i
Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
KETENTUAN PIDANA
Pasal 72
(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1
(satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta
rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,
atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran
Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ii
iii
Domain.id dan Identitas Negeri
Perjalanan Pengelolaan Domain Internet Indonesia
Penulis
Tim PANDI
Desain Sampul
Pepeng
Tata Letak
Tanto
Dokumentasi Foto
Tim PANDI
iv
DAFTAR ISI
Daftar Isi
iii
Kata Pengantar
iv
Bab 1: Sejarah Internet Indonesia
1
Bab 2: Nama Domain dalam Ekosistem Internet
17
Bab 3: Sejarah Pengelolaan Nama Domain
33
Bab 4: Pendirian PANDI
59
Bab 5: Tentang Domain .id
85
Bab 6: Sosok Penting di Balik PANDI
95
Bab 7: Harapan dan Rencana
113
Daftar Pustaka
127
Daftar Lampiran
131
v
KATA PENGANTAR
B
erdasarkan catatan whois ARIN dan APNIC, protokol Internet (IP)
pertama dari Indonesia, UI-NETLAB (192.41.206/24) didaftarkan
oleh Universitas Indonesia pada 24 Juni 1988. RMS Ibrahim,
Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman
Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan nama-nama
legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia pada tahun 1992
hingga 1994. Masing-masing personal telah mengontribusikan keahlian
dan dedikasinya dalam membangun cuplikan-cuplikan sejarah jaringan
komputer di Indonesia.
Tulisan tentang keberadaan jaringan Internet di Indonesia dapat
dilihat di media cetak seperti KOMPAS berjudul “Jaringan komputer biaya
murah menggunakan radio”[1] di bulan November 1990. Juga beberapa
artikel pendek di Majalah Elektron Himpunan Mahasiswa Elektro ITB
pada tahun 1989.
xxxxxxxxxxxxxxx
xxxxxxxxxxxxxxxx
vi
KATA PENGANTAR
vii
viii
BAB 1
Sejarah Internet
Indonesia
1
Sejarah Internet Indonesia
R
andy Bush bukan nama asing di jagat internet dunia. Ia seorang
ilmuwan, teknisi, serta aktivis yang telah menghabiskan setidaknya
40 tahun di persoalan jaringan. Pada tahun 1988, bersama
rekannya Jonh Klensing ia membantu sejumlah negara di selatan Afrika
(Bostwana, Namibia, Zimbabwe, dan Afrika Selatan) mengembangkan
jaringan internet.
Kala itu, internet tentu belum seperti sekarang. Internet menjadi
barang langka yang belum dikenal luas oleh masyarakat. Jaringan
masih bersifat lokal yang memiliki aturan main berbeda-beda di setiap
organisasi. Kalangan akademisi dan peneliti menjadi orang-orang yang
pertama mengembangkan dan mengadopsi teknologi ini.
Kendati demikian, keinginan untuk menjajal teknologi internet
kala itu sangat tinggi di berbagai belahan dunia. Randy Bush yang
memiliki latar belakang industri komputer saat itu banyak melakukan
pekerjaan pro bono untuk membantu mengembangkan jaringan
internet. Bermula dari selatan Afrika, ia pun mendirikan sebuah lembaga
bernama Network Startup Resource Center (NSRC).
Indonesia
First Ping
Sumber : NSRC
2
Sejarah Internet Indonesia
Jaringan Kampus
Meskipun ping pertama baru terjadi 1994, upaya untuk
memanfaatkan jaringan antarkomputer sebenarnya sudah dilakukan
jauh sebelumnya. Pada era 1980-an beberapa kampus seperti Universitas
Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah memanfaatkan
jaringan komputer di lingkungan terbatas yang dikenal sebagai Local
Area Network (LAN).
Merlyna Lim dalam thesisnya yang berjudul @rchipelago online:
The Internet and Political Activism in Indonesia mencatat koneksi internet
pertama di Indonesia diupayakan oleh Joseph Luhukay dari Departemen
Ilmu Komputer Universitas Indonesia pada 1983. Jos yang baru
memperoleh gelar Ph.D dari University of Illinois at Urbana–Champaign
pada 1982 pulang ke Indonesia dengan membawa sejumlah oleh-oleh;
seperangkat komputer unix Dual Systems 83/20 berbasis Motorola
68000 dan server terminal ethernet NTS berbasis Intel 80186.
Kala itu, Jos menggunakan UUCP (Unix-to-Unix Copy) untuk
membangun jaringan internal kampus yang diberi nama UINET. Setahun
kemudian, UINET pun resmi tersambung UUNet—salah satu ISP pertama
dan terbesar di dunia. Indonesia pun menjadi negara pertama di Asia
yang terkoneksi dengan internet (Lim, 2005).
Adopsi jaringan internet di masa-masa awal juga tidak terlepas
dari proyek UNINET yang didanai oleh World Bank. Misi proyek ini adalah
untuk menghubungkan universitas-universitas besar Tanah Air seperti
3
Sejarah Internet Indonesia
4
Sejarah Internet Indonesia
Menurut Didik, saat itu hanya orang Indonesia yang pernah bekerja
atau bersekolah di luar negeri yang mengenal internet. Tidak heran jika
pada akhirnya adopsi internet dimulai dari lingkungan akademisi di
kampus-kampus.
Salah satu simpul awal yang turut mewarnai perkembangan
internet di Indonesia adalah Institut Teknologi Bandung (ITB). Pada awal
1990-an, satu-satunya koneksi internet hanya bisa dilakukan melalui
Universitas Indonesia yang sudah lebih dulu membangun proyek UINET.
Para akademisi di Bandung harus mengeluarkan biaya mahal untuk
dapat terkoneksi karena masih menggunakan line telepon dengan
sambungan interlokal.
Titik terang mulai terlihat pada tahun 1993 ketika salah seorang
anggota Amateur Radio Club (ARC) ITB bernama Suryono Adisoemarta
menyelesaikan studinya di Texas, Amerika Serikat dan kembali ke
Indonesia. Bersama sejumlah rekan ARC lainnya, Suryono berhasil
membuat sambungan internet menggunakan radio paket ke Ipteknet
melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Teknologi radio paket dipilih karena jauh lebih murah dibandingkan
dengan dial up sambungan interlokal melalui telepon. Kekurangannya,
kecepatan sambungannya sangat lambat; hanya sekitar 9,6 Kbps.
Menurut catatan Onno W. Purbo yang berjudul ‘Awal Sejarah
Internet Indonesia’, kala itu anggota komunitas ARC memanfaatkan PC
286 bekas dan modem radio paket pinjaman. Modem ini—Terminal
Node Controller (TNC)—dipinjamkan oleh salah seorang staf LAPAN
yang juga alumnus ITB bernama Muhamad Ihsan.
“[Saat itu] barangkali ITB merupakan lembaga yang paling
miskin yang nekad untuk berkiprah di jaringan,” ungkap Onno dalam
memoarnya tersebut.
5
Sejarah Internet Indonesia
6
Sejarah Internet Indonesia
Kampus Universitas Indonesia (UI) berperan penting bagi penggunaan internet di Tanah Air.
7
Sejarah Internet Indonesia
Era Komersial
Setelah jatuh bangun mengembangkan internet secara gotong
royong, sejumlah pihak mulai melihatnya sebagai peluang bisnis
yang menggiurkan. Menurut Didik, hal ini tidak terlepas dari mulai
digunakannya teknologi protokol TCP/IP pada periode 1990-an. Protokol
yang dikembangkan oleh Robert E. Kahn dan Vinton G. Cerf ini membuat
8
Sejarah Internet Indonesia
Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan masyarakat baik untuk bisnis maupun nonbisnis.
9
Sejarah Internet Indonesia
10
Sejarah Internet Indonesia
Mailing List
Harus diakui, saat ini internet telah dimanfaatkan untuk berbagai
aktivitas. Mulai dari sekadar alat komunikasi, mencari informasi, bahkan
hingga mengatur mesin-mesin canggih seperti tren internet of things.
Kondisi ini tentu berbeda dengan era 1980-an atau era 1990-an.
Para akademisi yang menjadi pengguna internet di masa-masa
awal saat itu lebih banyak memanfaatkan teknologi ini untuk saling
berkirim email. Pihak kampus atau korporat juga menggunakan internet
untuk keperluan riset. “Intinya, saat itu internet digunakan lebih untuk
pekerjaan,” ungkap Didik.
Didik menceritakan untuk berkirim email saat itu prosesnya sangat
panjang. Jika sekarang kita bisa dengan mudah mengirim email dengan
menulis alamatnya, lain halnya saat di tahun 1980-an. “Waktu itu kalau
mau mengirim email harus menulis setiap jalan atau wilayah yang akan
dilewati,” ujarnya.
Waktu untuk mengirim email juga tidak secepat sekarang.
Pengiriman email berupa teks dengan ukuran beberapa kilobyte yang
diketik di body email akan membutuhkan waktu beberapa menit.
Kendati demikian, pemanfaatan internet untuk keperluan
email ini cukup signifikan. Sebelum teknologi world wide web (WWW)
diperkenalkan pada 1991, para pengguna internet sudah lebih dulu
memanfaatkan mailing list atau yang lebih dikenal dengan sebutan
milis. Kala itu milis menjadi ruang diskusi dan pertukaran iinformasi bagi
masyarakat pengguna internet di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Milis tertua di Indonesia beralamat di Indonesian@janus.berkeley.
edu (Janus) yang dibuat oleh Eka Ginting menggunakan server UC
Berkeley. Eka yang saat itu bersekolah di University of Seatle merasa
penting membuat milis yang menampung pelajar Indonesia lainnya di
Amerika Serikat. Milis ini berhasil menarik banyak sekali peminat dan
mencapai 1.000 anggota pada masa puncaknya (Lim, 2005).
11
Sejarah Internet Indonesia
ALAMAT PERUNTUKKAN
BEBERAPA
MILIS
GENERASI
AWAL
Sumber: diolah dari berbagai sumber
12
Sejarah Internet Indonesia
Domain Internet
Sudah lebih dari 20 tahun berlalu sejak ping pertama ke Indonesia
dilakukan oleh Randy Bush pada 7 Juni 1996. Internet kini bukan
lagi barang mewah yang menjadi hak eksklusif akademisi atau para
mahasiswa Indonesia di luar negeri. Survey APJII 2017 menunjukkan
sebanyak 143 juta orang Indonesia atau lebih separuh populasi sudah
mengakses internet. Angka ini tentu diprediksi akan semakin meningkat
dengan penetrasi ponsel pintar dan teknologi jaringan yang kian cepat
dan murah.
Jika melongok lagi ke belakang, pencapaian ini bukanlah hal
mudah. Internet Indonesia tidak dibangun dalam satu malam, melainkan
hasil proses panjang dari orang-orang yang berdedikasi di bidang ini. Tak
jarang dalam prosesnya, para pihak yang terlibat berbeda pendapat dan
berseteru.
Salah satu elemen yang memakan episode cukup panjang dan
melelahkan adalah pengelolaan nama domain. Sebelum sistem Domain
Name System (DNS) diciptakan, dibutuhkan alamat protokol atau yang
lebih dikenal dengan IP address untuk menyambungkan satu komputer
ke komputer lain.
IP address adalah sebuah sistem alamat unik yang menjadi tulang
punggung Internet. Alamat ini melekat di setiap perangkat yang kita
gunakan seperti halnya sidik jari bagi manusia. Setiap perangkat harus
memiliki IP yang berbeda-beda agar paket data yang disalurkan melalui
jaringan bisa tersampaikan. Tanpa alamat unik tersebut, tidak akan ada
perangkat yang terkoneksi Internet.
IP address biasanya berupa deret angka bilangan biner yang
dikonversi menjadi bilangan desimal agar mudah diingat. Alamat IP
pertama di Indonesia misalnya, beralamat di 192.41.206/24 yang dimiliki
oleh Universitas Indonesia sejak 24 Juni 1998. Ketika jaringan masih
terbatas, mengingat IP address ini mungkin bukan masalah. Namun,
seiring dengan semakin masifnya perangkat yang terkoneksi internet,
13
Sejarah Internet Indonesia
Beberapa Ip Address
Generasi Awal
Lembaga Alamat Tanggal Pendaftaran
UI Salemba 192.41.206/24 24 Juni 1988
LAPAN 141.103/16 10 Juli 1990
UI Depok 152.118/16 15 Agustus 1991
ITB 167.205/16 29 September 1993
14
Sejarah Internet Indonesia
15
Sejarah Internet Indonesia
16
BAB 2
17
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
S
igit Saputro bukan figur terkenal dalam konstelasi politik nasional.
Ia hanya seorang warga biasa yang tinggal di Kota Tegal, Jawa
Tengah. Belakangan, namanya mulai dikenal publik terutama
setelah pengumuman calon presiden dan calon wakil presiden pada
Agustus 2018 silam.
Detik-detik menjelang penguman resmi tersebut, Sigit sibuk
membeli beberapa nama domain. Salah duanya adalah prabowosandi.
id dan prabowosandi.com. Tebakannya jitu. Prabowo Subianto akhirnya
resmi berpasangan dengan Sandiaga Uno dalam pemilihan presiden
2019.
Sigit sebenarnya juga membeli dua domain lain, yakni
jokowimahfud.com dan jokowimahfud.id. Namun, tebakannya yang satu
ini meleset. “Waktu itu buat seru-seruan saja,” tuturnya dalam sebuah
wawancara.
Aksi seru-seruan ini rupanya berujung bisnis. Domain yang dia
beli seharga ratusan ribu itu belakangan hendak dijual kembali. Tidak
tanggung-tanggung, Sigit mematok harga Rp 1 miliar untuk satu
nama domain saja. Sampai saat ini, kedua domain tersebut memang
masih menunggu pembeli. Namun, sang pemilik mengaku sempat ada
peminat serius yang menawar senilai Rp 200 juta.
Cerita semacam itu bukan hanya milik Sigit. Aditya Murti, pemilik
nama domain jokowimakruf.id dan jokowimakruf.com juga melakukan
hal serupa. Ia bahkan sempat membanderol dengan harga Rp 2 miliar.
Belakangan, Adit menghapus banderol harga tersebut.
Menurut Sigit, harga selangit untuk sebuah nama domain
merupakan hal lumrah di luar negeri. Dia menyebut sejumlah nama
domain yang dihargai hingga ratusan miliar. Harus diakui, dia memang
tidak membual. Domain insurance.com dan vacationrentals.com misalnya,
dijual dengan harga sekitar US$ 35 juta atau setara dengan Rp 500 miliar!
Kendati demikian, menentukan harga jual sebuah nama domain
bisa menjadi perkara rumit. Situs vacationrentals.com yang dibeli oleh
HomeAway, startup penyedia akomodasi liburan asal Amerika Serikat,
sejatinya sudah beroperasi dan memiliki trafik, meskipun belum terlalu
ramai. Dengan demikian, angka US$ 35 juta yang digelontorkan oleh
HomeAway pada 2007 tersebut bukan hanya untuk nama domainnya,
tetapi juga aset berupa trafiknya.
Bertahun-tahun setelah pembelian tersebut, CEO HomeAway
justru mengeluarkan pernyataan menarik. Dalam forum Capital Factory
18
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
Nama domain yang tepat dan menarik bernilai strategis dalam ekosistem internet, bahkan bisa dihargai mahal.
19
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
Sejarah penggunaan nama domain dirintis oleh sebuah perusahaan manufaktur komputer asal Massachusetts, Amerika Serikat, bernama
Symbolics Inc.
Untuk mempermudah
Ketika pertama kali digunakan pada era 1980-an, fungsi nama
domain sangat sederhana; hanya digunakan untuk memudahkan
manusia mengakses alamat internet protocol (IP address) yang berupa
barisan angka. Kita tentu kesulitan menghafal angka-angka tersebut.
Maka sebagai gantinya, diciptakanlah sistem nama domain yang dapat
menerjemahkan barisan angka IP address menjadi sebuah kata.
20
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
21
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
Tanpa IP address,
enggak bisa kerja.
Tanpa domain, pasti tersasar.
- Heru Nugroho -
22
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
Domain TLD menduduki peringkat teratas sehingga memiliki kekuatan paling tinggi.
23
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
.pro, .aero, .coop, dan .museum mulai bermunculan. Domain .biz, .info,
dan .museum mulai diaktifkan pada Juni 2001. Menyusul kemudian
.name dan .coop pada Januari 2002, .pro pada Mei 2002, dan kemudian
.aero pada tahun yang sama.
Daftar TLD baru kian bertambah panjang dengan nama-nama,
seperti .asia, .cat, .jobs, .mobi, .tel, dan .travel yang diperkenalkan pada
2003. Menariknya, ICANN bahkan juga meluncurkan domain .xxx pada
Maret 2011 yang diperuntukkan bagi situs yang berisi konten dewasa.
Adakalanya penambahan gTLD dilakukan atas permintaan satu
pihak tertentu. Domain semacam ini biasa disebut sponsored gTLD.
Pada November 1988, misalnya, The North Atlantic Treaty Organization
(NATO) meminta penggunaan domain .int untuk merepresentasikan
lembaga yang bersifat internasional.
Kebijakan pengelolaan domain gTLD memasuki babak baru pada
tahun 2008. Dalam pertemuan internasional di Paris pada 26 Juni 2008,
ICANN memulai program untuk memperbanyak domain gTLD baru. Hal
ini dilakukan untuk merespons permintaan akan domain baru yang terus
melonjak setiap tahunnya.
“Potensinya sangat besar. Ini [nama domain] merupakan cara baru
orang-orang mengekspresikan diri mereka di dunia maya,” ujar Paul
Twomey, Presiden dan CEO ICANN kala itu.
Paul menjelaskan, kebijakan ini membuat pengguna internet bisa
mengusulkan nama domain sesuai dengan target komunitas mereka.
Nama domain .travel misalnya merepresentasikan industri pariwisata,
sedangkan nama .cat bisa digunakan oleh komunitas Catalan di
Barcelona.
24
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
25
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
ccTLD
Selain mengeluarkan tujuh nama untuk kategori gTLD, sejumlah
ilmuwan komputer sejak awal juga merancang suatu nama domain yang
merepresentasikan negara tertentu. Nama domain itu kemudian dikenal
dengan nama country code top-level domain (ccTLD).
Peter K. Yu, professor hukum dan komunikasi dari Texas A&M
School of Law, menceritakan kebijakan ccTLD sudah dimulai sejak
sejumlah ilmuwan seperti Jon Postel dan Paul Mockapetris merancang
DNS pada 1983.
Dua tahun kemudian tepatnya pada 1985, domain .us milik
Amerika Serikat resmi diluncurkan dan menjadi ccTLD pertama di dunia.
Pada tahun yang sama menyusul domain .uk untuk Inggris dan .il untuk
Israel.
Cerita domain .uk milik Inggris menyimpan kisah unik. Kala itu
para ilmuwan sejatinya menggunakan kode negara ISO 3166-1 alpha-2
yang diterbitkan oleh International Organization for Standarization (ISO).
26
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
27
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
- Bob Hardian -
28
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
29
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
30
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
IDN membantu
meningkatkan
diversitas bahasa
di dunia maya.
- Eurid -
31
Nama Domain dalam Ekosistem Internet
32
BAB 3
Sejarah
Pengelolaan
Nama Domain
33
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
S
ebuah surat elektronik (e-mail) meluncur ke alamat milik Rahmat
M Samik-Ibrahim, dosen Pusat Ilmu Komputer Universitas
Indonesia (Pusilkom UI) pada 30 September 1997. Tertulis jam 10
pagi. Ini bukan e-mail biasa. Ini e-mail bersejarah yang bakal mengubah
pengelolaan nama domain internet di Indonesia. Surat elektronik
tersebut ditunggu oleh dosen yang istimewa itu. Ya, selain mengajar di
Pusilkom UI, dosen yang disapa Samik ini adalah admin nama domain
internet di Indonesia sejak 1993.
Samik merupakan orang pertama yang mengelola Country Code-
Top Level Domain (CC-TLD) atau Nama Domain Tingkat Tertinggi .ID
(DTT-ID) dan Domain Tingat Dua (DTD) di Indonesia, bersama Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melalui ID-NIC (Indonesia
Network Information Center).
Pada masa itu, ketika internet langka dan hanya populer di
kalangan akademik, peran kontak admin dan kontak teknis nama
domain internet wajar dilakukan oleh individu atau orang. Bukan oleh
lembaga atau perkumpulan seperti PANDI (Pengelola Nama Domain
Internet Indonesia) sekarang.
Rahmat M Samik-Ibrahim
34
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
35
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
36
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Nama domain internet di Indonesia dikelola oleh Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI).
37
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
GRAFIK
PERTUMBUHAN
DOMAIN
APRIL 2006 - FEBRUARI 2007
co.id
.id
.org
1200
Agu’06
Nov’06
Des’06
1000
Jul’06
Sep’06
Jun’06
Mar’06
Okt’06
Jan’07
April’06
800
Feb’07
600
400
200
38
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Salah satu tugas PANDI adalah menyediakan layanan registry nama domain tingkat tinggi Indonesia (ccTLD-ID) secara profesional.
39
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
40
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
STATISTIK
PENDAFTARAN
BULAN JANUARI 2017
289
or.id
189
co.id
18
ac.id 154
web.id
17
sch.id 80% 09:00 AM
#1 or.id
10
war.net.id
#2 co.id
12
go.id
REGISTRATION
USERNAME
#3 web.id
PASSWORD
2
net.id
#4 ac.id Remember me
0
Forgot password
mil.id
NEXT
#5 sch.id
Lorem ipsum dolor ?
#6 go.id
#7 war.net.id
TOTAL
691
#8 net.id
#9 mil.id
41
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
STATISTIK
PENDAFTARAN
BULAN FEBRUARI 2017
406
web.id
157
co.id
18
ac.id
31
or.id
16
sch.id 80% 09:00 AM
#1 web.id
1
war.net.id
#2 co.id
12
go.id
REGISTRATION
USERNAME
#3 or.id
PASSWORD
0
net.id
#4 ac.id Remember me
0
Forgot password
mil.id
NEXT
#5 sch.id
Lorem ipsum dolor ?
#6 go.id
#7 war.net.id
TOTAL
641
#8 net.id
#9 mil.id
42
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
43
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
STATISTIK
PENDAFTARAN
BULAN APRIL 2017
42
or.id
195
co.id
20
ac.id 348
36
sch.id
web.id
80% 09:00 AM
#1 web.id
8
war.net.id
#2 co.id
7
go.id
REGISTRATION
#3 or.id
4
USERNAME
PASSWORD net.id
#4 sch.id Remember me
Forgot password
0
mil.id
#5 ac.id NEXT
#6 war.net.id
#7 go.id
TOTAL
660
#8 net.id
#9 mil.id
44
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Biaya Pendaftaran
Duet Budi-Maman berhasil menata nama domain internet di
Indonesia. Pada periode 1997-1998, diperkirakan jumlah domain di
Indonesia sekitar 2.000 nama. Ketika jumlah domain semakin besar, ada
pemikiran untuk memungut biaya pendaftaran domain dari semula
tanpa biaya alias gratis.
Ide biaya pendaftaran ini timbul, akibat keterlibatan pihak ketiga
dalam manajemen atau pengelolan nama domain. Apalagi faktanya, ada
biaya operasional yang harus dikeluarkan akibat makin banyaknya nama
domain yang terdaftar. Saat itu, IANA yang berada di Amerika Serikat,
merupakan lembaga yang mengatur nama domain internet di seluruh dunia.
“Mulailah IANA meminta biaya kepada negara-negara anggota
termasuk Indonesia. Biayanya US$ 1 per domain per tahun. Jerman
dan Inggris keberatan saat itu. Apalagi jumlah domain mereka sangat
banyak, mencapai 100 ribuan nama. Maka ributlah,” ungkap Budi.
Protes keras Jerman dan Inggris terhadap IANA terus berlanjut,
hingga akhirnya dibentuklah badan baru yang mengatur sistem internet
secara global supaya operasinya stabil dan aman. Pada 18 September
1998, terbentuklah ICANN (Internet Corporation for Assigned Names
and Numbers). Organisasi swasta nirlaba ini berpusat di Playa Vista, Los
Angeles, California, Amerika Serikat. Sejak itu, proses pembayaran biaya
pendaftaran domain pun berpindah dari IANA ke ICANN.
Indonesia, lanjut dia, juga melakukan protes ihwal biaya
pendaftaran dari IANA ke ICAN. Sebab secara administratif, kondisinya
sebagai admin domain di Indonesia sangat kesulitan bekerja. Bayangkan,
Budi harus mengelola lebih dari 2 ribu nama domain. Memang masih
sedikit dibandingkan Inggris atau Jerman yang punya lebih dari 100 ribu
nama.
“Saya pun negosiasi dengan ICANN. Saya katakan, internet di
Indonesia baru berkembang. Tapi kami juga tidak mau jadi parasit di
ICANN. Jadi kami mau bayar, tapi maunya hanya US$ 2.500 dolar per
tahun untuk semua domain di Indonesia. Jangan dihitung per domain,
supaya kami juga berkontribusi,” kenang Budi.
45
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
46
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
47
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
48
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Nama Domain Indonesia. Setelah itu, saya tidak terlibat lagi. Saya tidak
terlibat sama sekali dalam pembentukan PANDI. Pembentukan PANDI
berisi perkumpulan yang terdiri dari perwakilan dari APJII, komunitas,
dan pemerintah,” kata Semuel.
Dikelola Pemerintah
Ribut-ribut antara komunitas internet dan APJII tak kunjung
padam pada 2005. Meski sudah mengundurkan diri, nama Budi Rahardjo
tetap tercatat sebagai kontak admin domain dan Maman sebagai kontak
teknikal di ICANN.
Akibat pertikaian itu, pelayanan kepada publik terkait pendaftaran
nama domain saat itu pun terancam berantakan. Melihat kondisi ini
dan menghindari dampak lebih buruk ke depan, pemerintah diwakili
Cahyana Ahmad Jayadi, Dirjen Aplikasi Telematika Depkominfo dan
Lolly Amalia, Direktur Sistem Informasi, Perangkat Lunak dan Konten,
melakukan mediasi.
PANDI memberikan konsultasi dan dukungan teknis pada anggota dalam pengelolaan nama domain.
49
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Pada periode 2005-2007, pengelolaan nama domain pernah dilakukan oleh pemerintah.
Namun, proses mediasi ini pun gagal total. Pihak bertikai tidak
bersedia mengalah. APJII tidak ingin Budi Rahardjo mengelola kembali
domain di Indonesia. Sedangkan Budi juga tidak mau dikelola APJII
karena merasa dirinya lah yang menerima mandat dari Samik Ibrahim
sebagai pengelola pertama.
“Akhirnya, mereka setuju menyerahkan pengelolaan domain
kepada pemerintah. Namun hanya sementara, sampai dibentuk
lembaga yang mengelola nama domain,“ kenang Lolly Amalia baru-baru
ini. Mediasi itu dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2005.
Lolly yang ditunjuk Dirjen Aplikasi Telematika Cahyana pun
bertindak cepat, setelah Budi Rahardjo dan APJII setuju menyerahkan
pengelolaan nama domain kepada Depkominfo untuk sementara.
Namun, proses ini ternyata tidaklah mudah.
Kendala teknis seperti infrastruktur dan bujet, akibat terjadi di
tengah tahun anggaran, dialami Lolly di saat-saat awal mengelola nama
domain. Apalagi saat itu pemerintah hanya menerima 1 (satu) keping
CD zone file tanpa sistem, perangkat keras, dan perangkat lunak atau
50
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
- Lolly Amalia -
51
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
52
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
53
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
54
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
55
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
Menyelenggarakan komunikasi antaranggota dan pengguna nama domain; antara anggota dan pemerintah; dan antaranggota
dengan asosiasi semitra di dalam dan di luar negeri.
56
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
57
Sejarah Pengelolaan Nama Domain
58
BAB 4
Pendirian
PANDI
59
Pendirian PANDI
S
iang itu, di kantornya di bilangan Matraman, Jakarta Timur, Sylvia
W. Sumarlin, bercerita banyak tentang sejarah panjang berdirinya
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI).
Mulai hulu hingga hilir, pergolakan sebelum PANDI terbentuk,
sampai dengan sekarang, ia tampak begitu fasih menuturkannya.
Sepertinya, memori itu betul-betul masih melekat dalam ingatannya.
Tiada keraguan yang diceritakan sejauh dirinya ketahui.
Sylvia adalah salah satu dari dua orang yang namanya tertera
dalam akta pendirian PANDI. Selain dia, ada nama Teddy Sukardi
yang dicantumkan di akta bertanggal 29 Desember 2006 di hadapan
notaris Theodora Titi Sri Amiretno Diah Wasisti Bagiono. Maka, segala
pernyataannya merupakan kesaksian yang tidak bisa dibantahkan atas
sejarah PANDI.
“Pengelolaan PANDI semakin rapi mulai periode Andi
Budimansyah,” begitu katanya.
Memorinya pun kembali diputar ke 12 tahun silam. Pelan-pelan ia
mulai bercerita. Mengingat masa-masa awal pengelolaan nama domain.
Kala itu, kuasa PANDI sementara diamanahkan kepada dirinya sebagai
Ketua Umum. Lalu, setelah diadakan musyawarah bersama sejumlah
pegiat internet dan pemerintah, posisi Ketua Umum PANDI diteruskan
kepada Teddy Sukardi.
Waktu itu, tantangan di awal adalah bekerja tanpa ada landasan
hukum atau peraturan perundang-undang apapun. Satu-satunya
acuannya, hanyalah surat berita acara serah terima. Berita acara serah
terima itu berisi bahwa Kementerian Komunikasi dan Informatika
memberikan limpahan tugas untuk membuat pengelola nama domain
kepada komunitas internet. Saat itu PANDI belum terbentuk.
Maka, setelah mendapatkan mandat dari pemerintah, Teddy yang
saat itu sudah ditunjuk sebagai Ketua Umum bersama pegiat internet
lain, segera membentuk PANDI dengan merumuskan AD/ART dan hal-
hal lain terkait dengan pendirian pengelola nama domain. Menurut
60
Pendirian PANDI
.desa.id
Pelaku bisnis yang
Untuk
tidak memiliki
pemerintah
badan hukum
desa
61
Pendirian PANDI
62
Pendirian PANDI
63
Pendirian PANDI
64
Pendirian PANDI
Lompatan Kebijakan
Tak terasa waktu bergulir cepat. 4 tahun sudah berlalu Teddy
berjuang keras sebagai pionir pengurus organisasi ini yang notabene
hanya berbekal surat terima dari pemerintah ke PANDI. Maka,
kepemimpinan Teddy pun harus berganti. Pada 22 April 2011, merupakan
tonggak sejarah baru bagi PANDI.
Tongkat estafet kepemimpinan berganti sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan bersama. Rapat anggota memutuskan Andi
Budimansyah melanjutkan kepemimpinan Teddy untuk periode 2011
sampai dengan 2015.
Andi bukanlah orang baru di industri internet. Dia telah malang
melintang di jagad pengelolaan internet, termasuk juga aktif di Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet (APJII) sebagai Dewan Pengawas periode
2005 -2006 dan 2006 - 2009.
Setiap pemimpin, pasti memiliki karakter masing-masing.
Kebijakannya pun tak mesti sama. Semuanya tergantung dari kondisi di
lapangan saat itu. Demikian dengan keduanya, Teddy Sukardi dan Andi
65
Pendirian PANDI
Budimansyah.
Teddy tipikal pemimpin yang sangat berhati-hati. Ia tak ingin asal
mudah mendaftarkan nama domain .id tanpa ada segepok data-data
yang bisa dipertanggung jawabkan. Semua orang pasti memahami apa
yang dia lakukan.
Barangkali baginya, yang penting sesuai dengan aturan dari
mandat yang diberikan ICANN. Maka, dikepemimpinannya dinilai lebih
banyak merapikan administrasi terlebih dahulu agar bisa berjalan.
Pekerjaannya itu, ia lakukan dari tahun 2007 hingga 2011.
Sebagaimana Ursula Burns, mantan CEO Xerox, katakan: If you
don’t transform, you’re stuck! Tentu saja, di kepengurusan pasca Teddy,
seluruh anggota ingin penggantinya dapat melakukan perubahan
yang signifikan. Visioner terhadap perkembangan internet di masa
mendatang. Melakukan lompatan-lompatan dari sisi kebijakan.
Konkretnya adalah penambahan jumlah nama domain dan
strategi pengelolaannya. Ini tentu bukan pekerjaan yang mudah.
Kepengurusan baru pun harus memutar otak. Mencari jalan keluar agar
keinginan dari para anggota dapat terpenuhi. Fase menjaga hubungan
baik telah dilakukan pendahulunya dengan pemberi mandat, maka ia
harus melakukan lompatan-lompatan untuk organisasi ini.
Di tahun pertama menjabat, kepengurusan baru yang
dinahkodai Andi, mulai dengan merapikan dan memetakan persoalan
yang mendasar dalam tubuh organisasi ini. Tentu langkah di awal
kepengurusannya lebih memutuskan untuk melakukan efisiensi dalam
prosedur pendaftaran nama domain dan melakukan kerja sama dengan
berbagai pihak.
Dari sisi teknis misalnya, mengambil keputusan menggunakan
aplikasi Shared Registry System (SRS). Aplikasi ini merupakan tool yang
digunakan oleh seluruh pengelola domain internasional.
Keputusan mengubah sisi teknis ini, tentu menguntungkan kerja
PANDI. Mengapa demikian? Sebab sebelumnya, keberadaan PANDI
merangkap sebagai registry sekaligus registrar. Konsekuensi rangkap
tugas ini, tentu saja berdampak terhadap pelayanan yang terbatas yang
hanya bisa dilakukan saat jam kerja saja.
Sederhananya, PANDI yang menerima pendaftaran, melakukan
approval, memeriksa pembayaran apakah sudah dilakukan atau belum.
Kalau sudah dilakukan pembayaran, baru diaktifkan domainnya.
66
Pendirian PANDI
POSISI PANDI
SEBAGAI REGISTRY
NAMA DOMAIN
67
Pendirian PANDI
68
Pendirian PANDI
69
Pendirian PANDI
Anything dot id
Dalam DUT pertama kali itu, muncul rencana kebijakan baru yakni
anything dot id. Sebelumnya, konsep itu tidak ada atau mungkin belum
terpikirkan oleh pendahulunya. Para peserta DUT pun setuju dengan
wacana ini. Namun dengan catatan harus digodok secara matang.
Karenanya, setidaknya perlu waktu 2 tahun untuk menelurkan kebijakan
anything .id sejak wacana itu digulirkan. Tak hanya kebijakannya saja,
tetapi juga infrastrukturnya.
“Pada prinsipnya domain itu dibuat adalah agar mudah diingat
oleh orang. Semakin singkat, semakin bagus, semakin mudah diingat,”
kata Andi.
Tanpa mengesampingkan kerja keras pendahulu, diakui Andi,
tantangan domain .id semakin berbeda dibandingkan dengan masa
70
Pendirian PANDI
STRUKTUR
71
Pendirian PANDI
72
Pendirian PANDI
Andi Budimansyah
Ketua PANDI
73
Pendirian PANDI
Sylvia W. Sumarlin
Salah seorang pendiri PANDI
lebih dua bulan mulai dari 21 April sampai dengan 13 Juni 2014.
Kemudian di sesi ketiga adalah landrush. Sesi ini siapapun boleh
mendaftarkan nama domain, tak terkecuali pihak asing. Yang jelas harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan, yakni memiliki perwakilan di
Indonesia. Masa-masa ini dilakukan mulai 16 Juni sampai dengan 15
Agustus 2014.
Ketika masa landrush telah usai, maka sesi yang keempat adalah
terbuka untuk publik. Tepat di Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 69,
secara resmi semua orang dapat mendaftarkan nama domain, dengan
tetap memenuhi ketentuan yang berlaku.
“First come, first serve. Tetapi, tetap dengan persyaratan,” ucap Andi.
Pasca dibukanya domain anything dot id, harus diakui berdampak
terhadap peningkatan jumlah nama domain yang terdaftar. Data PANDI
mencatat sejak tahun 2011 hingga 2017 terjadi peningkatan yang
signifikan. Terutama saat awal-awal dibukanya domain anything dot id.
Tahun 2014 sebagai gerbang awal penerapan domain anything
dot id, tercatat berjumlah 123.960. Kemudian melonjak menjadi 155.609
domain yang telah terdaftar di tahun 2015. Hingga tahun 2016, jumlah
74
Pendirian PANDI
perlu
peraturan
Pemerintah
milis
Dihen�kan
disepaka� atau dikoreksi
& diusulkan
untuk lanjut? kembali
Pembuatan PP,
Pra implementa�on
Kepmen,Kepdirjen oleh
dan Sosialisasi
Pemerintah
PANDI: Menjadwalkan
DUT
Pengusul:mempersiapkan
materi untuk DUT Sosialisasi Kebijakan via
milis/website (1-2 bulan)
Persiapan & Pelaksanaan DUT
Dihen�kan
Disepaka� atau dikoreksi
& diusulkan
untuk lanjut?
kembali
75
Pendirian PANDI
Juru Damai
Pada tahun 2012, Kementerian Komunikasi dan Informatika
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) yang terkait dengan nama
domain. PP tersebut bernomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik atau dikenal dengan PP PSTE. Dalam
pasal 75 ayat 3 huruf C, menyebutkan bahwa PANDI memiliki fungsi
salah satunya menyelesaikan perselisihan nama domain. Aturan PP PSTE
itu merupakan turunan dari UU ITE.
Maka itu, setahun setelah PP tersebut muncul, PANDI segera
melakukan Diskusi Umum Terbuka (DUT). Tujuannya tiada lain
mempercepat penyusunan kebijakan untuk menerapkan tugas yang
diamanahkan dalam PP PSTE itu. Sebab, masalah perselisihan nama
domain merupakan persoalan yang pelik. Tak hanya butuh kebijakan
menangani masalah perselisihan nama domain saja, tetapi juga butuh
tim khusus untuk mempercepat penyelesaiannya.
Karena itu, dalam pembuatan kebijakan ini, PANDI juga
membentuk sekretariat Penyelesaian Perselisihan Nama Domain (PPND)
yang termaktub dalam aturan tersebut. Meski aturan ini baru, PANDI
tak asal. Sebagaimana PANDI mendapatkan delegasi untuk mengelola
administrasi Indonesia Country Code Top-Level Domain (ccTLD) dari
300.000
250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
76
Pendirian PANDI
PANDI selalu transparan memberikan informasi terkait nama domain kepada seluruh pemangku kepentingan.
77
Pendirian PANDI
78
Pendirian PANDI
2017
2016
www.electronicsolu�on.id
www.boehringer.id
www.morganstanley.id
2015
www.bmw.id
www.ne�lix.id
79
Pendirian PANDI
80
Pendirian PANDI
81
Pendirian PANDI
- Andi Budimansyah -
82
Pendirian PANDI
Rp
Rp
20
Rp 19
Miliar 18 Miliar
Miliar
Rp
12
Miliar
Rp
Rp
Rp 5,2
Rp 5,5
Miliar
4,4 Miliar
3,5
Miliar
Miliar
2017
2016
2015
2014
2013
2012
2011
2010
SK Menteri
Sepanjang perjalanan awal PANDI berdiri, organisasi ini hanya
mengandalkan surat berita acara serah terima yang diberikan
Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai bukti pelimpahan
tugas untuk membuat pengelola nama domain kepada komunitas
internet. Tanpa ada payung hukum sama sekali yang menaungi PANDI.
Namun, hal yang ditunggu-tunggu akhirnya terjadi juga.
Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 16 September 2014,
memberikan kepercayaan kepada PANDI melalui Keputusan Menteri
Komunikasi dan Informatika nomor 806 tahun 2014 yang menetapkan
PANDI sebagai Registry Nama Domain Tingkat Tinggi Indonesia. Registry
domain ini adalah organisasi yang memiliki hak secara prerogatif untuk
mengelola Top Level Domain (TLD).
“Penunjukan PANDI sebagai registry, sesuai amanat PP Nomor 82
83
Pendirian PANDI
84
BAB 5
Tentang
Domain .id
85
Tentang Domain .id
T
ahun 2014 adalah masa bersinar Pengelola Nama Domain
Internet Indonesia (PANDI). Kebijakan-kebijakan yang dulu belum
tersentuh, kini pelan-pelan mulai dijamah. Imbasnya, terjadinya
peningkatan jumlah pendaftaran nama domain. Salah satunya adalah
penerapan pendaftaran nama domain anything .id.
Berdasarkan data yang dimiliki PANDI, tahun 2014 merupakan
gerbang awal penerapan domain anything .id, tercatat kebijakan ini
menghasilkan pendaftaran nama domain sebanyak 123.960. Kemudian
melonjak menjadi 155.609 domain yang telah terdaftar di tahun 2015.
Hingga tahun 2016, jumlah nama domain terus meningkat tajam.
Tercatat, 242.699 domain terdaftar.
Adanya peningkatan jumlah pendaftaran nama domain, tak bisa
dimungkiri membuat pengurus PANDI merasa gembira. Kebijakan yang
digodok secara matang ini, ternyata tak sia-sia. Ini seperti kebijakan paling
populer yang diberlakukan PANDI untuk mendongkrak pendaftaran
nama domain.
Masyarakat pun datang berbondong-bondong dengan
menggenggam nama domain yang akan didaftarkan melalui www.
domain.id. Mereka berharap nama domain yang telah mereka siapkan
dapat digunakan.
Sesi pendaftaran Grand Father dan Land Rush menjadi periode
yang ditunggu-tunggu. Sesi Grand Father ini ditujukan bagi pemegang
nama domain yang sudah eksis. Periode ini dilakukan selama kurang
lebih dua bulan mulai dari 21 April sampai dengan 13 Juni 2014.
Sementara periode Land Rush, sesi di mana siapapun boleh
mendaftarkan nama domain, tak terkecuali pihak asing. Yang jelas harus
memenuhi persyaratan yang ditentukan, yakni memiliki perwakilan di
Indonesia. Masa-masa ini dilakukan mulai 16 Juni sampai dengan 15
Agustus 2014.
Alhasil, nama-nama domain yang akan didaftarkan oleh
masyarakat pun membludak. Di luar dugaan pengurus PANDI kala itu.
Pada sesi Grand Father saja, sebanyak 966 nama domain yang mendaftar.
Sementara pada periode Land Rush, terdapat 1.339 nama domain yang
diizinkan untuk didaftarkan.
Di satu sisi senang, di sisi yang lain pengurus PANDI harus
memutar otak. Bukan soal infrastruktur untuk mendukung banyaknya
nama domain yang mendaftar, soal infrastruktur PANDI sudah
86
Tentang Domain .id
87
Tentang Domain .id
Dengan adanya pendaftar yang lebih dari satu pihak ini, otomatis
tidak mudah untuk memutuskan siapa yang berhak mendapatkan
secara sah domain yang didaftarkan itu. Singkat cerita pengurus PANDI
tercetus ide dengan menggunakan mekanisme lelang. Siapa yang berani
membayar lebih mahal, maka berhak untuk mendapatkan domain yang
diperebutkan itu secara sah.
Hanya saja, langkah lelang ini tidak langsung diterapkan. PANDI
sebagai organisasi yang memiliki spirit keterbukaan, sudah barang tentu
harus mengumpulkan para pemangku kepentingan untuk mendapatkan
‘izin’ melakukan langkah tersebut. Maka itu, diperlukan pembahasan
khusus melalui rapat Forum Nama Domain.
Seperti yang diketahui, Forum Nama Domain ini terdiri dari
berbagai elemen pemangku kepentingan antara lain Pemerintah,
Registrar, dan akademisi.
“Soal teknis sama sekali tidak ada kesulitan. Tantangannya saat
itu adalah bagaimana meyakinkan di internal PANDI. Baik itu kepada
pengurus, pengawas, dan juga kepada pemerintah bahwa langkah
ini tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Justru inilah yang menjadi
tantangannya. Ini juga petanda bahwa animo masyarakat begitu besar
ketika PANDI merilis pendaftaran nama domain anything.id,” kata Ketua
PANDI, Andi Budimansyah.
Setelah pihak PANDI meyakinkan bahwa cara lelang merupakan
langkah yang tepat, akhirnya seluruh pemangku kepentingan merestui
pengurus untuk segera menerapkan kebijakan itu. Sambutan dari
masyarakat atas kebijakan lelang ini pun tak berkurang animonya.
Mereka justru rela merogoh saku dalam-dalam demi mendapatkan
nama domain yang diinginkannya.
88
Tentang Domain .id
89
Tentang Domain .id
90
Tentang Domain .id
91
Tentang Domain .id
- Andi Budimansyah -
92
Tentang Domain .id
1 agenda.id 8 genset.id
2 diskon.id 9 media.id
3 forklift.id 10 bintang.id
4 lampu.id 11 bunga.id
5 diving.id 12 software.id
6 toko.id 13 triumphmotorcycle.id.
7 safety.id
93
94
BAB 6
Sosok Penting
di Balik PANDI
95
Sosok Penting di Balik PANDI
S
etelah mengalami masa pengelolaan oleh beberapa individu
seperti Rahmat M Samik-Ibrahim, Budi Rahardjo, dan Maman, nama
domain internet di Indonesia memasuki babak baru pada 2005.
Saat itu, pengelolaan nama domain di Indonesia disepakati
dikelola sementara oleh pemerintah, tepatnya Departemen Komunikasi
dan Informatika – kini kementerian, setelah terjadi perseteruan yang
alot antara Budi Rahardjo selaku admin nama domain dan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Tim Departemen Komunikasi dan Informatika dipimpin oleh
Cahyana Ahmad Djayadi, Direktur Jenderal Aplikasi Telematika, dan Lolly
Amalia, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan.
Tim punya tugas mahapenting, yakni mendamaikan dua pihak
yang berseteru; Budi Rahardjo dan APJII. Jika perdamaian tak terjadi,
administrasi pengelolaan domain internet di republik ini terancam tak
terurus.
Pada Agustus 2005, tim Depkominfo mulai melakukan mediasi
kepada dua pihak yang bertikai. Namun, proses mediasi tersebut bak
menemukan jalan buntu. Mediasi berikutnya juga begitu. Kuldesak; jalan
buntu lagi. Sebab kedua pihak yang bertikai tidak bersedia mengalah.
Budi Rahardjo tidak ingin lagi APJII terlibat, karena merasa dirinya lah
yang menerima mandat dari Rahmat M Samik-Ibrahim sebagai pengelola
pertama domain internet. Sedangkan APJII tidak ingin Budi mengelola
kembali domain. Ujungnya, mediasi ini gagal total.
Di tengah kebuntuan ini, kedua pihak yang bertikai sepakat satu
hal; demi administrasi pengelolaan domain internet di Tanah Air terurus
dengan baik.
“Akhirnya, kedua pihak setuju menyerahkan pengelolaan domain
.id kepada pemerintah. Namun, pengelolaan ini bersifat sementara,
sampai dibentuk lembaga yang mengelola nama domain .id,” ujar Lolly
Amalia yang masih segar dalam ingatannya masa-masa awal itu.
Menurut Lolly, karena bersifat sementara, kala itu pemerintah
hanya melanjutkan pengelolaan nama domain seperti sebelumnya. Pada
awalnya proses pendaftaran nama domain tidak mengalami perbedaan,
karena tidak tersedianya anggaran untuk pengelolaan nama domain
yang masuk di pertengahan tahun. Sejatinya, tidak banyak perubahan
berarti, misalnya pendaftaran nama domain bisa dilakukan lewat
telepon atau melalui registrar saat itu, yaitu CBN dan PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Namun seiring berjalannya waktu dan tersedianya
96
Sosok Penting di Balik PANDI
Perwakilan ICANN akhirnya menerima redelegasi pengelolaan nama domain Indonesia dari Budi Rahardjo ke PANDI.
97
Sosok Penting di Balik PANDI
sejarah 11
10 Wahyoe Prawoto
Sylvia Sumarlin
12 Lolly Amalia
13 Cahyana Ahmad Jayadi
14 Andi Budimansyah
15 Bobby Achirul Awal Nazief
98
Sosok Penting di Balik PANDI
Setelah melalui diskusi yang panjang, hampir enam jam, rapat tim
ini memutuskan beberapa hal:
1. Tim memilih bentuk badan hukum “Perkumpulan” bagi
pengelolaan nama domain Indonesia, perkumpulan harus segera
dibentuk secepatnya.
2. Masa transisinya adalah enam bulan sampai terselenggara rapat
umum anggota (RUA). Pada RUA ini akan dilaksanakan pemilihan secara
demokratis dan menunjuk pengurus-pengurus untuk periode 3 tahun.
3. Memberikan kuasa penuh kepada Ketua Tim dan Sekretaris
Tim untuk mewakili tim dan seluruh peserta rapat yang hadir untuk
menghadap notaris dan pembuatan dan penandatangan akte pendirian
perkumpulan maupun perbuatan hukum lainnya, yang diperlukan
bagi pelaksanaan maksud-maksud peserta rapat dalam pembentukan
perkumpulan.
4. Agar sesegera mungkin Perkumpulan berdiri dan bisa segera
dilakukan RUA.
5. Untuk pengurus masa transisi, maka diajukan susunan sebagai
berikut dengan menyimpang dari anggaran dasar:
99
Sosok Penting di Balik PANDI
Dewan Pengurus
Ketua
Teddy Sukardi
Sekretaris Umum
J Maeran Sunarto
Direktur Operasional
Isnawan
Direktur Teknologi
Aidil Chendramata
Direktur Administrasi dan Keuangan
Tinuk Andriyanti
Dewan PENGAWAS
Heru Nugroho
Andi Budimansyah
100
Sosok Penting di Balik PANDI
Dewan PENASEHAT
AM Natsir Amal
Brata T Hardjosubroto
Lolly Amalia
101
Sosok Penting di Balik PANDI
Redelegasi kedua pengelolaan nama domain internet di Indonesia dari Budi Rahardjo ke PANDI disaksikan perwakilan ICANN.
102
Sosok Penting di Balik PANDI
Mengapa Perkumpulan
Rapin Mudiarjo SH memiliki penjelasan lebih detail tentang
pemilihan bentuk Perkumpulan sebagai badan hukum PANDI ketimbang
bentuk Koperasi.
Rapin adalah seorang profesional di bidang hukum yang dipercaya
oleh komunitas internet Indonesia untuk melakukan kajian hukum
tentang kelembagaan organisasi nonpemerintah yang mengelola
sumber daya internet di Tanah Air. Meski dalam perjalanannya, kajian
tersebut berkembang menjadi lebih fokus pada pengelolaan nama
domain internet.
“Penugasan” kepada Rapin itu datang dari APJII. Maklum saja,
sejak 2003 Rapin adalah penasehat hukum APJII. Saat itu, Dewan Ketua
APJII terdiri dari Andi Budimansyah, Wahyu Prawoto, Teddy Purwadi,
Sammy Pangerapan, dan Andre Ludya Liap. Namun, yang secara khusus
memberikan arahan perihal rencana pengelolaan nama domain adalah
103
Sosok Penting di Balik PANDI
104
Sosok Penting di Balik PANDI
Perkumpulan PANDI
Menurut laman pandi.id, PANDI dibentuk oleh komunitas internet
Indonesia bersama pemerintah pada 29 Desember 2006 untuk menjadi
registri domain .id. Kemudian pada 29 Juni 2007, Departemen --kini
Kementerian-- Komunikasi dan Informatika secara resmi menyerahkan
pengelolaan seluruh domain internet Indonesia kepada PANDI, kecuali
domain go.id dan mil.id. Penyerahan pengelolaan domain .id ini
dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Pengelolaan Domain .id
dengan No BA-343 Tahun 2007 dari direktur jenderal aplikasi telematika
pada PANDI.
Sejak itu, PANDI menjadi pengelolaan nama domain tingkat tinggi
Indonesia (.id) dan domain-domain tingkat dua di bawahnya:
id my.id sch.id
or.id net.id
co.id web.id desa.id
go.id mil.id
ac.id biz.id ponpes.id
105
Berdasarkan akte pendirian PANDI tanggal 29 Desember 2006 bab
IV pasal 7, perkumpulan PANDI bertujuan:
1. Menyediakan layanan registri nama domain tingkat tinggi Indonesia
(ccTLD-ID) secara profesional sesuai kebutuhan di Indonesia
dengan kualitas layanan yang memenuhi standar internasional.
2. Mengembangkan dan menyediakan jasa layanan lain yang terkait
dengan nama domain sesuai dengan ketentuan perkumpulan.
3. Melindungi kepentingan para anggotan dan pengguna nama
domain pada umumnya dalam menjalankan kegiatan sesuai
dengan peraturan berlaku.
4. Menyelenggarakan komunikasi antaranggota dan pengguna
nama domain pada umumnya, antara anggota dan pemerintah,
dan antaranggota dengan asosiasi/organisasi semitra di dalam dan
luar negeri.
5. Memberikan konsultasi dan dukungan teknis kepada anggota
dalam pengelolaan nama domain.
6. Menjadi mitra pemerintah dalam membangun sarana informasi
dan komunikasi nasional serta internasional.
7. Menyelesaikan perselisihan nama domain melalui proses mediasi
internal dan atau melaksanakan hasil keputusan dari badan arbitrase
dan atau badan peradilan lainnya.
Kemudian bab V pasal 8 tentang Struktur Perkumpulan, struktur
PANDI terdiri dari Badan Pengawas, Badan Pengurus, Badan Penasehat,
dan Badan Pengurus Harian (BPH).
Pasal 12 menjelaskan, Badan Pengurus terdiri dari direktur utama,
direktur pengembangan dan dukungan teknis, direktur operasi, dan
direktur keuangan dan administrasi. Badan Pengurus diangkat oleh
Rapat Umum Anggota (RUA) dengan masa kerja tiga tahun dan dapat
diangkat kembali (pasal 13).
Pasal 35 tentang Hal-hal Lain disebutkan, Badan Pengurus PANDI
diketuai oleh Teddy Sukardi dengan Sekretaris Umum Jacobus Maeran
Sunarto. Kemudian jabatan Direktur Operasional dipimpin Isnawan,
Direktur Teknologi Aidil Chendramata, Direktur Administrasi dan
Keuangan Tinuk Andriyanti.
Sementara Badan Penasehat diisi oleh Atmaji Sapto Anggoro,
Andi Muhammad Natsir Amal, Teddy Affan Purwadi, Brata Taruna
Hardjosubroto, Cahyana Ahmad Jayadi, Lolly Amalia, dan Basuki Yusuf
106
107
Sosok Penting di Balik PANDI
108
Sosok Penting di Balik PANDI
- Teddy Sukardi -
109
Sosok Penting di Balik PANDI
110
Sosok Penting di Balik PANDI
Rapat bersejarah dalam perjalanan PANDI sebagai pengelola nama domain di Indonesia.
Jawa Barat, ini perlu dibuat setelah ada perubahan dalam AD/ART PANDI.
Menurut Lolly, perubahan AD/ART itu dilakukan karena ada wacana
ingin mengubah jumlah anggota, karena selama ini jumlah anggota itu
bersifat tertutup, cuma 15 orang. Itu pun hanya dari anggota pendiri.
“Akhirnya terjadi perubahan jumlah anggota, yakni ditambah 15
lagi. Rinciannya, lima wakil dari pemerintah, lima dari akademisi, lima
dari APJII, registrar, dan sebagainya. Kemudian, ada yang merasa bahwa
tidak cocok nama Dewan Pengurus dan Dewan Pengawas dalam struktur
PANDI. Akhirnya namanya diubah menjadi seperti sekarang,” ujarnya.
Struktur tersebut, kata Lolly, sempat mendapat tentangan,
karena dinilai keluar dari pakem perkumpulan. Namun, setelah diberi
penjelasan, akhirnya bisa diterima dan berjalan hingga kini.
“Sebagai anggota pendiri PANDI, tetapi juga eks pemerintah dan
tidak punya conflict of interest, saya selalu mengingatkan kepada teman-
teman bahwa perkumpulan ini adalah lembaga non-profit, bukan milik
15 orang. Jadi kita harus berbuat sebaik-baiknya untuk kepentingan
masyarakat Indonesia. Karena itu, dalam setiap kebijakan apapun
harus ada kajiannya. Yang penting, layanan untuk masyarakat harus
berjalan dan ada beberapa koridor yang harus dijaga, jangan sampai
keluar dari koridor. Pada intinya, kita boleh menarik uang lewat iuran
dan sebagainya, tetapi tidak boleh uang itu dibagikan kepada anggota
sebagai dividen. Uang tersebut harus digunakan untuk pengelolaan lagi
atau dikembalikan dalam bentuk riset. Nah, uang riset itu seharusnya
dibesarkan,” pungkas Lolly.
111
112
BAB 7
Harapan
dan Rencana
113
Harapan dan Rencana
S
udah lebih dari satu dekade sejak PANDI pertama kali resmi
dibentuk oleh komunitas internet dan pemerintah. Dalam
hitungan usia organisasi, PANDI telah memasuki masa dewasa
yang akan terus berkembang di masa-masa mendatang.
Tahun-tahun pertama lebih banyak diisi dengan upaya penguatan
organisasi. Ini bukan tugas mudah. Sejak awal kemunculannya,
pengelolaan domain telah melalui pasang surut yang melibatkan
berbagai pihak. Namun, komunitas internet terbukti tetap solid dan
berhasil melewati semua tantangan yang ada. Hal-hal yang terjadi di
masa lampau justru menjadi sebuah dinamika yang membuat PANDI
dan pengelolaan nama domain di Indonesia semakin tertata rapi.
Dalam masa 13 tahun sejak pendiriannya, PANDI juga telah
melewati masa-masa kritis. Jika di tahun-tahun awal lebih banyak
dihabiskan untuk penguatan organisasi, masa berikutnya PANDI mulai
menitikberatkan pada pengelolaan domain, terutama ccTLD .id.
Menilik ke belakang, tahun 2013 rasanya menjadi salah satu
periode paling penting. Pada tahun itulah ICANN secara resmi mengakui
PANDI sebagai registri untuk domain .id. Pengakuan ini sangat penting
sebab meskipun telah berdiri sejak 2005, penanggung jawab registri
yang terdaftar di IANA (Internet Assigned Numbers Authority) masih atas
nama Budi Rahardjo.
Menurut John Sihar Simanjuntak, salah seorang Anggota Dewan
Eksekutif PANDI, upaya untuk melobi ICANN kala itu dilakukan dengan
intensif. Perwakilan PANDI telah melakukan beberapa pertemuan di
Beijing dan Singapura sebelum akhirnya resmi ditetapkan sebagai
registri pada 18 Juni 2013.
“Waktu itu mereka meminta beberapa dokumen pendukung
seperti laporan keuangan PANDI, sumber daya manusia, dan SOP
pengelolaan,” ujarnya tidak lama setelah pengumuman resmi tersebut
keluar.
Keberhasilan redelegasi domain .id tentu tidak terlepas dari
berbagai pihak. Ketua PANDI Andi Budimansyah menyebut keterlibatan
komunitas internet seperti APJII, FTII, KADIN, hingga univeritas seperti UI
dan ITB ikut membantu. Tak kalah penting adalah peran pemerintah dan
Budi Rahardjo sendiri yang namanya kala itu terdaftar sebagai registri
domain .id.
Tahun 2013 tidak hanya menjadi penanda PANDI menjadi registri
penuh, tetapi juga merupakan masa ketika usulan untuk membuka
114
Harapan dan Rencana
115
Harapan dan Rencana
Ternyata membangun
website lebih sulit dari
membangun rumah.
- Andi Budimansyah -
Pengembangan domain
Pada tahun 2015, Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemkominfo) mengeluarkan kebijakan ambisius. Kementerian
pimpinan Rudiantara tersebut mencanangkan program 1 juta domain
yang ditargetkan bisa terealisasi selama 3 tahun. ‘Chief RA’ kala itu
bahkan menyatakan siap menggelontorkan dana hingga Rp60 miliar
demi menyukseskan program tersebut.
Setelah tiga tahun berlalu, program tersebut rupanya tidak berjalan
mulus. Pemerintah dan PANDI menghadapi sejumlah tantangan dalam
116
Harapan dan Rencana
117
Harapan dan Rencana
118
Harapan dan Rencana
119
Harapan dan Rencana
120
Harapan dan Rencana
Penguatan PPND
Selain mengembangkan dan mempromosikan domain .id, PANDI
juga punya tugas lain yang tidak kalah penting. Tugas tersebut adalah
menjadi mediator dalam sengketa nama domain .id dan turunannya.
Fungsi PANDI yang satu ini sangat penting sebab nama domain identik
dengan merek dagang yang seringkali memicu persengketaan.
PANDI pun mendirikan Penyelesaian Perselisihan Nama Domain
(PPND) demi menjalankan fungsi tersebut. Badan khusus ini bekerja
berdasarkan PP Nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Sistem dan Transaksi Elektronik. Pasal 75 Ayat (3) disebutkan, sebagai
registri nama domain internet Indonesia memiliki salah satu fungsi
menyelesaikan perselisihan nama domain.
Keberadaan PPND sebenarnya sangat menguntungkan bagi
pihak yang bersengketa. Sebelum ada PPND, penyelesaian perselisihan
memakan waktu hingga tahunan dengan biaya tinggi. Melalui badan ini,
rata-rata kasus sengketa bisa diselesaikan dalam waktu 3 bulan dengan
biaya yang murah. Hingga kini, PPND telah berhasil menyelesaikan 11
kasus sengketa dalam kurun waktu 2014-2018.
Di tengah keberhasilan PPND menyelesaikan sengketa nama
domain, kewenangan badan ini justru tengah diuji. Cerita ini bermula
ketika Benny Muliawan, warga asal Surabaya, mendaftarkan domain
www.bmw.id pada 16 April 2014. Itu adalah periode sunrise yang
diperuntukkan bagi pemegang merek terdaftar di Kementerian Hukum
dan HAM.
Kala itu Benny telah melengkapi syarat-syarat dan dokumen yang
ditentukan sehingga pihak PANDI pun memberikan domain tersebut.
Domain tersebut termasuk kategori premium sehingga peminat pun
harus menggelontorkan hingga Rp20 juta sebagai biaya akuisisi domain.
Kasus memanas ketika perusahaan otomotif asal Jerman—
Bayerische Motoren Werke Aktiengesellschaft (BMW)—keberatan atas
kepemilikan Benny terhadap domain tersebut. Persengketaan ini pun
berlanjut di PPND. Domain bmw.id merupakan kasus pertama yang
ditangani badan tersebut.
Hasil kajian PPND menunjukkan pihak BMW yang lebih berhak
menggunakan domain tersebut. Apalagi perusahaan asal Jerman ini
juga telah memiliki domain tingkat dua (DTD) www.bmw.co.id sejak
20 Juli 2001. Hasilnya, dua dari tiga panelis pun memutuskan untuk
memberikan domain sengketa kepada BMW.
121
Harapan dan Rencana
- Andi Budimansyah -
122
Harapan dan Rencana
123
Harapan dan Rencana
124
Harapan dan Rencana
125
126
DAFTAR PUSTAKA
127
DAFTAR PUSTAKA
128
DAFTAR PUSTAKA
129
DAFTAR PUSTAKA
130
DAFTAR LAMPIRAN
131
2005
132
MINUTE OF MEETING
Pokok Pembicaraan
---------------------------------------------------
No. Nama Tanda Tangan
---------------------------------------------------
1. Budi Rahardjo ttd
2. Sammy Pangerapan ttd
3. Lolly Amalia Abdullah ttd
133
2006
134
2006
135
2006
136
2006
137
2007
138
2007
139
2012
140
2012
141
2012
142
2012
143
2012
144
2012
BERITA ACARA
RAPAT PEMBAHASAN PROSES REDELEGASI ccTLD .id
Pada hari ini Kamis, tanggal dua belas, bulan Juli, tahun dua ribu dua belas
bertempat di Geulis Boutique Hotel, Jl. Ir. H. Juanda 129, Bandung pukul 19.00 WIB, telah
diadakan rapat terbatas antara pemerintah dan PANDI perihal pembahasan proses
redelegasi ccTLD .id .
Rapat dipimpin oleh Bapak Azhar Hasyim, selaku Direktur e-Business, Direktorat
Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika. Uraian rapat dapat
disampaikan sebagai berikut :
A. TUJUAN
Merupakan rapat terbatas antara pemerintah, Manager ccTLD .id dan PANDI. Rapat
diadakan terkait dengan permintaan yang mendesak dari IANA untuk mengusulkan 1
(satu) sponsoring organisation saja.
Minus
1. Perlu dikaji kembali apsek legal PANDI yang merupakan badan perkumpulan,
apakah bisa menjadi sponsoring organisation.
2. Kritik saat ini, PANDI dianggap kurang terbuka.
APTIKA
Minus
1. Di dalam APTIKA tidak ada unsur komunitas internet dan masyarakat.
2. Jika nanti terjadi restrukturisasi dalam tubuh APTIKA, dimana pejabat
penggantinya tidak memiliki visi dan misi yang sama, maka akan mudah disetir.
145
2012
D. REKOMENDASI
1. Penundaan proses redelegasi, dan Forum diharapkan dapat segera:
a. Membuat konsep mekanisme kedepan.
Atau
E. LANGKAH SELANJUTNYA
1. Direktur e-Business selaku Ketua Forum akan berkonsultansi dengan Dirjen
APTIKA perihal pembahasan rapat ini.
2. Hasil pembahasan rapat akan dimusyawarahkan kembali bersama seluruh
anggota Forum Komunikasi Nama Domain Indonesia.
Demikian Berita Acara ini dibuat dalam rangkap secukupnya untuk digunakan seperlunya.
Tertanda
1. Azhar Hasyim Direktur e-Business, Kemkominfo
2. Budi Rahardjo ccTLD .id Manager
3. Andi Budimansyah Ketua Umum, PANDI
4. John Sihar S Ketua, PANDI
5. Neil El Himam Proposed Administration Contact
146
2012
147
2012
148
2012
149
2012
150
2012
151
2013
152
2013
153
2014
154
2014
155
2014
156
2014
157
2014
158
2014
159
2014
160
x
x
x