Anda di halaman 1dari 21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan

2.1.1 Definisi Pelatihan

Pelatihan secara umum diarahkan pada rangsangan gerak untuk

tujuan prestasi tertentu, gerakan yang dari semua rangsangan tersebut

membentuk suatu organ yang paling baik. Seseorang yang kekuatan

ototnya sudah meningkat dan berkembang disebabkan oleh adanya

pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan secara rutin, berkelanjutan dan terus

menerus. Pelatihan adalah adanya pengulangan sesuatu yang dilakukan

secara tratur dan berencana dengan takaran yang selalu ditingkatkan

sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan fisik maupun

perubahan lainnya. Pelatihan adalah sejumlah semua rangsangan yang

dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan

prestasi (Sukadyanto, 2010: 5).

(Nala, 2011: 2), Pelatihan merupakan suatu gerakan fisik dan atau

aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang

(repetitif) dala jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang

meningkat secara progresif dan individual, bertujuan untuk memperbaiki

sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu

melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal.

Selain itu, untuk memperbaiki kemampuan teknik dan penampilan atlet

sesuai dengan kebutuhan dalam bidang olahraga spesialsasinya.

6
7

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pelatihan adalah sejumlah rangsangan yang dilakukan secara

sistematis, berulang - ulang dengan peningkatan serta penambahan beban

pelatihan yang bertujuan meningkatkan kondisi fisik untuk pencapaian

prestasi maksimal.

2.1.2 Komponen Pelatihan

Komponen-komponen pelatihan seperti lamanya pelatihan,

frekuensi pelatihan, tipe gerakan, serta intensitas pelatihan. Untuk proses

pelatihan yang efektif harus memperhatikan beberapa komponen-

komponen pelatihan sebagai berikut:

1. Frekuensi Pelatihan

Frekuensi adalah banyaknya latihan perminggu (Mansur dkk, 2009: 9).

Frekuensi adalah jumlah ulangan yang dilakukan dalam periode waktu

tertentu/jumlah tatap muka/sesi latihan pada setiap minggunya

(Sukadiyanto, 2010: 32).

Frekuensi pelatihan fisik yang digunakan untuk meningkatkan kinerja

fisik pada umumnya 3-5 kali perminggu (Kanca, 2004: 50). Frekuensi

latihan bertujuan untuk menunjukkan jumlah tatap muka latihan pada

setiap minggunya. Frekuensi yang dimaksud adalah kekerapan pelatihan

perminggu atau sering pula kekerapan melakukan pelatihan adalah suatu

gerakan aktivitas disebut dengan pengulangan (repetision) (Nala, 2002 :

7). Frekuensi latihan menurut Nala (2011) yaitu :


8

a. Meningkatkan kekuatan otot dianggap cukup baik bila dilakukan sebanyak

2 - 3 kali seminggu.

b. Peningkatkan komponen daya tahan kardiovaskular atau kesegaran

jasmani, maka frekuensi latihannya sebanyak 4 - 5 kali seminggu, dengan

selingan istirahat maksimal selama 48 jam atau tidak lebih dari dua hari

berturutan.

c. Frekuensi latihan bagi atlet non-daya tahan aerobik atau anaerobik, cukup

sebanyak 3 kali per minggu, dengan durasi latihan selama 8 - 10 minggu.

2. Intensitas Pelatihan

Intensitas adala ukuran yang menujukan kualitas (mutu) suatu

rangsangan pembebanan (Sukadiyanto, 2010: 2). Intensitas adalah

komponen kualitatif yang dilakukan dalam satuan waktu (Nala, 2011: 54).

Intensitas merupakan ukuran terhadap aktivitas atau kerja yang dapat

dilakukan dalam satu kesatuan waktu (Nala, 2011: 93). Menurut beberapa

pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah

ukuran yang menunjukkan berat ringannya suatu latihan.

Intensitas latihan yang tinggi maka menggunakan energi anaerobik

semakin banyak dan berlangsung singkat. Sedangkan intensitas latihan

rendah berlangsung lama. Intensitas latihan berbanding terbalik dengan

volume (waktu) latihan. (Mansur dkk, 2009: 9)

3. Lama Pelatihan/Durasi Latihan


9

Durasi adalah lamanya aktifitas pelatihan (termasuk istirahat yang

harus dilakukan dalam satu sesi, sekali pelatihan atau lamanya berada dala

suatu keadaan (Nala, 2011: 2).

Pelatihan yang dijalankan dengan tekun akan nampak hasilnya (efek

pelatihan) setelah 6-8 minggu pelatihan. Durasi adalah lamanya aktivitas

pelatihan (termasuk istirahat) yang harus dilakukan dalam suatu session,

sekali pelatihan atau lamanya berada dalam suatu keadaan (Nala,2002 : 1).

4. Repetisi

Repetisi adalah jumlah ulangan yang dilakukan untuk setiap butir atau

menu latihan (Sukadiyanto, 2010: 3). Repetitif adalah suatu gerakan

berulang yang sama dilakukan lebih dari satu kali (Nala, 2011: 2). Repetisi

berarti ulangan atau latihan ulangan (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,

hal. 517). Dari uraian diatas dapat disimpulkan repetisi adalah

pengulangan daripada butir latihan.

Dalam penelitian ini repetisi yang dipergunakan untuk swing adalah

10 repetisi untuk kelompok perlakuan.

5. Set

Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan

daripada pelatihan (Nala, 2009: 7). Set adalah jumlah ulangan untuk satu

jenis butir latihan (Sukadiyanto, 2010: 30). Dari beberapa uraian diatas

dapat disimpulkan bahwa set adalah satu rangkaian kegiatan yang berasal

dari pengulangan beberapa repetisi.

2.2 Swing (Ayunan)


10

Agus Susworo DM (2013: 5-15), menjelaskan keterampilan

memukul dapat diuraikan menjadi beberapa hal yang berkaitan, meliputi:

2.2.1 Sikap Awal

Posisi apapun yang dipergunakan dalam batter’s box, letakkan kaki

dan berdiri pada bagian belakang batter’s box, untuk menambah

keuntungan memukul, karena batter memiliki waktu lebih sedikit untuk

bereaksi terhadap bola lemparan pitcher. Oleh karena itu batter agar

mengatur posisi untuk dapat merasakan dalam melakukan pukulan dengan

baik, sesuai dengan kecepatan lemparan pitcher dan mengarahkan bola

ketempat yang diinginkan.

Gambar. 2.1 : Sikap Awal

Dapat dilihat pada gambar diatas Posisi batter berdiri pada kedua

kaki berada dalam batter’s box selebar bahu, lutut sedikit bengkok
11

sehingga badan turun. Badan sedikit bungkuk dan rileks, dengan posisi

kepala dan pandangan ke arah pitcher (pelempar bola).

2.2.2 Posisi Lengan dan Bahu

Posisi bahu dan lengan mengikuti sesuai dengan posisi kaki. Sabagai

contoh pada posisi open stace menyebab posisi bahu terbuka dan posisi

closed stance posisi bahu tertutup. Dengan posisi apapun yang digunakan

posisi lengan secara wajar berada di belakang lebih rendah dari tinggi

bahu, dengan posisi bahu miring salah satu lebih tinggi dari yang lain.

Gambar. 2.2 : Posisi Bahu dan lengan

2.2.3 Posisi kepala dan pandangan mata

Posisi kepala dan pandangan mata harus selalu menghadap bola

sampai terjadi perkenaan bola dengan pemukul, pukulan sukar untuk

dilakukan tanpa melihat bola. Dengan melihat jalan bola, pemain dapat
12
Gambar. 2.3 : Posisi kepala dan pandangan mata

memperkirakan saat memiliki kecepatan mengayun pemukul berbeda-

beda, sehingga setiap pemain memiliki timeing memukul yang berbeda-

beda pula.

2.2.4 Melangkah

Melangkah (Stride) termasuk gerak yang menggerakkan badan

yang penting. Stride dilakukan dengan tujuan memastikan / memantapkan

kaki yang depan menancap sebagai blok untuk membuat putaran gerakan

badan saat memukul. Selama melangkah ke arah pitcher berat badan

berpindah kedepan bersamaan dengan kekuatan batter memukul bola.

Langkah kaki tidak perlu jauh, kira 29 kira 6-12 inch, dilakukan dengan

pelan. Meskipun langkah kaki kedepan tetapi memiliki variasi, yaitu lurus

kedepan, serong ke kanan atau ke kiri.

Gambar.2.4 : Melangkah
13

2.2.5 Memutar Pinggang

Memutar pinggang dimulai setelah akhir gerakan melangkah.

Selanjutnya putaran pinggang dengan dikuti oleh putaran bahu. Dengan

memutar pinggang secara otomatis bahu mengikuti putaran.

2.2.6 Ayunan (Swing) Gambar. 2.5 : Memutar Pinggang

Ayunan (swing) dilakukan dengan menggerakan alat pemukul

kearah bola ke depan. Ayunan (swing) lengan dimulai setelah rotasi hip

berakhir. Lengan mengayunkan pemukul datar setinggi pinggang,

bersamaan dengan itu dada berputar menghadapi arah pitcher.

Gambar. 2.6 : Swing (Ayunan)

2.2.7 Perkenaan Bola (ball contact)

Gerak lengan tidak berarti pada saat pemukul mengenai bola.

Pemukul akan berusaha bergerak mengikuti arah bola, hal demikian berarti

melakukan pukulan slice (memotong) sehingga perkenaan pukulan pada

tepi bola
14
Gambar. 2.7 : Perkenaan bola (contact)

2.3 Sport Rhythm

2.3.1 Pengertian Sport Rhythm

Sport (Olahraga) merupakan suatu kegiatan yang dapat

meningkatkan daya tahan tubuh kita. Sebelum berolahraga sebaiknya kita

melakukan pemanasan untuk menghindari cidera ( Tim Guru Eduka, 2010 :

232). Sport atau olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk

mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan

sosial ( Cholik Mutohir,2005).

Rhythm (ritme) adalah gerakan berturut-turut secara teratur; turun

naik lagu (bunyi dan sebagainya) yang beraturan, ukuran waktu atau tempo,

alunan yang terjadi karena perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dalam

arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada.

(Kemdikbud, 2019).

Sport Rhythm adalah suatu gerakan yang dimana setiap gerakannya

mengikuti tempo (beat) dari lagu (music) yang dimainkan . Jika temponya

lambat maka lambat juga gerakan yang dilakukan. Jika temponya cepat

maka cepat juga gerakan yang dilakukan. Gerakan Sport Rhythm memiliki

gerakan yang dapat bervariasi, tergantung bagian mana yang nantinya akan

dilakukannya pelatihan.

2.4 Permainan Softball

2.4.1. Sejarah Softball

Softball adalah permainan beregu yang pertama kali lahir di Amerika

Serikat. Permainan ini pertama kali diciptakan oleh George Hancock yang
15

berasal dari kota Chicago pada tahun 1887. Softball dimainkan oleh dua

regu yang tiap regunya terdiri dari 9 orang pemain yang terdiri dari 7

babak yang disebut inning. (Asep Kurnia Nenggala, 2006 : 25)

1. Lapangan Softball

Softball memiliki lapangan yang berbeda dan masih jarang ada

dibandingkan lapangan permainan olahraga lain yang sebagian besar

berupa pesegi dan lingkaran atau oval. Lapangan permainan Softball

berupa “diamond” yang memiliki 4 (empat) Base, yaitu Base yang

berbentuk bujur sangkar berukuran 38cm x 38cm yaitu I, II dan III dan

Base yang berbentuk persegi lima dengan ukuran 43cm x 30cm x

22cm x 22cm x 30cm adalah.

Gambar 2.8 : Lapangan Softball


16

Menurut (Asep Kurnia Nenggala, 2006: hal 25-27) softball

memiliki beberapa macam alat sebagai berikut :

2. Alat Softball

a. Bat (Pemukul)

Ukuran panjangnya tidak melebihi 86,4 cm dengan diameter pada

bagian yang gemuk tidak boleh melebihi 5,7 cm. Tempat

pegangannya boleh dibalut kurang lebih 40 cm, dan berat tidak boleh

lebih dari 1100 gram.

Gambar. 2.9 : Batt Softball

b. Bola

Bola berbentuk bulat terbuat dari kulit atau bahan sintetis berwarna

putih atau kuning kehijauan, ukuran keliling 30 cm dan beratnya

adalah 190 gram.

Gambar.2.10 : Bola Softball


17

c. Sarung Tangan (Glove)

Sarung tangan terbuat dari kulit, sarung tangan dipergunakan

untuk menangkap bola.

Gambar 2.11: Glove Softball

d. Base

Berbentuk bujur sangkar dibuat dari kanvas atau yang sejenis.

ukuran 38cm x 38cm. Masing-masing diikat atau ditanam dalam

tanah agar tidak mudah berpindah. BaseI, II, dan III. Dapat dilihat

gambar 5

Base IV (Home Plate) Bentuk segi lima terbuat dari karet ukuran

43cm x 30cm x 22cm x 22cm x 30cm. Home plate dapat dilihat pada

gambar 13.

Gambar. 2.12 : Base I,II,III Gambar. 2.13 : Home base


18

e. Catcher Gear (Pelindung Catcher)

Penutup wajah digunakan untuk melindungi wajah dan kepala

bagian depan catcher. Body Protektor sebagai pelindung badan terutama

dada dan perut. Leg quard berfungsi untuk melindungi tungkai bawah.

Gambar.2.13 : Pelindung Catcher

2.5. Pelatihan Swing Menggunakan Pemukul Seberat 1,5 Kilogram

2.5.1 Jauhnya Pukulan

Kegiatan memukul dalam permainan softball disebut batting. Batting

adalah mengayunkan alat pemukul (bat) dengan tujuan mengenai bola

yang dilempar oleh pelempar (pitcher) secara tepat dan diarahkan kedalam

lapangan permainan agar pemukul (hitter) atau pelari (runner) dapat

menuju base untuk mencetak poin pada kesempatan memukul (George

Sulivan: 1986: 8).

Memukul bola adalah mengayunkan alat pemukul (bat) untuk

mengenai bola. Jauhnya pukulan merupakan hasil ayunan bat yang yang

dilakukan oleh siswa untuk mengenai bola dan mengakibatkan bola


19

terpental masuk ke dalam lapangan permainan sehingga terdapatlah jarak

antara posisi awal bola softball sebelum dipukul sampai dengan tempat

pertama jatuhnya bola softball setelah dipukul (pantulan-pantulan

setelahnya tidak dihitung).

Dalam melakukan batting, siswa berdiri di sebelah home base. Siswa

mengayunkan bat sekuat tenaga untuk mengenai bola agar bola tersebut

dapat terpental sejauh-jauhnya kedalam lapangan permainan. Bola yang

akan dipukul ditempatkan tepat di atas ujung belakang home base dengan

tiang penyangga setinggi 80 sentimeter, karena dari ujung belakang

homebase inilah jauhnya hasil pukulan akan dihitung.

Dalam melakukan permainan softball faktor fisik dan teknik

merupakan unsur penting untuk mencapai prestasi yang maksimal. Untuk

mencapai fisik yang prima diperlukan program pelatihan teratur dan

terencana begitu pula untuk mencapai teknik diperlukan program pelatihan

yang baik. Fase-fase gerakan memukul adalah sebagai beikut:

1. Posisi berdiri

Badan dalam keadaan rileks dan berdiri dengan ringan. Dari awal

hingga ahkir ayunan, usahakan badan tetap pada satu garis lurus tumpuan.

Lutut flexi/tidak kaku.

2. Berdiri dengan persiapan langkah (mengangkat kaki)

Jaga pergelangan tangan dan siku tetap rapat. Awali dengan langkah

kedepan dari kaki depan (pemukul kidal = kaki kanan di depan, pemukul

kanan = kaki kiri di depan). Pemukul kidal kaki kanan di angkat


20

digunakan sebagai tenaga untuk memukul bola dan pemukul kanan

menggunakan kaki kirinya digunkanan sebagai tenaga. Pandangan

melewati bahu depan mengarah ke bola.

3. Memutar Pinggul

Putar pinggul terlebih dahulu sebelum mengayunkan pemukul (bat).

Dalam putaran pinggul konsentrasi kekuatan ada pada paha bagian dalam.

Tekanan berat badan berada pada ibu jari kaki bagian belakang pemukul.

4. Gerakan Bat Setelah Putaran Pinggul

Awali gerakan dengan ujung pegangan tangan. Pemukul diayunkan

secara natural setelah putaran pinggul. Tenaga secara progresif semakain

meningkat hingga 100% tepat saat perkenaan dengan bola.

5. Mengenai Bola (Hit)

Dorong lurus sekuat tenaga dengan tangan belakang (kidal = kiri

belakang, kanan = kanan belakang). Bayangkan perkenaan bola tidak

terlalu awal dan juga tidak terlalu lambat, tetapi tepat di depan pandangan

dan posisi berdiri. Perhatikan lutut dan kaki jangan sampai mengarah ke

luar (lutut dan kaki depan dikunci) digunakan sebagai poros. Bola yang

baik dipukul adalah bola pada zona strike.

6. Gerakan Lanjutan Setelah Memukul (follow trought)

Gerakan kedua tangan lurus mengarah ke luar dan diakhiri dengan

rileks. Sesaat setelah perkenaan bola, pandangan mata tetap pada titik

perkenaan tersebut.
21

Dalam penelitian ini gerakan swing tersebut dilakukan dengan

menggunakan pemukul seberat 1,5 Kg. Genggaman kedua tangan

menempel rapat pada pangkal bat. Pegangan tangan sebelum mengayun

sejajar telinga. Kemudian pemukul diayunkan, saat mengayunkan

pemukul fase gerakan seperti mengenai bola (hit) dilakukan sejajar

pinggang. Setelah itu dilanjutkan dengan gerakan follow trought hingga

pemukul berada di belakang punggung namun tetap dipegang dengan

kedua tangan.

2.6 Pengaruh Pelatihan Terhadap Komponen Biomotorik Penentu Jauhnya

Pukulan

2.6.1 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan otot skeletal tubuh untuk melakukan

kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima beban sewaktu

melakukan aktivitas (Nala, 2011: 12). Terkait dengan pelatihan ini

kekuatan akan terbentuk akibat pembebanan terhadap otot melalui

penggunaan pemukul seberat 1,5 kilogram berulang kali sesuai dengan

repetisi dan set yang telah ditentukan, sedangkan pemukul yang biasa

digunakan dalam permainan Softball hanya berkisaran 800 – 1000 gram.

Dengan kekuatan yang terbentuk melalui pembebanan ini diharapkan

siswa mampu melakukan kegiatan dan mengeluarkan tenaga lebih

maksimal.

Kekuatan otot sangat mempengaruhi hasil dari pukulan. Semakin

kuat otot maka akan semakin besar tenaga yang dihasilkan maka akan
22

semakin besar pula daya hantam yang dapat diberikan kepada bola saat

melakukan pukulan (batting).

2.6.2 Kecepatan

Kecepatan adalah kemampuan untuk berpindah atau bergerak dari

tubuh atau anggota tubuh dari satu titik ke titik lainnya atau untuk

mengerjakan suatu aktivitas berulang yang sama serta berkesinambungan

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Nala, 2011: 135). Terkait dengan

pelatihan ini kecepatan akan terbentuk dengan gerakan sekuat tenaga yang

dilakukan secara berkesinambungan melalui swing yang dilakukan

berulang kali dan dituntut untuk melakukannya secara bersama-sama.

Dengan melakukan gerakan swing yang secepat mungkin disertai

pembebanan maka akan terbentuk kecepatan pada siswa saat melakukan

swing dengan pemukul yang sebenarnya.

Kecepatan memiliki pengaruh penting, terutama kecepatan gerak

dari putaran pinggang, ayunan bahu, ayunan lengan dan gerakan tangan.

Jika gerakan bagian tubuh ini lambat maka tidak akan menghasilkan

tenaga yang maksimal saat perkenaan pemukul dengan bola. Sebaliknya,

semakin cepat ayunan dapat dilakukan maka semakin besar pula daya

hantam pemukul atau bat terhadap bola.

2.6.3 Daya Ledak


23

Daya ledak adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas secara

tiba-tiba dan cepat dengan mengarahkan seluruh kekuatan dalam waktru

yang singkat (Nala, 2011: 16). Dalam kepentingan olahraga, daya ledak

yang dimaksud adalah daya ledak eksplosif, yakni unsur kekuatan dan

kecepatan (Nala, 2011: 119). Daya ledak akan terbentuk karena kecepatan

mengayun bat disertai dengan tenaga maksimal adalah dasar dari gerakan

swing. Bat yang diberi beban sedang dengan gerakan swing secepat

mungkin dan berulang ulang, maka proses inilah yang akan menghasilkan

daya ledak yang baik.

Dalam permainan yang sesungguhnya pelempar akan melemparkan

bola dari jarak 60 kaki (feet) atau setara dengan 18 meter dengan

kecepatan antara 65 – 100 mil/jam atau setara dengan 105 – 160 km/jam.

Maka menghasilkan tenaga maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya

sangatlah penting untuk menghasilkan pukulan yang kuat dan jauh.

2.6.4 Ketepatan

Ketepatan adalah kemampuan tubuh untuk mengendalikan gerakan

bebas menuju ke suatu sasaran (Nala, 2011: 19). Dalam pelatihan ini

dimana dituntut ayunan bat harus terus sejajar tinggi pinggang pada zona

strike sejumlah repetisi dan set yang telah ditentukan maka akan

membentuk ketepatan memukul bola pada zona strike tersebut dimana

titik tengah dari zona srike berada tepat setinggi pinggang pemukul.

Ketepatan perkenaan antara pemukul dengan bola sangatlah penting

mengingat permukaan dari pemukul yang berbentuk pipa tabung dan


24

permukaan bola yang berbentuk bulat sehingga titik perkenaan haruslah

tepat untuk menghasilkan arah pantulan yang tepat pula. Jika bola

mengenai bagian bawah dari pemukul maka akan mengara kebawah dan

memantul di dekat pemukul. Jika bola mengenai bagian atas pemukul

maka bola akan melambung tinggi ke atas sehingga titik jatuhnya bolapun

tidak akan jauh. Pada beberapa kasus bahkan bola memantul keluar

lapangan permainan sehingga sangat merugikan team pemukul.

2.6.5 Keseimbangan

Keseimbangan adalah kemampuan tubuh untuk melakukan reaksi

atas setiap perubahan posisi tubuh, sehingga tubuh tetap stabil dan

terkendali (Nala, 2011: 20). Dengan dengan pemukul yang harus

diayunkan dengan cepat dan melakukan gerakan berulang ulang dengan

pemukul yang lebih berat (1,5 kilogram) serta gerakan swing yang dituntut

konsisten sejajar tinggi pinggang maka akan melatih keseimbangan gerak

dari Atlet.

Keseimbangan dalam memukul mempengaruhi ayunan pukulan. Jika

ayunan pemukul tidak stabil maka dapat mengakibatkan perkenaan

pukulan yang kurang tidak tepat. Dengan kata lain keseimbangan yang

baik mempengaruhi ketepatan pukulan untuk menghasilkan pantulan bola

yang lebih jauh.

2.6.6 Koordinasi

Koordinasi adalah kemampuan tubuh untuk mengintegrasikan

berbagai gerakan yang berbeda menjadi gerakan tunggal yang harmonis


25

dan efektif (Nala, 2011: 21). Gerakan swing adalah gerakan yang

terbentuk dari kombinasi beberapa alat gerak dan otot seperti otot lengan,

otot pinggang, bahu dan tungkai. Gerakan ini harus dilakukan berulang

ulang dan berkesinambungan pengulangan dari kombinasi gerakan inilah

yang akan melatih koordinasi Atlet tersebut.

Koordinasi antara keseimbangan posisi berdiri, keseimbangan

perpindahan titik berat badan, putaran pinggul, ayunan bahu, gerakan

lengan dan tangan serta ketepatan pengamatan indra pengelihatan harus

terkoordinasi secara baik dalam waktu yang singkat disertai dengan tenaga

yang maksimal untuk menghasilkan gerakan pukulan yang sempurna.

2.7 Kerangka Konsep

Uraian kerangka konsep diatas dapat dilihat dalam bentuk sebagai berikut :

Faktor internal Faktor Ekxternal


1. Jenis Kelamin Atlet Usia 13-15 1. Drop out
2. Usia Tahun a. Bila tidak hadir 3
3. Berat Badan kali berturut-turut
4. Tinggi Badan b. Jika ada cidera.

Pelatihan Swing
1. Pelatihan swing menggunakan bat
beerbeban 1.5 kg dengan sport rhythm
2. Pelatihan swing tanpa bat berbeban

Jauhnya Pukulan
Softball
26

Gambar 2.15 : Kerangka Konsep

Keterangan :

= diteliti = Berpengaruh

= Tidak diteliti = Berhubungan.

2.8 Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep di atas dapat

dirumuskan hipotesis penelitian yaitu hipotesis alternatif yang berbunyi

sebagai berikut:

h0 tidak ada pengaruh pelatihan swing menggunakan bat berbeban 1.5

Kg dengan sport rhytm terhadap jauhnya pukulan bola softball atlet usia 13-

15 tahun club badung redsox tahun 2019.

h1 ada pengaruh pelatihan swing menggunakan bat berbeban 1.5 Kg

dengan sport rhytm terhadap jauhnya pukulan bola softball atlet usia 13-15

tahun club badung redsox tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai