejala TB paru yang khas kemudian stragnasi dan regresi.
3. Akselerasi yang memburuk
4. gejala berulang dan menjadi kronis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda – tanda.
1. tanda – tanda infiltrat (redup, bronkial, ronkhi basah, dan lain – lain).
2. tanda – tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
3. sekret di saluran nafas dan ronchi.
4. Suara nafas amforik adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.

D. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. Laboratorium.
- LED meningkat, Hb sedikit menurun, lekosit jumlah normal atau sedikit
meningkat.
- Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dengan cara Zn atau Flouroscens.
- Cairan pleura bila diduga pada komplikasi efusi pleura.
- Uji tuberkulin untuk menunjukkan reaksi imunitas seluler yang timbul setelah
4-6 minggu pertama dengan cara :
a. Mantoux test (Robert Koch) dengan cara OT (Old Tuberculin).
b. PPD (F. Silbert) Puried Protein Derivate Of Tubercolin.
- Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru. Namun
pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30 – 70 % pasien Tb paru dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto thoraks PA dan lateral yang mrnunjang TB paru
- Adanya bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah
- Bayangan berawan (patchy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas tunggal atau ganda.
- Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
- Adanya klasifikasi
- Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu mendatang.
- Bayangan milier.
3. Tes PAP (peroksidos anri peroksidos)
Merupakan uji serologi imuno peroksidace memakai alat histogen
imunoperosidase staining untuk menentukan adanya Ig G spesifik terhadap basil
TB.
4. tes polimerase drain reaktion
deteksi BTA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi walaupun hanya ada satu mikro organisme dalam
spesimen, juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
5. Mycodot.
Deteksi antibodi memakai lipoarrabinomannan yang didekatkan pada suatu alat
berbentuk suatu sisir plastik, kemudian di celupkan dalam serum pasien bila
terdapat antibodi sprsifik dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

E. KOMPLIKASI
a. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena hipovolemik / tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus retriksi bronkial.
c. Bronkiektasis dan fibrosis pada paru.
d. Pneumothorax spontan (kolaps spontan karena kerusakan jaringan parut).
e. Penyebaran infeksi ke organ lain saparti otak, tukang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
f. Pleuritis.
g. Efusi pleura.
h. Empiema.
i. Laringitis tuberkulosis.
j. Amiloidosis.
k. SOPT (Sindrom obstruksi pasca tuberkulosis)

F. PENATALAKSANAAN
1. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
2. Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan.
3. Penyuluhan kesehatan penting untuk tindak lanjut kelurga dan kontak dengan
pasien.
4. Pengobatan
Beberapa regime pengobatan yang dianjurkan antara lain :
a. Alternatif yang pertama adalah setiap hari diberikan :
- INH 300 mg. 5 mg/kg
- Rifampisin 600 mg. 10 mg/kg.
- Pirazinamid 25-30 mg / kg BB, diberikan berturut-turut selama 2 bulan dan
kemudian dilanjutkan dengan peemberrian INH 300 mg dan Rifampisisn 600
mg selama 4 bulan.
b. Alternatif yang kedua adalah :
- INH 300 mg.
- Rifampisisn 600 mg selama 9 bulan.
c. Alternatif yang ketiga adalah :
- INH 900 mg.
- Rifampisisn 600 mg selama sebulan dan kemudian dilanjutkan dengan 2 kali
seminggu selama 8 bulan.
d. Alternatif yang keempat adalah :
Bila terdapat resistensi terhadap INH (isoniazid), maka dapat diberikan etambutoi
dengan dosis 15-25 mg / kb BB.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi, atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenai masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien
baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Efendi, 1995).
a. Pengumpulan data.
1. Identitas klien
Penyakit TBC menyerang sebagain kelompok usia produktif, kelompok sosia
ekonomi lemah, dan berpendidikan rendah.
2. Keluhan utama.
Pada penderita TBC biasanya akan terjadi batuk-batuk lebih dari 2-3 minggu,
batuk darah, malaise, demam tinggi, BB menurun, sesak nafas, keringat
malam dan sianosis.
3. Riwayat Penyakit Sekarang.
Adanya keluhan utama soal aktivitas, sesak dan batuk kadang disertai
sputum, kadang tidak, malas makan, kesulitan tidur, nyeri dada meningkat
karena batuk berulang.
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Untuk mengatahui penyakit yang pernah diderita sebelumnya apakah ada
hubungannya dengan penyakit sekarang seperti penyakit jantung, paru
(penyakit pernafasan) riwayat pemakaian alkohol, penyakit DM dan
Hipertensi.
5. Riwayat keluarga.
Adakah anggota keluarga yang terkena penyakit TBC (penyakit pernafasan
lain) yang menular atau tidak jumlah anggota keluarga dan tipe keluarga.
6. Pola-pola kesehatan.
a. Terhadap klien.
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat.
Terjadi perubuhan hidup yang tidak sehat sehingga menimbulkan
masalah kesehatan yang juga memerlukan perawatan yang serius.
2. Pola nutrisi metabolisme.
Penderita pada umumnya kehilangan nafsu makan, tidak dapat
mencerna, terjadi penurunan BB, turgor kulit buruk, kering / kulit
bersisik, kehilangan otot / hilang lemak subkutan.
3. Pola eliminasi.
Pola ini biasanya terjadi perubahan pada elimini akut karena asupan
yang kurang sehingga penderita biasanya tidak bisa BAB secara
normal atau dapat juga karena kronisnya penyakit sehingga terjadi
kelelahan dan kelemahan sehinghga harus tirah baring lama sehingga
terjadi konstipasi.
4. Pola istirahat-tidur.
Penderita pada umumnya tidur pada malam hari karena demam malam
hari, menggigil dan berkeringat serat batuk.
5. Pola aktivitas latihan.
Penderita terjadi kelelahan umum dan kelemahan, kelelahan otot, nyeri
dan sesak (tahap lanjut).
6. Pola persepsi diri.
Adanya kecemasan, menyangkal (khususnya pada tahap diri)
ketakutan dan mudah terangsang, perasaan tidak berdaya dan tidak
punya harapan sehingga terjadi perubahan mekanisme dan perubahan
dini yang terpenting.
7. Pola persepsi dan pengetahuan.
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi persepsi hidup dan
pengetahuan perawatan dini.
8. Pola penanggulangan stress.
Adanya ketidakefektifan dalam mengatasi masalah individu dan
keluarga.
9. Pola reproduksi seksual.
Pada umumnya penderita yang lanjut sampai terjadi penurunan libido.
10. Pola hubungan peran.
Terjadi hubungan yang sangat menggangu hubungan interpersonal
karena TBC dikenal sebagai penyakit menular.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan.
Timbulnya distress spiritual pada diri penderita, bila terjadi serangan
yang hebat atau penderita tampak kurang sehat, karena terjadi
gangguan pada pola ini.
7. Pemeriksaan fisik.
a. Keadaan Umum : penderita biasanya terjadi kelelahan umum dengan
kelemahan, sesak, batuk efektif / tidak produktif, malaise, mengantuk.
b. Gejala vital : suhu meningkat, takikardi, takipnea / dispnea pada kerja
karena (penyakit luas / fibrosis parenkim paru dan pleura), pengembangan
pernafasan tidak simetris, perkusi pekak, penurunan fremitus, bunyi nafas
tubuler, bisikan pektoral di atas lesi luas, krekels tercatat di atas apeks
paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek (krekels post tusise).
c. Kepala dan leher.
Mata tampak mengantuk, tampak penonjolan tulang pipi, mata cowong,
leher biasanya ada pembesaran kelenjar tiroid.
d. Paru.
Inspeksi : Tampak adanya tanda penarikan organ lain
kedarah yang sakit, fosa supura dan
infraklavikula menjadi cekung, ruang antar iga
menyempit dan gerakan pernafasan menurun.
Palpasi : Adanya gerakan pernafasan yang menurun,
fremitus raba meningkat atau menurun.
Perkusi : Suara ketok redup.
auskultas : Suara nafas, intensitas menurun, terdengar suara
i nafas bronkial atau bronkovesikuler. Kalau ada
suara amforik merupakan tanda adanya kovitas.
Suara tambahan, terdengar ronki basah yang
bervariasi mulai kasar sampai halus. Ronki
kering kadang-kadang terdengar suara vokal
meningkat.

