Anda di halaman 1dari 12

“Analisis Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Formulasi Sabun Dari Minyak

Goreng Bekas Dengan Menggunakan Ampas Tebu (Saccharum officinarum L.)”

Alda Alisya Alfita., S.Farm


Apt. Rahma Nafi’ah., M.Si
Apt. Subagja., M.Si

STF YPIB Cirebon Email : stfjournal@gmail.com

ABSTRAK
Minyak goreng bekas merupakan minyak limbah yang memiliki kandungan
trigliserida yang dapat digunakan sebagai bahan baku alternatif pembuatan sabun. Namun
minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak bebas (ALB) yang tinggi sehingga
dibutuhkan penurunan kadar asam lemak bebas (ALB). Pada penelitian sebelumnya
membuktikan bahwa Ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) memiliki kemampuan
menurunkan kadar asam lemak bebas pada minyak goreng bekas dengan perbedaan lama
perendaman yaitu: 24,48 & 72 jam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
Ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) sebagai adsorben pada penurunan kadar asam
lemak bebas (ALB) minyak goreng bekas, perbedaan penurunan kadar asam lemak bebas
(ALB) dengan perbedaan masa pakainya serta untuk mengetahui stabilitas sediaan sabun
selama waktu pengujian.

Minyak goreng bekas yang digunakan yaitu 0,2,4 dan 6 kali pakai. Ampas tebu
(Saccharum officinarum L.) yang akan digunakan dikeringkan kemudian diserbuk. Kemudian
dilakukan perendaman selama 72 jam dalam minyak goreng bekas. Hasil perendaman
kemudian dianalisis dengan metode titrasi. Kemudian minyak goreng bekas dibuat sediaan
sabun padat. Selanjutnya sediaan dievaluasi dan diuji stabilitasnya dengan parameter uji
organoleptik, pH dan tinggi busa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ampas Tebu (Saccharum officinarum L.) efektif
dalam menurunkan kadar asam lemak bebas (ALB) minyak goreng bekas dan sediaan sabun
padat minyak goreng bekas stabil pada waktu pengujian.

Kata Kunci : Adsorben, Ampas Tebu, Asam Lemak Bebas, Minyak goreng, Sabun padat
ABSTRACT

Used cooking oil is a waste oil that contains triglycerides which can be used as an
alternative raw material for making soap. However, used cooking oil has a high content of
free fatty acids (ALB) so that it needs a decrease in free fatty acid levels (ALB). Previous
studies have shown that Bagasse (Saccharum officinarum L.) has the ability to reduce levels
of free fatty acids in used cooking oil with a difference in soaking time: 24.48 & 72 hours.
This study aims to determine the effectiveness of Sugarcane Bagasse (Saccharum officinarum
L.) as an adsorbent in decreasing levels of free fatty acids (ALB) of used cooking oil,
differences in decreasing levels of free fatty acids (ALB) with differences in their useful life
and to determine the stability of soap preparations over time testing.

Used cooking oil used is 0,2,4 and 6 times use. Sugarcane bagasse (Saccharum
officinarum L.) to be used is dried and then pollinated. Then do the immersion for 72 hours
in used cooking oil. The results of the immersion are then analyzed by the titration method.
Then used cooking oil is made of solid soap. Furthermore, the preparation was evaluated
and tested for its stability with organoleptic, pH and high foam test parameters.

The results showed that the sugarcane pulp (Saccharum officinarum L.) was effective
in reducing levels of free fatty acids (ALB) of used cooking oil and the preparation of solid
soap used cooking oil was stable at the time of testing.

