Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK

BELADIRI
KARATE
KEBUTUHAN FISIK
komponen aspek kondisi fisik karate, diantaranya :
1. Kekuatan
a. Kekuatan Otot Lengan
b. Kekuatan Otot Perut
2. Kecepatan
3. Kelincahan
4. Daya Tahan
5. Kelentukan
6. Daya Ledak Otot (Power)

tes fisik masih berpedoman pada tes yang umum, yang dimaksud tes yang umum yaitu
tes yang digunakan untuk mengukur kondisi fisik cabang olahraga lain, meliputi squat
thrust, pull-up, front jump, hall squat, Lari 300 meter, lari zig-zag, Expanding Strength,
sit and reach, standing board jump, whole body reaction
ANALISIS KEBUTUHAN FISIK KARATE
1. Lari 20 meter
2. Shuttle Run (4x3 m)
3. Shuttle Run (8x5 m)
4. Tes Split
5. Standing Broad Jump
6. Push Up (1 menit)
7. Sit Up (2 menit)
8. Sit Up dengan Barbel
9. Power Endurance (10 hop)
10. Tes Balke
11. Beep Test
KONDISI FISIK DOMINAN ATLET
KARATE
 

Data penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan tes kondisi fisik untuk atlet karate.
Setelah mendapatkan data maka menganalisis data dengan menggunakan rumus
perhitungan rata-rata dan persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata
tingkat kondisi fisik dominan atlet karate-do dojo lanal inkai kota Sabang
17.73.Simpulan yang didapat dari penelitian yang dilakukan pada 15 atlet 40%
diantaranya memiliki tingkat kondisi fisik yang baik, hal ini berarti bahwa sebagian besar
atlet dojo lanal inkai kota Sabang masih memiliki tingkat kondisi fisik yang kurang baik.
REFERENSI
https://www.pinhome.id/blog/karate/
https://jim.unsyiah.ac.id/penjaskesrek/article/view/1848
EVALUASI KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLET KARATE-DO DOJO LANAL INKAI
KOTA SABANG TAHUN 2015
KELOMPOK
BELADIRI
JUDO
ANALISIS KEBUTUHAN FISIK CABANG
OLAHRAGA JUDO
Physical skill sangat dibutuhkan dalam beladiri judo digunakan untuk mengganggu
stabilitas lawannya. Pada dasarnya dalam berlatih yang menjadi tujuan utama ialah
untuk meningkatkan kondisi fisik, dalam hal ini kemampuan atlet untuk latihan dalam
jangka waktu yang relatif lama maka diperlukan latihan daya tahan. Kemudian,
disamping kita harus memahami akan tujuan dari latihan itu sendiri kita ketahui dengan
komponen-komponen kondisi fisik apa saja yang dominan dalam cabang olahraga yang
ditekuni. Hal tersebut akan memberikan hasil yang maksimal dalam pertandingan yang
dilakukan. Dalam beladiri judo terdapat banyak gerakan lemparan yang di kelompokkan
menjadi empat kelas meliputi : Te waza, Koshi waza, Ashi waza, Sutemi waza yaitu
teknik tangan, teknik pinggul, teknik kaki dan teknik yang menggunakan keseimbangan
tubuhnya sendiri untuk membanting. Pertimbangan lain yang serupa dapat diterapkan
pada kelompok kuzushi, tsukuri dan kake (menghilangkan keseimbangan, masuk dan
pemasangan tubuh yang tepat ke posisi yang diambil sebelum melempar).

KOMPONEN-KOMPONEN LATIHAN
Jika seorang pelatih merencanakan suatu program latihan, harus memperhatikan
komponen-komponen sebagai berikut:

1. Volume

Menurut (Bompa, 1994) volume latihan merupakan komponen penting dalam latihan
yang menjadi syarat yang diperlukan untuk mencapai kemampuan teknik, taktik dan
khususnya kemampuan fisik. Volume latihan dapat diwujudkan berupa kesatuan dari
bagian-bagian waktu atau lamanya latihan, jarak tempuh  atau berat beban per unit
waktu, jumlah ulangan (repetisi) suatu  latihan atau melaksanakan bagian teknik dalam
tempo tertentu.

2. Intensitas

Intensitas latihan merupakan  komponen yang  penting yang menunjuk pada kualitas
pelaksanaan kerja dalam periode waktu tertentu. Intensitas  latihan dapat diindikatori
oleh kecepatan (waktu), besarnya atau jumlah beban latihan, tempo atau waktu
permainan dan dapat juga berupa frekuensi gerakan (Bompa, 1994).

3. Densitas

(Bompa, 1994) mengemukakan densitas latihan dapat diartikan sebagai seringnya


mengulang-ulang gerakan latihan yang dilakukan pada setiap seri latihan atau bagian
latihan sesuai dengan masa recovery yang diberikan.

4. Frekuensi

Menurut (Suharno, 1993) frekuensi adalah jumlah berapa kali latihan dalam satu
minggu. (Fox, Bowers dan Foss, 1993) menjelaskan frekuensi latihan harus tiga hingga
lima hari per minggu. Saran ini berdasarkan pada penemuan  bahwa peserta  latihan 
menjadi  baik kesegaran  jasmaninya  jika mereka latihan satu  hari per minggu tetapi
akan menjadi lebih baik jika mereka latihan  tiga hingga lima  hari per minggu.  Latihan 
harus cukup keras sehingga   target heart rate (THR) mencapai antara 60% hingga
90% dari maximum  heart rate reserve  (HRR) atau  metabolisme mencapai 50%
hingga 80% dari konsumsi oksigen maksimum.

5. Irama

Tinggi atau rendahnya tempo dalam melakukan program latihan atau bisa diartikan
ringan atau beratnya latihan dalam satu macam latihan, latihan tahunan, bulanan,
ataupun mingguan (Suharno, 1993).

6. Durasi

(Suharno, 1993) menjelaskan durasi ialah seberapa lama waktu yang dipergunakan
dalam melakukan latihan, waktu latihan dikurangi dengan waktu yang digunakan untuk
istirahat.

7. Recovery

Recovery bisa disebut waktu yang digunakan untuk memulihkan tenaga setelah
melakukan latihan atau waktu beristirahat dari jenis latihan yang satu dengan latihan
yang lain (Suharno, 1993).

8. Interval
Latihan interval adalah bentuk latihan yang diulang-ulang dan setiap sudah melakukan
satu kali bentuk latihan akan diselingi dengan instirahat. Interval adalah waktu
beristirahat yang diberikan antar seri, sirkuit, atau antar sesi dalam satu macam latihan.

9. Set

Set adalah jumlah ulangan untuk satu macam latihan. Set bisa disebut rangkaian
interval kerja dan istirahat. Contohnya, ketika atlet selesai melakukan sit up 5 kali (5
repetisi) lalu istirahat, berarti sudah 1 set. Satu menit kemudian, lanjut 5 kali (5 repetisi)
sit up lagi, berarti sudah 2 set. Dapat disimpulkan set adalah rangkaian dari repetisi.

10. Repetisi

Repetisi adalah banyaknya jumlah dalam satu set. Jumal ulangan yang dilakukan untuk
tiap butir latihan (beberapa jenis).

11. Seri atau sikuit

Penyelesaian dari rangkaian latihan yang berbeda. Maksudnya adalah dalam satu kali
sirkuit terdiri dari lebih dari satu macam latihan yang seluruhnya harus terselesaikan
dalam satu rangkaian tersebut.

12. Sesi

Sesi yaitu suatu program latihan yang harus terselesaikan dalam sekali tatap muka.

LATIHAN PEMBENTUKAN FISIK UMUM


Berikut dijelaskan unsur-unsur yang membentuk kesegaran jasmani sebagai berikut:
1. Kekuatan, suatu kemampuan memanfaatkan kegunaan otot pada saat terjadi
kontraksi pengangkatan beban disaaat aktivitas.
2. Daya tahan otot, kemampuan mempertahankan daya kontraksi otot secara
berkelanjutan dalam waktu yang relatif cukup lama ditambah dengan beban tertentu.
3. Daya tahan kardiovaskular, mampu dalam menguasai atau mengontrol dalam
pengunaan secara efisien detak jantung dan gerak kapasitas paru-paru.
4. Kecepatan, kemampuan mengerjakan gerakan keseimbangan dalam bentuk yang
sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
5. Kelincahan, kemampuan untuk mengubah posisi di area tertentu.
6. Power, mampu untuk mengakomodasikan kekuatan secara masimal dalam waktu
yang singkat.
7. Kelentukan, adalah keefektivitasan untuk penyelasaian diri dalam berbagai aktivitas
dengan pengukuran tubuh yang meluas.
8. Keseimbangan, keahlian untuk menjaga agar mampu mempertahankan posisi dari
berbagai gerakan.
9. Ketepatan, adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerakan bebas
terhadap sasaran.
10. Koordinasi, keahlian dalam melakukan gerakan yang bermacam-macam akan tetapi
masih dalam satu gerakan secara efektif.

REFERENSI
http://Budiwanto, S., 2004.Pengetahuan Dasar Melatih Olahraga, Malang: Jurusan Ilmu
Keolahragaan, FIP.

http://Frederic Delavier. 2012. Mixed Martial Arts Anatomy. United States:Human Kinetics.

http://Golding, L.A., dan Bos, R.R., 1967. Scientific Foundation of Physical Fitness
Programs, Minneapolis: Burgess Publishing Company.

http://Haqqo, N. (2019). Model Latihan Jatuhan pada Atlet Judo. Jurnal Ilmu Keolahragaan,
10(01), 20–27. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/gjik Permalink.
KELOMPOK
BELADIRI
PENCAK SILAT
Analisis kebutuhan fisik
            Teknik bantingan dibagai menjadi beberapa bagian proses, yaitu proses tangkapan, angkatan
dan proses menjatuhkan/membanting. Pada saat melakukan tangkapan pesilat membutuhkan koordinasi
agar dapat menangkap kaki lawan dengan baik, lalu pada proses angkatan dibutuhkan kekuatan untuk
menggeser atau mengangkat tubuh lawan, dan pada proses menjatuhkan/membanting dibutuhkan
kelentukan tubuh yang baik agar hasil dari teknik bantingan sempurna dan mendapatkan poin.
            Berikut merupakan analisis kondisi fisik dalam pencak silat :
1. Daya Tahan
            Daya tahan dapat diartikan dengan kemampuan mengatasi kelelahan. Kelelahan yang dimaksud
adalah kelelahan dalam aktivitas olahraga. Daya tahan  juga dapat diartikan  kemampuan organisme
(koordinasi dalam tubuh) tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan latihan
ataupun aktivitas fisik yang berlangsung cukup lama.
            Dalam olahraga pencak silat prestasi, daya tahan cardiorespiratory sangat mendominasi, hal ini
disebabkan dalam sebuah pertandingan seorang atlet pecak silat harus bertanding selama dua menit
waktu bersih, jadi selama itu atlet terus bergerak dan melakukan berbagai macam teknik untuk
mendapatkan poin.
2. Kekuatan
Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam
mempergunakan otot-otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Kekuatan
adalah kemampuan untuk membangkitkan ketegangan otot terhadap suatu keadaan (Garuda Mas,
2000 : 90). Kekuatan memegang peranan yang penting, karena kekuatan adalah daya penggerak
setiap aktivitas dan merupakan persyaratan untuk meningkatkan prestasi. Dalam pencak silat,
kekuatan merupakan salah satu faktor yang menentukan kemampuan bertanding atlet . Karena
dengan kekuatan seorang atlet akan dapat melakukan teknik-teknik dengan baik sehingga dapat
mengumpulkan poin dengan mudah.
3. Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan
dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.Sajoto, 1995:8). Oleh
karena itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang
singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima rangsang. Kecepatan disini dapat
didefinisikan sebagai laju gerak berlaku untuk tubuh secara keseluruhan atau bagian tubuh.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan, antara lain adalah : kelentukan, tipe tubuh, usia, jenis
kelamin (Dangsina Moeloek, 1984 : 7-8).

4. Daya Ledak
Daya otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum
yang dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M. Sajoto, 1995:8). Daya otot
dipengaruhi oleh kekuatan otot, kecepatan kontraksi otot sehingga semua faktor yang
mempengaruhi kedua hal-hal tersebut akan mempengaruhi daya otot. Jadi daya otot adalah
kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk melakukan kerja fisik secara tiba-
tiba. Dalam pertandingan silat diperlukan gerakan yang dilakukan secara tiba-tiba misalnya
gerakan yang dilakukan pada saat lawan lengah dan pertahannya terbuka.
5. Kelincahan
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area tertentu, seseorang
yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang
baik, berarti kelincahannya cukup baik (M. Sajoto, 1995:9). Sedangkan menurut Dangsina
Moeloek (1984 : 8) menggunakan istilah ketangkasan. Ketangkasan adalah kemampuan merubah
secara tepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan. Kelincahan
seseorang dipengaruhi oleh usia, tipe tubuh, jenis kelamin, berat badan, kelentukan (Dangsina
Moeloek, 1984 : 9). Kelincahan dibutuhkan dalam pencak silat saat atlet gagal melakukan
serangan namun tidak kehilangan keseimbangan dan mengubah arah serangannya yang gagal.
Kelincahan juga berfungsi untuk menghindari serangan lawan.
6. Kelentukan
Daya lentur adalah efektivitas seseorang dalam menyesuaikan diri untuk segala aktivitas
dengan pengukuran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat
fleksibilitas persendian pada seluruh permukaan tubuh (M. Sajoto, 1995:9). Kelentukan
menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian. Jadi
meliputi hubungan antara tubuh persendian umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan
gerak tertentu sebagai akibat struktur anatominya. Gerak yang paling penting dalam kehidupan
sehari-hari adalah fleksi batang tubuh tetapi kelentukan yang baik pada tempat tersebut belum
tentu di tempat lain pula demikian (Dangsina Moeloek, 1984 : 9). Dengan demikian kelentukan
berarti bahwa tubuh dapat melakukan gerakan secara bebas. Tubuh yang baik harus memiliki
kelentukan yang baik pula. Hal ini dapat dicapai dengan latihan jasmani terutama untuk
penguluran dan kelentukan. Faktor yang mempengaruhi kelentukan adalah usia dan aktifitas fisik
pada usia lanjut kelentukan berkurang akibat menurunnya aktifitas otot sebagai akibat berkurang
latihan (aktifitas fisik). Pencak silat sangat membutuhkan kelentukan dengan maksud agar pesilat
dapat melakkan serangan yang mengandalkan kelantukan seperti serkel bawah, sapuan dll.
7. Keseimbangan
Keseimbangan adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf
otot (M. Sajoto, 1995:9). Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang
pada saat melakukan gerakan tergantung pada kemampuan integrasi antara kerja indera
penglihatan, kanalis semisis kuralis pada telinga dan reseptor pada otot. Diperlukan tidak hanya
pada olah raga tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari (Dangsina Moeloek, 1984 : 10).
Keseimbangan ini penting dalam kehidupan maupun olah raga untuk itu penting dimana tanpa
keseimbangan orang tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Seorang pesilat harus
memiliki keseimbangan yang baik, karena dengan keseimbangan yang baik pesilat dapat
menjaga keseimbangannya saat melakukan serangan, khususnya saat menggunakan serangan
yang mengandalkan keseimbangan yang besar seperti tendangan.
Evaluasi Kondisi
  Fisik
Pencak Silat
Ø  Teknik pukulan
Dalam teknik pukulan, diperlukan power dan ketepatan serta koordinasi yang baik.
Tes power lengan  untuk pukulan sebagai berikut :
Tujuan                         : Untuk Mengetahui kemampuan daya ledak otot
lengan  calon                                              atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat        :  1. Bola Medicine 1 Kg/Bola basket.
                                       2. Meteran.
Petugas                        : 1. Pengukur Jarak.
                                       2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan                  : Calon atlet duduk sejajar tembok dengan sikap kaki rileks dan
punggung menempel pada dinding. Bola medicine dipegang dengan dua tangan berada di depan
dada atlet, Kemudian melontarkan bola sejauh-jauhnya.
Penilaian                       : Skor diperoleh dengan catatan jarak yang terjauh saat bola jatuh
pertama kali dengan sauan cm, setiap calon diberi kesempatan 3 kali dan diambil jarak yang
terbaik.

Ø  Teknik tendangan dan jatuhan


Sama seperti teknik pukulan, tendangan juga memerlukan power dan ketepatan dalam
pelaksanaanya
Berikut merupakan tes power otot tungkai bawah :
Tes Kemampuan Power Tungkai (Loncat jauh tanpa awalan)
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan dayaledak otot tungkai
  calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat         : 1. Lintasan/matras.
                                       2. Meteran.
Petugas                       : 1. Pengukur Jarak.
                                      2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan               : Calon atlet berdiri dengan kedua kaki dibelakang garis, kemudian
melakukan lompatan sejauh-jauhnya tanpa awalan.
Penilaian : Skor diperoleh dengan catatan jarak yang terjauh saat kedua kaki mendarat yang
terakhir, dengan satuan cm, setiap calon diberi kesempatan 3 kali.

Ø  Teknik bantingan
Teknik bantingan memerlukan koordinasi antara kekuatan otot lengan, otot perut dan otot
tungkai bawah, berikut merupakan tes untuk mengukur kekuatan bantingan :
Tes Kemampuan Kekuatan otot perut (Sit Up)
Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kekuatan otot perut calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat         : 1. matras.
Petugas                        : 1. Pengawas.
                                       2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan               : Calon atlet pada sikap telentang dan membengkokkan lutut dengan
menjepit penggaris. Calon harus menenpelkan kedua tangannya dibelakang telinganya dan
melakukan sit-up dengan cara menyentuh siku ke lutut. Gerakan dilakukan selama 30 detik
sebanyak-banyaknya.
Penilaian                     : Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yng dilakukan oleh calon dan
apabila siku tidak menyentuh lutut maka tidak dihitung pengulangannya. setiap calon diberi
kesempatan 2 kali.

Ø  Tes Kemampuan Kekuatan otot lengan (Push Up)


Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kekuatan otot lengan calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat       : 1. matras.
Petugas                       : 1. Pengawas.
                                      2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan               : Calon atlet pada sikap telengkup dan menempatkan telapak tangan di
lantai di bawah dada. Kemudian pada aba-aba ‘ya’ calon melakukan push up dengan meluruskan
lengan hingga lengan lurus dan seluruh tubuh tetap lurus. Gerakan dilakukan selama 30 detik
sebanyak-banyaknya.
Penilaian                     : Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yng dilakukan oleh calon dan
apabila siku tidak lurus lagi maka tidak dihitung pengulangannya. setiap calon diberi kesempatan
2 kali.

Ø  Tes Kemampuan Otot lengan (pull up)


Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan kekuatan otot lengan calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat         : 1. Palang tunggal
Petugas                       : 1. Pengawas.
                                      2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan               : Calon atlet pada sikap memegang palang tunggal dengan kedua tangan,
posisi kaki lurus. Kemudian pada aba-aba ‘ya’ calon melakukan pull up dengan menarik lengan
keatas hingga dagu berada diatas palang, kaki tetap lurus dan setelah itu badan di turunkan,
tubuh tetap lurus. Gerakan dilakukan selama 30 detik sebanyak-banyaknya.
Penilaian                     : Skor diperoleh dengan banyaknya ulangan yng dilakukan oleh calon dan
apabila siku tidak lurus lagi maka tidak dihitung pengulangannya.

Ø  Tes Kemampuan Power Tungkai (Tiga kali lompat)


Tujuan : Untuk Mengetahui kemampuan dayaledak otot tungkai calon atlet Pencak silat.
Fasilitas dan Alat         : 1. Lintasan/matras.
                                       2. Meteran.
Petugas                       : 1. Pengukur Jarak.
                                      2. Pencatat Skor.
Pelaksanaan               : Calon atlet berdiri dengan kedua kaki dibelakang garis, kemudian
melakukan lompatan sebanyak 3 kali pada satu kaki saja, pada saat hitungan ke tiga mendarat
dengan dua kaki. Dilanjutkan dengan kaki sebelahnya.

Tes Kemampuan kekuatan otot tungkai loncat tegak.Alat :


·         Papan berskala
·         Penghapus papan tulis
·         Serbuk kapur/magnesium sulfat
·         Alat tulis
Persiapan pelaksanaan  :
Ø  Papan berskala pada dinding setinggi raihan siswa/atlit yang diukur
Ø  Sebelum melakukan loncatan , tangan ditaburi serbuk kapur
Ø  Peserta berdiri di bawah papan skala dengan posisi menyamping
Ø  Tangan yang akan difungsikan menempuh papan skala diangkat ke atas tinggi   
      dan ditempelkan pada papan skala hingga membekas dan dapat terbaca pada
      papan skala tanda ini adalah titik A

Gerakan :
a.       Lakukan gerakan merendahkan tubuh dengan menekuk kedua lutut.
b.      Lakukan loncatan ke atas setinggi-tingginya dan pada saat puncak lompata tepuk atau tempelkan
tangan pada papan skala, tanda yang membekas pada papan skala adalah titik. Selisih antara titik
B dan titik A adalah prestasi lompatan.
 Untuk melihat hasil kekuatan daya ledak otot tungkai cocokan dengan tabel di bawah ini: 

Tabel Norma loncat tegak untuk laki-laki dan perempuan:


Hasil Tes Nilai
>89 10
85-88 9
81-85 8
76-80 7
71-75 6
66-70 5
60-65 4
50-59 3
40-49 2
<40 1
REFERENSI
http://kepelatihankondisifisik.blogspot.com/2016/04/analisis-kebutuhan-fisik-pencak-
silat.html

Anda mungkin juga menyukai