8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium.
- D : Led meningkat, Hemoglobin sedikit menurun,
L lekosit jumlah normal atau sedikt meningkat, hitung
jenis menunjukkan peningkatan monosit.
- Sputum (BTA) dengan cara pengecetan ZN, TTN atau fluorescens. Hasil
positif 40-50% kasus.
- Tes tuberkulin : Tes mantoux biasanya pada kx TBC memberikan
reaksi mantoux yang positif (99,8%).
b. Radiologis.
- CT scan paru.
- MRI (magnetis Resonance Imaging).
- Foto thorax.
2. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pemenuhan O2 berhubungan dengan penurunan fungsi paru.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan asupan yang kurang.
3. Gangguan pemenuhan istirahat tidur sehubungan dengan kegelisahan (batuk,
demam, sesak).
4. Keterbatasan aktivitas fisik sehubungan dengan kelemahan otot.
5. Resiko terjadinya penyebaran infeksi sehubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang paparan pathogen, rendahnya pertahanan tubuh.
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit, keterbatasan
kognitif.
7. Cemas berhubungan dengan kurannya pengetahuan dengan penyakit yang
dideritanya.
3. Rencana keperawatan
Pada tahap ini disusun berdasarkan tujuan dan prioritas masalah sebagai berikut
adanya ancaman jiwa dan kesehatan, sumber daya yang tersedia, perasaan penderita,
prinsip alamiah dan praktek keperawatan.
1. Diagnosa
Gangguan pemenuhan O2 berhubungan dengan penurunan fungsi paru.
- Tujuan : Kebutuhan nafas atau O2 terpenuhi.
- Kriteria hasil :
 Penderita tidak mengeluh sesak
 Batuk berkurang dengan sputum negatif
 Ronki tidak terdengar
 Suara nafas vesicular sonor
 Foto thorax normal, kultur sputum negatif
 TTV normal
- Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan secara terapeutik pada penderita dan keluarga
2. Jelaskan pada penderita penyebab sesak
3. Catat karakteristik bunyi nafas, batuk, produksi dan karakteristik
sputum
4. Berikan posisi tubuh yang nyaman (postural drainage) dengan fibrasi
dan clabing sesuai indikasi
5. Ajarkan penderita untuk batuk efektif dan nafas dalam sesuai indikasi
6. Anjurkan untuk minum air hangat
7. Kolaborasi dengan tim fisoterapi
8. kolaborasi dengan tim dokter untuk pembarian bronkodilator
(aminofilin, abutesol, bronkosol agen mukoletik)
- Rasional
1. Agar penderita dan keluarganya lebih keoperatif
2. Agar penderita tidak gelisah
3. Adanya suara tambahan seperti :
Ronki menunjukkan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas,
wheezing menunjukkan adanya konstriksi bronkus / penyempitan jalan
nafas, karakteristik sputum (jumlah, kekentalan, berdarah / purulen)
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan otot pernafasan dan manbantu
ekspansi alveoli, drainase secret paru kedalam sentral bronkus lebih siap
untuk dibatalkan
5. Peningkatan masukan cairan oval dapat mengencerkan atau
meningkatkan pengeluaran
6. Untuyk mengencerkan sputum
7. Untuk pemberian terapi nafas yang aman dan sesuai dengan indikasi
8. Untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas secret,
memperbaiki ventliasi, dan memudahkan pembuangan secret
2. Diagnosa
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan
asupan yang kurang.
- Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
- Kriteria hasil :
 Nafsu makan bertambah.
 BB meningkat
 Porsi makan habis.
 Turgor kulit normal.
 Mata tidak cowong.
- Rencana Tindakan
1. Jelaskan pada kx pentingnya nutrisi bagi tubuh.
2. Kaji status nutrisi saat MRS, catat BB sebelun dan sesudah.
3. Perhatikan apa ada keluhan mual, muntah, anureksia.
4. Berikan diit sesuai dengan selera kx.
5. Ajurkan kx makan sedikit-sedikit tapi sering dan sajikan selagi hangat.
6. Observsi intake dan out put kx.
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberiaan diit.
- Rasional
1. Menambah pengetahun kx tentang entingnya nutrisi bagi tubuh.
2. Berguna untuk menentukan derajat masalah dan menetukan intervensi
berikutnya.
3. Untuk mengidentifikasi pemilihan nutrisi yang sesuai.
4. Diit TKTP akan mempercepat penyembuhan.
5. Untuk menambah nafsu makan.
6. Untuk mengetahu keseimbangan gizi kx.
7. Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan nutrisi yang
adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diit yang sesuai.
3. Diagnosa
Gangguan pemenuhan istirahat tidur sehubungan dengan kegelisahan (batuk,
demam, sesak).
- Tujuan : butuk berkurang / hilang.
Kx bisa tenang / tidur.
- Kriteria hasil :
 Batuk berkurang / hilang.
 Tidur kx cukup.
 Cemas berkurang.
 TTV normal.
- Rencana Tindakan
1. Anjurkan kx memiliki posisi yang nyaman bagi dirinya.
2. Anjurkan minum air hangat.
3. Obsevasi TTV.
4. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat.
- Rasional
1. Kx menghendaki posisi yang dipilih.
2. Mengencerkan sekret dan mengurangi rasa gatal.
3. Untuk menetahui perkembangan kx.
4. Melakukan fungsi independent dan mengurangi batuk.
4. Implementasi
Adalah mengelola dan mewujudkan dari renacan perawatan, meliputi : tindakan
yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan rumah
sakit (Nasrul Effendi, 1995)
5. Evaluasi
Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
kesehatan (Nasrul effendi, 1995).

