Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai
penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena
itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila
anaknya mengalami bronkhopneumonia. Insiden penyakit ini pada negara berkembang
hampir 30% pada anak-anak dibawah umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi
pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan. Sedangkan di Amerika pneumonia
menunjukan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.
Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang
kesehatan,baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data
SEAMIC Health Statistic 2001 ifluenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian
nomor 6 di Indonesi, nomor 9 di Brunai, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura,
nomor 6 di Thailand, dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa
penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes
tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai
penyebab kematian di Indonesi. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa
dikontrol beberapa tahun kemudian. Penyebabnya bermacam-macam dan diketahui ada 30
sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma jamur, berbagai
senyawa kimia maupun partikel.

B. TUJUAN
Tujuan penulisan ini untuk memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah keperawatan
anak dan membantu mahasiswa dan pembaca untuk memahami penyakit
bronkhopneumonia yang terjadi pada anak dan menambah pengalaman mahasiswa
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkhopneumonia.

28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BERSIHAN JALAN NAFAS TAK EFEKTIF


A. Pengertian
Bersihan jalan nafas tak efektif adalah ketidakmampuan dalam membersihkan sekresi atau
obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga bersihan jalan nafas.
B. Batasan Karakteristik
1. Dyspneu
2. Penurunan suara nafas
3. Orthopnea
4. Suara nafas tambahan : rales,crakles, ronkhi, wheezing
5. Batuk tidak efektif atau tak dapat batuk
6. Produksi sputum
7. Sianosis
8. Kesulitan bicara
9. Mata melebar
10. Perubahan ritme dan frekwensi pernafasan
11. Gelisah
C. Faktor yang Berhubungan
Lingkungan
1. Asap
2. Asap rokok
3. Inhalasi asap
4. Perokok pasif
Obstruksi Jalan nafas
1. Spasme jalan nafas
2. Mucus banyak
3. Sekresi yang tertahan
4. Adanya jalan nafas buatan
5. Benda asing di jalan nafas
6. Sekresi di bronkhus
7. Eksudat di alveoli

28
Fisiologi
1. Disfungsi neuromuscular
2. Hyperplasia dinding bronchial
3. Penyakit paru obstruksi kronik
4. Infeksi
5. Ashtma
6. Alergi

BRONKHOPNEUMONI
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
~ Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan parencym
paru.
~ Bronchopneumonia adalah keradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak
saja terjadi pada jaringan paru-paru tetapi juga pada bronchioli, biasanya hal ini
didahului infeksi traktus respiratus bagian atas selama beberapa hari.
2. Etiologi
Pada umumnya bronchopneumoni ini disebabkan oleh bebeapa kuman seperti
a. Bakteri : Pneumokokus, streptokokus, staflokokus, H. influenza, klebsiela, M.
tubercolosis, mycoplasma pneumonia.
b. Virus : Virus respiratoris, sinsisial, virus adeno,virus para influenza, virus
influenza.
c. Jamur : Kandida, histoplasma,koksidiodes.
d. Protozoa : Pneumolistis karini
e. Bahan kimia : ~ aspirsi makanan / susu / isi lambung
~ keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin dsb)

28
3. Patofisiologi

Sistem pertahanan normal

terganggu

Organisme masuk melalui jalan


nafas
Broncho pnemoni

(Panas tinggi, gelisah, dispnew, takipneu, dan nafas dangkal cuping hidung,
batuk kering kemudian produktif )

Infeksi paru

Eksudat intra alveolus

Gg pertukaran Retensi mukus Gg bersihan jalan nfas


gas
O2 menurun
Sesak
hiperventilasi Sesak Perubahan pola nafas

Gg keseimbangan cairan elektrolit


4. Gejala Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi teraktus respiratorius bagian atas
selama beberapa hari. Suhu badan naik mendadak sampai 40 derajat celsius dan
mungkin disertai kejang demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, sesak dan
sianosissekundder hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung merupakan trias
gejalayang patogmonile, kadang-kadang disertai muntah dan diare, batuk mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.
5. Pemeriksaan fisik
 Dada bagian yang sakit tertinggal
 Retraksi intercostal
 Perkusi mungkin redup
 Suara nafas menurun atau bronchial
 Rales halus nyaring (khas) pada pemulaan dan kemudian menjadi kasar stadium
resolusi
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

