Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

R DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA RISIKO KEKURANGAN VOLUME
CAIRAN PADA SISTEM PENCERNAAN :
GASTROENTERITIS DIBANGSAL
CEMPAKARSUD KEBUMEN

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Tugas Praktek


ProgramProfesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:
NOPITA

PROGRAM PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
2013/2014

27
PENGESAHAN

Diterima dan disetujui oleh Pembimbing Klinik RSUD Kebumen dan Pembimbing Akademik
STIKES Muhammadiyah Gombong, tahun akademik 2013/2014.

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

27
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ………………………………………………………………………. … i

Lembar pengesahan ………………………………………………………………….. ii

Daftar isi ………………………………………………………………………………. iii

BAB I Pendahuluan ………………………………………………………………........ 1

BAB II Tinjauan Teori …..……………………………………………………………. 2

A. Pengertian Risiko Kekurangan Volume Cairan …………………………. 2


B. Etiologi …………..……………………………………………………........ 2
C. Batasan Karakteristik ……………... ……………………………………… 2
D. Pengertian Gastroenteritis …..…………………………………………… 3
E. Etiologi ………………………….………………………………………….. 3
F. Gejala klinis ……………………………………………………………….. 3
G. Klasifikasi ………… ……………………………………………………… 4
H. Patofisiologi …… ………………... ……………………………………... 4
I. Pathway ………………………………………………………………….. 5
J. Manifestasi klinis … ……………………………………………………… 5
K. Pemeriksaan Penunjang …… …………………………………………… 6
L. Penatalaksanaan …….………………………………………………….. 6
M. Komplikasi ………….………………………………………………….. 8
N. Asuhan Keperawatan ………………………………………………….. 8
BAB III Tinjauan Kasus …………………………………………………………… 13
BAB IV Pembahasan ……………………………………………………………….. 27
BAB V Penutup ….. ………………………………………………………………… 29

Daftar Pustaka

27
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh
virus maupun bakteri pada traktus intestinal. (Guyton & Hall, 2006). Gastroenteritis
merupakan suatu penyakit yang umum pada anak usia dibawah 5 tahun. Data DEPKES RI,
menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000
penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6-2,2 episode diare setiap tahunnya untuk
golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita (Ratnawati,2008).
Panduan pengobatan menurut WHO diare akut dapat dilaksanakan secara sederhana
yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan melanjutkan pemberian makanan.
Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan
dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada
masukan. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan gastroenteritis adalah untuk
memenuhi cairan pasien agar pasien tidak mengalami dehidrasi. Dan untuk mengurangi
haluaran seperti BAB cair.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan gastroenteritis
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami dan mengidentifikasi dari gastroenteritis
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien gastroenteritis
c. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien gastroenteritis
d. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien gastroenteritis.

27
BAB II
TINJAUAN TEORI

RISIKO KEKURANGAN VOLUME CAIRAN


A. Pengertian
Risiko kekurangan volume cairan merupakan kondisi individu yang berisiko mengalami
dehidrasi vascular, selular, atau intraselular.

B. Etiologi
Factor-faktor resiko
Kehilangan cairan berlebih:
a. Muntah
b. Diare
c. Pengisapan lambung
d. Keringat berlebih
Ketidakcukupan asupan cairan
- Anoreksia
- Mual,muntah
- Tidak ada cairan
- Depresi

C. Batasan Karakteristik
Mayor
1. Ketidak cukupan asupan cairan per oral
2. Balans negative antara asupan dan haluaran
3. Penurunan berat badan
4. Membrane mukosa kering
Minor
1. Peningkatan natrium serum
2. Penurunan haluaran urin atau haluaran urin berlebih
3. Urin pekat atau sering berkemih
4. Penurunan turgor kulit

27
GASTROENTERITIS

A. Pengertian
1. Diare adalah buang air besar dengan jumlah feces yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau setengah cair
(setengah padat) dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat.
2. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
3. Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.

B. Etiologi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus.
Penyebab lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kodisi lain.
- Infeksi bakteri : vibrio, escherichia coli, salmonella, shigella, campylobacter,
yershinia, dan lain-lain.
- Infeksi virus : entenevirus, (Virus ECHO, coxsackaie, poliomelitis), adenovirus,
rotovirus, dan lain-lain.
- Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris, histolitika, gardia lamblia,
tricomona hominis), jamur (candida albicans)
- Infeksi diluar alat perncernaan makanan seperti : Otitis media akut (OMA),
tansilitis, aonsilotaringitis, bronco pneumonia, encetalitis

C. Gejala Klinis
1. Gelisah
2. Suhu tubuh meningkat
3. Nafsu makan berkurang / anoreksia
4. Mual dan muntah
5. Nyeri perut
6. Sakit kepala, kelemahan, melgia
7. Turgor kulit menurun

27
D. Klasifikasi
1. Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi dibagi dalam 3 tingkatan :
a. Dehidrasi ringan : Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan
Gambaran klinik : Dehidrasi, turgor kurang, suara serak (Vok Choleeerica)
b. Dehidrasi sedang : Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan
Gambaran klinik : Turgor jelek, suara serak, penderita jatuh pada pre syok atau
syok, nadi, cepat nafas cepat dan dalam
c. Dehidrasi berat : Kehilangan cairan 8 – 10 % dari berat badan
Gambaran klinik : Seperti tanda-tanda dehidrasi sedang di tambah dengan
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot menjadi kaku, slanosis.
2. Berdasarkan berat jenis plasma = plasma mempunyai berat jenis tertentu (1,025)
pada dehidrasi, berat jenis plasma meningkat.
Penentuan berat jenis plasma dapat dilakukan dengan larutan tembaga sulfat
(CuSO4) dengan cara ini disebut :
- Dehidrasi berat : Bila berat jenis plasma 1,032 – 1,040
- Dehidrasi sedang : Bila berat jenis plasma 1,028 – 1,032
- Dehidrasi ringan : Bila berat jenis plasma 1,025 – 1,028
3. Dengan mengukur CVP
“Central Venous Pressure” (CVP) di ukur dalam atau dekat atrium dengan
menggunakan kateter. Normal CVP = +4 sampai = + 11cm H2O. dalam keadaan
syok = CVP kurang dari + cm H2O.

E. Patofisiologi
Ketidak seimbangan peningkatan air dan elektrolit berperan penting pada patogenesis
diare terjadi perubahan absorbsi dan sekresi cairan dan elektrolit yang meningkat
terjadinya dehidrasi.
Pentingnya pengeluaran cairan dapat terjadi oleh karena:
- Sekresi yang meningkat pada diare infeksi.
- Asmotik oleh karena adanya bahan dalam lumen usus.
- Motilitas usus yang meningkat.

27
PATHWAY

Makanan/zat yang Ransangan tertentu Gangguan Mobilitas


tidak diserap (toksin) usus

Peningkatan Peningkatan sekresi Hipoperistaltik Hipoperitaltik


osmotik rongga usus air dan elektrolit ke
rongga usus
Bakteri tumbuh Absorbsi
Pergeseran air dan berkembang makanan
elektrolit ke rongga
usus

Diare

Hospitalisasi Kehilangan air dan Makanan sering Bab >


elektrolit dihentikan Mentah
Pengenceran susu
Perpisahan yang terlalu lama
Lingkungan asing Dehidrasi Absorbsi makanan Syok
Prosedur kurang baik hipovolemik

Keseimbangan
cairan dan elektrolit Gangguan
Cemas Gangguan nutrisi Sirkulasi

F. Manifestasi Klinis
Pasien dengan diare akut akibat infeksi sering mengalami naurea, muntah, nyeri perut
sampai kejang perut, demam dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus
dihindari, kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering,
tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi sesak. Gangguan
biokomiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka
denyut nadi cepat (lebih dari 120 x/menit). Tekanan darah menurun sampai tak teratur,
pasien gelisah, muka pucat ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang siamosis.

27
Kekurangan kalium cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis
tubulus akut. Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan:

1. Koleriform, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja.


2. Disentriform, pada diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
 Akibat diare
- Dehidrasi
- Asidosis metabolik
- Gangguan gizi akibat muntah dan berak-berak
- Hipoglikoni
- Gangguan sirkulasi darah akibat yang banyak keluar sehingga terjadi syok
 Derajat dehidrasi
1. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan BB 2,5 %
2. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2,5-5 %
3. Dehidrasi sedang, bila terjadi penuruann BB 5-10 %
4. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB 10 %

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah tapi lengkap.
2. Pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis, plasma
dan urine.
3. Pemeriksaan urine lengkap.
4. Pemeriksaan feces lengkap dan biakan feces dari colok dubur.

H. Penatalaksanaan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Empat yang perlu diperhatikan adalah :
a. Jenis cairan
- Oralit
- Cairan RL / cairan NaCl isotonik ditambah satu ampul NaBi 7,5% 50
ml
b. Jumlah cairan
Sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluakan melalui :
- PWL ex : melalui diare dan muntah

27
- NWL ex : melalui keringat, urine dn pernafasan
- CWL ex : melalui tinja dan muntah

Pada usia diatas 15 tahun


Dehidrasi PWL NW CWL Jumlah
L
Ringan 25 65 25 115
Sedang 50 65 25 140
Berat 80 65 25 170
2. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk
menghindarkan efek buruk pada status gizi.
3. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada
manfaatn, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada :
- Disentri.
- Suspek kolera dengan dehidrasi berat.
- Diare persisten.
4. Obat-obatan anti diare meliputi :
- Antimotilitas
- Adsorben
- Antimuntah
5. Pada orang dewasa, penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri :
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
a. Dehidrasi berat
10 tts/kg/menit dalam 1 jam (RL NS)
5 tts/kg/menit dalam 2 jam
untuk bayi kurang dari 3 bulan (D 10 : NS 4 : 1)
bila rejatan belum teratasi beri plasma 10 ml/kg
b. Dehidrasi sedang
3 tts/kg/menit dalam 7 jam (D5 : RL : 4:1 + kel)
3 tts/kg/menit untuk bari kurang dari 3 bulan
c. Dehidrasi ringan
2 tts/kg/menit (D5 : RL)
Catt : Obat-obat ini tidak mempunyai efek yang nyata untuk diare akut bahkan
membawa efek yang membahayakan dan tidak dianjurkan untuk diberikan
pada usia lebih dari 15 tahun.

27
I. Komplikasi
Komplikasi diare mencakup potensi terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan
dan elektrolit secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Haluaran urin kurang
dari 30 ml / jam selama 2 – 3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia.
Hipotensi dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq
/ liter (SI : 3 mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan
disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel, febrilasi ventrikel
dan kontraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian.

J. Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, alamat, nomor register, jenis kelamin, umur, agama, dan
diagnosa.
b. Keluhan utama
Pada Px GE biasanya mengeluh BAB cair lebih dari 3x kadang disertai
muntah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada Px GE biasanya mengeluh BAB cair lebih dari 3x mual, muntah, nyeri
perut, kembung, demam, bibir kering, turgor kulit menurun.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penyakit GE dikaitkan dengan riwayat penyakit yang pernah dialami
Kx.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau penyakit menurlar yang
pernah diderita anggota keluarga.
f. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
- Pola eliminasi uri
Pada BAK juga terjadi gangguan karena terjadi penurunan frekuensi dari
biasanya.
- Pola eliminasi alvi

27
Biasanya pada Px diare akut BAB cair lebih serign dan banyak dari
kebiasaan sebelumnya

- Pola nutrisi dan metabolisme.


Pada Px diare terjadinya peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibatnya gangguan
metabolisme usus, sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram perut,
mual, muntah.
- Pola istirahat dan tidur.
Pada biasanya Px diare pola istirahatnya menjadi terganggu akibat gejala
yang ditimbulkan.
II. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Meliputi kesadaran
2. Kepala
Bentuk simetris panak anak kecil / bayi biasanya ubun-ubunya cekung, rambut
rontok.
3. Muka
Biasanya pada Px diare muka pucat.
4. Mata
Pada mata biasanya ditemukan mata cowong, anemia.
5. Thorak
Biasanya ditemukan pernafasan cepat dan dalam.
6. Abdomen
Bianya ditemukan nyeri perut, kembung, bila dianskultasi biasanya di temukan
peningkatan bising usus, peristaltik usus.
7. Mulut dan faring
Biasanya mukosa bibir kering dan tidak ada perbesaran kelenjar tyroid
8. Integumen
Biasanya ditemukan turgor kulit menurun, sianosis, akral dingin.
III. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
tidak adekut.

27
3. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi

IV. Rencana Tindakan


Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai
berikut adanya ancaman kehidupan dan kesehatan, prinsip dasar alami dan
praktek.
 Diagnosa I
Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan : keseimbangan cairan terpenuhi (normal)
Kriteria Hasil : Turgor kulit normal
Intake dan output seimbang
Diare berhenti
Rencana Tindakan
1. Lakukan pendekatan pada penderita dan keluarga serta jelaskan tentnag
tindakan yang akn dilakukan.
2. Kaji status
3. Kaji intake dan output
4. Observasi TTV
5. Berikan cairan dalam jumlah kecil 30 – 60 ml perjam pada tahap awal.
6. Kolaborasi dengan tim medis.
Rasional
1. Memudahkan kerjasama antara perawat dan Kx.
2. Untuk mengetahui keadaan fisik Px.
3. Untuk mengetahui keimbangan cairan.
4. Untuk mengetahui perkembangan
5. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan selanjutnya
6. Membantu proses penyembuhan
 Diagnosa II
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang
tidak adekut.
Tujuan : Nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria Hasil : Intake dan output seimbang
Mual-mual tidak ada
Rencana Tindakan
27
1. Anjurkan untuk makan sedikit tapi sering.
2. Sajikan makanan dalam porsi hangat
3. Observasi dan catat masukan makanan px
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Rasional
1. Mengurangi rangsangan muntah.
2. Merangsang nafsu makan.
3. Mengetahui intake dan output makanan.
4. Tepat dalam pemberian diit
5. Membantu mempercepat proses penyembuhan.
 Diagnosa III
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan penyakitnya
Tujuan : Suhu tubuh Px dalam batas normal
Kriteria Hasil : Tidak terdapat Hipertermi
Temperatur dalam batas normal
Rencana Tindakan
1. Anjurkan px untuk mengompres
2. Anjurkan px untuk memakai pakaian tipis dan yang dapat menyerap
keringat.
3. Anjurkan px untuk minum sedikit tapi sering
4. Observasi TTV
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Rasional
1. Memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah perifer.
2. Keringat dapat terserap.
3. Untuk mengimbangi asupan cairan.
4. Mengetahui keadaan umum Px
5. Membantu mempercepat proses penyembuhan.
V. Implementasi
Pelaksanan adalah realita dan tindakan yang telah ditentukan dan diuraikan sesuai
dengan prioritas masalah. Hal ini disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, sumber
daya, fasilitas yang ada pada saat dilakukan tindakan keperawatan.

27
VI. Evalusi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari prosedur keperawatan sebagai
pengukuran dari keberhasilan rencana rindakan keperawatan.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal dan Jam Masuk : 18 September 2013, Jam 20.30 WIB


Tanggal dan Jam Pengkajian : 19 September 2013, Jam 13.00 WIB
Nama Pengkaji : Nopita

A. IDENTITAS
Nama : Tn. R
Umur : 68 Th / 15 Maret 1945
Alamat : Panjer , Kebumen
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Duda
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Diagnose : GEA
No.RM : 816959
PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. C
Umur : 45 Th
Alamat : Panjer, Kebumen
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Hubungan dengan pasien : Teman

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
BAB Cair ±8x
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk tgl 18 September 2013 jam 19.57WIB, masuk via IGD RSUD Kebumen
dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari sebelum masuk RS >5X,cair, lendir, tidak ada
darah. Mual, tidak muntah, demam, BAK tidak ada keluhan. TTV: TD: 150/90mmHg,
RR: 20x/mnt, Nadi: 92x/mnt, Suhu: 38°C. Di IGD dilakukan tindakan pemasangan

27
infuse RL 16 tpm dan dilakukan pemberian injeksi extra Rantin 50mg + Ondansentron
8mg perbolus. Saat dilakukan pengkajian, pasien mengeluh masih BAB cair + lendir
dari pagi sudah ±8x. Jika makan muntah, perut melilit, untuk minum pasien mengaku
sehari menghabiskan 2 L air putih. TTV: TD: 140/80mmHg, Nadi: 84x/mnt, Suhu:
38,5°C, RR: 20x/mnt. Pasien mengaku sebelum mengalami diare pasien meminum ale-
ale sebanyak 5 gelas.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sudah pernah mengalami penyakit diare sekitar tahun 1992, 2005 dan sekarang
adalah ke tiga kalinya pasien mengalami diare dan setiap diare pasien dirawat di RS.
Pasien mengaku sudah pernah dirawat di RS sebanyak 4X, dengan riwayat asma dan
diare. Pasien mulai terkena asma sekitar tahun 1992, dan pasien meminum asma soho
jika asma kambuh.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga mempunyai riwayat penyakit asma yaitu adik pasien
dan sekarang sudah meninggal. Untuk penyakit menurun lainnya disangkal.
4. Genoram

Keterangan :
: Perempuan

: Laki – laki

: Pasien tinggal sendiri di rumah dan sudah menjadi duda.

: Meninggal

27
C. POLA FUNGSIONAL MENURUT VIRGINIA HANDERSON
1 Bernafas dengan normal
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sudah pernah mengalami sesak nafas
karena pasien mempunyai riwayat penyakit asma sejak
tahun 1992. Dan pernah dirawat di RS ketika sesak nafas.
Saat dikaji : Pasien mengatakan tidak sesak nafas, RR: 20x/mnt
2 Pola nutrisi
Sebelum sakit : Pasien biasa makan 3x sehari dengan nasi,lauk,sayur dengan
porsi 1 piring dan pasien tidak ada keluhan dalam makan.
Minum juga banyak sekitar 8 gelas per hari (air putih, teh
manis)
Saat dikaji : Pasien mengatakan jika pasien makan terus muntah, pasien
tidak makan. Namun jika tidak makan tidak muntah. Untuk
minum pasien mengaku banyak dan habis 2 botol besar aqua
yang 1L.
3 Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAK sehari 5-6x, warna kuning, bau khas dan tidak
terdapat kesulitan dalam BAK. Pasien BAB sehari 1X dan
tidak terdapat keluhan dalam BAB.
Saat dikaji : BAK sekitar 10x sehari dengan urin sekitar 100cc. saat dikaji
pasien sudah BAB sekitar 8X dengan konsistensi cair dan
lendir.
4 Pola aktifitas
Sebelum sakit : Pasien tinggal di rumah sendirian, kadang ditemani oleh teman
pasien. pasien mengaku meninggalkan istrinya sudah lama dan
pasien juga belum mempunyai anak. Pasien sehari-hari bekerja
sebagai pedagang. Kaki pasien tidak bisa untuk berjalan yang
sebelah kanan jadi dalam berdagang kadang-kadang tidak
setiap hari.
Saat dikaji : Pasien mengeluh lemas dan pasien lebih banyak untuk tidur dan
istirahat karenaa kaki kanan pasien juga tidak bisa untuk
berjalan, maka pasien lebih banyak tidur.

27
5 Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien tidur malam ± 7-8 jam tidak dengan penerangan lampu
dikamarnya. Pasien tidak pernah mengalami kesulitan dalam
tidurnya. Pasien terbiasa tidur siang sekitar 2 jam.
Saat dikaji : Pasien tidak ada masalah dengan pola tidurnya, bahkan pasien
lebih banyak tidur, karena merasa lemas.
6 Pola berpakaian
Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika pasien terbiasa menggunakan pakaian
sendiri tanpa bantuan.
Saat dikaji : Pasien mengatakan jika dalam berpakaian dibantu oleh teman
yang menunggui.
7 Personal hygiene
Sebelum sakit : Pasien mengatakan terbiasa mandi 2X sehari, dan melakukan
sikat gigi setiap mandi. Terbiasa menggunakan air dingin saat
mandi. Semuanya bisa dilakukan mandiri oleh pasien.
Saat dikaji : Pasien mengatakan belum mandi hanya di lap muka nya saja
dan pasien juga tidak melakukan gosok gigi. Segala sesuatu di
bantu oleh temannya, kadang pasien melakukan cuci muka
sendiri.
8 Mempertahankan suhu tubuh
Sebelum sakit : Pasien tidak terbiasa menggunakan selimut ketika tidur. Akan
tetapi jika musim dingin pasien menggunakan selimut.
Saat dikaji : Pasien menggunakan baju kaos dan sarung. Kulit teraba hangat.
Suhu: 38,5°C. Pasien tidur dengan selimut.
9 Pola komunikasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan komunikasinya.
Pasien berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa jawa.
Saat dikaji : Pasien berkomunikasi dengan normal menggunakan bahasa
jawa dan pasien kooperatif.
10 Pola spiritual
Sebelum sakit : Pasien beragama islam dan pasien mengaku melakukan sholat
5 waktu kadang-kadang.

27
Saat dikaji : Pasien tidak dapat menjalankan ibadah sholat 5 waktu, pasien
tetap berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.
11 Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman ketika berada di rumah
walaupun dirumah hanya sendirian, ditemani teman-temannya.
Saat dikaji : Selama dirawat di RS pasien merasa aman, namun pasien tidak
merasa nyaman dengan kondisinya sekarang, karena pasien
tidak bisa makan karena jika makan muntah. Pasien sering
BAB karena mengalami diare. Perut kadang melilit.
12 Pola bekerja
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sehari-hari bekerja sebagai pedagang di
stasiun kebumen, namun sekarang dalam berdagang tidak
setiap hari.
Saat dikaji : Pasien tidak bisa melakukan kegiatannya sehari-hari karena
pasien mengalami diare dan lemas.
13 Pola rekreasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan kadang rekreasi pergi kerumah kakak di
kroya.
Saat dikaji : Pasien lebih banyak beristirahat.
14 Pola belajar
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mendapatkan informasi dari TV
Saat dikaji : Pasien mengerti tentang penyakitnya karena pasien sudah
pernah mengalami sakit tersebut sebelumnya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. TTV : TD: 140/80mmHg, Nadi: 84x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu:
38,5°C
2. Kesadaran : Composmentis
3. Keadaan umum : Lemas
4. Kepala : Mesochepal,rambut lurus dan sedikit uban,tidak ada lesi
5. Mata : Simetris, konjungtiva ananemis, agak cekung
5. Mulut : Mukosa bibir kering
6. Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung,
bernafas spontan

27
7. Teling : Simetris, fungsi pendengaran baik, bersih
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Thyroid
9. Dada
Paru-paru : I : Simetris,tidak ada lesi dan bekas operasi,ictus cordis tak
tampak
: A : Tidak ada bunyi tambahan
: P : Redup
: P : Ictus cordis teraba jelas
Jantung : I : Pengembangan simetris
: P : Tidak ada suara tambahan
: P : Pekak
: A : Vokal fremitus +
Abdomen : I : Supel, tidak terdapat luka operasi
: A : bising usus + mengalami peningkatan
: P : Tidak terdapat nyeri tekan disekitar abdomen
: P : Tympani
10. Ekstremitas
Atas : Lengkap tidak cacat terpasang infuse RL 16 tpm di tangan sebelah
kanan dan terdapat tato dilengan sebelah kanan.
Bawah : Lengkap, terdapat luka seperti gatal-gatal dan pasien mengatakan
nanti akan sembuh sendiri. Kaki kanan tidak bisa digerakan hanya
jari-jari yang bisa digerakan. Karena riwayat jatuh ketika berada di
penjara sekitar 4 th yang lalu.
11. Genetalia
Pasien jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil laboratorium tanggal pemeriksaan : 19 September 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Uji Nilai Normal
WBC / Leukosit 14.24 3,6-11,00 x 10^3/Ul
RBC/ Eritrosit 4.55 3,80-5,20 10^6/uL
HGB/ Hemoglobin 13.5 11,7-15,5 g/dl
HCT/ Hematokrit 35.6 35-47
MCV 78.2 80-100 [fL]
MCH 29.7 26-34 [pg]

27
MCHC 37.9 32-36 [gr/dl]
PLT/ Trombosit 196 150-400 10^3/uL
RDW-CV 13.0 11.5-14.5
RDW-SD 36.0 35-47
PDW 9,7 9.0-13.0
MPV 8.9 7.2-11.1
P-LCR 16.9 15.0-25.0
NEUTH# 11.67 1.8 – 8 10^3/Ul
LYMPH# 1.59 0.9 – 5.2 10^3/Ul
MONO# 0.92 0.16 – 1 10^3/Ul
EO# 0.04 0.045 – 0.044 10^3/Ul
BASO# 0.02 0 – 0.2 10^3/Ul
NEUTH% 81.9 50 - 70%
LYMPH% 11.2 25 - 40%
MONO% 6.5 2 - 8%
EO% 0.3 2 - 4%
BASO% 0.1 0 -1%
GOLONGAN DARAH AB
HBSAg Negative

F. PROGRAM THERAPY
1. Tanggal 18 September 2013
Injeksi
Ceftriaxon 2 X 1gr 20.00 08.00
Ranitidin 2 X 25mg/ml 20.00 08.00
Oral
Paracetamol 3 X 500mg (jika pasien panas)
New Diatab 3 X 2 tablet
2. Tanggal 19 september 2013
Injeksi
Rantin 2 X 25mg/ml 08.00 20.00
Ondansentron 2 X 4mg/ml 08.00 20.00(jika muntah)
Metro inf 3 X 500 mg 08.00 16.00 24.00
Oral
Pamol 3 X 500mg
New Diatab 3 X 2 tablet

27
G. ANALISA DATA
TGL DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM
19 Sept DS : Pasien mengatakan BAB Kehilangan Cairan Risiko Kekurangan
2013 cair ±8x sehari dan Aktif Volume Cairan
Jam 13.00 terdapat lendir, lemas,
keluhan dirasakan sudah
sehari sebelum masuk
RS.
DO : Pasien tampak lemas,
mata sedikit cekung.
TTV:TD:140/80mmHg,
Nadi: 84x/mnt, RR:
20x/mnt, Suhu: 38,5°C
19 Sept DS : Pasien mengatakan Penyakit Hipertermi
2013 badan panas
semenjak sehari
sebelum masuk RS.
DO : Pasien tampak lemas,
akral hangat, Suhu :
38,5°C.
19 Sept DS : Pasien mengatakan Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
2013 setiap makan pasien Untuk Mencerna Nutrisi Kurang dari
muntah, walaupun Makanan Kebutuhan Tubuh
sudah dipaksa untuk (Mual,muntah)
makan. Pasien minum
2L sehari. Nafsu
makan pasien juga
menurun.
DO : Pasien tampak lemas
dan mukosa bibir
kering. Pasien tampak
muntah ketika pasien
makan.

H. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

27
1. Risiko Kekurangan Volume Cairan b.d Kehilangan Cairan Aktif
2. Hipertermi b.d Penyakit
3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
Ketidakmampuan Untuk Mencerna Makanan (Mual,muntah)

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl / Jam No. DX Tujuan dan kriteria evaluasi Intervensi Keperawatan Paraf
19 Sept 1 Setelah dilakukan tindakan NIC :
2013 keperawatan selama 1X24 Jam 1. Monitor status cairan
Jam 13.00 diharapkan Risiko kurang volume termasuk intake dan output
cairan dapat teratasi dengan KH : 2. Monitor tanda-tanda vital
1. Intake dan output seimbang 3. Anjurkan keluarga untuk
2. Tidak terdapat tanda-tanda memberi minum banyak
dehidrasi pada klien
3. Diare berhenti 4. Mempertahankan
pemberian cairan infus
sesuai advis.
5. Memberikan therapy sesuai
program
19 Sept 2 Setelah dilakukan tindakan NIC :
2013 keperawatan selama 3X24 Jam 1. Monitor intake dan output
diharapkan hipertemi dapat teratasi 2. Monitor warna kulit dan
dengan KH : suhu tubuh sesering
1. Suhu tubuh dalam batas normal ( mungkin
36-37,5°C) 3. Anjurkan keluarga untuk
2. Tidak ada perubahan warna kulit memberikan kompres
4. Berikan antipiretik sesuai
program
19 Sept 3 Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan untuk makan
2013 keperawatan selama 3X24 jam sedikit tapi sering.
diharapkan nutrisi terpenuhi, 2. Sajikan makanan dalam
dengan KH : porsi hangat
1. Nafsu makan baik 3. Observasi dan catat
2. Tidak mengalami mual, muntah masukan makanan px
4. Kolaborasi dengan tim
27
medis dalam pemberian
terapi.

J. IMPLEMENTASI
Tgl/ Jam No. DX Implementasi Respon Paraf
19 Sept 1 1. Mengkaji KU pasien 1. Ku lemah, pasien
2013 tampak lemas
Jam 13.00 2. Mengkaji intake dan output 2. Pasien mengatakan
pasien lemas, pasien tidak bisa
makan karena jika
makan akan muntah,
saat dikaji pasien sudah
muntah 3X. Minum
pasien banyak, pasien
mengaku
menghabiskan 2 botol
aqua yang 1liter. Pasien
mengatakan BAB cair
±8X dan terdapat
lendir. Kadang perut
melilit. Pasien BAK
banyak sehari bisa
sampai 10x ±100cc
15.00 3. Mengkaji tanda-tanda dehidrasi 3. Mata sedikit cekung,
turgor kulit masih baik,
akral hangat suhu:
38,5°C.
4. Menganjurkan keluarga untuk 4. Pasien mengatakan jika
memberikan pasien minum yang pasien minum banyak
banyak ±2 botol aqua besar
yang 1 liter.
5. Mempertahankan pemberian 5. Infus lancar dengan
therapy infuse sesuai advis RL tetesan sesuai advis.
20tpm.

27
6. Mengukur TTV
16.00 6. TD: 150/90mmHg,
Nadi: 84x/mnt, Suhu:
37,8°C
17.00 7. Memberikan makanan diit dari 7. Pasien mau mencoba
rumah sakit dalam keadaan untuk makan dalam
hangat keadaan hangat.
8. Memberikan therapy oral new 8. New diatab masuk per
diatab 2 tablet dan paracetamol oral dan paracetamol
500mg 9. Pasien akan
9. Menganjurkan pasien untuk mencobanya dan pasien
makan sedikit namun sering mengatakan tetap
merasakan mual ketika
makan
20.00 10. Memberikan therapy injeksi 10. Injeksi masuk per
ceftriaxon 1gr dan rantin 50mg bolus.
24.00 11. Menganjurkan pasien untuk 11. Pasien mau
beristirahat beristirahat.
05.00 12. Memberikan therapy oral new 12. Obat new diatab
diatab 2 tablet diminum pasien.

20 Sept 1,2,3 1. Mengkaji KU pasien 1. KU cukup dan CM,


2013 jam pasien masih terlihat
07.30 sedikit lemas.
08.00 2. Memberikan therapy ceftri dan 2. Therapy masuk per
rantin bolus
3. Mempertahankan pemberian 3. Infuse RL masih
infuse terpasang dengan
tetesan 20 tpm.
13.30 3 4. Mengkaji intake dan output 4. Pasien kooperatif,
pasien pasien mengatakan
pagi ini pasien sudah
bisa makan dan

27
langsung
menghabiskan porsi
makan yang diberikan
RS dengan tidak ada
keluhan mual dan
muntah. Perut sudah
tidak melilit. Minum
masih banyak sudah
habis 5 gelas air putih.
Selama pagi sampai
siang pasien juga
belum BAB. BAK
sudah ±3x.
15.00 5. Mengukur TTV 5. TD: 10/60 mmHg,
Nadi: 82x/mnt, Suhu:
36°C, RR: 18x/mnt.
6. Memberikan therapy ceftri dan
20.00 6. Therapy masuk per
rantin
bolus
7. Menganjurkan pasien untuk
24.00 7. Pasien mau beristirahat.
istirahat

21 Sept 1. Mengkaji KU pasien 8. KU cukup,


2013 jam pasien sudah terlihat
07.30 agak rileks.
08.00 2. Memberikan therapy ceftri 1gr 9. Therapy
dan rantin 50mg masuk per bolus
13.30 3. Mengukur TTV 10. TD:
110/70mmHg, Nadi:
78x/mnt, Suhu: 36,5°C,
17.00 4. Memberikan makan RR: 20x/mnt.
/ diit dalam keadaan hangat. 11. Pasien mau
5. Mengkaji intake makanan pasien memakananya.
12. Pasien
sudah tidak ada

27
keluhan dalam makan.
Pasien sudah
menghabiskan
makanan yang
diberikan RS dengan
20.00 6. Memberikan therapy ceftri 1gr tidak mual dan
dan rantin 50mg muntah.masih
24.00 7. Menganjurkan pasien untuk 13. Therapy
beristirahat masuk perbolus
14. Pasien mau
beristirahat.

K. EVALUASI
Tgl/Jam No. DX Evaluasi Paraf
20 Sept 1 S : Pasien mengatakan jika dari pagi sampai
2013 siang belum BAB dan pasien juga
Jam 17.00 mengatakan sudah bisa makan dan
menghabiskan porsi dari rumah sakit dan
tidak mengalami mual dan muntah.
O : Pasien tampak lemasnya sudah berkurang.
Pasien tampak menghabiskan makan dan
tampak tidak melilit perutnya.
A : Masalah risiko kurang volume cairan
teratasi dengan criteria hasil pasien sudah
tidak diare dan bisa makan.
P : Menganjurkan keluarga pasien jika terjadi
diare kembali agar segera lapor ke petugas
yang jaga agar diberikan obat diare.
23 Sept 2 S : Pasien mengatakan sudah tidak pasnas.
2013 O : Akral dingin, Suhu : 36,5°C
Jam 14.00 A : Masalah hipertermi teratasi dengan criteria
hasil sesuai yang diharapkan suhu : 36,5°C
dan akral sudah tidak hangat
P : Menganjurkan keluarga pasien jika terjadi
27
panas untuk segera melapor ke petugas yang
jaga.
Jika terjadi panas maka menganjurkan
pasien untuk banyak minum air putih.
23 Sept 3 S : Pasien mengatakan sudah tidak mual dan
2013 muntah lagi. Pasien mengatakan sudah
Jam 14.00 dapat menghabiskan makanan yang
diberikan dari RS.
O : Pasien tampak menghabiskan makanan
yang diberikan dari RS dan tampak tidak
muntah ketika makan.
A : Masalah nutrisi teratasi
P : Makan-makanlah selagi makanan masih
hangat jika mengalami mual.
Jika mengalami muntah maka segera lapor
kepada petugas kesehatan agar diberikan
obat.

BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan system pencernaan: Gastroenteritis di ruang Cempaka RSUD Kebumen dari mulai
pengkajian sampai evaluasi, yaitu:
a. Pengkajian
Dari pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 September 2013 pukul 13.00WIB di
dapatkan data bahwa pasien mengeluh BAB cair + lender sehari ±8x/hari. lemas, mual dan
muntah setiap pasien makan. Nafsu makan menurun. TTV: TD: 140/80mmHg, Nadi:
84x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 38,5°C . Pasien mengaku mengalami seperti itu sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit dan sebelumnya pasien mengatakan telah minum ale-ale

27
sebanyak 5 botol. Dari riwayat penyakit sebelumnya pasien juga pernah mengalami
keluhan yang sama dan ini kedua kalinya pasien dirawat dengan keluhan yang sama.
Pasien dan keluarga pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit seperti asma. Dan
pasien juga pernah di rawat di RS dengan keluhan asma.
b. Analisa Data
Dari hasil pengkajian yang dilakukan, penulis menemukan masalah keperawatan utama
yaitu Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan Kehilangan Cairan Aktif. Dan
untuk diagnose penyerta lainnya yaitu : Hipertermi b.d Penyakit karena pasien mengalami
panas dengan suhu 38,5°C, Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan Ketidakmampuan Mencerna Manakan (Mual,muntah) karena sesuai
dengan keluhan pasien bahwa pasien menyatakan jika makan selalu muntah.
c. Intervensi
Perencanaan menggambarkan mengenai tujuan yang diharapkan dan rencana tindakan
yang dilakukan terhadap pasien sesuai kebutuhan berdasarkan diagnose keperawatan yang
muncul dari analisa data.
Sesuai intervensi yang ditulis maka diharapkan masalah keperawatan yang muncul dapat
teratasi sesuai dengan criteria hasil yang diinginkan dan sesuai rencana yang telah disusun
terhadap masing –masing masalah keperawatan yang muncul
d. Implementasi
Dari implementasi yang dilakukan ternyata sebelum tindakan dilakukan selama sesuai
tujuan yaitu 3X24 jam, masalah keperawatan yang muncul sudah dapat teratasi seperti
hipertermi dan ketidakseimbangan nutrisi. Di hari ke 2 implementasi, pasien sudah tidak
mengalami panas dan pasien juga sudah tidak mengalami mual, muntah dan pasien telah
menghabiskan seluruh porsi makanan yang diberikan oleh RS. Akan tetapi, walaupun
masalah keperawatan telah teratasi dalam hari ke 2 implementasi, penulis tetap melakukan
tindakan sesuai rencana yang telah penulis tulis yaitu 3X24 jam.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan, dalam hal ini merupakan tindakan
keperawatan dan kolaborasi yang dilakukan. Pada kali ini penulis menyatakan hasil yang
baik, karena beberapa masalah yang timbul dari pasien teratasi. Dan diharapkan pasien
tidak mengalami kejadian yang sama untuk ke 3 kalinya.

27
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan : untuk masalah keperawatan baik
utama maupun diagnose penyerta yang terjadi pada pasien tersebut dapat teratasi dengan
melakukan tindakan- tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Dan tidak lupa
keberhasilan tindakan keperawatan juga atas kolaborasi dari tim medis lainnya khususnya
dalam pemberian therapy baik therapy cairan maupun therapy obat dan diit dari bagian
gizi.

B. Saran

27
Dalam hal ini penulis akan mengemukakan saran sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya jangan sampai melupakan bahwa
manusia merupakan makhluk yang terdiri bio-psiko-sosial-spiritual.
2. Keberhasilan asuhan keperawatan tidak bisa lepas dari komunikasi perawat dengan
pasien yang antara lain dapat kita lakukan dengan cara menengok pasien walaupun
tidak diminta oleh pasien maupun keluarga pasien.
3. Kerja sama antar tim kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

4. Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid ke I.


Media Aesculapius, FKUI.
5. Mansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid ke II.
Media Aesculapius, FKUI.
6. Efendi, Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, Jakarta, EGC.
7. Himpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi Ke III Jidil II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
8. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta :
EGC.

27
9. Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,
Edisi ke 2, Jakarta : EGC.
10. Marlyn E. Dongoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
11. Lynda Juall, Carpenito. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. Jakarta :
EGC.
12. Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid ke I.
Media Aesculapius, FKUI.

27

Anda mungkin juga menyukai