ABSTRAK
Minyak goreng bekas merupakan minyak limbah yang memiliki kandungan
trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun. Namun
minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak bebas (ALB) yang tinggi sehingga
dibutuhkan penurunan kadar asam lemak bebas (ALB). Pada penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa Ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) memiliki kemampuan
menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas dengan perbedaan lama
perendaman yaitu: 24,48 & 72 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
Ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) sebagai adsorben pada penurunan kadar asam
lemak bebas (ALB) minyak goreng bekas, perbedaan penurunan kadar asam lemak bebas
(ALB) dengan perbedaan masa pakainya serta untuk mengetahui stabilitas sediaan sabun
selama waktu pengujian.
Minyak goreng bekas yang digunakan yaitu 0,2,4 dan 6 kali pakai. Ampas tebu
(Saccharum officinarum L.) yang akan digunakan dikeringkan kemudian diserbuk. Kemudian
dilakukan perendaman selama 72 jam dalam minyak goreng bekas. Hasil perendaman
kemudian dianalisis dengan metode titrasi. Kemudian minyak goreng bekas dibuat sediaan
sabun padat. Selanjutnya sediaan dievaluasi dan diuji stabilitasnya dengan parameter uji
organoleptik, pH dan tinggi busa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) efektif
dalam menurunkan kadar asam lemak bebas (ALB) minyak goreng bekas dan sediaan sabun
padat minyak goreng bekas stabil pada waktu pengujian.
Kata Kunci : Adsorben, Ampas Tebu, Asam Lemak Bebas, Minyak goreng, Sabun padat
ABSTRACT
Used cooking oil is a waste oil that contains triglycerides which can be used as an
alternative raw material for making soap. However, used cooking oil has a high content of
free fatty acids (ALB) so that it needs a decrease in free fatty acid levels (ALB). Previous
studies have shown that Bagasse (Saccharum officinarum L.) has the ability to reduce levels
of free fatty acids in used cooking oil with a difference in soaking time: 24.48 & 72 hours.
This study aims to determine the effectiveness of Sugarcane Bagasse (Saccharum officinarum
L.) as an adsorbent in decreasing levels of free fatty acids (ALB) of used cooking oil,
differences in decreasing levels of free fatty acids (ALB) with differences in their useful life
and to determine the stability of soap preparations over time testing.
Used cooking oil used is 0,2,4 and 6 times use. Sugarcane bagasse (Saccharum
officinarum L.) to be used is dried and then pollinated. Then do the immersion for 72 hours
in used cooking oil. The results of the immersion are then analyzed by the titration method.
Then used cooking oil is made of solid soap. Furthermore, the preparation was evaluated
and tested for its stability with organoleptic, pH and high foam test parameters.
The results showed that the sugarcane pulp (Saccharum officinarum L.) was effective
in reducing levels of free fatty acids (ALB) of used cooking oil and the preparation of solid
soap used cooking oil was stable at the time of testing.
Keywords: Adsorbent, Sugarcane Bagasse, Free Fatty Acid, Cooking Oil, Solid
Soap
Sebelum Sesudah
Kadar
Penelitian ini diawali dengan
Sampel
Perendaman
Ket
Perendaman
Ket melakukan determinasi tumbuhan Tebu,
Rata- Rata-
SD SD
rata rata determinasi tumbuhan merupakan proses
0,00
K+ 0,097 0,005 - 0,076
4
- 0,021
dalam menentukan nama atau jenis
0,00
X1 0,131 0,011 - 0,085
4
- 0,046
tumbuhan secara spesifik. Determinasi
0,00
X2 0,161 0,012 - 0,097
4
- 0,064
bertujuan untuk mendapatkan suatu spesies
0,01
X3 0,191 0,012 - 0,116
2
- 0,075
tumbuhan sespesifik mungkin, agar tepat
sasaran dalam pemanfaatannya.
(+) = Tidak memenuhi standar mutu SNI
Determinasi tumbuhan Tebu ini dilakukan
> 0,3%
di Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon
(-) = Masih memnuhi standar mutu
dengan berdasarkan buku Tjitrosoepomo,
SNI <0,3%
Gembong (2014) mengenai taksonomi
tumbuhan dan Badan POM RI (2008) penggorengan. Proses perendaman ampas
mengenai taksonomi tanaman obat. Hasil tebu dilakukan selama 72 jam yaitu dengan
dari determinasi tumbuhan adalah mencampurkan sebanyak 5 gram ampas
tumbuhan yang digunakan dalam penelitian tebu ke dalam 100 ml minyak goreng
ini memang benar tumbuhan Tebu yang bekas. Penentuan lama perendaman ini
memiliki nama latin atau spesies berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
(Saccharum officinarum L.), tumbuhan yang dilakukan oleh Ramdja,dkk, (2010),
Tebu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil penurunan kadar ALB yang
diambil dari pedagang es tebu di sekitar paling efektif dilakukan dengan
daerah Jalan Perjuangan Kota Cirebon. perendaman selama 72 jam. Setelah itu
Tebu yang diambil dari pedagang es minyak goreng tersebut disaring dengan
tebu di sekitar daerah Jalan Perjuangan menggunakan kain flanel untuk
kemudian ditimbang sebanyak 440 gram. memisahkan dari ampas tebu.
Dalam penelitian ini bagian tanaman tebu Kemudian untuk mengetahui kadar
yang digunakan adalah bagian batangnya ALB dari minyak goreng tersebut
yang kemudian dikeringkan dan diserbuk. dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi ini
Dalam pembuatan serbuk ampas tebu dilakukan 2 kali yaitu sebelum dilakukan
dilakukan tahapan awal yaitu pengumpulan perendaman dan setelah dilakukan
bahan, batang tebu yang digunakan adalah perendaman dengan ampas tebu. Titran
batang yang sudah diambil sarinya dan yang digunakan adalah NaOH. Sebelum
sudah di peras air nya. Kemudian batang dititrasi dengan NaOH sampel dilarutkan
tebu dipisahkan dari kotoran yang terlebih dahulu dengan alkohol 95% lalu
menempel, selanjutnya dilakukan dipanaskan. Setelah dingin kemudian
perajangan untuk memudahkan proses ditetesi dengan indikator PP. Indikator PP
pengeringan, lalu dikeringkan dengan cara sebagai pembaca atau pemberi warna pada
dijemur di bawah sinar matahari. Lalu larutan. Penambahan etanol bertujuan agar
dilakukan proses pembuatan serbuk ampas asam lemak bebas dapat terikat pada etanol
tebu dengan menggunakan blender. Hasil sehingga mudah terdeteksi oleh NaOH
serbuk simplisia yang didapatkan sebanyak pada saat dilakukan titrasi. Volume NaOH
240 gram. dalam titrasi digunakan untuk menghitung
Minyak goreng bekas yang kadar asam lemak bebas yang terkandung
digunakan adalah minyak goreng kemasan dalam minyak.
yang dibedakan berdasarkan masa pakainya Berdasarkan hasil titrasi rata-rata
yaitu 0,2,4 dan 6 kali dilakukan kadar ALB pada minyak goreng sebelum
dan sesudah dilakukan perendaman rumus senyawa asam karboksilat. Merujuk
menunjukan angka < 0,3%. Sesuai pada penelitian yang telah dilakukan
persyaratan dari SNI 7709-2012 syarat sebelumnya oleh Tomi (2010) , jika
mutu asam lemak bebas pada minyak RCOOH tersebut direaksikan dengan gugus
goreng maksimal sebesar 0,3%. Sehingga OH yang terdapat pada ampas tebu maka
berdasarkan hasil penelitian minyak goreng atom H dari senyawa tersebut akan berekasi
tersebut memenuhi persyaratan yang telah dengan menghasilkan senyawa RCOO dan
ditetapkan. H2O (air). Oleh karena itu ketika dilakukan
Sebelum dilakukan perendaman uji kadar ALB minyakz goreng bekas yang
minyak goreng bekas diukur terlebih telah dilakukan perendaman mengalami
dahulu dan didapatkan kadar ALB sebagai penurunan kadar ALB jika dibandingkan
berikut : {(K+ = 0,097%), (X1 = 0,131%), dengan sebelum dilakukan perendaman.
(X2 = 0,161%) dan (X3 = 0,191%). Dan Namun seiring dengan semakin
setelah dilakukan perendaman kemudian meningkatnya masa pakai dari minyak
diukur kembali dan didapatkan hasil goreng kadar ALB akan semakin
sebagai berikut : {(K+ = 0,076%), (X1 = meningkat. Rata-rata kadar ALB tertinggi
0,085%), (X2 = 0,097%) dan (X3 = ditunjukan pada masa pakai ke 6 yaitu
0,116%). sebelum perendaman: 0,19% < 0,3% dan
Hasil tersebut menunjukan bahwa setelah perendaman: 0,116% < 0,3%. Hal
setelah dilakukan perendaman terdapat ini disebabkan karena asam lemak bebas
penurunan kadar ALB. (Free Fatty Acid) terjadi pada proses
Hal ini menunjukan bahwa ampas hidrolisis lemak. Hidrolisis minyak oleh air
tebu efektif dalam menurunkan kadar ALB dengan katalis enzim/panas pada ikatan
pada minyak goreng bekas pada tiap-tiap ester trigliserida akan menghasilkan asam
masa pakainya. Seperti yang telah diketahui lemak bebas. Maka dari itu semakin
bahwa terdapat senyawa selulosa dan lignin meningkat masa pakai dari minyak goreng
dalam ampas tebu sehingga ampas tebu maka semakin meningkat pula kadar ALB
efektif digunakan sebagai adsorben dimana tersebut.
yang berperan adalah gugus OH yang Setelah dilakukan proses perendaman
terikat pada senyawa selulosa dan lignin dan penentuan kadar ALB, tahap
tersebut. Diketahui pula jika senyawa selanjutnya adalah pembuatan sabun padat
trigliserida berekasi dengan air maka akan dari minyak goreng bekas dengan
terbentuk ALB, ALB tersebut dituliskan perbedaan masa pakai tersebut. Pada
sebagai RCOOH. RCOOH merupakan pembuatan formulasi sabun padat ini,
komponen yang ditambahkan pada Hasil pengamatan organoleptik
pembuatan sabun jumlahnya sama. Hanya menunjukkan bahwa, sabun yang
saja dibedakan oleh masa pakai dari dihasilkan pada tiap-tiap masa pakai
minyak goreng tersebut. menunjukan hasil yang sama yaitu
Tahap pertama pada pembuatan berwarna putih, memiliki aroma khas
sabun yaitu penimbangan seluruh bahan minyak mawar dan berbentuk padat.
yang tertera pada (tabel 3.4) setelah semua Uji evaluasi pH sabun padat minyak
bahan ditimbang dilakukan tahap goreng bekas menggunakan alat stik pH
selanjutnya yaitu pembuatan sabun didapatkan hasil sebagai berikut, pada
transparan, hal pertama yang dilakukan (tabel 4.2) dapat dilihat bahwa pH sabun
adalah peleburan asam stearat dengan adalah 8, itu menandakan sabun
minyak goreng bekas pada suhu 600C– mempunyai pH yang basa. Berdasarkan
800C, diaduk hingga homogen, persyaratan pH sabun padat yang
ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu dipersyaratkan SNI 3532-2016 yaitu
600C–800C, diaduk hingga terbentuk massa berkisar 8-11, sehingga berdasarkan hasil
yang homogen dan kalis, ditambahkan Na. pengukuran pH, semua formula sabun
Lauril sulfat, EDTA dan NaCl (yang sudah padat minyak goreng bekas memenuhi
larut dalam air), diaduk hingga homogen. persyaratan standar mutu sabun SNI 3532-
Ditambahkan pewangi alami oleum rosae 2016.
diaduk homogen, kemudian campuran Uji evaluasi pembentukan busa sabun
dituang kedalam cetakan, didiamkan padat minyak goreng bekas dapat dilihat
sampai mengeras. pada (tabel 4.2) dimana tinggi busa yang
Sabun padat yang telah dibuat terbentuk tiap konsentrasinya berkisaran
kemudian dilakukan pengujian evaluasi 13-25. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
sediaan yang terdiri dari uji organoleptis, asam stearat dan penggunaan minyak
uji pH dan uji pembentukan busa. Uji kelapa pada formula sabun padat, dimana
evaluasi sediaan adalah suatu proses asam stearat disini berfungsi untuk
mengidentifikasi dan menentukan kualitas mengeraskan sabun dan menstabilkan busa,
dari sediaan itu sendiri apakah memenuhi sedangkan fungsi dari minyak kelapa
syarat atau tidak (Elisabeth, 2010). Uji (minyak goreng bekas) disini selain untuk
evaluasi organoleptis dilakukan untuk perawatan kulit, rambut, dan sebagai
melihat tampilan sabun padat minyak pelarut, ternyata sabun yang berbahan dasar
goreng bekas, pengamatan dilihat dari minyak kelapa menghasilkan busa yang
warna, bau, dan tekstur dari sabun padat. sangat banyak.
Setelah dilakukan uji evaluasi sediaan homogeneity test untuk melihat
sabun padat minyak goreng bekas homogenitas data.
penelitian dilanjutkan dengan uji stabilitas. Berdasarkan data hasil uji
Uji stabilitas adalah proses untuk homogenitas pada tabel 4.5 diatas, didapat
menentukan kemampuan suatu produk nilai siginifikan > 0,05 yaitu (0,130 > 0,05).
untuk mempertahankan sifat dan Berarti data yang diperoleh homogen.
karakteristiknya agar sama dengan yang Kemudian setelah data berdistribusi normal
dimilikinya pada saat dibuat dalam batasan dan homogen maka selanjutnya dilakukan
yang ditetapkan sepanjang periode uji anava.
penyimpanan dan penggunaan (Farah, Berdasarkan hasil uji anova pada
Imala Sari, 2016). Uji stabilitas tabel 4.6 yang telah dilakukan didapatkan
menggunakan metode cycling test di 2 suhu nilai (sig.) < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yang
yaitu suhu ± 4℃ dan ± 40℃ selama 6 berarti adanya perbedaan yang signifikan
siklus. Hasil dari uji stabilitas sabun padat setelah dan sesudah dilakukan perendaman
minyak goreng menunjukan bahwa sabun dengan ampas tebu. Kemudian dilanjutkan
padat minyak goreng bekas tersebut stabil dengan Uji Post-hoc LSD.
selama 6 siklus atau selama penyimpanan. Berdasarkan hasil uji lanjut Post-hoc
Terlihat dari (table 4.3) hasil tidak LSD pada tabel 4.7 diatas, dapat dilihat
ditemukan perubahan yang signifikan pada nilai sig. (0,030 < 0,05) artinya terdapat
sabun padat selama uji stabiitas. Perubahan perbedaan yang signifikan antara
terjadi hanya pada tinggi busa pada sabun. kelompok 1 (K+ sebelum direndam dengan
Hal ini disebabkan karna perbedaan masa K+ sesudah direndam), untuk kelompok 2
pakai pada minyak goreng. Semakin tinggi dapat dilihat nilai sig. (0,000 < 0,05)
masa pakainya tinggi busa pada sabun artinya terdapat perbedaan yang signifikan
padat tersebut berkurang. ( X1 sebelum direndam dengan X1 sesudah
Uji statistik yang digunakan adalah direndam) , untuk kelompok 3 dapat dilihat
uji one way Anova yang dianalisis nilai sig. (0,000 < 0,05) artinya terdapat
menggunakan SPSS 26.0 for windows. perbedaan yang signifikan (X2 sebelum
Berdasarkan data hasil uji normalitas direndam dengan X2 sesudah direndam)
diperoleh semua nilai (sig) > 0.05 yang dan untuk kelompok 4 dapat dilihat nilai
berarti data dari analisis penurunan kadar sig. (0,000 < 0,05) artinya terdapat
asam lemak bebas minyak goreng bekas perbedaan yang signifikan ( X3 sebelum
berdistribusi normal. Kemudian dilakukan direndam dengan X3 sesudah direndam).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perendaman ampas tebu efektif Daftar Pustaka
dalam menurunkan kadar ALB pada
minyak goreng bekas pada masing-masing Badan Standarisasi Nasional. 2012. SNI
masa pakainya. 7709-2012 Minyak Goreng Sawit.
Jakarta: Badan Standarisasi
Kesimpulan Nasional.
direndam dan sesudah direndam ampas Minyak Virgin Coconut Oil Dan