28
 Leeukositosis ( 18 – 40.000 / mm )dengan geseran kekiri pada hitungan jenis
 LED meningkat
b. X foto thorax : Bercak-bercak infiltrat tersebar atau meliputi satu atau sebagian
lobus
7. Diagnosis banding
 Bronchiolitis
 Eksaserbasi bronchioktasis
 Payah jantung
 Aspirasi benda asing
 Abses paru khusus pada bayi : meningitis dan illeus
8. Penatalaksanaan
Anti biotik :
a. Pada penyakit yang ringan mungkin virus tidak perlu anti biotika
b. Pada klien yang dirawat inap harus segera diberi antibiotika
c. Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur, keadaan klien dan dugaan
kuman penyebab yaitu :
 Umur 3 bulan – 5 tahun bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus
pneumonia, ineofilus influenza, atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat
diketahui kiman penyebab maka secara praktis dipakai :
Kombinasi : Penicilin Prokain 50.000 – 100.000 KL/ Kg /24 jam IM 1 – 2 kali
sehari dan Kloramfenikol 50 –100 mg / kg / 24 jam IV atau oral 4 kali sehari
Atau kombinasi : Amphisilin 50 –100 mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali
sehari dan Kloksasilin 50 / mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali sehari
Atau kombinasi : Eritromisin 50 mg / kg /24 jam oral 4 kali sehari dan
Kloramfenikol (dosis sda) bila ada alergi terhadap penisilin
 Umur lebih dari 3 bulan biasanya disebabkan oleh sreptokokus pneumonia,
stafilokokus atau antero bakteriase
Kombinasi : Penisilin Prokain (dosis sda ) dan Gentamisin 5 – 7 mg/kg/24 jam
IV 2 – 3 kali sehari
Atau kombinasi : Kloksasilin (dosis sda) dan Gentamisin (dosis sda).
Kombinasi ini juga diberikan kepada anak anak lebih dari 3 bulan dengan mal
nutrisi berat atau pasien dengan immuno compomized.
 Anak-anak yang lebih dari 5 tahun yang non teknis biasanya disebabkan oleh :
a. Streptokokus pneumonia

28
o Penisilin Prokain IM
o Fenoksimetil Pinisilin25.000 – 50.000 ki/kg/24 jam oral 4 kali sehari
o Eritromsin (dosis sda)
o Kotrimoksasol 6 – 30 mg/kg/24 jam oral 2 kali sehari
b. Mycoplasm pneumonia
Diberikan Eritromisin (dosis sda)
Apabila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek samping obat
misalnya alergi atau hasil pengobatan tidak memuaskan perlu dilakukan
reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotika lain.Lamanya pemberian
antibiotika begantung pada : kemajuan klinis penderita yang jenis kuman
penyebabnya yaitu :Stafilokokus mungkin perlu 6 minggu parenteral dan
jika penyebabanya Hemophilus Influenza atau Streptokokus pneumonia
cukup 10 – 14 hari.
9. Komplikasi
a. Abses paru
b. Empisema
c. Perdarahan paru
d. Bronchiektasis
e. Pneumatosel
f. Afelektasis
g. Piopneuma thorax
h. Sepsis (renjatan)
i. Gagal nafas
j. Meningitis
k. Artritis
10. Konsep imunisasi
Umur Jenis imunisasi
0 – 1 bulan BCG, Polio I, Hepatitis A
2 bulan DPT I, Polio II, Hepatitis II
3 bulan DPT II, Polio III
4 bulan DPT III
5 bulan -
6 bulan Hepatitis III

28
9 bulan Campak
11. Konsep tumbuh kembang anak
 Pertumbuhan
 Berat badan
1 1 – 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
 Tinggi badan
Lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
 Perkembangan
Menurut Erik Erikson (perkembangan psikososial )
a. Tahap trust versus miss trust (0 – 1 tahun)
o Percaya versus tidak percaya
o Dasar kepribadian ibu untuk percaya atau tidak percaya
o Jasa kebutuhan dasarnya terpenuhi akan percaya atau sebaliknya
b. Tahap autonomi versus shame and doubt (1 – 3 tahun)
Tahap otonomi versus ragu dan malu
c. Tahap initiative versus built (4- 8 tahun)
Tahap inisiatif versus rasa bersalah
Anak selalu ingin tahu
d. Tahap industry versus inferiority (8 – 12 tahun)
Tahap kerajinan atau berkarya versus rendah diri
e. Tahap indentity versus role confusion (13 – 20 tahun)
Tahap indentitas diri versuss kebingungan peran
Merupakan akhir masa kanak-kanak menuju remaja

B. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN


1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Indentitas
Meliputi indentitas klien, indentitas orang tua (ayah dan ibu) serta indentitas
penanggung biaya.
2. Keluhan utama

28
Pada umumnya suhu badan klien tinggi (39 – 40), adanya pernafasan yang
cepat atau sesak dan kadang disertai kejang.
3. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Perlu dikaji keadaan pada masa prenatal, natal dan natal.
4. Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Mula mula batuk kering kemudian menjadi produktif, timbul panas yang
mendadak tinggi kadang-kadang disertai nyeri dada, kejang, muntah dan
diare. Pada kondisi yang berlanjut klien akan gelisah, takipnea bahkan
dyspnea dan terjadi penurunan kesadaran.
2. Riwayat penyakit dahulu
Penurunan daya tahan tubuh atau malnutrisi energi proteinatau penyakit
yang pernah diderita terutam penyakit menahun, adanya faktor latrogenik
(trauma paru, anasthesi, aspirasi), riwayat prenatal dan post natal serta
imunisasi yang kurang baikdapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit
ini.
3. Riwayat imunisasi
Yang sering berkaiatn adalah imunisasi BCG, DPT dan campak
4. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit yang sama dalam keluarga, kebiasaan hidup yang kurang
sehat serta pola makan yang tidak pasti dapat berakibat mal nutrisi energi
protein
5. Riwayat tumbuh kembang anak
Dalam hal ini pengkajiannya meliputi bagaimana adaptasi sosial klien,
bahasa, motorik halus dan motorik kasarnya disesuaikan dengan usia klien.
6. Pola fungsi kesehatan
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
sehat
Perlu dikaji pada keluarga apakah keluarga mengerti tentang penyakit
anaknya dan dibawah kemana bila sakit
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada kasus ini pula makan dan minum klien cenderung menurun,
karena adanya sesak, batuk dan tidak jarang karena klien mengalami
muntah dan diare

28
3. Pola eliminasi
Pada umumnya klien diare
4. Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien terganggu karena sesak dan batuk
5. Pola aktivitas dan latihan
Pada umumnya klien tidak bisa beraktivitas (bermain) dengan baik
6. Pola peersepsi dan konsep diri
Keluarga akan khawatir dengan anak karena mereka tidak mengetahui
apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan pada anak yang sakit dan
dampak dirawat di rumah sakit
7. Pola sensasi dan kognitif
Disesuaikan dengan tahap tumbuh kembang anak
8. Pola reproduksi sosial
Perlu ditanyakan jenis kelamin pada klien,apakah ada kelainan dalam
sistem reproduksinya
9. Pola hubungan peran
Perlu dikaji bagaimana sianak beradaptasi dengan lingkungan baru dan
keluarganya
10. Pola penaggulangan stess
Perlu dikaji bagaimana sianak pola tingkah lakunya dalam mengatasi
penyakitnya
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang
bersifat gaib.
7. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada kasus ini klien lemah, suhu tinggi (39 0 – 400). Pernafasan cepat
dan dangkal (sesak nafas), batuk, adanya sianosis. Dapat juga terjadi
kejang, gelisah sampai penurunan tingkat kesadaran
2. Kulit, rambut, kuku
Pada umumnya klien lemah ini turgor kulitnya menurun, rembut
normal, kuku bisa cyanosis atau pucat
3. Kepala dan leher

28
Ubun-ubun cekung, mata tampak cowong karena kurang cairan akibat
takipne, diaphoresis. Intake peroral inadekuat. Leher terdapat kaku
kuduk jika terjadi infeksi lebih lanjut pada meningeal dan adanya
pembesaran kelenjar lymfhe sebagai kompensasi infeksi
4. Mata
Pada kasus ini mata klien tampak cowong karena kurang cairan akibat
takipnea, diaphoresis, intake peroral inadekuat
5. Telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan
Pada umumnya telinga normal, hidung terdapat sekret yang kental,
pernafasan cuping hidung, adanya cyanosis, mukosa mulut kering, dan
sulit menelan.
6. Dada dan thorak
Terjadi retraksi supra sternal atau intercostal hampir selalu ditemukan,
inspeksi seakan tertinggalpada sisi yang sakit, persensi akan redupdan
vokal fremitus akan meningkat atau melemah jika terjadi efusi pleura,
adanya ronchi pada sisi yang sakit dan weezing.
7. Abdomen
Terjadi keluhan dinding abdomen dan adanya pembesaran hepar dan
nyeri tekan bila terjadi dekompensisasi cordis
8. Ektremitas
Kekuatan otot cenderung melemah, akral dingin, pucat capillary refill
time terganggu.
9. Integumen
Kulit kerinf, turgor menurun dan akral dingin.
8. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
LED meningkat
HB cenderung tetap atau sedang menurun
Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi
CO2
b. Radiologi
Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau
berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.
b. Analisa data

28
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalh
penderita, Analisa merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan
menyeleksi data, mengklarifikasikan dan mengumpulkan data, mengaitkan dan
menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan standart,
menginterprestasikan serta akhirnya membuat diagnosa keperwatan (Lismidar
1990).
c. Diagnosa Keperawatan
Merumuskan masalah merupakan suatu pernyataan jelas tentang masalah kesehatan
klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.(H. Lismidar, 1990. Hal : 60)
Dx yang muncul menurut “MERLENA MAYER” 1995 hal. 203 – 204 pada kasus
Bronkho pneumonia adalah :
1. Ketidak efektifan jalan nafas berhubungan dengan lendir dalam alveoli.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan invasi dari micro organisme.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan fisik skunder terhadap
peningkatan upaya untuk bernafas.
4. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan
anak.
d. Perencanaan
Setelah data dikumpulkan, diidentifikasikan dan ditemukan diagnosa
keperawatannya maka berikutnya menentukan rencana keperawatannya.
1. Tujuan : jalan nafas klien menjadi efektif dan bisa nafas dengan nyaman.
K/H : a. Frekuensi
pernafasan normal (2-30x/mnt)
b. Anak bernafas
tanpa menggunakan otot bantu pernafasan
c. Dapat bernafas
dengan nyaman dan baik
Rencana :
i. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
R/ : keluarga dapat memahami dan mengerti akan tindakan yang akan
dilakukan.
ii. Berikan posisi yang semi fowler / setengah
duduk.
R / : akan meningkatkan dalam pengambilan O2.

28
iii. Berikan nebuluzer (uap hangat 370C) 15
menit.
R / : dapat menghangatkan dan melembabkan mukosa pada jalan nafas.
iv. Berikan O2 sesuai dengan kebutuhan.
R / : membantu memenuhi kebuthan jaringan didalam tubuh.
v. Libatkan orang tua dalam keperawatan /
masalah kesehatan.
R / : akan menimbulkan sikap kooperatif dan meningkatkan hubungan kasih
sayang.
vi. Bebaskan jalan nafas dengan tindakan
saction.
R / :Untuk membantu dalam mengeluarka sekret.
vii. Observasi TTV.
R / : merupakan langkah-langkah untuk mengetahui adanya perubahan dan
langkah perawatan selanjutnya.
viii. Kolaborasi dengan tim medis dokter dalam
pengobatan (anti biotik) dan tim lab dalam pemeriksaan sputum.
R / : Dalam pemberian Antibiotik untuk membunuh kuman dan pemeriksaan
lab.untuk mengetahui kuman penyebab
ix. Observasi pola nafas dan tanda-tanda
keefektifan jalan nafas.
R / : mengetahui perkembangan pernapasan.
x. Lakukan postural draniagel
R / : mengeluarkan sekret dengan cara menepuk lokasi dada dan punggung
5. Tujuan : suhu tubuh klien kembali normal
K/H : a. Suhu tubuh normal
(360C – 370C).
b. Mukosa mulut
lembab.
c. Klien tidak
menggigil.
d. Palpasi kulit terasa
hangat.
Rencana

28
i. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan
R / : keluarga dapat memahami dan mengerti akan tindakan yang akan
dilakukan
ii. Lakukan pengompresan dingin atau hangat
pada daerah lipatan tubuh dan kepala bagian depan (dahi).
R / : perpindahan suhu tubuh panas secara konduksi melalui kulit.
iii. Berikan cairan sesering mungkin.
R / : berfungsi sebagai thermoreguler dan menggnti cairan tubuh yang
hilang melalui penguapan.
iv. Berikan pakaian tipis dan menyerap.
R / : mempercepat proses penyerapan dan penguapan sehingga suhu tubuh
menjadi cepat dalam penurunannya.
v. Observasi TTV dan suhu tubuh.
R / : merupakan langkah untuk mengetahui perkembangan klien
vi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antiphiretik.
R / : Untuk menurunkan suhu tubuh
vii. Evaluasi tentang dehidrasi.
R / : mengetahui perkembangan di dalam masalah dehidrasi
6. Tujuan : aktivitas anak menunjukkan adanya peningkatan.
K/H : a. Anak dapat
bermain dengan kondisinya.
b. Anak mampu
berfantasi terhadap permainan.
Rencana
i. Berikan atau siapkan mainan sesuai umur
dan kondisi klien.
R / : mengepresikan pikiran dan fantasinya.
ii. Libatkan orang tua dalam bermain.
R / : mengembangkan kreatifitas.
iii. Tempatkan anak pada ruang yang sebaya.
R / : dapat beradaptasi lebih efektif.
1. Tujuan : keluarga mampu memahami
cara atau tindakan perawatan

28
K/H : c. Keluarga dapat
menjelaskan dan mengerti tentang cara tindakan
keperawatan yang dilakukan pada anak.
Rencana :
i. Jelaskan pada orang tua atau keluarganya
tentang semua tindakan yang diberikan dan tujuannya.
R / : keluarga mengerti maksud dan tujuan tindakan.
ii. Libatkan orang tua atau keluarga dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan.
R / : keluarga dapat mengerti tentang langkah-langkah dari tindakan keperawatan.
iii. Ajarkan pada keluarga tentang tata laksana
hidup sehat
R / : mengurangi serta menanggulangi sakit yang diderita.
e. Pelaksanaan
Pada setiap dilakuakan asuhan keperawatan yang merupakan realisasi dari rencana
tindakan yang telah dilakukan dan telah ditentukan dan pelaksanaan ini dapat sesuai
dengan perencanaan atau dapat menyimpang dari rencana semula. Hal ini
tergantung pada kondisi dari klien. (H. Lismidar. 1990. Hal 60).
f. Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan dan menerapkan kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja secara terus menerus dengan melibatkan klien, perawat,
keluarga dan anggota tim lainnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. A UMUR 7 BULAN DENGAN


MK : BERSIHAN JALAN NAFAS TAK EFEKTIF PADA SISTEM
PERNAFASAN DI RUANG MELATI RSUD KEBUMEN

Nama mahasiswa : Nopita


Tanggal dan jam masuk : 02 Juli 2013 jam 12.30
Tanggal dan jam pengkajian : 02 Juli 2013 jam 14.30

28
I. IDENTITAS DATA
Nama pasien : An. A
Alamat : Kalirejo ¾ Kebumen
Tempat/tgl.lahir : Kebumen / 17 November 2012
Agama : Islam
Usia : 7 bulan 15 hari
Suku Bangsa : Jawa
Nama ayah : Tn. N
Pendidikan ayah : SD
Pekerjaan ayah : Buruh
Nama ibu : Ny. R
Pendidikan ibu : SMK
Pekerjaan ibu : IRT

II. KELUHAN UTAMA


Batuk berdahak

Riwayat kehamilan dan kelahiran


1. Prenatal : Selama hamil periksa ke bidan desa sebanyak 9X, setiap bulan mengalami
kenaikan berat badan 1Kg, Imunisasi TT sebanyak 1X, selama hamil mengkonsumsi
vitamin. Tidak mengalami mual,muntah dan tidak mengalami perdarahan saat hamil
2. Intranatal : Persalinan secara normal dengan BB lahir : 2800gr
3. Postnatal : Bayi langsung menangis saat lahir dan tidak terdapat tanda-tanda sianosis
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien baru a/n An. A datang ke ruang melati pukul 12.30 WIB pada tanggal 02 Juli 2013.
Pasien post periksa ke poli anak. Ibu pasien mengatakan keluhan batuk sudah 2 hari berdahak,
sesak nafas mulai malam hari sekitar pukul 19.00 WIB, sesak kambuh kambuhan, terjadi
sekitar 5menit dan berbunyi “ngik”. Demam sejak malam hari, dan makan minum berkurang.
Di ruang melati dilakukan TTV: Suhu: 38,6°C, Nadi: 130x/menit, RR: 42x/menit. Dilakukan
nebulizer selama 10 menit (ventolin+flexotid). Pasang infuse D5% 8tpm. Pasang O2 2l/mnt.
Dilakukan injeksi ampicillin 150mg,Dexamethason 2mg,Aminoph 1cc+ D5% 1cc dicampur,
pamol syr 1/2cth. Saat dilakukan pengkajian pukul 14.30 WIB pasien masih terlihat batuk
berdahak dan nggrok2 sesak nafas sudah agak berkurang, O2 masih terpasang 2l/mnt, pasien
tampak menangis. TTV : Suhu : 38,2°C, Nadi : 120x/menit, RR : 40 x/menit.

28
IV. RIWAYAT MASA LAMPAU
1. Penyakit waktu kecil : Ibu pasien mengatakan ketika umur 2 bln pasien pernah mengalami
batuk berdahak berlangsung selama 1 bln dan panas, sesak nafas, akan tetapi setelah
diperiksa ke bidan desa panas turun dan batuk berkurang. Kambuh lagi sekitar bulan Juni
2013, kemudian diperiksakan ke dokter spesialis anak dan dilakukan nebulizer. Batuk
agak berkurang, akan tetapi akhir bulan juni pasien mengalami batuk dan tanggal 1 Juli
pada malam hari pasien mengalami sesak nafas.
2. Pernah dirawat di RS : Ibu pasien mengatakan pasien sebelumnya belum pernah dirawat
di RS, pasien hanya diperiksakan ke bidan desa dan ke dokter jika terjadi batuk.
3. Obat-obatan yang digunakan : Ibu pasien mengatakan pasien pernah diberi obat penurun
panas dan obat batuk dari dokter.
4. Tindakan (operasi) : Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah dilakukan operasi
5. Alergi : Ibu pasien mengatakan selama lahir sampai sekarang pasien belum pernah
mengalami alergi baik obat maupun makanan, karena pasien hanya minum ASI dan
kadang pasien di beri makan buah pisang
6. Kecelakaan : Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami kecelakaan
7. Imunisasi : Ibu pasien mengatakan imunisasi belum lengkap, masih kurang imunisasi
campak karena pasien belum berumur 9 bulan.

V. RIWAYAT KELUARGA (DISERTAI GENOGRAM)

Keterangan :
: Perempuan : Pasien ---------- : Tinggal serumah

: Laki-laki : Meninggal

28
VI. RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Ibu pasien mengatakan pasien di asuh oleh dirinya dan kadang sama
embahnya
2. Hubungan dengan anggota keluarga : Baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : Ibu pasien mengatakan kadang mengajak pasien keluar
main ke rumah tetangganya agar anaknya senang.
4. Pembawaan secara umum : Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki kebiasaan
apapun, kadang pasien suka mengoloh jari tangannya.
5. Lingkungan rumah : Ibu pasien mengatakan rumahnya memiliki cukup ventilasi, antar
rumah tetangga berdekatan. Dibelakang rumah pasien terdapat tempat sampah milik
tetangga dan jika membakar sampah asapnya masuk ke kamar ibu pasien. Ayah pasien
mempunyai riwayat perokok, jika ayahnya merokok kadang berdekatan dengan anaknya.

VII. POLA FUNGSIONAL GORDON


1. Pola Persepsi Kesehatan/ Penanganan Kesehatan
Ibu pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, jika anaknya sakit ibu tidak tega
melihatnya, dan jika sakit ibu pasien langsung membawanya ke bidan desa dan jika
belum ada perubahan maka ibu pasien membawanya berobat ke dokter.
2. Pola Nutrisi/ Metabolik
Ibu pasien mengatakan pasien masih minum ASI dan sangat kuat. Kadang pasien diberi
makan pisang dan sekitar 1 minggu pasien sedang dicoba makan bubur tim saring
(nasi,wortel,bayam) dan pasien mau menghabiskan.
Saat sakit ibu pasien mengatakan pasien hanya minum ASI dan kadang diberi bubur
cerelac dan pasien mau menghabiskan ½ bungkus. Kadang embah pasien membawakan
nasi tim untuk pasien dan pasien mau makan.
3. Pola Eliminasi
Karena minum ASI nya sangat kuat, ibu pasien mengatakan pasien sering BAK dan tidak
ada gangguan. BAB sehari sekali
Saat sakit, ibu pasien mengatakan bahwa BAK pasien tidak ada masalah. Pasien BAK
sering seperti biasanya. Saat dikaji pasien belum BAB sejak pagi hari.
4. Pola Aktivitas/ Latihan
Ibu pasien mengatakan ketika di rumah pasien mulai belajar untuk merangkak. Pasien
sering tengkurap.

28
Saat sakit ibu pasien mengatakan pasien lebih banyak diem dan kadang miring-miring
karena mau tengkurap susah karena ada infuse. Pasien juga sering menangis, tapi jika di
beri susu pasien diam.
5. Pola Tidur/ Istirahat
Ibu pasien mengatakan jika dirumah pasien tidur siang 2X dengan lama tidur 2 jam, dan
tidur malam mulai pukul 19.00 WIB dan bangun pukul 03.30 WIB
Saat sakit, ibu pasien mengatakan tidur pasien terganggu. Pasien tidur siang sebentar –
sebentar karena jika mendengar suara pasien lain menangis maka pasien terbangun. Dan
tidur malam pun juga terganggu, kadang pasien terbangun batuk dan menangis.

VIII. DATA PENUNJANG


1. Diagnosa medis : Bronkhiolitis
2. Tindakan operasi : Tidak ada
3. Hasil laboratorium : Tanggal 02 Juli 2013
NO Jenis Pemeriksaan Hasil Uji Nilai Normal
1 WBC / Leukosit 14.31 3,6-11,00 x 10^3/Ul
2 RBC/ Eritrosit 4.17 3,80-5,20 10^6/uL
3 HGB/ Hemoglobin 8.8 11,7-15,5 g/dl
4 HCT/ Hematokrit 26.3 35-47
5 MCV 63.1 80-100 [fL]
6 MCH 21.1 26-34 [pg]
7 MCHC 33.5 32-36 [gr/dl]
8 PLT/ Trombosit 519 150-400 10^3/uL
9 RDW-CV 17.2 11.5-14.5
10 RDW-SD 38.1 35-47
11 PDW 10.5 9.0-13.0
12 MPV 9.7 7.2-11.1
13 P-LCR 23.4 15.0-25.0
14 Gol Darah AB

4. Hasil rontgen Thorax : Bronkhopneumoni Dextra, Konfigurasi Cor Normal

IX. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Cukup, pasien terlihat lemah
TB / BB (persentile) : 64 cm / 6,6 kg
Lingkar kepala : 43 cm, LL : 13 cm
Mata : Konjungtiva ananemis, sclera anikterik
Hidung : Sedikit ada serumen
Mulut : Mulut agak kemerahan, mukosa bibir kering

28
Telinga : simetris, bersih
Tengkuk : tidak ada pembesaran JVP
Dada : simetris
Jantung : I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis tidak kuat
P : Batas tidak melebar
A : Bunyi jantung I-II irreguler
Paru-paru : I : Tampak retraksi dinding dada
P : Simetris
P : Pekak
A : terdapat bunyi whezing dan ronkhi
Perut : Bising usus (+) 12 x/menit
Punggung : normal
Genitalia : jenis kelamin laki-laki
Ekstremitas : normal tidak ada kelainan
Kulit : warna putih dan lembab
Tanda vital : RR : 40x/menit, Suhu : 38,2°C, Nadi : 120x/menit

X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Personal Sosial
Pasien sudah bisa berusaha mencapai mainan ketika pasien diberikan mainan. Dan pasien
tampak senang ketika diberi mainan.
2. Adaptif - Motorik Halus
Ketika diberi mainan, pasien sudah bisa mengambilnya dan memindahkan mainan
tersebut.
3. Bahasa
Pasien sudah bisa meniru bunyi kata-kata ketika diajak bercanda dan menoleh ke arah
suara ketika di panggil
4. Motorik kasar
Pasien sudah bisa membalikan tubuhnya dan bangkit dengan kepala tegak.
Interprestasi : Perkembangan An. R dalam keadaan baik.

XI. ANALISA DATA

28
DATA KLIEN Problem Etiologi

DS : Ibu klien mengatakan klien Bersihan jalan nafas tak efektif Secret berlebih
batuk berdahak sudah 2hr
dan dahak tidak keluar, sesak
nafas mulai malam sebelum
masuk RS dan terdengar
bunyi ngik.
DO : klien tampak batuk nggrok-
nggrok,sesak nafas, terdengar
bunyi paru ronkhi dan
wheezing, terdapat retraksi
dinding dada. Klien
terpasang nasal canul 2l/mnt.
RR : 40x/menit.
DS : Ibu klien mengatakan, klien Hipertermi Penyakit
mengalami panas mulai
malam hari, makan dan
minum berkurang.
DO : Suhu 38,2°C, bibir kering.
Pasien terlihat hanya
minum ASI dan pasien
sering menangis

XII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Bersihan jalan nafas tak efektif b.d Sekret berlebih
2. Hipertermi b.d Penyakit

XIII. INTERVENSI
Tgl/ Jam Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
02 Juli 2013 Bersihan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
Jam 15.00 tak efektif b.d secret keperawatan selama 3 x 24 memaksimalkan ventilasi
berlebih jam diharapkan bersihan (semi fowler)
jalan nafas efektif dengan 2. Lakukan fisiotherapi dada

28
criteria hasil : 3. Auskultasi suara nafas
1. Frekuensi pernafasan tambahan
sesuai yang diharapkan 4. Monitoring respirasi dan
30-50 x/mnt status O2
2. Bebas dari suara nafas 5. Menganjurkan untuk
tambahan memberikan air hangat
3. Pengeluaran sputum untuk mengencerkan dahak
pada jalan nafas 6. Kolab : fishiotherapi
02 Juli 2013 Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu sesering
Jam 15.00 Penyakit keperawatan selama 2x24 mungkin
jam diharapkan hipertermi 2. Monitor warna kulit
dapat teratasi dengan 3. Monitor intake dan output
criteria hasil : 4. Pertahankan pemberian
1. Temperatur tubuh sesuai cairan IV sesuai program
yang diharapkan (36,5 – 5. Menganjurkan kepada ibu
37,5°C) pasien agar anaknya lebih
2. Tidak ada perubahan banyak bedrest
warna kulit 6. Berikan pengobatan
antipiretik (paracetamol)

XIV. IMPLEMENTASI
Tgl/ Jam No. DX Implementasi Respon Paraf
02 Juli 2013 1 1. Mengkaji KU pasien 1. Ku cukup, pasien
Jam 15.00 tampak lemas, CM
2. Memberikan posisi semi fowler 2. Pasien posisi semi
fowler atau tidur
menggunakan bantal
3. Mengkaji keluhan pasien dan 3. Ibu pasien mengatakan
mengauskultasi bunyi nafas pasien masih batuk dan
nggrok-nggrok, sputum
sulit keluar, kadang-
kadang sesak, masih
ada suara nafas
tambahan ronkhi dan
wheezing dan terdapat

28
retraksi dinding dada
4. Monitor status O2 4. Pasien masih terpasang
O2 2l/mnt
16.00 1,2 5. Mengukur TTV 5. Suhu: 38,4°C, Nadi:
122x/mnt, RR: 42x/mnt
6. Memberikan paracetamol 1cth
2 6. Paracetamol masuk per
oral
16.15 2 7. Mengkaji intake dan output 7. Pasien mau minum
seperti biasa, pasien
minum ASI kadang
minum air putih. Pasien
diberikan MPASI
bubur cerelac dan habis
16.45 2 8. Mengukur TTV ½ sacet
8. Suhu: 37,9°C, Nadi:
2 9. Mempertahankan pemberian IV 120x/mnt, RR: 40x/mnt
2 line 9. Inf.D5% 8 tpm
10. Menganjurkan kepada ibu 10. Ibu pasien mau
pasien agar pasien lebih banyak melakukan apa yang
beristirahat disampaikan perawat
03 Juli 2013 1,2 1. Mengkaji KU pasien 1. KU cukup dan CM
12.30 2. Mengukur TTV 2. Suhu: 36,7°C, Nadi:
120x/mnt, RR: 40x/mnt
3. Mengauskultasi suara nafas 3. Masih terdapat suara
tambahan dan mengkaji keluhan nafas ronkhi dan
pasien wheezing, ibu pasien
mengatakan pasien
masih batuk seringnya
siang hari dan secret
belum keluar
13.30 1 4. Melakukan nebulizer 4. Nebulizer dilakukan
dengan ventolin dan
flexotid, pasien tampak
lebih rileks setelah

28
dilakukan nebuilizer
14.30 1 5. Mengajarkan ibu pasien untuk 5. Ibu pasien mau
fisiotherapi dada dan melakukan tindakan
menganjurkannya untuk yang diajarkan dan mau
dilakukan disaat pagi hari saat mencobanya saat pagi
pasien dijemur sinar matahari hari.
1 6. Mengkaji status O2 6. Pasien masih
menggunakan O2
2 7. Mengkaji pemberian IV Line 2l/mnt
7. Pasien masih terpasang
8. Mengkaji intake dan output
15.30 2 IV Line D5% 8tpm
8. Pasien masih minum
ASI kuat dan makan
bubur halus habis ¼
porsi. BAK sering dan
tidak ada keluhan.
BAB 2x sehari dengan
16.30 1,2 9. Mengukur TTV konsistensi lembek
9. Suhu: 36,7°C, Nadi:
118x/mnt, RR: 38x/mnt
04 Juli 2013 2 1. Mengkaji KU pasien, Mengukur 1. KU cukup,CM, RR:
Jam 12.30 RR dan mengauskultasi bunyi 38x/mnt, bunyi nafas
nafas tambahan tambahan masih ada
2. Mengantarkan pasien untuk 2. Pasien dilakukan
melakukan fisiotherapy fisiotherapy selama
±30 menit dan secret
keluar melalui jalan
nafas dan mulut keluar
cairan bening dan
13.30 2 3. Mengkaji status O2 dan banyak
mengkaji keluhan pasien 3. Pasien sudah tidak
menggunakan O2 dan
pasien masih batuk
15.00 2 4. Mengobservasi posisi tidur akan tetapi sudah

28
pasien sedikit lega
4. Pasien tidur posisi semi
2 fowler dengan
5. Menganjurkan pasien untuk menggunakan bantal
minum air hangat 5. Ibu pasien mengatakan
kadang pasien
16.00 2 diberikan minum air
6. Mengukur TTV hangat sedikit-sedikit.
6. RR: 40x/mnt, Suhu:
36,5°C, Nadi:
120x/mnt

XV. EVALUASI
Tgl/ Jam No.DX Evaluasi Paraf
04 Juli 2013 2 S : Ibu pasien mengatakan pasien sudah tidak
Jam 16.00 panas
O : Akral hangat, Suhu : 36,5°C dan tidak
terdapat perubahan warna kulit
A : Masalah hipertemi teratasi
P : Lakukan monitoring suhu setiap 12 jam
sekali dan catat adanya perubahan suhu dan
perubahan warna kulit
05 Juli 2013 1 S : Ibu pasien mengatakan batuk sudah
berkurang dan secret sudah keluar saat di
fisiotherapy, pasien sudah tidak sesak nafas.
O : Pasien tampak lebih rileks dan batuk sudah
agak jarang namun masih nggrok-nggrok.
Suara nafas tambahan masih terdengar, O2
sudah tidak terpasang. RR : 38x/mnt
A : Masalah bersihan jalan nafas teratasi
sebagian karena dari criteria hasil masih ada
yang belum tercapai yaitu masih terdapat
suara nafas tambahan.
P : Lakukan fisiotherapy
Observasi status respirasi

28
Anjurkan untuk bedrest

BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan dari kasus di atas sebagai berikut :


1. Pengkajian
Dari pengkajian yang dilakukan pada 02 Juli 2013 didapatkan hasil bahwa pasien
mengalami batuk berdahak, sesak nafas kadang-kadang, akral hangat. Dari pengkajian
fisik didapatkan pada pemeriksaan dada khususnya thorax terdapat retraksi dinding

28
dada dan terdapat bunyi nafas tambahan yaitu ronkhi dan wheezing. Dari keluhan
tersebut pasien diberikan terapy O2 2l/mnt dan dilakukan nebulizer. Dari pengukuran
TTV didapatkan hasil RR : 40x/menit, Suhu : 38,2°C, Nadi : 120x/menit. Dari
pengkajian tingkat peerkembangan terhadap pasien didapatkan hasil bahwa
perkembangan pasien tersebut dalam keadaan baik.
2. Analisa Data dan Prioritas Diagnosa
Dari hasil pengkajian tersebut, dan dianalisis maka didapatkan bahwa pada pasien
tersebut prioritas diagnose yang didapat yaitu bersihan jalan nafas tak efektif
berhubungan dengan secret berlebih.
3. Rencana Keperawatan
Setelah didapatkan prioritas diagnose maka dibuat rencana tindakan yang dikutip dari
buku diagnose NIC NOC, Rencana tersebut dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu
selama 3x24 jam.
4. Implementasi
Tindakan yang dilakukan pada pasien tersebut adalah untuk mengeluarkan secret yang
menumpuk dalam paru-paru, dan sesuai dengan rencana tindakan pasien tersebut maka
tindakan yang dilakukan adalah mengajarkan kepada ibu pasien untuk melakukan
fisioteraphy dada dan menyarankan agar dilakukan ketika pagi hari sambil bayi
dijemur dibawah sinar matahari. Tindakan yang dilakukan lainnya yaitu menganjurkan
ibu pasien untuk memberikan minum air hangat untuk mengencerkan dahak. Tindakan
kolaboratif yang dilakukan terhadap pasien yaitu dilakukan fisiotherapy dan pada saat
dilakukan fisiotherapy pasien mengeluarkan secret melalui hidung dan mulut. Secret
yang dikeluarkan cairan bening dan encer.

5. Evaluasi
Dari tindakan yang dilakukan terhadap pasien tersebut maka masalah keperawatan
yang muncul dapat teratasi sebagian karena pada pasien tersebut walaupun secret
sudah sedikit keluar, akan tetapi masih terdengar bunyi suara tambahan yaitu ronkhi
dan wheezing.

28
BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mulai dari pengkajian,analisa data
dan penentuan diagnose keperawatan, intervensi (rencana tindakan), dan dilakukan tindakan
keperawatan sampai kemudian dilakukan evaluasi. Bahwa dari tindakan tersebut maka
masalah atau diagnose pada pasien tersebut dapat teratasi sebagian karena masih ada tujuan
yang belum tercapai.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Manyoer dkk. Kapita Selekta Kedokeran Jilid II Penerbit Medis


Aesculapius FK UI Jakarta : 2001
2. Departemen Kesehatan RI (1993) “Asuhan Keperawatan Anak Kontek Keluarga”
JKT.
3. H. Lismidar. Dkk. (1990). “Proses Keperawatan” Universitas Indonesia. JKT.

28
4. H . M Syaifullah Noer dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Balai penerbit FK UI
Jakarta 1996
5. Ilmu kesehatan anak info medika Jakarta 1997
6. Marlyn E. Donges. Rencana Asuhan Keperwatan Edisi III buku Kedokteran EGC
Jakarta 2000
7. Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku kedokteran EGC Jakarta 1997
8. Suryadi Skp. Asuhan keperawatan pada anak. CV Jagung Seto Jakarta 2001

28

Anda mungkin juga menyukai