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PROGRAM THERAPY
Infus : RL + 1 ampul Aminophillin : 12 tpm
Injeksi
Ceftriaxon 2 X 1Gr
Rantin 2 X 50mg
Ondansentron 2X
Metil Prednisolon 3 X 20mg
Oral
Abroxol 3 X 500mg

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Tanggal 08 September 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Uji Nilai Normal
WBC / Leukosit 6.6 3,6-11,00 x 10^3/Ul
RBC/ Eritrosit 4.8 3,80-5,20 10^6/uL
HGB/ Hemoglobin 14.9 11,7-15,5 g/dl
HCT/ Hematokrit 44 35-47
MCV 91 80-100 [fL]
MCH 31 26-34 [pg]
MCHC 34 32-36 [gr/dl]
PLT/ Trombosit 176 150-400 10^3/uL
RDW-CV 12.9 11.5-14.5
RDW-SD 38.8 35-47
PDW 12.2 9.0-13.0
MPV 10.2 7.2-11.1
NEUTH% 79.10 50 - 70%
LYMPH% 10.00 25 - 40%
MONO% 10.90 2 - 8%
EO% 0.00 2 - 4%
BASO% 0.00 0 -1%
KIMIA DARAH
GDS 199 70-120 mgr%
Ureum 105.4 10-50 mg/dl
Creatinin 1.19 0.5-0.9 mg/dl
SGOT 100.4 1-31 U/L
SGPT 113.8 7-35 U/L
HBSAg Negatif

2. Rontgen Thorax
Kesan :
1. Besar Cor Normal
2. Gambar TB Pulmo Duplex Lama Aktif
3. Bronkhitis dengan Emphysematus lung
3. EKG Per hari, Hasil : Sinus Tachicardi

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi 3.Jakarta : Media
aesculapius FKUI.
2. Hood Alsagaff dan Mukty A.1995. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya airlangga
university press.
3. Lynda Juall Carpenito.2000. Buku Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC.
4. M Amin , 1999.Ilmu penyakit Paru. Surabaya : Airlangga university press.
5. Marilyn E. Dongoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. Jakarta : EGC.
6. Nasrul Effendi.1995 . Pengantar proses keperawatan. Jakarta : EGC
7. Pedoman Diagnosis dan Terapi, lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, RSUD Soetomo,
Surabaya, 1994.
8. Slamet Sujono. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi ke 3.Jakarta :
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
9. Sylvia A. price dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi, buku 2. Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai