Anda di halaman 1dari 29

BAB II

LANDASAN TEORI

Untuk menciptakan peningkatan kondisi fisik, teknik dan mental atlet

perlu tindakan dan pengaturan program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan

atlet itu sendiri. Tanpa disadari dengan program pelatihan yang baik akan dapat

menghasilkan prestasi yang baik pula.

2.1 Umum

2.1.1 Definisi Pelatihan

Secara sederhana latihan dapat dirumuskan yaitu segala daya

dan upaya untuk meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik

dengan proses yang sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari

kian bertambah jumlah beban, waktu atau intensitasnya (Depdiknas,

2003: 32). Pelatihan secara umum diarahkan pada rangsangan gerak

untuk tujuan prestasi tertentu, gerakan yang dari semua rangsangan

tersebut membentuk suatu organ yang paling baik. Seseorang yang

kekuatan ototnya sudah meningkat dan berkembang disebabkan oleh

adanya pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan secara rutin,

berkelanjutan dan terus menrus. Yang dimaksud pelatihan adalah

adanya pengulangan sesuatu yang dilakukan secara tratur dan

berencana dengan takaran yang selalu ditingkatkan sehingga

menyebabkan terjadinya suatu perubahan fisik maupun perubahan

lainnya. Pelatihan adalah sejumlah semua rangsangan yang

dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk

14
15

meningkatkan prestasi (Sukadyanto, 2010: 5). Pelatihan merupakan

suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara

sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dala jangka waktu (durasi)

lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan

individual, yang bertujuan untuk memperbaiki system serta fungsi

fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas

olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 2011: 2).

Sedangkan pelatihan olahraga bertujuan untuk memperbaiki

kemampuan teknik dan penampilan atlet sesuai dengan kebutuhan

dalam bidang olahraga spesialsasinya (Nala, 2011: 8).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan secara

sistematis, berulang - ulang dengan peningkatan serta penambahan

beban pelatihan yang bertujuan meningkatkan kondisi fisik untuk

pencapaian prestasi maksimal.

Dalam penelitian ini pelatihan yang dimaksud adalah swing

dengan bat seberat 2,5 kilogram 25 repetisi 4 set dan 10 repetisi 10 set

terhadap peningkatan jauhnya pukulan anggota ekstrakurikuler

baseball putra SMA Negeri 8 Denpasar tahun pelajaran 2014/2015.

2.1.2 Komponen Pelatihan

Dalam usaha peningkatan jauhnya pukulan harus

memperhatikan komponen-komponen pelatihan seperti lamanya

pelatihan, frekuensi pelatihan, tipe gerakan, serta intensitas pelatihan.


16

Untuk proses pelatihan yang efektif harus memperhatikan beberapa

komponen-komponen pelatihan sebagai berikut:

2.1.2.1 Frekuensi Pelatihan

Frekuensi adalah banyaknya latihan perminggu

(Mansur dkk, 2009: 9). Frekuensi adalah jumlah ulangan yang

dilakukan dalam periode waktu tertentu/jumlah tatap muka/sesi

latihan pada setiap minggunya (Sukadiyanto, 2010: 32).

Frekuensi pelatihan fisik yang digunakan untuk

meningkatkan kinerja fisik pada umumnya 3-5 kali perminggu

(Kanca, 2004: 50). Frekuensi latihan bertujuan untuk

menunjukkan jumlah tatap muka latihan pada setiap

minggunya. Frekuensi yang dimaksud adalah kekerapan

pelatihan perminggu atau sering pula kekerapan melakukan

perlatihan adalah suatu gerakan aktivitas disebut dengan

pengulangan (repetision) (Nala, 2002 : 7). Frekuensi latihan

menurut Nala (2011) yaitu:

2.1.2.1.1 Untuk meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup

baik bila dilakukan sebanyak 2 - 3 kali seminggu.

2.1.2.1.2 Sebaliknya untuk meningkatkan komponen daya

tahan kardiovaskular atau kesegaran jasmani, maka

frekuensi latihannya sebanyak 4 - 5 kali seminggu,

dengan selingan istirahat maksimal selama 48 jam

atau tidak lebih dari dua hari berturutan.


17

2.1.2.1.3 Frekuensi latihan bagi atlet non-daya tahan aerobik

atau anaerobik, cukup sebanyak 3 kali per minggu,

dengan durasi latihan selama 8 - 10 minggu.

Jadi dari beberapa pendapat di atas, Frekuensi berarti

banyaknya sesi pertemuan/latihan dalam satu minggu. Dalam

penelitian ini menggunakan frekuensi pelatihan 4 kali setiap

minggu dan dilaksanakan selama 6 minggu.

2.1.2.2 Intensitas Pelatihan

Yang dimaksud dengan intensitas pelatihan adalah

kesungguhan berat ringannya suatu aktivitas yang dilakukan

yang sering dinyatakan dengan waktu, beban, pengulangan dan

denyut jantung (Nala, 2002: 12). Intensitas latihan adalah

kualitas latihan. ukuran yang menunjukan berat ringannya

latihan (Mansur dkk, 2009: 9). Intensitas adala ukuran yang

menujukan kualitas (mutu) suatu rangsangan pembebanan

(Sukadiyanto, 2010: 2). Intensitas adalah komponen kualitatif

yang dilakukan dalam satuan waktu (Nala, 2011: 54). Menurut

beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa intensitas adalah ukuran yang menunjukkan berat

ringannya suatu latihan.

Pada umumnya orang berpedoman bahwa kalau

pelatihan lebih sering dan lebih lama dilakukan, maka hasilnya

akan lebih besar, tetapi perlu diingat adanya waktu pemulihan

seperti semla. Makin berat intensitas pelatihan maka lama


18

pelatihan semakin pendek. Sebaliknya semakin ringan

intensitas pelatihan maka lama pelatihan akan semakin panjang

(Nala, 2002: 35). Intensitas semakin tinggi semakin banyak

menggunakan energi anaerobic. Intensitas latihan berbanding

terbalik dengan volume (waktu) latihan. latihan dengan

intensitas tinggi berlangsung singkat, sebaliknya, latihan

dengan intensitas rendah berlangsung lama (Mansur dkk, 2009:

9).

2.1.2.3 Tipe Gerakan

Sehubungan dengan penelitian ini maka tipe dari

aktivitas (macam latihan) adalah pelatihan swing dengan bat

seberat 2,5 kilogram 25 repetisi 4 set dan 10 repetisi 10 set.

2.1.2.4 Lama Pelatihan/Durasi Latihan

Lamanya pelatihan/Durasi adalah lamanya waktu

pemberian rangsang/lama waktu latihan. Untuk menentukan

kuantitas latihanyang dilakukan, maka durasi latihan akan

selalu berhubungan dengan intensitas latihan yang erat

berkaitan dengan pemberian waktu recovery dan interval

(Sukadiyanto, 2010: 31). Durasi adalah lamanya aktifitas

pelatihan (termasuk istirahat yang harus dilakukan dalam satu

sesi, sekali pelatihan atau lamanya berada dala suatu keadaan

(Nala, 2011: 2).

Pelatihan yang dijalankan dengan tekun akan nampak

hasilnya (efek pelatihan) setelah 6-8 minggu pelatihan. Durasi


19

adalah lamanya aktivitas pelatihan (termasuk istirahat) yang

harus dilakukan dalam suatu session, sekali pelatihan atau

lamanya berada dalam suatu keadaan (Nala, 2002 : 1).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa lama latihan adalah waktu dan lamanya aktivitas yang

dilakukan dalam suatu pelatihan. Dalam penelitian ini lama

pelatihan 4 kali setiap minggu dan dilaksanakan selama satu

setengah bulan atau 6 minggu.

2.1.2.5 Repetisi

Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan untuk

setiap butir atau menu latihan (Sukadiyanto, 2010: 3). Repetitif

adalah suatu gerakan berulang yang sama dilakukan lebih dari

satu kali (Nala, 2011: 2). Repetis berarti ulangan atau latihan

ulangan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal. 517). Dari

uraian diatas dapat disimpulkan repetisi adalah pengulangan

daripada butir latihan.

Dalam penelitian ini repetisi yang dipergunakan untuk

swing adalah 25 repetisi untuk kelompok eksperimen pertama

dan 10 repetisi untuk kelompok eksperimen kedua.

2.1.2.6 Set

Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau

ulangan daripada pelatihan (Nala, 2009: 7). Set adalah jumlah

ulangan untuk satu jenis butir latihan (Sukadiyanto, 2010: 30).

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa set


20

adalah satu rangkaian kegiatan yang berasal dari pengulangan

beberapa repetisi.

Sedangkan set yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah dan 4 set untuk kelompok eksperimen pertama dan 10

set untuk kelompok eksperimen kedua pada setiap pelatihan.

2.1.3 Prinsip - Prinsip Dasar Pelatihan

Prinsip pelatihan adalah suatu petunjuk dan peraturan yang

sistematis dengan memberikan beban yang ditingkatkan secara

progresif, yang harus ditaati dan dilaksanakan agar tercapai tujuan

pelatihan (Nala, 2011: 23). Adapun prinsip-prinsip dasar pelatihan

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

2.1.3.1 Prinsip Aktif dan Bersungguh dalam Mengikuti Pelatihan

Setiap atlet dituntut selalu bertindak aktif dalam segala

hal. Tidak pasif, hanya berlatih ketika ada pelatih. Bila ingin

menjadi atlet yang berprestasi, maka partisipasi dan

kesungguhan berlatih harus sudah tertanam dalam diri setiap

atlet. Tanpa modal ini jangan diharapkan akan dapat mencapai

prestasi maksimal (Nala, 2011: 26).

2.1.3.2 Prinsip Beban Berlebihan (Overload)

Dengan pinsip overload ini, maka kelompok-kelompok

otot akan berkembang kekuatannya secara efektif. Penggunaan

beban secara overload akan merangsang penyesuaian fisiologis

dalam tubuh yang mendorong meningkatnya kekuatan otot.

Perbaikan kondisi fisik baru akan terjadi kalau tubuh atlet itu
21

selalu dijadikan subjek peningkatan kebutuhan latihan (Mansur

dkk, 2009: 9).

2.1.3.3 Prinsip Interval

Pemberian waktu istirahat pada antar aktivitas, waktu

istirahat yang diberikan pada saat antar seri, sirkuit, atau antar

set per unit latihan. Perbedaan kalau recovery diberikan pada

antar set atau repetisi, interval diberikan pada saat antar seri,

sirkuit, atau antar sesi per unit latihan. Prinsipnya pemberian

waktu recovery selalu lebih pendek dari pada pemberian waktu

interval (Sukadiyanto, 2010: 19).

Dalam prinsip interval ini pelatihan swing dengan

pemukul seberat 2,5 kilogram 25 repetisi 4 set dan 10 repetisi

10 set terhadap jauhnya pukulan dengan memperhitungkan

waktu saat istirahat selama 1 menit setiap set. Waktu interval

ini dilakukan terhadap dua kelompok pelatihan, yaitu kelompok

eksperimen pertama maupun kepada kelompok eksperimen

kedua.

2.1.3.4 Prinsip Individualisasi

Setiap orang mempunyai kemampuan, potensi, karakter

belajar dan spesifikasi dalam olahraga, yang berbeda dengan

satu sama lainnya (Nala, 2011: 28). Setiap individu adalah

pribadi yang unik, karenanya setiap individu akan menjawab

latihan yang sama sekalipun dengan hasil yang berbeda

(Mansur dkk, 2009: 7). Sehingga dalam penelitian ini peneliti


22

menyadari bahwa akan terjadi hasil peningkatan yang berbeda-

beda pada setiap objek penelitian.

2.1.3.5 Prinsip Mempergunakan Model Proses Pelatihan

Arti sebenarnya dari model adala imitasi, suatu simulasi

dari kenyataan yang dibuat dari elemen atau unsur spesifik dari

fenomena yang dicari atau diamati serta mendekati keadaan

sebenarnya. Sewaktu meciptakan model, yang terpenting

dipikirkan adalah membangun hipotesis untuk analisis evolusi

maupun hasilnya (Nala, 2011: 29).

Dalam penelitian ini, model pelatihan yang diberikan

adalah pelatihan swing dengan bat seberat 2,5 kilogram 25

repetisi 4 set dan 10 repetisi 10 set dinilai efektif dan effisien

serta mendekati keadaan sebenarnya untuk meningkatkan

jauhnya pukulan dalam permainan baseball.

2.1.4 Aspek-Aspek Pelatihan

Pelatihan secara umum diarahkan pada rangsangan gerak untuk

tujuan prestasi tertentu, gerakan yang dari semua rangsangan tersebut

membentuk suatu organ yang paling baik. Pelatihan merupakan hal

yang sangat penting untuk mencapai suatu prestasi yang maksimal,

maka perlu diperhatikan aspek-aspek pelatihan sebagai berikut:

2.1.4.1 Pelatihan Fisik

Secara fisiologis, pelatihan fisik merupakan suatu

proses pembentukan reflex bersyarat, proses belajar gerak serta

proses menghafal gerakan (Nala, 2011: 2). Secara sederhana


23

latihan dapat dirumuskan yaitu segala daya dan upaya untuk

meningkatkan secara menyeluruh kondisi fisik dengan proses

yang sistematis dan berulang-ulang dengan kian hari kian

bertambah jumlah beban, waktu atau intensitasnya (Depdiknas,

2003:32).

Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

yang dimaksud dengan latihan fisik adalah latihan yang

bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kondisi

seseorang (fisik). Dimana menurut penulis pada prinsipnya

kondisi fisik merupakan suatu hal yang penting untuk olahraga

ptestasi karena kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan

kemampuan atlet untuk mencapai tuntutan prestasi yang

optimal suatu olahraga. Frekuensi pelatihan fisik yang

digunakan untuk meningkatkan kinerja fisik pada umumnya 3-

5 kali perminggu (Kanca, 2004: 50).

2.1.4.2 Pelatihan Teknik

Teknik adalah suatu proses gerakan dan pembuktian

dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan

tugas yang perlu dalam cabang olahraga (Djoko Pekik Irianto,

2002; 80). Latihan teknik adalah latihan untuk mempermahir

teknik-teknik dan gerakan yang diperlukan untuk melakukan

cabang olahraga yang dilakukan atlet. Latihan teknik adalah

latihan yang dikhususkan guna membentuk dan

memperkembang kebiasaan kebiasaan motorik atau


24

perkembangan neomuscular. Kesempurnaan teknik teknik

dasar dari setiap gerakan adalah penting oleh karena akan

menentukan gerak keseluruhan. Oleh karena itu gerak gerak

dasar setiap bentuk teknik yang diperlukan dalam setiap cabang

olahraga harus dilatih dan dikuasai secara sempurna

(http://pakguruolahraga.blogspot.com).

Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan

yang dimaksud dengan latihan teknik adalah suatu proses

latihan untuk mempermahir teknik-teknik dan gerakan motorik

yang diperlukan untuk melakukan cabang olahraga tertentu.

2.1.5 Sepuluh Komponen Biomotorik yang Menunjang Kebugaran

Jasmani

Faktor kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen -

komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja dalam pelatihan,

baik peningkatan maupun pemeliharaan, artinya bahwa di dalam usaha

peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen tersebut harus

dikembangkan. Kondisi fisik yang dimaksud di sini adalah sebagai

berikut:

2.1.5.1 Daya Tahan

Dalam olahraga prestasi yang dimaksud Daya Tahan

adalah kemampuan melawan kelelahan pada beban kerja otot

yang berlangsung lama dan kemampuan untuk pulih kembali

dalam waktu yang sesingkat singkatnya (Mansur dkk, 2009:

33). Daya tahan adalah kemampuan tubuh dalam melakukan


25

aktivitas terus-menrus yang berlangsung cukup lama (Nala,

2011: 13). Daya tahan ini dibagi atas 2 bagian, yakni:

2.1.5.1.1 Daya Tahan Umum

Kemampuan tubuh untuk melakukan gerakan

secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama

(lebih dari 10 menit) dan dalam keadaan aerobik

(metabolisme sel ototnya memerlukan pasokan oksigen

dari udara luar untuk mendapatkan tenaga bergerak atau

berkontraksi) (Nala, 2011: 13). Daya tahan umum

sering disebut daya tahan jantung paru adalah

kesanggupan sistem jantung paru dan pembuluh darah

dalam mengambil oksigen dan menyalurkannya ke

seluruh tubuh terutama jaringan yang aktif sehingga

dapat digunakan pada proses metabolisme (Depkes RI,

2005: 3). Daya tahan umum (general endurance),

kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem

jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara

efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus

menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot

dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama

(Justin Laksana, 2011: 15). Menurut Djoko Pekik

Irianto (2004: 4) menyatakan, daya tahan jantung-paru

adalah kemampuan jantung-paru mensuplai oksigen

untuk kerja otot jangka waktu yang lama.


26

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa daya tahan umum

adalah kemampuan sisitem kardiovaskuler tubuh untuk

mensuplai oksigen ke seluruh tubuh agar tubuh tidak

mengalami kelelahan.

2.1.5.1.2 Daya Tahan Lokal (Daya Tahan Otot)

Kemampuan otot skeletal untuk melakukan

kontraksi atau gerakan berulang-ulang dala jangka

waktu yang lama dengan beban tertentu (Nala, 2011:

16). Daya tahan otot (local endurance), kemampuan

seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk

berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu yang

relatif lama dengan beban tertentu (Justin Laksana,

2011: 17). Daya tahan otot adalah kemampuan otot

untuk melakukan kontraksi yang berulang terhadap

suatu beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu

(Depkes RI, 2005: 3).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas

maka dapat disimpulkan bahwa daya tahan otot adalah

kemampuan otot untuk berkontraksi atau melakukan

gerakan secara terus menerus dalam jangka waktu yang

lama.
27

2.1.5.2 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima

beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2011: 12). Kekuatan

otot adalah tenaga yang dapat dihasilkan otot pada kontraksi

maksimal (Depkes RI, 2005: 4). Kekuatan otot adalah

komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya

dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu

bekerja (Justin Laksana, 2011: 17). Menurut Djoko Pekik

Irianto (2004: 35) menyatakan, kekuatan otot adalah

kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam satu

usaha.

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa kekuatan (strength) adalah

kemampuan tenaga yang dihasilkan dari kontraksi maksimal

otot dalam menerima beban saat bekerja.

2.1.5.3 Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk mengerjakan suatu

aktivitas berulang yang sama dan berkesinambungan dalam

waktu yang sesingkat - singkatnya (Nala, 2011: 17). Kecepatan

adalah kemampuan untk berpindah atau bergerak dari tubuh

atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau untuk

mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta

berkesinambungan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya


28

(Nala, 2011: 135). Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk

melakukan gerakan secepat mungkin (Depkes RI, 2005: 4).

Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan

gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam

waktu sesingkat-singkatnya (Justin Laksana, 2011: 18).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa kecepatan adalah kemampuan

seseorang untuk mengerjakan gerakan yang sama secara

berkesinambungan dan berulang ulang dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya.

2.1.5.4 Kelentukan (Flexibility)

Kelentukan adalah kesanggupan tubuh atau anggota

gerak tubuh untuk melakukan gerakan pada sebuah atau

menempuh beberapa sendi seluas - luasnya (Nala, 2011: 17).

Fleksibilitas (Flexibility) adalah kemampuan persendian untuk

melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal

(Depkes RI, 2005: 4). Kelenturan adalah kemungkinan gerak

maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian, meliputi

hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk

sendi) , otot, tendon, ligament dan sekeliling persendian (Justin

Laksana, 2011: 19).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa Kelentukan adalah efektivitas

seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan


29

penguluran tubuh yang luas melalui pergerakan sendi

semaksimal mungkin.

2.1.5.5 Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk

melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga

tubuh tetap stabil dan terkendali (Nala, 2011: 20).

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap

tubuh yang tepat pada saat diam (static balance) atau bergerak

(dynamic balance) (Depkes RI, 2005: 4). Keseimbangan adalah

kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf otot,

seperti dalam hand stand atau dalam mencapai keseimbangan

sewaktu seseorang sedang berjalan kemudian terganggu

(misalnya tergelincir) (Justin Laksana, 2011: 22).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa keseimbangan adalah kemampuan

untuk mempertahankan kestabilan posisi tubuh ketika di

tempatkan di berbagai posisi baik dalam keadaan statis ataupun

dinamis.

2.1.5.6 Reaksi (Reaction)

Reaksi adalah kemampuan tubuh untuk bereaksi secepat

mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor

somatik, kinestetik, atau vestibular (Nala, 2011: 19). Reaksi

adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi

respon setelah menerima suatu rangsangan (Depkes RI, 2005:


30

4). Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera

bertindak lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti

dalam mengantisipasi datangnya bola yang harus ditangkap dan

lain-lain (Justin Laksana, 2011: 25).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa Reaksi diartikan sebagai

kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya

dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera,

syaraf atau perasaan lainnya.

2.1.5.7 Daya Ledak (Explosive Strength, Muscular Power)

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan

aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengarahkan

seluruh kekuatan dalam waktru yang singkat (Nala, 2011: 16).

Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot

yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran

kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-

cepatnya (Ismaryati, 2008: 41). Daya ledak otot adalah

kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara

eksplosif. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak

(power) = kekuatan (strenght) × kecepatan (velocity) (Justin

Laksana, 2011: 20).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa daya ledak berarti kemampuan

seseorang untuk mempergunakan kekuatan otot maksimum


31

yang dikerahkan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dalam

hal ini dapat dinyatakan bahwa daya otot = Kekuatan (force) X

kecepatan (velocity).

2.1.5.8 Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan tubuh atau bagian tubuh

untuk mengubah arah gerakan secara mendadak dalam

kecepatan yang tinggi (Nala, 2011). Kelincahan adalah

kemampuan mengubah secara cepat dan tepat arah tubuh atau

bagian tubuh tanpa gangguan keseimbangan dan gerakan itu

sendiri (Depkes RI, 2005: 4). Kelincahan adalah kemampuan

seseorang mengubah posisi di area tertentu. Seseorang yang

mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan

tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya

cukup baik (Justin Laksana, 2011: 21).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa Kelincahan adalah kemampuan

seseorang mengubah posisi di area tertentu secara mendadak

dalam kecepatan yang tinggi tanpa adanya gangguan

keseimbangan dan gerakan itu sendiri.

2.1.5.9 Ketepatan (Accuracy)

Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk

mengendalikan gerakan bebas menuju ke suatu sasaran (Nala,

2011: 19). Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk

mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.


32

Sasaran dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek

langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh

(Justin Laksana, 2011: 27).

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa Ketepatan (accuracy) adalah

kemampuan seseorang untuk mengarahkan sesuatu gerak

kesuatu serangan sesuai dengan tujuannya. Pelatihan

komponen ketepatan ini sering dikaitkan dengan pelatihan

teknik. Dengan demikian tipe pelatihannya hampirsama dengan

permainan sesungguhnya.

2.1.5.10 Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk

mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi

gerakan tunggal yang harmonis dan efektif (Nala, 2011: 21).

Koordinasi adalah hubungan harmonis sebagai factor dalam

suatu gerakan yang merupakan hasil interaksi antara system

saraf dengan musculoskeletal sehingga gerakan menjadi

efisien, efektif, dan tepat sasaran (Depkes RI, 2005: 5).

Koordinasi adalah kemampuan seseorang mengintegrasikan

bermacam-macam gerakan yang berbeda kedalam pola gerakan

tunggal secara efektif (Justin Laksana, 2011: 26). Koordinasi

adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dengan berbagai

tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat secara efisien. (Djoko

Pekik Irianto, 2002: 77).


33

Dari penjelasan beberapa ahli tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa koordinasi adalah kemampuan tubuh

untuk mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda

kedalam pola gerakan tunggal sehingga gerakan menjadi

efisien, efektif, dan tepat sasaran.

2.2 Khusus

Setiap cabang olahraga memiliki kekhususannya masing-masing

sehingga dalam penerapan pelatihan fisik dan teknik pun berbeda-beda untuk

setiap cabang olahrag. Dalam penelitian ini cabang olahraga yang dieksplorasi

adalah baseball dengan pelatihan swing dengan bat seberat 2,5 kilogram 25

repetisi 4 set dan 10 repetisi 10 set terhadap peningkatan jauhnya pukulan.

2.2.1 Jauhnya Pukualan

Kegiatan memukul dalam permainan baseball disebut batting.

Batting adalah mengayunkan alat pemukul (bat) dengan tujuan

mengenai bola yang dilempar oleh pelempar (pitcher) secara tepat dan

diarahkan kedalam lapangan permainan agar pemukul (hitter) atau

pelari (runner) dapat menuju base untuk mencetak poin pada

kesempatan memukul (George Sulivan: 1986: 8). Dengan demikian

memukul bola adalah mengayunkan alat pemukul (bat) untuk

mengenai bola. Sedangkan kata “Jauh” Menurut KBBI (Kamus Besar

Bahasa Indonesia) edisi ke 3 tahun 2005 berarti panjang antaranya

(jaraknya). Jadi dalam penelitian ini jauhnya pukulan berarti hasil

ayunan bat yang yang dilakukan oleh siswa untuk mengenai bola dan

mengakibatkan bola terpental masuk ke dalam lapangan permainan


34

sehingga terdapatlah jarak antara posisi awal bola baseball sebelum

dipukul sampai dengan tempat pertama jatuhnya bola baseball setelah

dipukul (pantulan-pantulan setelahnya tidak dihitung).

Dalam melakukan batting, siswa berdiri di sebelah home base.

Siswa mengayunkan bat sekuat tenaga untuk mengenai bola agar bola

tersebut dapat terpental sejauh-jauhnya kedalam lapangan permainan.

Bola yang akan dipukul ditempatkan tepat di atas ujung belakang

home base dengan tiang penyangga setinggi 80 sentimeter, karena dari

ujung belakang homebase inilah jauhnya hasil pukulan akan dihitung.

2.2.2 Komponen Biomotorik yang Mempengaruhi Jauhnya Pukulan

2.2.2.1 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima

beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2011: 12). Menurut

Djoko Pekik Irianto (2004: 35) menyatakan, kekuatan otot

adalah kemampuan sekelompok otot melawan beban dalam

satu usaha. Seorang atlet bisa bergerak cepat, dapat mengatasi

beban tertentu, mempertahankan posisi tubuh agar stabil

memerlukan kualitas kekuatan otot yang baik (Mansur dkk,

2009: 71).

Kekuatan otot sangat mempengaruhi hasil dari pukulan.

Semakin kuat otot maka akan semakin besar tenaga yang

dihasilkan maka akan semakin besar pula daya hantam yang

dapat diberikan kepada bola saat melakukan pukulan (batting).


35

2.2.2.2 Kecepatan

Kecepatan gerak adalah kemampuan untuk melakukan

gerakan secepat mungkin (Depkes RI, 2005: 4). Memukul

merupakan aktifitas gerak tubuh yang dilakukan dalam waktu

sesingkat-singkatnya (Nala, 2011: 135).

gerakan swing dengan kecepatan tinggi sangat

diperlukan untuk menghasilkan pukulan yang kuat. Semakin

cepat swing dapat dilakukan maka semakin besar pula daya

hantam yang dapat diberikan kepada bola saat melakukan

pukulan (batting), sehingga hasil pukulan menjadi jauh.

2.2.2.3 Daya Ledak

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan

aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengarahkan

seluruh kekuatan dalam waktru yang singkat (Nala, 2011: 16).

Daya ledak menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot

yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran

kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat-

cepatnya (Ismaryati, 2008: 41).

Daya ledak pergelangan tangan yang baik saat

melakukan swing akan menghasilkan tenaga maksimal saat bat

mengenai bola untuk menghasilkan pukulan yang jauh.

2.2.2.4 Ketepatan

Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk

mengendalikan gerakan bebas menuju ke suatu sasaran (Nala,


36

2011: 19). Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk

mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.

Sasaran dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek

langsung yang harus dikenai (Justin Laksana, 2011: 27).

Ketepatan perkenaan antara bat dengan bola sangatlah

penting mengingat permukaan dari bat yang berbentuk pipa

tabung dan permukaan bola yang berbentuk bulat sehingga titik

perkenaan haruslah tepat untuk menghasilkan arah pantulan

yang tepat pula. Jika bola mengenai bagian bawah dari bat

maka akan mengarah kebawah dan memantul di dekat

pemukul. Jika bola mengenai bagian atas bat maka bola akan

melambung tinggi ke atas sehingga titik jatuhnya bola tidak

akan jauh. Pada beberapa kasus bahkan bola memantul keluar

lapangan. Dengan kata lain, perkenaan bola yang baik akan

menghasilkan pantulan bola yang lebih jauh.

2.2.2.5 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk

melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga

tubuh tetap stabil dan terkendali (Nala, 2011: 20).

Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap

tubuh yang tepat pada saat diam (static balance) atau bergerak

(dynamic balance) (Depkes RI, 2005: 4).

Keseimbangan sangat mempengaruhi stabilitas gerakan

dari seorang atlet. Keseimbangan dalam memukul


37

mempengaruhi ayunan bat. Jika ayunan bat tidak stabil maka

dapat mengakibatkan perkenaan pukulan yang kurang tepat.

Dengan kata lain keseimbangan yang baik mempengaruhi

ketepatan pukulan untuk menghasilkan pantulan bola yang

lebih jauh.

2.2.2.6 Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk

mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi

gerakan tunggal yang harmonis dan efektif (Nala, 2011: 21).

Koordinasi adalah hubungan harmonis sebagai factor dalam

suatu gerakan yang merupakan hasil interaksi antara system

saraf dengan musculoskeletal sehingga gerakan menjadi.

Koordinasi adalah kemampuan untuk melakukan gerakan

dengan berbagai tingkat kesukaran dengan cepat dan tepat

secara efisien (Djoko Pekik Irianto, 2002: 77).

Gerakan memukul tediri dari serangkaian gerakan otot

dan alat gerak dalam satu kesatuan gerak yang saling

berhubungan dan berkesinambungan. Koordinasi antara

keseimbangan posisi berdiri, keseimbangan perpindahan titik

berat badan, putaran pinggul, ayunan bahu, gerakan lengan dan

tangan serta ketepatan pengamatan indra pengelihatan harus

terkoordinasi secara baik dalam waktu yang singkat disertai

dengan tenaga yang maksimal untuk menghasilkan gerakan

pukulan yang sempurna.


38

2.2.3 Pelatihan Swing dengan Bat Seberat 2,5 Kilogram

Dalam melakukan permainan baseball faktor fisik dan teknik

merupakan unsure penting untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Untuk mencapai fisik yang prima diperlukan program pelatihan teratur

dan terencana begitu pula untuk mencapai teknik diperlukan program

pelatihan yang baik.

Kegiatan memukul dalam permainan baseball disebut batting.

Batting adalah mengayunkan alat pemukul (bat) dengan tujuan

mengenai bola yang dilempar oleh pelempar (pitcher) secara tepat dan

diarahkan kedalam lapangan permainan agar pemukul (hitter) atau

pelari (runner) dapat menuju base untuk mencetak poin pada

kesempatan memukul (George Sulivan: 1986: 8). Menurut buku

panduan teknik (technical guide) dari Budo Daigaku University (2009)

fase-fase gerakan memukul adalah sebagai beikut:

2.2.3.1 Posisi berdiri

Badan dalam keadaan rileks dan berdiri dengan ringan.

Dari awal hingga ahkir ayunan, usahakan badan tetap pada satu

garis lurus tumpuan. Lutut tidak kaku.

2.2.3.2 Berdiri dengan persiapan langkah

Jaga pergelangan tangan dan siku tetap rapat. Awali

dengan langkah kedepan dari kaki depan (pemukul kidal = kaki

kanan di depan, pemukul kanan = kaki kiri di depan).

Pandangan melewati bahu depan mengarah ke bola.


39

2.2.3.3 Memutar Pinggul

Putar pinggul terlebih dahulu sebelum mengayunkan

pemukul (bat). Dalam putaran pinggul konsentrasi kekuatan

ada pada paha bagian dalam. Tekanan berat badan berada pada

ibu jari kaki bagian belakang.

2.2.3.4 Gerakan Bat Setelah Putaran Pinggul

Awali gerakan dengan ujung pegangan tangan.

Pemukul diayunkan secara natural setelah putaran pinggul.

Tenaga secara progresif semakain meningkat hingga 100%

tepat saat perkenaan dengan bola.

2.2.3.5 Mengenai Bola (Hit)

Dorong lurus sekuat tenaga dengan tangan belakang

(kidal = kiri belakang, kanan = kanan belakang). Bayangkan

perkenaan bola tidak terlalu awal dan juga tidak terlalu lambat,

tetapi tepat di depan pandangan dan posisi berdiri. Perhatikan

lutut dan kaki jangan sampai mengarah ke luar (lutut dan kaki

depan dikunci). Bola yang baik dipukul adalah bola pada zona

strike.

2.2.3.6 Gerakan Lanjutan Setelah Memukul (follow trought)

Gerakan kedua tangan lurus mengarah ke luar dan

diakhiri dengan rileks. Sesaat setelah perkenaan bola,

pandangan mata tetap pada titik perkenaan tersebut.

Dalam penelitian ini gerakan swing tersebut dilakukan dengan

menggunakan bat seberat 2,5 kilogram. Genggaman kedua tangan


40

menempel rapat pada pangkal bat. Pegangan tangan sebelum

mengayun sejajar telinga. Kemudian pemukul diayunkan, saat

mengayunkan pemukul fase gerakan seperti mengenai bola (hit)

dilakuka sejajar pinggang. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan

follow trought hingga pemukul berada di belakang punggung namu

tetap dipegang dengan kedua tangan. Gerakan swing ini dilakukan

berulang ulang tanpa terputus dan berkesinambungan, yang dihitung

adalah swing 25 repetisi 4 set dan 10 repetisi 10 set.

2.2.4 Pengaruh Pelatihan Terhadap Komponen Biomotorik Penentu

Jauhnya Pukulan

2.2.4.1 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk

melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima

beban sewaktu melakukan aktivitas (Nala, 2011: 12). Terkait

dengan pelatihan ini kekuatan akan terbentuk akibat

pembebanan terhadap otot melalui penggunaan pemukul

seberat 2,5 kilogram berulangkali sesuai dengan repetisi dan set

yang telah ditentukan. Dengan kekuatan yang terbentuk melalui

pembebanan ini diharapkan siswa mampu melakukan kegiatan

dan mengeluarkan tenaga lebih maksimal.

2.2.4.2 Daya Ledak

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan

aktivitas secara tiba-tiba dan cepat dengan mengarahkan

seluruh kekuatan dalam waktru yang singkat (Nala, 2011: 16).


41

Dalam kepentingan olahraga, daya ledak yang dimaksud adalah

daya ledak eksplosif yang terdiri atas 2 kelompok biomotorik,

yakni unsure kekuatan dan kecepatan (Nala, 2011: 119). Daya

ledak akan terbentuk karena kecepatan mengayun bat disertai

dengan tenaga maksimal adalah dasar dari gerakan swing. Bat

yang diberi beban sedang dengan gerakan swing yang cepat

dan berulang ulang, maka proses inilah yang akan

menghasilkan daya ledak yang baik.

2.2.4.3 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk

melakukan reaksi atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga

tubuh tetap stabil dan terkendali (Nala, 2011: 20). Dengan

dengan bat yang harus diayunkan dengan cepat dan melakukan

gerakan berulang ulang dengan bat yang lebih berat (2,5

kilogram) serta gerakan swing yang dituntut konsisten sejajar

tinggi pinggang maka akan melatih keseimbangan gerak dari

siswa.

2.2.4.4 Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk

mengintegrasikan berbagai gerakan yang berbeda menjadi

gerakan tunggal yang harmonis dan efektif (Nala, 2011: 21).

Gerakan swing adalah gerakan yang terbentuk dari kombinasi

beberapa alat gerak dan otot seperti otot bahu, lengan,

pergelangan tangan, dan pinggang. Gerakan ini harus dilakukan


42

berulang ulang dan berkesinambungan. Pengulangan dari

kombinasi gerakan inilah yang akan melatih koordinasi siswa.

Anda mungkin juga menyukai