Keywords: Adsorbent, Sugarcane Bagasse, Free Fatty Acid, Cooking Oil, Solid

Soap

PENDAHULUAN minyak goreng meningkat. Dengan


meningkatnya konsumsi minyak goreng
Minyak jelantah (waste cooking oil)
maka minyak goreng tersebut akan menjadi
adalah minyak yang berasal dari tumbuh-
minyak goreng bekas yang jika tidak didaur
tumbuhan seperti sawit, jagung, minyak
ulang akan menjadi limbah yang
sayur dan minyak samin yang telah
mencemari lingkungan (Ramdja dkk,
digunakan sebagai minyak goreng. Minyak
2010).
goreng merupakan salah satu kebutuhan
Sebenarnya, minyak goreng bekas
pokok yang sering digunakan oleh
dapat dimanfaatkan kembali dengan proses
masyarakat saat ini, baik itu dalam skala
pemurnian yang selanjutnya dapat diolah
rumah tangga maupun skala industri atau
menjadi bahan baku industri non pangan
pabrik. Hal ini mengakibatkan konsumsi
seperti sabun. Sabun tersebut dapat samping atau limbah pertanian. Beberapa
dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, produk samping pertanian yang berpotensi
dan juga dapat bernilai ekonomis serta sebagai adsorben, yaitu tongkol jagung,
merupakan salah satu solusi mengurangi gabah padi, gabah kedelai, biji kapas,
minyak goreng bekas (Naomi, 2013). jerami, ampas tebu, serta kulit kacang
Meningkatnya kadar asam lemak tanah. Bahan penyerap tebu (Saccharum
bebas pada minyak goreng dikarenakan officinarum L.) yang sudah dijadikan
penggunaan minyak goreng yang berulang- partikel bisa langsung digunakan dengan
ulang, akibatnya minyak goreng tidak baik mudah oleh ibu-ibu rumah tangga untuk
untuk dikonsumsi. Kualitas dari minyak memproses minyak jelantah menjadi
goreng ditentukan dari kadar asam lemak minyak layak pakai. Ampas tebu
bebasnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan (Saccharum officinarum L.) dalam analisa
penurunan kadar asam lemak bebas dalam itu berfungsi sebagai bahan penyerap yang
pembuatan sabun. Salah satu cara untuk bagus (Ramdja, 2010).
penurunan kadar asam lemak bebas pada Saat ini diperlukan adanya
minyak goreng bekas dengan menggunakan pengembangan proses teknologi untuk
ampas tebu (Saccharum officinarum L.) pemanfaatan limbah pertanian yang ada.
sebagai adsorben (Wati, Mufidah 2016). Karena selama ini pemanfaatan limbah
Tingginya asam lemak bebas pada pertanian seperti ampas tebu (Saccharum
sabun akan mengurangi daya officinarum L.) yang dihasilkan hanya
membersihkan sabun tersebut, karena asam sebatas untuk makanan ternak, bahan baku
lemak bebas merupakan komponen pembuatan pupuk, pulp, particle board, dan
yang tidak diinginkan dalam proses untuk bahan bakar boiler di pabrik gula.
pembersihan. Pada saat sabun digunakan, Selain itu penggunaan ampas tebu
sabun tersebut tidak langsung menarik (Saccharum officinarum L.) merupakan
kotoran (minyak), tetapi akan menarik satu solusi mengurangi limbah padat
komponen asam lemak bebas yang masih perkotaan seperti dari pedagang penjual es
terdapat dalam sabun, sehingga tebu (Wati, Mufidah 2016).
mengurangi daya membersihkan sabun Menurut jurnal mengenai “
tersebut (Fauziah, 2011). Penurunan asam lemak bebas pada minyak
Penggunaan adsorben merupakan goreng bekas menggunakan ampas tebu
metode alternatif dalam pengolahan untuk pembuatan sabun” dengan perbedaan
limbah. Metode ini efektif dan murah waktu perendaman yaitu 24, 48, dan 72
karena dapat memanfaatkan produk jam, didapatkan hasil yaitu waktu
perendaman selama 72 jam menghasilkan saring, corong, timbangan analitik, blender,
kadar lemak bebas paling baik yaitu 0.15% ayakan, botol VCO, gelas ukur, Ph meter,
(Wati, Mufidah 2016). cawan petri, batang pengaduk. Lemari
Pengolahan minyak goreng bekas pendingin.
sebagai bahan untuk pembuatan sabun
Bahan–Bahan : Minyak goring, ampas
dapat dilakukan dengan beberapa cara,
tebu, NaOH, Asam Stearat, EDTA, Na
salah satunya dengan penambahan
Lauril sulfat, NaCl, oleum Rosae,
adsorben yaitu ampas tebu (Saccharum
Aquadest, alcohol, indicator PP dan Kalium
officinarum L.). Penggunaan ampas tebu
Biftalat.
sebagai adsorben merupakan metode yang
efektif dan murah karena dapat FORMULASI SEDIAAN

memanfaatkan produk samping atau limbah


Formula
pertanian. Komposisi F1 F2 F3 K+
Berdasarkan latar belakang tersebut,
Minyak 20 g 20 g 20 g 20 g
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian goreng

dengan judul “ Analisis Penurunan Parfum 2g 2g 2g 2g

Kadar Asam Lemak Bebas Dalam Asam stearat 9g 9g 9g 9g


NaOH 30% 15 g 15 g 15 g 15 g
Formulasi Sabun Dari Minyak Goreng
EDTA 1g 1g 1g 1g
Bekas Dengan Menggunakan Ampas
NaCl 0,2 g 0,2 g 0,2 g 0,2 g
Tebu (Saccharum officinarum L)”.
Na. Lauril 10 g 10 g 10 g 10 g
Sulfat

METODE PENELITIAN Aquadest 42,8 42,8 42,8 42,8


g g g g

Sampel adalah bagian dari jumlah


LANGKAH KERJA
dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2012). Determinasi Tanaman Determinasi
tanaman Salam dilakukan di Laboratorium
Sampel yang digunakan adalah
Mikrobiologi Sekolah Tinggi Farmasi
ampas batang tanaman Tebu (Saccharum
YPIB Cirebon menggunakan buku Flora
officinarum L.)
Untuk Sekolah Indonesia C.G.G.J. Van
ALAT DAN BAHAN Steins (1978) dan buku Taksonomi
Alat : Erlenmeyer, Beaker glass, Buret, tumbuhan (Spermatophyta) Tjitrosoepomo,
Statif, Pipet tetes, Lampu spirtus, kaki tiga, Gembong (2004). Hasil menunjukan
thermometer, cetakan sabun, oven, kertas
tanaman yang dimaksud adalah benar yaitu terbentuk massa yang homogen dan
tanaman Tebu (Saccharum officinarrum L.) kalis.
3. Ditambahkan EDTA dan NaCl yang
Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas
sudah larut dalam air, diaduk sampai
(ALB)
homogen.
1. Timbang sampel minyak goreng 4. Tambahkan Na. Lauril sulfat yang
sebanyak 14 gram kemudian masukan sudah larut dalam air, diaduk sampai
ke dalam erlenmeyer 250 ml homogen
2. Tambahkan etanol 95% sebanyak 25 ml, 5. Ditambahkan pewangi alami pada suhu
panaskan 500C-600C, diaduk homogen
3. Setelah dingin tambahkan 2 ml indikator 6. Campuran dituangkan dalam cetakan,
fenoftalein (PP) didiamkan sampai mengeras kemudian
4. Titrasi dengan menggunakan NaOH sabun dikeluarkan dari cetakan dan
sampai terbentuk warna merah muda dilakukan evaluasi.
5. Catat volume NaOH yang digunakan
Evaluasi Sediaan
6. Hitung dengan menggunakan rumus
Uji Organoleptis
sebagai berikut :
Pemeriksaan organoleptis dilakukan
BM Asam Lemak Bebas x V x N
% ALB= X 100 %
Wx 1000 dengan menggunakan sistem panca indera
yang meliputi pemeriksaan tekstur, bau dan
Keterangan :
warna yang diamati secara visual pada
BM ALB = Berat Molekul Asam
sediaan sabun padat.
Lemak Bebas (Minyak sawit = 256)
Uji pH
V = Volume NaOH saat titrasi
N = Normalitas NaOH Pengukuran pH dilakukan dengan
W = Berat Sampel menggunakan ph indikator dengan cara
menimbang sampel sebanyak 1 gram
Pembuatan Sabun Padat Minyak
kemudian dilarutkan dalam 10 ml aquadest
Goreng Bekas
kemudian kocok secukupnya. Kemudian
1. Asam stearat dilebur dalam minyak ukur pH dengan mencelupkan kertas
0 0
goreng bekas pada suhu 60 C-80 C, indikator ke dalam larutan (Elisabeth,
hingga lebur. 2010).
2. Ditambahkan larutan NaOH 30 % pada
suhu 600C-800C, diaduk sampai
Analisa Data
Data hasil penelitian yang diperoleh
Uji Pembentukan Busa
dianalisis menggunakan metode one way
Uji pembentukan busa dilakukan anova. Data dikatakan normal jika nilai
dengan cara menimbang sampel sebanyak 1 (Sig) > 0,05.
gram, kemudian masukkan ke dalam gelas
Hasil dan Pembahasan
ukur larutkan dengan 10 ml aquadest,
Penelitian dengan judul Analisis
kocok dengan membolak-balikkan gelas
penurunan kadar asam lemak bebas minyak
ukur, catat tinggi busa yang dihasilkan dan
goreng bekas dan formulasi sabun dengan
5 menit kemudian amati dan catat kembali
menggunkan ampas tebu (Saccharum
tinggi busanya (Piyali et al, 1999 dalam
officinarum L.) yang dilakukan di Sekolah
Mauliana, 2016).
Tinggi Farmasi YPIB Cirebon bertujuan
untuk mengetahui apakah ampas tebu
Uji Stabilitas
(Saccharum officinarum L.) memiliki
Uji stabilitas dilakukan selama 12 kemampuan untuk menurunkan kadar asam
hari pada 6 siklus 24 jam pada suhu 4 0C lemak bebas pada minyak goreng bekas
dan 400C. yang dibedakan masa pakainya serta untuk
mengetahui apakah sabun padat dari
Hasil Analisa Kadar Asam Lemak Bebas
minyak goreng bekas memenuhi
Minyak Goreng Bekas
persyaratan dan stabil selama uji stabilitas
Keterangan : dengan metode Cycling test.
Penurunan
Hasil Rata-rata Kadar Asam Lemak Bebas (%)

Sebelum Sesudah
Kadar
Penelitian ini diawali dengan
Sampel
Perendaman
Ket
Perendaman
Ket melakukan determinasi tumbuhan Tebu,
Rata- Rata-
SD SD
rata rata determinasi tumbuhan merupakan proses
0,00
K+ 0,097 0,005 - 0,076
4
- 0,021
dalam menentukan nama atau jenis
0,00
X1 0,131 0,011 - 0,085
4
- 0,046
tumbuhan secara spesifik. Determinasi
0,00
X2 0,161 0,012 - 0,097
4
- 0,064
bertujuan untuk mendapatkan suatu spesies
0,01
X3 0,191 0,012 - 0,116
2
- 0,075
tumbuhan sespesifik mungkin, agar tepat
sasaran dalam pemanfaatannya.
(+) = Tidak memenuhi standar mutu SNI
Determinasi tumbuhan Tebu ini dilakukan
> 0,3%
di Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon
(-) = Masih memnuhi standar mutu
dengan berdasarkan buku Tjitrosoepomo,
SNI <0,3%
Gembong (2014) mengenai taksonomi
tumbuhan dan Badan POM RI (2008) penggorengan. Proses perendaman ampas
mengenai taksonomi tanaman obat. Hasil tebu dilakukan selama 72 jam yaitu dengan
dari determinasi tumbuhan adalah mencampurkan sebanyak 5 gram ampas
tumbuhan yang digunakan dalam penelitian tebu ke dalam 100 ml minyak goreng
ini memang benar tumbuhan Tebu yang bekas. Penentuan lama perendaman ini
memiliki nama latin atau spesies berdasarkan hasil penelitian sebelumnya
(Saccharum officinarum L.), tumbuhan yang dilakukan oleh Ramdja,dkk, (2010),
Tebu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil penurunan kadar ALB yang
diambil dari pedagang es tebu di sekitar paling efektif dilakukan dengan
daerah Jalan Perjuangan Kota Cirebon. perendaman selama 72 jam. Setelah itu
Tebu yang diambil dari pedagang es minyak goreng tersebut disaring dengan
tebu di sekitar daerah Jalan Perjuangan menggunakan kain flanel untuk
kemudian ditimbang sebanyak 440 gram. memisahkan dari ampas tebu.
Dalam penelitian ini bagian tanaman tebu Kemudian untuk mengetahui kadar
yang digunakan adalah bagian batangnya ALB dari minyak goreng tersebut
yang kemudian dikeringkan dan diserbuk. dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi ini
Dalam pembuatan serbuk ampas tebu dilakukan 2 kali yaitu sebelum dilakukan
dilakukan tahapan awal yaitu pengumpulan perendaman dan setelah dilakukan
bahan, batang tebu yang digunakan adalah perendaman dengan ampas tebu. Titran
batang yang sudah diambil sarinya dan yang digunakan adalah NaOH. Sebelum
sudah di peras air nya. Kemudian batang dititrasi dengan NaOH sampel dilarutkan
tebu dipisahkan dari kotoran yang terlebih dahulu dengan alkohol 95% lalu
menempel, selanjutnya dilakukan dipanaskan. Setelah dingin kemudian
perajangan untuk memudahkan proses ditetesi dengan indikator PP. Indikator PP
pengeringan, lalu dikeringkan dengan cara sebagai pembaca atau pemberi warna pada
dijemur di bawah sinar matahari. Lalu larutan. Penambahan etanol bertujuan agar
dilakukan proses pembuatan serbuk ampas asam lemak bebas dapat terikat pada etanol
tebu dengan menggunakan blender. Hasil sehingga mudah terdeteksi oleh NaOH
serbuk simplisia yang didapatkan sebanyak pada saat dilakukan titrasi. Volume NaOH
240 gram. dalam titrasi digunakan untuk menghitung
Minyak goreng bekas yang kadar asam lemak bebas yang terkandung
digunakan adalah minyak goreng kemasan dalam minyak.
yang dibedakan berdasarkan masa pakainya Berdasarkan hasil titrasi rata-rata
yaitu 0,2,4 dan 6 kali dilakukan kadar ALB pada minyak goreng sebelum
dan sesudah dilakukan perendaman rumus senyawa asam karboksilat. Merujuk
menunjukan angka < 0,3%. Sesuai pada penelitian yang telah dilakukan
persyaratan dari SNI 7709-2012 syarat sebelumnya oleh Tomi (2010) , jika
mutu asam lemak bebas pada minyak RCOOH tersebut direaksikan dengan gugus
goreng maksimal sebesar 0,3%. Sehingga OH yang terdapat pada ampas tebu maka
berdasarkan hasil penelitian minyak goreng atom H dari senyawa tersebut akan berekasi
tersebut memenuhi persyaratan yang telah dengan menghasilkan senyawa RCOO dan
ditetapkan. H2O (air). Oleh karena itu ketika dilakukan
Sebelum dilakukan perendaman uji kadar ALB minyakz goreng bekas yang
minyak goreng bekas diukur terlebih telah dilakukan perendaman mengalami
dahulu dan didapatkan kadar ALB sebagai penurunan kadar ALB jika dibandingkan
berikut : {(K+ = 0,097%), (X1 = 0,131%), dengan sebelum dilakukan perendaman.
(X2 = 0,161%) dan (X3 = 0,191%). Dan Namun seiring dengan semakin
setelah dilakukan perendaman kemudian meningkatnya masa pakai dari minyak
diukur kembali dan didapatkan hasil goreng kadar ALB akan semakin
sebagai berikut : {(K+ = 0,076%), (X1 = meningkat. Rata-rata kadar ALB tertinggi
0,085%), (X2 = 0,097%) dan (X3 = ditunjukan pada masa pakai ke 6 yaitu
0,116%). sebelum perendaman: 0,19% < 0,3% dan
Hasil tersebut menunjukan bahwa setelah perendaman: 0,116% < 0,3%. Hal
setelah dilakukan perendaman terdapat ini disebabkan karena asam lemak bebas
penurunan kadar ALB. (Free Fatty Acid) terjadi pada proses
Hal ini menunjukan bahwa ampas hidrolisis lemak. Hidrolisis minyak oleh air
tebu efektif dalam menurunkan kadar ALB dengan katalis enzim/panas pada ikatan
pada minyak goreng bekas pada tiap-tiap ester trigliserida akan menghasilkan asam
masa pakainya. Seperti yang telah diketahui lemak bebas. Maka dari itu semakin
bahwa terdapat senyawa selulosa dan lignin meningkat masa pakai dari minyak goreng
dalam ampas tebu sehingga ampas tebu maka semakin meningkat pula kadar ALB
efektif digunakan sebagai adsorben dimana tersebut.
yang berperan adalah gugus OH yang Setelah dilakukan proses perendaman
terikat pada senyawa selulosa dan lignin dan penentuan kadar ALB, tahap
tersebut. Diketahui pula jika senyawa selanjutnya adalah pembuatan sabun padat
trigliserida berekasi dengan air maka akan dari minyak goreng bekas dengan
terbentuk ALB, ALB tersebut dituliskan perbedaan masa pakai tersebut. Pada
sebagai RCOOH. RCOOH merupakan pembuatan formulasi sabun padat ini,
komponen yang ditambahkan pada Hasil pengamatan organoleptik
pembuatan sabun jumlahnya sama. Hanya menunjukkan bahwa, sabun yang
saja dibedakan oleh masa pakai dari dihasilkan pada tiap-tiap masa pakai
minyak goreng tersebut. menunjukan hasil yang sama yaitu
Tahap pertama pada pembuatan berwarna putih, memiliki aroma khas
sabun yaitu penimbangan seluruh bahan minyak mawar dan berbentuk padat.
yang tertera pada (tabel 3.4) setelah semua Uji evaluasi pH sabun padat minyak
bahan ditimbang dilakukan tahap goreng bekas menggunakan alat stik pH
selanjutnya yaitu pembuatan sabun didapatkan hasil sebagai berikut, pada
transparan, hal pertama yang dilakukan (tabel 4.2) dapat dilihat bahwa pH sabun
adalah peleburan asam stearat dengan adalah 8, itu menandakan sabun
minyak goreng bekas pada suhu 600C– mempunyai pH yang basa. Berdasarkan
800C, diaduk hingga homogen, persyaratan pH sabun padat yang
ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu dipersyaratkan SNI 3532-2016 yaitu
600C–800C, diaduk hingga terbentuk massa berkisar 8-11, sehingga berdasarkan hasil
yang homogen dan kalis, ditambahkan Na. pengukuran pH, semua formula sabun
Lauril sulfat, EDTA dan NaCl (yang sudah padat minyak goreng bekas memenuhi
larut dalam air), diaduk hingga homogen. persyaratan standar mutu sabun SNI 3532-
Ditambahkan pewangi alami oleum rosae 2016.
diaduk homogen, kemudian campuran Uji evaluasi pembentukan busa sabun
dituang kedalam cetakan, didiamkan padat minyak goreng bekas dapat dilihat
sampai mengeras. pada (tabel 4.2) dimana tinggi busa yang
Sabun padat yang telah dibuat terbentuk tiap konsentrasinya berkisaran
kemudian dilakukan pengujian evaluasi 13-25. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
sediaan yang terdiri dari uji organoleptis, asam stearat dan penggunaan minyak
uji pH dan uji pembentukan busa. Uji kelapa pada formula sabun padat, dimana
evaluasi sediaan adalah suatu proses asam stearat disini berfungsi untuk
mengidentifikasi dan menentukan kualitas mengeraskan sabun dan menstabilkan busa,
dari sediaan itu sendiri apakah memenuhi sedangkan fungsi dari minyak kelapa
syarat atau tidak (Elisabeth, 2010). Uji (minyak goreng bekas) disini selain untuk
evaluasi organoleptis dilakukan untuk perawatan kulit, rambut, dan sebagai
melihat tampilan sabun padat minyak pelarut, ternyata sabun yang berbahan dasar
goreng bekas, pengamatan dilihat dari minyak kelapa menghasilkan busa yang
warna, bau, dan tekstur dari sabun padat. sangat banyak.
Setelah dilakukan uji evaluasi sediaan homogeneity test untuk melihat
sabun padat minyak goreng bekas homogenitas data.
penelitian dilanjutkan dengan uji stabilitas. Berdasarkan data hasil uji
Uji stabilitas adalah proses untuk homogenitas pada tabel 4.5 diatas, didapat
menentukan kemampuan suatu produk nilai siginifikan > 0,05 yaitu (0,130 > 0,05).
untuk mempertahankan sifat dan Berarti data yang diperoleh homogen.
karakteristiknya agar sama dengan yang Kemudian setelah data berdistribusi normal
dimilikinya pada saat dibuat dalam batasan dan homogen maka selanjutnya dilakukan
yang ditetapkan sepanjang periode uji anava.
penyimpanan dan penggunaan (Farah, Berdasarkan hasil uji anova pada
Imala Sari, 2016). Uji stabilitas tabel 4.6 yang telah dilakukan didapatkan
menggunakan metode cycling test di 2 suhu nilai (sig.) < 0,05 yaitu 0,000 < 0,05 yang
yaitu suhu ± 4℃ dan ± 40℃ selama 6 berarti adanya perbedaan yang signifikan
siklus. Hasil dari uji stabilitas sabun padat setelah dan sesudah dilakukan perendaman
minyak goreng menunjukan bahwa sabun dengan ampas tebu. Kemudian dilanjutkan
padat minyak goreng bekas tersebut stabil dengan Uji Post-hoc LSD.
selama 6 siklus atau selama penyimpanan. Berdasarkan hasil uji lanjut Post-hoc
Terlihat dari (table 4.3) hasil tidak LSD pada tabel 4.7 diatas, dapat dilihat
ditemukan perubahan yang signifikan pada nilai sig. (0,030 < 0,05) artinya terdapat
sabun padat selama uji stabiitas. Perubahan perbedaan yang signifikan antara
terjadi hanya pada tinggi busa pada sabun. kelompok 1 (K+ sebelum direndam dengan
Hal ini disebabkan karna perbedaan masa K+ sesudah direndam), untuk kelompok 2
pakai pada minyak goreng. Semakin tinggi dapat dilihat nilai sig. (0,000 < 0,05)
masa pakainya tinggi busa pada sabun artinya terdapat perbedaan yang signifikan
padat tersebut berkurang. ( X1 sebelum direndam dengan X1 sesudah
Uji statistik yang digunakan adalah direndam) , untuk kelompok 3 dapat dilihat
uji one way Anova yang dianalisis nilai sig. (0,000 < 0,05) artinya terdapat
menggunakan SPSS 26.0 for windows. perbedaan yang signifikan (X2 sebelum
Berdasarkan data hasil uji normalitas direndam dengan X2 sesudah direndam)
diperoleh semua nilai (sig) > 0.05 yang dan untuk kelompok 4 dapat dilihat nilai
berarti data dari analisis penurunan kadar sig. (0,000 < 0,05) artinya terdapat
asam lemak bebas minyak goreng bekas perbedaan yang signifikan ( X3 sebelum
berdistribusi normal. Kemudian dilakukan direndam dengan X3 sesudah direndam).
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perendaman ampas tebu efektif Daftar Pustaka
dalam menurunkan kadar ALB pada
minyak goreng bekas pada masing-masing Badan Standarisasi Nasional. 2012. SNI
masa pakainya. 7709-2012 Minyak Goreng Sawit.
Jakarta: Badan Standarisasi
Kesimpulan Nasional.

Ampas tebu (Saccharum officinarum Badan Standarisasi Nasional. 2016. SNI


3532-2016 Sabun Mandi Padat.
L.) efektif dalam menurunkan kadar asam
Jakarta: Badan Standarisasi
lemak bebas minyak goreng bekas. Nasional.

Terdapat perbedaan kadar asam Elisabeth, Nita. 2010. Optimasi Formula

lemak bebas minyak goreng sebelum Sabun Transparan Dengan fase

direndam dan sesudah direndam ampas Minyak Virgin Coconut Oil Dan

tebu (Saccharum officinarum L.). Surfaktan Cocoamidopropyl


Betaine, Skripsi, Fakultas Farmasi
Sabun padat minyak goreng bekas
Universitas Sanata Dharma
stabil selama penyimpanan uji stabilitas
Yogyakarta.
Cycling test yaitu selama 6 siklus.
Farah, Irmala Sari. 2016. Uji Stabilitas
Saran Fisik Dan Aktivitas Sabun
Transparan Minyak Atsirih Pala
1. Penambahan adsorben ampas tebu dan
(Myristica fragrans Houtt)
jumlah pemakaian untuk mengetahui
Terhadap Bakteri Staphylococus
apakah ada pengaruh penurunan kadar
Aureus. Universitas
ALB yang lebih signifikan
Muhammadiyah Surakarta.
2. Jenis ampas tebu dari pengolahan pabrik
gula dengan home industry atau penjual Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak
Pangan. Jakarta: UI-Press. Hal.
es tebu.
206.
3. Untuk penelitian selanjutnya minyak
Mauliana. 2016. Formulasi Sabun Padat
goring yang digunakan yaitu yang masa
Bentonit Dengan Variasi
pakainya di atas 4 kali penggorengan.
Konsentrasi Asam Stearat Dan
4. Lama waktu penggorengan ditentukan
Natrium Lauril Sulfat. Skripsi.
untuk menentukan potensi dari ampas
Bogor: Fakultas Kedokteran Dan
tebu.
Ilmu Kesehatan Program Studi
5. Perlu penelitian lanjutan terhadap
Farmasi UIN Syarif Hidayatullah
minyak goreng jenis curah.
Jakarta
Naomi, dkk. 2013. Pembuatan Sabun
Lunak Dari Minyak Goreng Bekas
Ditinjau Dari Kinetika Reaksi
Kimia. Jurnal Teknik Kimia. 19
(2) : 43-48

Ramdja, dkk. 2010. Pemurnian Minyak


Jelantah Menggunakan Ampas
Tebu sebagai Adsorben. Jurnal
Teknik Kimia. 17(1) : 7 – 14

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009.


Taksonomi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Wati, mufidah. 2016. Penurunan Asam
Lemak Bebas Pada Minyak
Goreng Bekas Menggunakan
Ampas Tebu Untuk Pembuatan
Sabun. Jurnal Integrasi Proses.
6(1) : 22 – 27

Anda mungkin juga menyukai