Anda di halaman 1dari 51

PERILAKU dan PROMOSI KESEHATAN:

Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior


Vol. 02, No. 1, Juni 2020 | e-ISSN: 2615‐6911
http://journal.fkm.ui.ac.id/ppk
Vol. 02, No. 1, Juni 2020 | e-ISSN: 2615‐6911 | http://journal.fkm.ui.ac.id/ppk

P P K
PERILAKU & PROMOSI KESEHATAN
Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
Vol. 02, No. 1, Juni 2020 | e-ISSN: 2615‐6911 | http://journal.fkm.ui.ac.id/ppk
PERILAKU dan PROMOSI KESEHATAN:
Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
Vol. 02, No. 1, Juni 2020 | e-ISSN: 2615‐6911
http://journal.fkm.ui.ac.id/ppk

Editorial: Promosi Kesehatan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)

Artikel Penulisan:

Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet terhadap Pengetahuan


Premenopause, Efikasi Diri dan Stres pada Wanita Premenopause di Kota Bandung
(hal. 1-8)

Literasi Kesehatan Mental Orang Dewasa dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan


Mental (hal. 9-17)

Hubungan Smoking Media Literacy dengan Status Merokok Siswa Menengah Atas (hal.
18-28)

Perilaku Physical Distancing Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Masa
Pandemi COVID-19 (hal. 29-37)

Hubungan Pembelajaran Jarak Jauh dan Gangguan Somatoform dengan Tingkat Stres
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (hal. 38-45)

Diterbitkan oleh:
Perkumpulan Pendidik dan Promotor Kesehatan Masyarakat Indonesia (PPPKMI)
bekerjasama dengan
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
PERILAKU dan PROMOSI KESEHATAN:
Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
Vol. 02, No. 1, Juni 2020 | e-ISSN: 2615‐6911
http://journal.fkm.ui.ac.id/ppk

Ketua Editor
Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH

Manager Editor
Hoirun Nisa, SKM, MKes, PhD

Dewan Editor
Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH (Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia)
Dien Anshari, S.Sos., M.Si., Ph.D., (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)
dr. Zulazmi Mamdy, MPH (Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat Indonesia)
Kartika Anggun Dimarsetio, SKM, MKM, (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia)
dr. Iwan Ariawan, MSPH (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia)
Dr. Sarah Handayani, SKM., M.Kes., (Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka)

Sekretaris Editor
Aisyah Putri Mayangsari, SKM, MPH.Adv

Web Programmer
Eddy Afriansyah, S.Komp, M.Komp
Nico Kurnia Pratama, ST

Sekretariat:
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
Gedung D Lantai 1, Kampus Baru UI Depok, 16424
Telepon: 021 7863475, 021 7863502
E‐mail: jurnal.ppki@ui.ac.id
Pedoman Penulisan Jurnal Perilaku dan Promosi Kesehatan:
Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior
1. Perilaku dan Promosi Kesehatan menerbitkan artikel di bidang perilaku kesehatan dan promosi
kesehatan masyarakat.
2. Artikel yang dikirimkan harus merupakan artikel penelitian yang tidak dipublikasikan
sebelumnya atau saat ini sedang dipertimbangkan untuk diterbitkan di tempat lain dan bebas
plagiarisme. Setiap artikel yang diajukan akan diperiksa oleh Turnitin, sebuah aplikasi untuk
mendeteksi plagiarisme.
3. Manuskrip harus diketik menggunakan perangkat lunak pengolah kata (Microsoft Word).
4. Huruf yang digunakan di seluruh kertas adalah Times New Roman.
5. Ukuran kertas adalah A4 (yaitu 210 x 297 mm).
6. Dibuat dalam format satu kolom dengan semua margin 2 cm dan spasi ganda dan maksimum
7. Naskah harus diserahkan melalui situs web http://journal.fkm.ui.ac.id/kesmas/ppk.
8. Sertakan Covering Letter and surat pernyataan dalam file dokumen terpisah yang berisi
ringkasan temuan ilmiah Anda dan unggah pada file tambahan dalam Format PDF.

9. Komponen Artikel:
 Judul ditulis baik dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia maksimal 20 kata.
 Identitas penulis ditulis dengan judul, yang mencakup nama, alamat korespondensi, afiliasi,
nomor telepon dan e-mail (hanya untuk penulis korespondensi)
 Abstrak ditulis dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia maksimal 200 kata. Abstrak
harus satu paragraf meliputi latar belakang, tujuan, metode, hasil dan diskusi serta maksimal
5 (lima) kata kunci yang dipisahkan dengan koma.
 Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan masalah, tinjauan literatur yang singkat dan
relevan serta tujuan studi.
 Metode meliputi desain, populasi, sampel, sumber data, teknik / instrumen pengumpulan
data dan prosedur analisis data.
 Hasil adalah temuan penelitian yang bersifat jelas dan ringkas.
 Pembahasan harus benar dan argumentatif menentukan hasil studi dengan teori yang relevan
dan temuan sebelumnya.
 Tabel harus diberi spasi tunggal dan diberi nomor secara berurutan sesuai dengan penyajian
dalam teks. Tabel dan / atau gambar harus tidak lebih dari 6 (enam) seperti yang disajikan
dalam Hasil.
 Kesimpulan dan saran harus menjawab masalah studi dan tidak melampaui temuan
penelitian.
 Saran harus mengacu pada tujuan dan kesimpulan dalam bentuk narasi, logis dan efektif.

10. Referensi harus disiapkan menggunakan gaya Vancouver.


 Nomor referensi harus diberi nomor secara berurutan sesuai dengan keseluruhan teks dan
referensi jurnal saat ini lebih diutamakan.
 Tuliskan nama belakang penulis dan inisial nama depan maksimal 6 (enam) penulis, sisanya
harus diikuti oleh "et al".
 Huruf kecil pertama harus dikapitalisasi dan sisanya harus ditulis dalam huruf kecil, kecuali
nama orang, tempat dan waktu. Nama Latin harus ditulis dengan huruf miring. Judul tidak
boleh digarisbawahi dan ditulis dengan huruf tebal.
Contoh referensi:
1. Jurnal Artikel Penulis Individu: ed. St.Louis: Mosby; 2002.
Zainuddin AA. Kebijakan pengelolaan - Bab dalam Buku:
kualitas udara terkait transportasi di Provinsi Meltzer PS, Kallioniemi A, Trent JM.
DKI Jakarta. Kesmas: National Public Health Chromosome alterations in human solid
Journal. 2010; 4 (6): 281-8. tumors. In:Vogelstein B, Kinzler KW, editors.
2. Artikel Jurnal Penulis Organisasi: The genetic basis of human cancer. New
York: McGraw Hill; 2002. p. 93-113.
Diabetes Prevention Program Research
8. Peraturan/perundangan-undangan:
Group. Hypertension, insulin, and proinsulin
Regulated Health Professions Act, 1991, Stat.
in participants with impaired glucose
Of Ontario, 1991 Ch.18, as amended by 1993,
tolerance. Hypertension. 2002; 40 (5): 679-
Ch.37: office consolidation. Toronto: Queen's
86.
Printer for Ontario; 1994.
3. Artikel Jurnal di Internet:
9. CD·ROM: Anderson SC, Poulsen KB.
Abood S. Quality improvement initiative in
Anderson's electronic atlas of hematology
nursing homes: the ANA acts in an advisory
[CD-ROM]. Philadelphia: Lippincott
role. The American Journal of Nursing [serial
Williams & Wilkins; 2002.
on the Internet ]. 2002 Jun [cited 2002 Aug
10. Buku Tulisan yang Diterbitkan
12]; 102 (6):[about 3 p.]. Available from:
Organisasi:
http://www.nursingworld.org/AJN/2002/june/
Royal Adelaide Hospital; University of
Wawatch.htm.
Adelaide, Department of Clinical Nursing.
4. Buku Tulisan Individu:
Compendium of nursing research and practice
Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS,
development, 1999-2000. Adelaide
Pfaller MA. Medical microbiology. 4th
ed. St.Louis: Mosby; 2002 (Australia): Adelaide University; 2001.
5. Buku Tulisan yang Diterbitkan 11. Ensiklopedia di Internet:
Organisasi: A.D.A.M. medical encyclopedia [Internet].
Royal Adelaide Hospital; University of Atlanta: A.D.A.M., Inc.; c2005 [cited 2007
Adelaide, Department of Clinical Nursing. Mar 26]. Available from: http://www.
Compendium of nursing research and practice nlm.nih.gov /medlineplus/ encyclopedia.html.
development, 1999-2000. Adelaide 12. Buku di Internet:
(Australia):Adelaide University; 2001. Foley KM, Gelband H, editors. Improving
6. Artikel Jurnal di Internet: palliative care for cancer [monograph on the
Abood S. Quality improvement initiative in Internet]. Washington: National Academy
nursing homes: the ANA acts in an advisory Press; 2001 [cited 2002 Iul 9]. Availablefrom:
role. The American Journal of Nursing [serial http://www.nap.edu/books/0309074029/html.
on the Internet ]. 2002 Jun [cited 2002 Aug Lippincott Williams & Wilkins; 2002.
12]; 102 (6):[about 3 p.]. Available from: 13. Website:
http://www.nursingworld.org/AJN/2002/june/ Canadian Cancer Society [homepage on the
Wawatch.htm. Internet]. Toronto: The Society; 2006
7. Buku [updated 2006 May 12; cited 2006 Oct 17].
- Tulisan Individu: Available from: http://www.cancer.ca/.
Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS,
Pfaller MA. Medical microbiology. 4th
Editorial: Promosi Kesehatan di Era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)
oleh Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH – Ketua Editor

Pandemi virus corona menjadi masalah kesehatan masyarakat utama saat ini. Sekitar 10,2 juta
kasus di dunia per 29 Juni 2020 yang tersebar di 215 negara. Kondisi dan jumlah kasus COVID-19
di berbagai negara terus mengalami kenaikan setiap harinya. Di Indonesia sendiri, hingga 29 Juni
2020 terdapat 54.010 kasus COVID-19. Jumlah kasus di Indonesia tertinggi di negara-negara
ASEAN.

Perkembangan kasus COVID-19 sangat mempengaruhi berbagai sektor kehidupan khususnya


sektor ekonomi. Pada sektor pendidikan, metode pembelajaran yang semula pembelajaran tatap muka
kini menggunakan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Untuk menumbuhkan produktifitas, Indonesia
menerapkan kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Ada lima arahan Presiden Republik
Indonesia terkait AKB. Arahan yang pertama adalah menerapkan protokol kesehatan yang ketat
seperti menggunakan masker, jaga jarak dan cuci tangan. Arahan ini sangat penting mengingat belum
ada obat atau vaksin untuk COVID-19 sampai saat ini. Dengan demikian, penerapan arahan ini
bertujuan agar masyarakat aman dari penularan virus corona.

Upaya promosi kesehatan menjadi sangat strategis agar masyarakat disiplin dalam
menerapkan protokol kesehatan. Sasaran promosi kesehatan perlu mencakup tidak hanya individu,
kelompok dan masyarakat juga para pengambil kebijakan mulai dari tingkat pusat hingga rukun
tetangga. Literasi kesehatan yang baik terkait COVID-19 menjadi sangat penting. Penerapan
kebijakan protokol kesehatan yang ketat akan memaksa masyarakat untuk patuh.

Jurnal Perilaku dan Promosi Kesehatan (PPK) edisi kali ini menyajikan beberapa artikel
penelitian terkait dengan COVID-19, khususnya diterminan perilaku menjaga jarak (physical
distancing) dan dampak PJJ terhadap tingkat stres mahasiswa. Selain itu, beberapa artikel penelitian
menunjukkan pentingnya literasi kesehatan untuk tumbuhnya perilaku sehat, yang perlu ditingkatkan
promosinya untuk menjaga kesehatan di masa pandemi COVID-19.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan mitra bestari yang telah
berkontribusi besar bagi penerbitan edisi kali ini. Selain itu, kami menyampaikan penghargaan
kepada Direktur Administrasi, Data dan Pengelolaan Produk Riset dan Inovasi Universitas Indonesia
yang telah memberikan Grant Pengelolaan Jurnal 2020 Skema Menuju Akreditasi. Dengan hibah ini,
para penulis tidak dikenakan biaya pengelolaan naskah untuk publikasi di Jurnal PPK di tahun 2020.
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet terhadap


Pengetahuan Premenopause, Efikasi Diri dan Stres pada Wanita
Premenopause di Kota Bandung
The Effectiveness of Audio-visual and Booklet Educational Media on Premeno-
pausal Knowledge, Self-Efficacy and Stress in Premenopausal Women in Bandung
City
Ridwan Setiawan1, Iryanti1*, Muryati2
1
Jurusan Promosi Kesehatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Bandung 40171.
2
Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Bandung
40171.

*Korespondensi penulis: iryanti511@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang. Jumlah wanita menopause di Indonesia saat ini sebanyak 7,4% dari total populasi, dan
tahun 2020 jumlahnya diperkirakan mencapai 11,54%. Menopause diawali dengan premenopause, dimana
pada masa ini terjadi penurunan hormon estrogen yang memunculkan sindrom premenopause yang dapat
mengakibatkan stres pada wanita.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas media edukasi audio-visual dan booklet
terhadap pengetahuan premenopause, efikasi diri dan tingkat stres pada wanita premenopause di Kota
Bandung.
Metode. Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan pre-post test with control group design. Jumlah
partisipan sebanyak 76 orang, terdiri dari 38 orang kelompok intervensi dan 38 orang kontrol.
Hasil. Penelitian ini menemukan bahwa pada kelompok intervensi rerata pengetahuan 6,09 poin lebih tinggi,
rerata efikasi diri 3,05 poin lebih tinggi, dan rerata stres terjadi penurunan 1,23 poin dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Penggunaan audio-visual dan booklet sebagai media edukasi berhubungan dengan
meningkatnya pengetahuan mengenai premenopause dan efikasi diri, serta efektif menurunkan stres wanita
premenopause di Kota Bandung (p<0,05).
Kesimpulan. Pemberian edukasi menggunakan media audio-visual dan booklet efektif dapat meningkatkan
pengetahuan wanita premenopause tentang premenopause.

Kata Kunci: audio-visual, booklet, efikasi diri, premenopause.

ABSTRACT
Background. The number of menopausal women in Indonesia is currently 7.4% of the total population, and
its number is estimated up to 11.54 % in 2020. The menopausal period is preceded by premenopausal phase
in which the estrogen hormone is decreased, causing premenopausal syndromes that may lead to stres in
women.
Objective. This study was to assses the effectiveness of audio-visuals and booklets as educational medium on
the knowledge about premenopause, self-efficacy and stres level of premenopausal women in Bandung.
Method. Design of the study was quasi experiment using pre-post test with control group design. There were
76 participants, consisting of 38 participants in intervention group and 38 participants in control group.
Results. This study found that the scores of knowledge was higher 6.09 points, self-efficacy was higher 3.05
point, and stres level was decrased by 1.23 point in the intervention group than in the control group. The use
of audio-visual and booklet as educational medium was associated with increasing knowledge and self-
efficacy as well as effective in reducing stres level in premenopausal women in Bandung City.
Conclusion. Providing education through audiovisuals and booklets was effective in increasing knowledge
of premenopausal women concerning premenopause.

Keywords: audio-visual, booklet, self-efficacy, premenopause.

1
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

LATAR BELAKANG tekanan. Bandura menjelaskan bahwa efikasi


diri akan meningkatkan kekebalan terhadap
Indonesia saat ini memiliki 7,4% wanita
cemas, stres, depresi, dan dapat mengaktifkan
menopause dari total populasi dan tahun 2020
perubahan-perubahan biokimia yang dapat
diperkirakan mencapai 11,54% dengan usia
mempengaruhi berbagai ancaman.8
rata-rata menopause 49 tahun.1 Peningkatan
Pittsburg menyebutkan sebanyak 80,9%
populasi wanita menopause pada umumnya
wanita premenopause di dunia, tidak memiliki
disertai berbagai tingkat dan jenis masalah
pengetahuan premenopause.8 Pengetahuan ini
yang kompleks sehingga berdampak pada
merupakan domain yang sangat penting untuk
peningkatan masalah kesehatan yang dialami
membentuk perilaku seseorang. Wanita yang
wanita menopause tersebut. Masa menopause
memiliki pengetahuan terkait premenopause
merupakan keadaan di mana seorang wanita
akan dapat memahami dan percaya diri dalam
tidak lagi mengalami menstruasi.2 Pada masa
menangani masalah yang timbul saat terjadi
ini dapat diawali dengan masa premenopause,
dimana pada masa ini terjadi penurunan hor- perubahan. Sebaliknya apabila wanita tidak
mon estrogen yang menyebabkan masalah memiliki pengetahuan tentang premenopause,
sindrom premenopause. Premenopause adalah bisa berdampak pada kurangnya kesiapan dan
suatu kondisi fisiologis pada wanita saat me- kepercayaan diri menghadapi premenopause.
masuki masa penuaan yang dapat ditandai Hal yang akhirnya bisa menyebabkan stres.9
turunnya kadar hormon estrogen ovarium pa- Program kesehatan yang terkait dengan pre-
da wanita yang berperan dalam reproduksi menopause belum mendapat perhatian serius,
seksualitas dan dapat mengganggu aktifitas misalnya, belum diberikan edukasi kesehatan
wanita. Masa premenopause biasanya terjadi tentang persiapan wanita dalam menghadapi
di usia 40-an.3 premenopause yang dilaksanakan oleh pihak
Hasil Study of Women’s Health Across Puskesmas. Pelayanan kesehatan reproduksi
the Nation di Amerika Serikat menunjukkan wanita di Puskesmas, hingga saat ini terbatas
bahwa masa menopause berhubungan dengan pada pemeriksaan kehamilan ibu, pertolongan
tekanan psikologi, dimana sebanyak 28,9% persalinan dan pelayanan keluarga berencana.
mengalami stres diawal premenopause, 20,9% Sementara, banyak wanita belum mengetahui
pada tahap premenopause, dan sebanyak 22% tentang premenopause dan gejala-gejala yang
mengalami tahap post menopause.4 Penelitian menyertai, serta tidak mengetahui penyebab
Anaqotul dan Suprihatiningsih di tahun 2018 keluhan-keluhan yang mereka alami.10
menemukan hubungan yang signifikan antara Salah satu cara untuk menyiapkan wanita
sindrom premenopouse dengan tingkat stres.5 menghadapi masa premenopause ini adalah
Stres sendiri bisa merangsang otak yang dapat dengan cara mengubah kognitifnya melalui
mengganggu keseimbangan hormon. Jika hal memberi edukasi menggunakan audio-visual
ini terjadi secara terus menerus, maka akan dan booklet sebagai media. Hasil penelitian
menyebabkan semakin meningkatnya angka Khademol-hosseini pada tahun 2017 dan teori
morbiditas dan mortalitas wanita.6 Mustopo Glanz mengungkapkan bahwa edukasi dengan
menyebutkan bahwa stresor yang dirasakan penerapan Health Belief Model, sangat efektif
oleh seorang wanita bisa berbeda-beda. Bagi meningkatkan pengetahuan secara signifikan,
mereka yang tidak menerima dengan realistis dapat mengubah keyakinan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dirasakan tersebut meningkatkan perilaku kesehatan.11,12 Health
akan menimbulkan perasaan khawatir, takut, Belief Model sangat penting digunakan untuk
bahkan stres. Dengan datangnya menopause, mengembangkan kegiatan-kegiatan program
seringkali wanita merasa dirinya tua, menilai pencegahan penyakit. Rasionalisasi terhadap
Health Belief Model didasarkan atas perilaku
dan berpikir dirinya loyo dan merasa tidak
berarti lagi, merasa tersisihkan dan terabaikan masyarakat yang ingin mengubah perilaku
dari kehidupan sosialnya. Hal ini akan dapat kesehatan yang negatif, mencegah penyakit,
mengakibatkan stres pada wanita.7 Efikasi diri dan menjaga kesehatan.
berperan sebagai satu mekanisme kognitif Hasil penelitian pendahuluan dilakukan
mengendalikan individu dalam menghadapi pada 1 Januari 2019 di wilayah Kota Bandung
melalui wawancara pada lima wanita usia 40-
2
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

51 tahun, menemukan bahwa empat wanita Pengukuran pengetahuan, efikasi diri dan
mengatakan stres menghadapi premenopause, stres dilakukan terhadap kelompok intervensi
stres karena menstruasi tidak teratur, kadang dan kelompok kontrol sebanyak dua kali, yai-
banyak sekali dan lama, cepat lelah, dan takut tu sebelum dan sesudah diberikan edukasi.
menjadi tua. Berdasarkan informasi dari salah Instrumen untuk mengetahui tingkat penge-
satu petugas kesehatan, telah diketahui bahwa tahuan terlebih dahulu diujicobakan pada 20
pendampingan pada wanita premenopause ini responden. Hasil uji validitas dan realibilitas
belum terlaksana. Diasumsikan bahwa adanya menunjukkan nilai 0,618. Efikasi diri diukur
stres atau kekhawatiran wanita premenopause dengan menggunakan General Self-Efficacy
tersebut disebabkan belum cukupnya pema- Scale (GSE), dengan koefisien reliabilitasnya
haman terhadap premenopause. Penelitian ini antara 0,76 dan 0,90.13 Tingkat stres diukur
bertujuan untuk mengetahui efektivitas media menggunakan kuesioner Perceived Stres
edukasi audio-visual dan booklet terhadap Scale (PSS), dengan nilai koefisien cronbach
pengetahuan wanita mengenai premenopause, alpha sebesar 0,85.14 Untuk PSS-10 dalam
efikasi diri wanita, dan tingkat stres pada bahasa Indonesia, koefisien cronbach alpha
wanita premenopause. sebesar 0,96.15 Alasan menggunakan GSE
dan PSS karena pertanyaannya lebih aplikatif
METODE dan jumlah pertanyaan hanya terdiri dari 10
Penelitian Quasi Experimental dengan pertanyaan dirasa tidak memberatkan wanita
pre and post test with control group design. premenopause dalam menjawabnya.
Pengumpulan data dilakukan pada September Uji normalitas yang digunakan adalah
-November 2019. Populasi penelitian adalah analisis Shapiro-Wilk. Mengingat salah satu
wanita premenopause dengan usia 40 tahun kelompok data yang dibandingkan memiliki
ke atas yang mengalami stres premenopause. distribusi tidak normal, maka uji statistik
Kota Bandung terdiri dari 30 kecamatan, di- untuk melihat perbedaan pengetahuan, efikasi
mana jumlah dan karakteristik dari wanita diri, dan tingkat stres pre dan post-test pada
dengan pre-menopause di setiap kecamatan kelompok intervensi dan kontrol digunakan
hampir sama. Lokasi penelitian ditentukan uji Wilcoxon. Jika hasil uji normalitas salah
dengan teknik multistage random sampling. satu kelompok data yang dibandingkan ber-
Hasil atas peng-undian pertama diperoleh distribusi tidak normal, yaitu distribusi selisih
wilayah Kecamatan Rancasari. Hasil atas skor pengetahuan, efikasi diri dan stres pada
pengundian yang kedua terpilih Kelurahan kelompok intervensi dan kontrol, (nilai
Cipamokolan. Hasil atas pengundian ketiga p<0,05), maka uji Mann Withney digunakan
terpilih RW 06 sebagai kelompok intervensi, untuk mengetahui efektivitas media edukasi
sedangkan daerah RW 05 sebagai kelompok berupa audio-visual dan booklet terhadap
kontrol. pengetahuan, efikasi diri, dan stres wanita.
Perhitungan besar sampel menggunakan
rumus estimasi beda dua mean populasi. HASIL
Sampel penelitian diambil dengan metode Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa kelompok
purposive sampling, di mana jumlah wanita intervensi, setelah diberikan edukasi dengan
premenopause yang memenuhi kriteria adalah menggunakan media audio-visual dan booklet
76 orang. Sebanyak 38 orang yang terpilih mempunyai rerata pengetahuan 6,09 poin
pada kelompok intervensi diberikan edukasi lebih tinggi, efikasi diri 3,05 poin lebih tinggi,
sebanyak satu minggu satu kali selama tiga dan rerata tingkat stres terjadi penurunan
minggu berturut-turut dengan menggunakan lebih baik 1,23 poin dibandingkan kelompok
media audio-visual dan booklet, sedangkan 38 kontrol.
orang pada kelompok kontrol hanya diberikan
booklet.

3
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

Tabel 1. Perbedaan Pengetahuan, Efikasi Diri, Stres Wanita Premenopause Sebelum dan Sesudah
Intervensi pada Kelompok Intervensi dan Kontrol (n=76)

Sebelum Sesudah p-value


Variabel Kelompok
Rerata (Min-Maks) SD Rerata (Min-Maks SD
Intervensi 59,99 (20-80) 16,3 80,33 (60-100) 10,2 0,001
Pengetahuan
Kontrol 64,56 (27-80) 11,8 74,24 (40-99) 12 0,001
Intervensi 25,68 (15-35) 3,6 31,76 (21-39) 5 0,001
Efikasi Diri
Kontrol 27,18 (22-34) 2,7 28,71 (21-37) 3 0,016
Intervensi 21,13 (6-38) 8,8 14,66 (4-29) 7,6 0,001
Stres
Kontrol 18,66 (8-27) 5,2 15,89 (5-24) 4,9 0,012

Tabel 2. Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet Terhadap Pengetahuan Wanita
Premenopause
Kelompok Rerata perubahan Z p-value
Intervensi (n=38) 20,34 -2,490 0,013
Kontrol (n=38) 9,68

Tabel 3. Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet Terhadap Efikasi Diri Wanita
Premenopause
Kelompok Rerata perubahan Z p-value
Intervensi (n=38) 6,08 -4,15 0,001
Kontrol (n=38) 1,39

Tabel 4. Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet Terhadap Stres Wanita Premenopause
Kelompok Rerata perubahan Z p-value
Intervensi (n=38) 6,47 -5,76 0,001
Kontrol (n=38) 2,76

Tabel 2 menunjukkan nilai p=0,013 yang hasil penelitian yang dilakukan Silalahi pada
artinya bahwa edukasi menggunakan media tahun 2018 yang menemukan bahwa edukasi
audio-visual dan booklet mengenai wanita dengan audio-visual dan booklet efektif dalam
premenopause dengan frekuensi selama 3 kali meningkatkan perilaku melakukan skrining
dapat meningkatkan pengetahuan wanita pre- IVA.16 Hovland dan Weiss menjelaskan jika
menopause di Kota Bandung. informasi disampaikan oleh seseorang yang
Pada Tabel 3 menunjukkan nilai p=0,001, ahli di bidangnya secara langsung dan dengan
artinya bahwa edukasi menggunakan media sukarela memberikan perhatian, maka pesan
audio-visual dan booklet mengenai wanita yang disampaikan akan lebih menarik dan
premenopause dengan frekuensi selama 3 kali mudah dipahami oleh responden.17
dapat meningkatkan efikasi diri dari wanita
Hasil analisis dengan uji Mann Withney
premenopause di Kota Bandung.
menunjukkan bahwa edukasi menggunakan
Tabel 4 menunjukkan hasil nilai p=0,001,
media audio-visual dan booklet efektif untuk
artinya edukasi menggunakan media audio-
meningkatkan pengetahuan wanita mengenai
visual dan booklet mengenai premenopause
premenopause. Peningkatan pengetahuan ini
selama 3 kali dapat mengurangi tingkat stres
sejalan dengan pendapat Dale bahwa manusia
wanita premenopause di Kota Bandung.
memperoleh pengetahuan melalui indra yang
dimilikinya, dimana semakin banyak indra
PEMBAHASAN
yang digunakan untuk menerima informasi
Hasil analisis uji beda dua kelompok akan semakin banyak pula pengetahuan yang
yang berpasangan, pada kelompok intervensi diperolehnya. Menurut cone of learning Dale,
menunjukkan bahwa edukasi yang dilakukan setelah masa dua minggu pengalaman belajar
dengan menggunakan media audio-visual dan dengan mendengar, seseorang akan menyerap
booklet meningkatkan pengetahuan wanita informasi yang didengar, dan sebanyak 20%
premenopause. Hasil penelitian mendukung informasi akan tersimpan dalam memori, dan
4
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

sebanyak 10% dengan membaca.18 Adapun mahami booklet dengan lebih baik. Namun
menurut Notoatmodjo, bahwa pengetahuan berdasarkan hasil peningkatan rerata skor
yang diperoleh melalui indra penglihatan ada- pengetahuan, kelompok yang diberi edukasi
lah sebesar 75%.9 menggunakan audio-visual dan booklet jauh
lebih baik daripada kelompok yang hanya
Faktor yang mendukung pada penelitian
diberi edukasi menggunakan booklet saja. Hal
ini adalah faktor wanita premenopause yang
ini dikarenakan kelompok yang hanya diberi
tidak bekerja, sebanyak 93,4% wanita pre-
edukasi dengan menggunakan booklet saja
menopause tidak bekerja, sehingga banyak
tidak mendapatkan informasi langsung dari
waktu luang yang dapat digunakan untuk
tenaga kesehatan ataupun orang yang ahli di
membaca dan mempelajari isi booklet dan
bidang premenopause.
juga edukasi dilaksanakan satu kali seminggu
Hasil analisis uji beda dua kelompok
sehingga akan ada waktu jeda untuk proses
yang berpasangan, baik edukasi menggunakan
internalisasi dan juga mememori materi yang
media audio-visual dan booklet maupun
sudah dipelajari.
edukasi menggunakan media booklet saja
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
menunjukkan peningkatan efikasi diri wanita
pentingnya edukasi kesehatan melalui audio-
premenopause secara bermakna, akan tetapi
visual dan booklet sebagai sarana untuk
efikasi diri wanita premenopause yang diberi
memberikan pemahaman pada seseorang
edukasi menggunakan media audio-visual dan
mengenai informasi yang bersifat positif se-
booklet adalah lebih baik. Edukasi kesehatan
hingga akan diikuti perubahan perilaku yang
yang diberikan dengan menggunakan media
positif. Audio-visual dan booklet berisi infor-
audio-visual, diketahui dapat meningkatkan
masi tentang gejala premenopause dan tips
tingkat pengetahuan dan partisipasi wanita
cara mengatasi sendiri, seperti adanya peru-
premenopause mengenai tanda dan gejala
bahan pada tubuh yang diakibatkan oleh
premenopause dan cara mengatasi gejalanya.
menurunnya hormon estrogen pada wanita
Booklet dapat mempengaruhi pengetahuan,
premenopause. Hal tersebut akan diikuti oleh
dibandingkan dengan media visual lain seperti
perubahan fisiologis dan psikologis. Ketika
poster. Media audio-visual dan booklet dapat
wanita paham akan perubahan yang terjadi
digunakan untuk mendorong seseorang untuk
dalam dirinya, mereka akan mampu merubah
mengetahui, mendalami dan mendapatkan
cara pandang dan perilakunya menjadi lebih
pengertian yang baik, dan pendorong untuk
baik.
melakukan sesuatu yang baru. Media audio-
Hasil analisis menggunakan uji beda dua
visual mampu memberikan stimulus pada
kelompok berpasangan menunjukkan terdapat
pendengaran dan penglihatan.
perbedaan yang bermakna pada kelompok
Hasil penelitian ini telah menunjukkan
control walaupun wanita premenopause hanya
bahwa edukasi dengan menggunakan media
mendapatkan informasi dari booklet saja. Hal
audio-visual dan booklet serta edukasi dengan
tersebut dapat menambah pengetahuan karena
media booklet saja, pengetahuan responden
informasi yang terdapat dalam booklet cukup
sama-sama meningkat, sedangkan edukasi
informatif. Materi booklet cukup menarik dan
dengan menggunakan audio-visual dan book-
dibutuhkan karena didalamnya terdapat tips
let pengetahuannya jauh lebih baik. Hasil
cara mengatasi perubahan fisiologis dan
penelitian tersebut sejalan dengan pendapat
psikologis secara mandiri. Hal ini sesuai
Notoatmodjo yaitu bahwa pengetahuan atau
dengan ungkapan dari wanita premenopause
kognitif merupakan domain yang penting da-
pada saat post-test, yang menyatakan bahwa
lam membentuk tindakan seseorang. Wanita
booklet sangat informatif, sederhana, mudah
yang mengetahui tentang premenopause, akan
dimengerti dan mudah dibawa. Selain itu juga
mengerti dan percaya diri dalam melakukan
terdapat tips cara mengatasi sendiri yang san-
penanganan pada saat terjadi perubahan. Na-
gat bermanfaat. Sebanyak 92,1% wanita
mun orang yang memiliki pengetahuan yang
premenopause pada kelompok kontrol dengan
kurang mengenai premenopause, berdampak
tingkat pendidikan menengah ke atas. Kondisi
pada kurangnya kesiapan dan kepercayaan
ini menyebabkan mereka mampu untuk me-
5
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

diri menghadapi premenopause yang pada memberikan stimulus pada pendengaran dan
akhirnya akan menyebabkan stres.9 penglihatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Seseorang yang telah mengetahui tentang
edukasi dengan melalui media audio-visual premenopause akan mengerti dan percaya diri
dan booklet efektif meningkatkan efikasi diri tentang penanganan pada saat terjadi peru-
wanita premenopause. Hasil analisis dengan bahan. Efikasi diri menunjukkan pada keya-
uji Mann Withney diperoleh nilai p<0,05, kinan bahwa dirinya dapat melakukan tinda-
artinya terdapat perbedaan yang signifikan kan yang dikehendaki oleh situasi tertentu
antara efikasi diri wanita premenopause yang dengan berhasil. Hal ini sejalan dengan pen-
diberi edukasi menggunakan media audio- dapat Bandura, yang menyatakan bahwa
visual dan booklet dan edukasi yang hanya keyakinan diri adalah pendapat atau keya-
menggunakan booklet saja. Hasil penelitian kinan yang dimiliki seseorang mengenai ke-
ini juga sejalan dengan penelitian Kartono mampuannya dalam menampilkan suatu ben-
pada tahun 2014, yang menyatakan bahwa tuk perilaku, dalam hal ini berhubungan
ada pengaruh antara edukasi kesehatan ten- dengan situasi yang dihadapi seseorang terse-
tang penanganan kejang demam pada balita but dan menempatkan sebagai elemen kogni-
terhadap efikasi diri ibu.19 Edukasi kesehatan tif dalam pembelajaran.21
adalah praktik kesehatan yang dilakukan un- Hasil analisis uji Wilcoxon, baik edukasi
tuk merubah perilaku individu, kelompok, menggunakan media audio-visual dan booklet
dan populasi yang lebih besar ke arah perilaku maupun edukasi menggunakan booklet saja
yang lebih baik, dan informasi yang benar sama-sama dapat menurunkan tingkat stres
akan memberikan stimulasi yang positif ten- wanita premenopause secara bermakna. Na-
tang perilaku hidup sehat.12,20 Edukasi mun penurunan tingkat stres wanita pre-
kesehatan pada penelitian ini bermanfaat bagi menopause yang diberi edukasi menggunakan
wanita premenopause, hal ini karena wanita media audio-visual dan booklet jauh lebih
premenopause menjadi lebih paham tentang baik. Hal tersebut terjadi karena dalam
sindrom premenopause dan tips cara menga- penelitian ini edukasi dengan menggunakan
tasinya sendiri. Faktor yang mempengaruhi media audio-visual dan booklet, serta edukasi
meningkatnya pengetahuan seperti pemberian dengan menggunakan media booklet saja, efi-
informasi yang benar dan dari sumber lain kasi dirinya meningkat. Namun, edukasi yang
yang tersedia. Selain itu ada faktor pendukung menggunakan audio-visual dan booklet efi-
lain seperti media pembelajaran yang efektif, kasi dirinya meningkat jauh lebih baik. Hasil
informasi kesehatan yang diberikan benar penelitian ini sejalan dengan pendapat Ban-
dengan komunikasi yang efektif. Dengan dura, bahwa efikasi diri akan meningkatkan
pengetahuan yang baik tentang premenopause kekebalan terhadap cemas, stres, depresi, dan
akan meningkatkan kepercayaan diri atau efi- mengaktifkan perubahan-perubahan biokimia
kasi diri wanita premenopause. sehingga mempengaruhi berbagai ancaman.8
Edukasi dapat diberikan menggunakan Hasil dari analisis uji Mann Withney,
beberapa media, seperti audio-visual dan didapatkan bahwa adanya perbedaan selisih
booklet. Edukasi kesehatan menggunakan skor stres yang bermakna antara edukasi
media audio-visual, dapat meningkatkan menggunakan media audio-visual dan booklet
pengetahuan dan partisipasi wanita pre- dan edukasi dengan menggunakan booklet
menopause tentang tanda dan gejala pre- saja nilai p<0,05. Pengetahuan merupakan
menopause dan cara mengatasinya. Booklet segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
juga dapat mempengaruhi peningkatan penge- objek tertentu, termasuk didalamnya adalah
tahuan, dibandingkan dengan media visual ilmu. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu
seperti poster. Media audio-visual dan booklet dengan tujuan untuk menjawab permasalahan
digunakan untuk mendorong keinginan sese- yang sehari-hari dihadapi oleh manusia.22
orang untuk mengetahui kemudian mendala- Menurut Clonninger, bahwa stres merupakan
mi dan akhirnya mendapatkan pengertian keadaan yang membuat tegang yang terjadi
yang baik dan pendorong untuk melakukan ketika seseorang mendapatkan masalah atau
sesuatu yang baru. Media audio-visual juga tantangan dan belum mempunyai jalan
6
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

keluarnya, atau banyak pikiran yang meng- DAFTAR REFERENSI


ganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan 1. Dwi, S. A. Body mass index & lama
dilakukannya.23 Gejala fisik yang dirasakan menopause berpengaruh terhadap kualitas
pada masa premenopause dapat memicu ma- hidup menopause. Jurnal Hospital Majapahit.
salah psikis.6 Gejala fisik yang biasa muncul 2017; 9(1): 28-41.
pada fase ini antara lain perasaan panas (hot 2. Harlow, et al. Executive summary of the
flush), sulit tidur, dan siklus haid tidak teratur. stages of reproductive aging workshop + 10:
Hal tersebut menyebabkan wanita premeno- addressing the unfinished agenda of staging
pause menjadi stress, depresi, tidak konsen- reproductive aging. Menopause: The Journal
trasi bekerja, serta mudah tersinggung. Stres of The North American Menopause Society.
bukan hanya sakit secara emosional tapi bisa 2012; 19(4).
3. Nurdono, D.A. Gambaran sikap ibu terhadap
karena adanya kesalahan dalam pengetahuan,
masa premenopause pada ibu-ibu. Jurnal
semakin banyak pengetahuan yang diketahui, Online Psikologi. 2013; 1(2),
maka kecemasan akan lebih mudah untuk di- http://ejournal.umm.ac.id/index. php/jop/ ar-
atasi.24 Setiap wanita yang akan memasuki ticle/view/1640/1736.
masa menopause harus memiliki pengetahuan 4. Zul, M. A. R., Budiarti, A., Putri, E.C. Ana-
yang memadai tentang menopause agar dapat lisis faktor predisposisi dan kejadian
menjalani masa tersebut dengan lebih tenang premenopause terhadap tingkat stres pada ibu
sehingga wanita tersebut tidak mengalami usia 40-55 tahun di Komunitas Ibu PKK RW
kecemasan yang merupakan stresor terhadap 15 Kelurahan Pusat Jaya Surabaya. Jurnal
timbulnya stres pada wanita. Ilmiah Keperawatan. 2016; 11(1): 1057-
1058.
KESIMPULAN 5. Anaqotul, F. H & Suprihatingingsih, T. Hub-
ungan syndrom premenopause dengan ting-
Edukasi menggunakan media audio- kat stres pada wanita usia 40-45 tahun. Jurnal
visual dan booklet efektif untuk meningkatkan Kesehatan Al-Irsyad (JKA). 2018; XI (1):
pengetahuan terkait premenopause dan efikasi 50-61.
diri wanita, serta efektif menurunkan tingkat 6. Proverawati, A. & Sulistyawati, E. Meno-
stres pada wanita premenopause. pause dan sindrom premenopause. Yogyakar-
ta: Muha Medika; 2010.
SARAN 7. Sriwaty, I. & Nuryoto, S. Pengaruh
psikoedukasi menopause dan relaksasi untuk
Audio-visual dan atau booklet tentang menurunkan kecemasan wanita pemeno-
premenopause dapat digunakan sebagai media pause. Jurnal Humanitas. 2015; 12(1): 29-38.
edukasi sebagai upaya meningkatkan penge- 8. Wulandari, S. & Aliza, M. R. Efikasi diri dan
tahuan wanita premenopause tentang peru- stres akademik pada siswa sekolah menengah
bahan fisiologis dan psikologis yang terjadi atas program akselerasi. Jurnal Psikologika.
selama masa premenopause, sehingga wanita 2014; 19(2): 146-155.
9. Notoatmodjo, S. Ilmu perilaku kesehatan.
premenopause menjadi percaya diri dan
Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
mampu menghadapi perubahan yang terjadi. 10. Maria. Pengaruh edukasi terhadap penge-
Pada akhirnya wanita premenopause akan tahuan dan kecemasan pada wanita premeno-
mampu mencegah dan mengatasi stres. pause di Desa Jendi Kecamatan Selogiri Ka-
bupaten Wonogiri. Tesis. Perpustakaan
UCAPAN TERIMA KASIH uns.ac.id; 2011.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada 11. Khademolhosseini F, Noroozi A, Tahmasebi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung R. The effect of health belief model-based
education through telegram instant messag-
yang telah membantu dalam memberikan
ing services on pap smear performance.
bantuan dana, Kecamatan Rancasari dan Ke- Asian Pac J Cancer Prev. 2017; 18(8):2221-
lurahan Cipamokolan Kota Bandung yang 2226.
telah mendukung penelitian, kader Posbindu, 12. Glanz K, Rimer B.K, Viswanath K. Health
dan seluruh responden yang telah terlibat da- behavior and health education. San Fran-
lam penelitian. sisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint; 2009.

7
Setiawan et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 1-8

13. Schwarzer, R., & Jerusalem, M. Generalized 18. Arsyad, A. Media pembelajaran. Jakarta: PT
self-efficacy scale. In J. Weinman, S. Wright, Raja Grafindo Persada; 2011.
& M. Johnston, Measures in health psychol- 19. Kartono, S., Nurhayati, Y., Wulandari, IS.
ogy: A user’s portfolio. Causal and control Pengaruh pendidikan kesehatan tentang pe-
beliefs (pp. 35-37). Windsor, UK: NFER- nanganan kejang demam balita terhadap self-
NELSON; 1995 efficacy ibu di Desa tempur Sari Tambak
14. Cohen S, Kamarck T, Mermelstein R. A Boyo Matingan Ngawi. Stikes Kusuma Hu-
global measure of perceived stres. J. Health sada Surakarta; 2014.
and Social Behavior. 1983; 385-396. 20. Rosser JI, Njoroge B, Huchko MJ. Changing
15. Pin, T L. Hubungan kebiasaan berolahraga knowledge, attitudes, and behaviors regard-
dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas ing cervical cancer screening: The efects of
kedokteran universitas sumatera utara tahun an educational intervention in rural Kenya.
masuk 2008. [Skripsi]. Medan: Fakultas Patient Educ Couns. 2015; 98(7):884-889.
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 21. Bandura. “Self-efficacy in changing socie-
2010. ties”. New York: Cambridge University
16. Silalahi, V., Lismidiati, W., Hakimi, M. press; 1995.
Efektivitas audiovisual dan booklet sebagai 22. Kartika. Pengertian pengetahuan, ilmu dan
media edukasi untuk meningkatkan perilaku ilmu pengetahuan. 2011; (http:// karti ka-
skrining IVA. Jurnal MKMI. 2018; 14(3): nfisip08.artikelkesehatan.com diakses tang-
304-315. gal 26/12/15).
17. Ramdhani, N. Formation and attitude 23. Safaria, T., & Saputra, N.E. Manajemen
change. London: Faculty of Psychology; emosi. Jakarta: Bumi Aksara; 2009.
2008. 24. Baziad, A. Menopause dan andropause. Ja-
karta: Yayasan Bina Pustaka; 2009.

8
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

Literasi Kesehatan Mental Orang Dewasa dan Penggunaan Pelayanan


Kesehatan Mental
Mental Health Literacy in Adults and Mental Health Service Use
Trisni Handayani1,*, Dian Ayubi1, Dien Anshari1
1
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Depok 16424.

*Korespondensi penulis: fh120807@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang. Prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gangguan mental emosional mengalami
peningkatan, dimana prevalensi sebesar 6% pada tahun 2013 meningkat menjadi 9,8% pada tahun 2018.
Pelayanan kesehatan jiwa bagi setiap orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) belum diwujudkan secara
optimal di wilayah Kecamatan Bogor Timur. Masih sedikit ODMK yang memanfaatkan pelayanan kesehatan
jiwa
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan mental dengan pemanfaatan
pelayanan kesehatan jiwa.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan kuantitatif. Responden
adalah orang dengan masalah kejiwaan yang bertempat tinggal di Kecamatan Bogor Timur. Teknik
multistage random sampling digunakan untuk memilih 139 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil. Nilai rerata literasi kesehatan mental sebesar 73,08 (skala 100). Sebanyak 56,1% ODMK telah
memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa dan 57,6% responden berumur ≥30 tahun. Pada mereka yang
mempunyai literasi kesehatan mental tinggi, sebanyak 64,9% telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa.
Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan signifikan antara literasi kesehatan mental dengan perilaku
pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa pada ODMK setelah variabel jenis kelamin dan ketersediaan
pelayanan kesehatan jiwa dikendalikan.
Kesimpulan. Orang dengan literasi kesehatan mental yang tinggi cenderung memanfaatkan
pelayanan kesehatan jiwa dibanding dengan mereka dengan literasi rendah.

Kata Kunci: literasi kesehatan, kesehatan mental, pemanfaatan pelayanan kesehatan.

ABSTRACT
Background. In Indonesia, prevalence of emotional mental disorder has increased from 6% in 2013 to 9.8%
in 2018. Mental health service has not optimally utilized by people with mental health problems in East
Bogor sub-district.
Objective. This study aimed to determine the relationship of mental health literacy with mental health service
use.
Method. This study used a cross sectional design with a quantitative approach. Respondents were people
with mental health problems who lived in East Bogor Sub-District. A total of 139 respondents were selected
using multistage random sampling technique. Data were collected by in-person interview using a
questionnaire. Data were analysed using a multiple logistic regression test for multivariate model selection.
Results. The results of this study showed that the mean score of mental health literacy was 73.08 (scale of
100). There were 56.1% respondents utilized mental health services. As many as 57.6% respondents aged
≥30 years. Among those who have high mental health literacy, 64.9% of them have utilized mental health
services. Results from multivariate analysis showed that there was a significant relationship between mental
health literacy and the use of mental health service in people with mental health problems, after adjustment
with gender and mental health service availability.
Conclusion. People with high mental health literacy tended to use mental health services compared to those
with low literacy.

Keywords: Health literacy, mental health, utilization of health services.


9
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

perlu dilakukan. Langkah yang bisa dilakukan


LATAR BELAKANG yaitu dengan memberikan pendekatan terkait
Gangguan mental merupakan salah satu kesehatan mental dengan literasi kesehatan
tantangan kesehatan global yang memiliki mental.7
dampak signifikan dikarenakan prevalensi Sebuah studi komunitas pengungsi yang
yang tinggi dan penderitaan berat yang di- berasal dari Asia Tenggara di Amerika Seri-
tanggung oleh individu, keluarga, komunitas, kat telah menemukan bahwa rendahnya
dan negara.1 Gangguan mental menyumbang pengguna layanan kesehatan terjadi karena
16% dari beban penyakit global dan cedera kurangnya literasi kesehatan mental. Banyak
pada orang yang berusia 10-19 tahun. Jumlah orang yang tidak memiliki pengetahuan
yang signifikan dari beban penyakit global terkait apa yang dimaksud dengan penyakit
juga ditunjukkan melalui penyakit mental.2 mental, bagaimana mengenali tanda-tanda
Berdasarkan laporan World Health Organiza- awalnya, perawatan apa yang tersedia, dan
tion (WHO) tahun 2007, sebanyak 20% orang bagaimana serta kapan memerlukan bantuan
mengalami gangguan jiwa ringan sampai se- profesional.8 Konsekuensi utama dari literasi
dang (depresi dan gangguan kecemasan) dan kesehatan mental rendah yaitu keterlambatan
gangguan jiwa berat (depresi berat, gangguan dalam mencari bantuan, dan hasilnya adalah
psikotik) sebesar 3-4%. Mereka memerlukan pengobatan yang tertunda.7
penanganan kesehatan jiwa yang dapat di- Meningkatkan literasi kesehatan mental
akses melalui pelayanan kesehatan umum dan adalah penting dan sesuai dengan rencana
pelayanan kesehatan jiwa komunitas.3 WHO. Kesehatan mental merupakan kompo-
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar nen esensial dari ikatan sosial, produktivitas,
(Riskesdas) prevalensi penduduk Indonesia kedamaian dan stabilitas lingkungan, yang
yang menderita gangguan mental emosional dapat berkontribusi pada perkembangan sosial
mengalami peningkatan pada tahun 2013 dan ekonomi di masyarakat.
sebesar 6% menjadi 9,8% tahun 2018.4 Preva- WHO menetapkan promosi kesehatan
lensi tertinggi ada pada kelompok usia lebih mental sebagai prioritas kesehatan publik.9
dari 75 tahun dibandingkan kelompok usia Tujuannya adalah agar masyarakat yang me-
lainnya, kelompok perempuan daripada laki- miliki gangguan mental segera mengambil
laki, dan kelompok yang tidak sekolah. Jawa tindakan untuk mencari bantuan professional.
Barat adalah provinsi ketujuh terbanyak yang Mereka akan memperoleh penanganan yang
memiliki prevalensi penderita gangguan men- berdasarkan evidence-based yang tepat, dan
tal emosional yaitu 12,1% dari populasi.4 penderita juga akan mendapatkan dukungan
Menurut data Dinas Kesehatan Kota Bo- dari keluarga dan dari lingkungan sekitar.
gor jumlah orang dengan masalah kejiwaan Masyarakat melakukan upaya pencegahan
(ODMK) di Kota Bogor terus meningkat. bagi kepentingan diri sendiri maupun keluar-
Jumlah ODMK di wilayah Kecamatan Bogor ganya, dan layanan kesehatan mental ber-
Timur tercatat ada 86 orang.5 Jumlah ini kontribusi dalam memberikan manfaat pada
kemungkinan lebih rendah daripada yang masyarakat.10
sesungguhnya. Masalah kejiwaan merupakan Keberadaan pelayanan kesehatan jiwa
masalah yang masih sensitif di kalangan sangat diperlukan untuk meningkatkan peng-
masyarakat. Banyak masyarakat yang tidak endalian penyakit gangguan jiwa yang preva-
mengetahui masalah kejiwaan dan tidak me- lensinya semakin meningkat. Namun individu
rasakan bahwa masalah kejiwaan itu penting yang mendapatkan penanganan profesional
dan membutuhkan pertolongan. kurang dari 10% terutama di negara-negara
Gangguan emosional merupakan salah dengan pendapatan menengah ke bawah.11
satu masalah kejiwaan yang merupakan suatu Hal ini berakibat pada parahnya tingkat
kondisi perubahan emosi yang dapat berkem- gangguan yang dialami. Selain itu, kegagalan
bang menjadi patologis jika terus berlanjut.6 masyarakat dalam memahami terminologi
Oleh karena itu, langkah pencegahan agar gangguan psikologis, dapat memicu muncul-
kesehatan mental masyarakat tetap terjaga nya stigma negatif di masyarakat mengenai

10
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

gangguan mental sehingga enggan bagi mere- variabel bebas adalah literasi kesehatan men-
ka untuk mencari bantuan professional.12 tal, dan variabel penganggu adalah umur,
Berdasarkan karakteristik individu literasi jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penda-
kesehatan mental rendah ditunjukkan dengan patan, stigma gangguan jiwa, pelayanan petu-
ketidakmampuan dalam identifikasi gangguan gas kesehatan dan ketersediaan pelayanan
mental telah terbukti dapat mempengaruhi kesehatan jiwa.
pencarian pertolongan formal atau pemanfaa- Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor
tan pelayanan kesehatan terkait gangguan Timur, Kota Bogor pada bulan Mei 2019.
mental.13 Hal tersebut adalah konsep keliru Populasi penelitian ini adalah rumah tangga di
mengenai gangguan mental yang memicu wilayah Kecamatan Bogor Timur. Sampel da-
orang cenderung mencari pertolongan infor- lam penelitian ini adalah anggota rumah tang-
mal.14 ga dengan gangguan mental emosional di
Literasi kesehatan mental didefinisikan wilayah Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor
sebagai pengetahuan dan keyakinan mengenai Tahun 2019. Teknik pengambilan sampel
gangguan-gangguan mental yang membantu penelitian dilakukan secara gugus bertahap
rekognisi, manajemen, dan prevensi.12 Aspek- atau multistage random sampling. Pada teknik
aspek literasi kesehatan mental yaitu : (a) sampel ini dilakukan berdasarkan tingkat
pengetahuan tentang bagaimana mencegah wilayah secara bertahap.
gangguan mental, (b) pengakuan kapan suatu Besar sampel minimal sebesar 136 orang
gangguan berkembang, (c) pengetahuan ten- dihitung menggunakan rumus sample size uji
tang opsi pencarian pertolongan dan perawa- hipotesis beda dua proporsi dua sisi (two
tan yang tersedia, (d) pengetahuan tentang tailed).16 Penelitian ini menggunakan data
strategi pertolongan mandiri yang efektif un- berjenis data primer. Semua data penelitian
tuk masalah yang lebih ringan, dan (e) ket- dikumpulkan melalui kuesioner yang berisi-
erampilan pertolongan pertama untuk men- kan daftar pertanyaan yang mengacu pada
dukung orang lain yang mengalami gangguan tujuan penelitian. Sampel dalam penelitian ini
mental atau berada dalam krisis kesehatan adalah anggota rumah tangga yang telah dil-
mental.15 akukan skrining gangguan mental emosional
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dan diindikasikan mengalami gangguan men-
masyarakat perlu diberikan informasi dan tal emosional jika menjawab ≥6 pertanyaan
pengetahuan yang tepat mengenai gangguan dengan jawaban “ya” dari 20 pertanyaan yang
psikologis. Masyarakat akan mampu menge- diajukan. Pengukuran gangguan mental emo-
tahui dan mengenali gejala gangguan yang sional menggunakan instrumen pskiatrik SRQ
ada. Selain itu, masyarakat akan mengetahui yang diadaptasi dari WHO.17
langkah yang dapat dilakukan untuk Surat lolos kaji etik penelitian didapatkan
mendapatkan penanganan sedini mungkin ser- dari Komite Etik Riset dan Pengabdian Kese-
ta dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan hatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masya-
kesehatan yang ada. Dalam penelitian sebe- rakat, Universitas Indonesia, dengan nomor
lumnya literasi kesehatan mental telah diiden- 348/UN2.F10/PPM.00.02/2019.
tifikasi sebagai penghalang utama dalam
mencari pertolongan pelayanan kesehatan. HASIL
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tabel 1 menunjukan distribusi karakteris-
bagaimana literasi kesehatan mental orang tik sosiodemografi dari responden. Sebanyak
dewasa dan bagaimana hubungannya dengan 51,1% responden berumur diatas 30 tahun,
pemanfaatan pelayanan kesehatan setelah va- 79,9% berjenis kelamin perempuan, 43,2%
riabel confounding dikendalikan. mempunyai pendidikan tamat SMA, 56,8%
tidak bekerja, dan 50,4% mempunyai penda-
METODE patan di bawah UMR.
Penelitian menggunakan desain potong
lintang (cross sectional). Variabel terikat ada-
lah pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa,

11
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karak- tribusi normal sehingga dimasukan kedalam
teristik Demografi (n=139) kategori dengan cut-off point yang digunakan
Karakteristik (n) (%)
adalah nilai mean. Sebanyak 56,1% (n=78)
Umur
< 30 tahun 68 48,9 responden dikategorikan memanfaatkan pela-
> 30 tahun 71 51,1 yanan kesehatan jiwa dan 43,9% (n=61) tidak
Jenis kelamin memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa.
Laki-laki 28 20,1 Tabel 3 dan Tabel 4 menjelaskan butir-
Perempuan 111 79,9 butir pertanyaan mengenai literasi kesehatan
Pendidikan mental. Sebanyak 57,6% responden menja-
Tamat SD/sederajat 31 22,3
Tamat SMP/sederajat 22 15,8
wab ‘sangat memungkinkan’ untuk dapat
Tamat SMA/sederajat 60 43,2 mengenali ciri gangguan kecemasan. Semen-
Tamat Diploma 1-3 25 18,0 tara itu, sebanyak 55,4% responden menjawab
Tamat D4/Sarjana 1 0,7 ‘sangat memungkinkan’ bahwa jenis kelamin
Jenis pekerjaan perempuan menjadi faktor resiko terjadinya
Tidak bekerja 79 56,8
Petani 1 0,7
gangguan mental.
Buruh 5 3,6
PNS 4 2,9 Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan Peman-
Karyawan swasta 43 30,9 faatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
Wiraswasta 7 5,0 Butir-butir pertanyaan Ya Tidak
Pendapatan n (%) n (%)
<UMR (Rp 3.842.785) 70 50,4 Melakukan pemeriksaan 112 (80,6) 27 (19,4)
>UMR (Rp 3.842.785) 69 49,6 ketika mengalami keluhan
terkait kesehatan mental
(n=139)
Tabel 2 menjelaskan bahwa dari 139 res- Mengunjungi fasilitas 92 (66,2) 20 (33,8)
ponden yang terindikasi mengalami gangguan kesehatan (n=112)
mental emosional kategori ringan, 80,6% Melakukan pemeriksaan ru- 78 (84,8) 14 (15,2)
pernah melakukan pemeriksaan terkait kelu- tin (n=92)
Jumlah kunjungan 3 bulan
han mentalnya. Dari mereka yang melakukan terakhir (n=92)
pemeriksaan, 66,2% melakukan pemeriksaan 1-3 kali 72 (78,2) 14 (15,2)
ke fasilitas kesehatan. Sebanyak 84,8% dari >3 kali 6 (6,5)
mereka yang melakukan pemeriksaan ke fasi- Mengikuti kegiatan 44 (56,4) 48 (43,5)
litas kesehatan rutin melakukan pengobatan penyuluhan (n=92)
Jumlah penyuluhan yang
ke fasilitas kesehatan. diikuti 3 bulan terakhir
Sebanyak 97,4% dari mereka yang rutin (n=44)
ke fasilitas kesehatan sudah berkunjung ke 1-2 kali 43 (46,7) 48 (52,1)
fasilitas kesehatan sebanyak 1-3 kali dalam 3 > 2 kali 1(1,08)
bulan terakhir. Sebanyak 56,4% diantaranya Melakukan konsultasi
dengan dokter/psikolog
mengikuti sesi penyuluhan kesehatan tentang (n=78) 75 (96,1) 3 (3,9)
kesehatan jiwa. Jumlah konsultasi dengan
Setelah dilakukan skoring atas variabel dokter/psikolog dalam 3 bu-
pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa lan terakhir (n=78)
didapat nilai rerata perilaku pemanfaatan pe- 1-3 kali 74 (94,8) 3 (3,8)
> 3 kali 1 (1,2)
layanan kesehatan jiwa sebesar 38 (skala
100). Berdasarkan hasil uji Skewness -
0,063/0,206=-0,3 (≤2), maka variabel peman-
faatan pelayanan kesehatan jiwa memiliki dis-

12
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Bentuk Gangguan Mental dan Persepsi
Faktor Resiko Gangguan Mental oleh ODMK (n=139)
STM TM M SM
Butir-Butir Pertanyaan
n (%) n (%) n (%) n (%)
Ciri fobia sosial 9 (6,5) 9 (6,5) 51 (36,7) 70 (50,4)
Ciri gangguan kecemasan 8 (5,8) 3 (2,2) 48 (34,5) 80 (57,6)
Ciri agoraphobia 7 (5,0) 11 (7,9) 73 (52,5) 48 (34,5)
Ciri gangguan bipolar 9 (6,5) 15 (10,8) 50 (36,0) 65 (46,8)
Ketergantungan obat 4 (2,9) 7 (5,0) 60 (43,2) 68 (48,9)
Faktor resiko: gender perempuan 3 (2,2) 10 (7,2) 49 (35,3) 77 (55,4)
Tenaga kesehatan boleh melanggar 7 (5,0) 13 (9,4) 69 (49,6) 50 (36,0)
prinsip kerahasiaan
Keterangan: STM= sangat tidak mungkin, TM= tidak mungkin,
M=mungkin, SM=sangat memungkinkan

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi Pencarian Informasi dan Sikap Yang
Meningkatkan Pengetahuan oleh ODMK (n=139)
STS TS R S SS
Butir-Butir Pertanyaan
n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)
Tahu cara mencari informasi 4 (2,9) 15 (10,8) 9 (6,5) 61 (43,9) 50 (36,0)
Berani bertemu petugas kesehatan 15 (10,8) 7 (5,0) 63 (45,3) 54 (38,8) -
Punya akses untuk mencari infor- 1 (0,7) 6 (4,3) 6 (4,3) 61 (43,9) 65 (46,8)
masi
Gangguan mental merupakan tanda 3 (2,2) 12 (8,6) 12 (8,6) 50 (36,0) 62 (44,6)
orang yang lemah
Gangguan mental bukan penyakit 6 (4,3) 35 (25,2) 17 (12,2) 41 (29,5) 40 (28,8)
medis
Jika menderita gangguan mental 20 (14,4) 53 (38,1) 11 (7,9) 25 (18,0) 30 (21,6)
tidak akan memberi tahu siapapun
Keterangan: STS= sangat tidak setuju, TS= tidak setuju, R=ragu-ragu, S= setuju, SS= sangat setuju

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Literasi Kesehatan Mental


dan Variabel Perancu (n=139)
Variabel n %
Literasi Kesehatan Mental
(rerata=73.08; min-maks= 44-93)
Tinggi (>73,08) 77 55,4
Rendah (≤ 73,08) 62 44,6
Stigma gangguan jiwa
(rerata=67,27; min-maks= 55-87)
Tinggi (> 67,27) 66 47,5
Rendah (≤ 67,27) 73 52,5
Pelayanan petugas kesehatan
(rerata=63,87; min-maks= 33-100)
Baik (> 63,87) 76 54,7
Kurang ((≤ 63,87) 63 45,3
Ketersediaan layanan kesehatan jiwa
(rerata=54,8; min-maks= 0-100)
Tersedia 92 66,2
Tidak tersedia 47 33,8
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Literasi Kesehatan Mental dan Perilaku Pemanfaatan
Pelayanan Kesehatan Jiwa (n= 139)
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Jiwa
Literasi kesehatan mental Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan Total
n % n % n % p-value
Tinggi 50 64,9 27 35,1 77 100 0,031
Rendah 28 45,2 34 54,8 62 100

13
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

Tabel 7. Pemodelan Uji Multivariat


Pemodelan Ke- . . .
Variabel 1 2 3 4 5
p-value
Variabel independen
Literasi kesehatan mental 0,003 0,001 0,004 0,014 0,018
Variabel perancu
Jenis kelamin 0,421 0,403 -* - -
Pekerjaan 0,005 0,004 0,004 0,005 -
Stigma gangguan jiwa 0,030 0,026 0,027 -* -
Ketersediaan 0,152 -* 0,147 0,126 0,085
OR Literasi kesehatan mental 3,653 4,524 3,572 2,734 2,521
Perubahan OR 23,8% -2,2% -25% -30%
Keterangan: * = variabel yang dikeluarkan dari pemodelan

Tabel 4 menjelaskan bahwa 46,8% res- mental emosional yang mempunyai literasi
ponden mengatakan mempunyai akses untuk kesehatan mental tinggi mempunyai peluang
mencari informasi terkait kesehatan mental. memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa dua
Sebanyak 45,3% responden merasa ragu-ragu kali dibandingkan dengan masyarakat yang
bertemu dengan petugas kesehatan. mengalami gangguan mental dan mempunyai
Tabel 5 menjelaskan bahwa nilai rerata literasi kesehatan mental rendah, setelah vari-
literasi kesehatan mental responden sebesar abel ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa
73,08 (skala 100). Nilai rerata stigma tentang dikendalikan.
gangguan jiwa sebesar 67,27 (skala 100). Responden dalam penelitian ini adalah
Nilai rerata pelayanan petugas kesehatan ada- anggota rumah tangga yang telah dilakukan
lah 63,87 (skala 100). Nilai rerata ketersedia- skrining gangguan mental emosional, yang
an pelayanan kesehatan sebesar 54,8 (skala menunjukkan indikasi mengalami gangguan
100). mental emosional setelah menjawab ≥6 per-
Tabel 6 menjelaskan responden yang tanyaan dengan jawaban “ya” dari sebanyak
memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, 20 pertanyaan yang diajukan.
64,9% memiliki literasi kesehatan mental
yang tinggi dibanding dengan 45,2% yang PEMBAHASAN
memiliki literasi rendah. Hasil uji chi square Responden dengan gangguan mental
nilai p=0,031 maka dapat disimpulkan ada emosional yang melakukan pemeriksaan khu-
hubungan yang signifikan antara literasi sus pada saat mengalami gejala-gejala seperti
kesehatan mental dengan perilaku pemanfaa- yang disebutkan dalam SRQ dalam 1 bulan
tan pelayanan kesehatan jiwa. terakhir sebanyak 112 orang (80,6%). Tempat
Hasil uji bivariat digunakan untuk me- yang dikunjungi untuk melakukan pemerik-
nyeleksi variabel yang akan digunakan pada saan adalah 62,2% ke fasilitas kesehatan dan
tahap uji multivariat. Variabel yang dapat ma- 33,8% pergi ke fasilitas non kesehatan yaitu
suk ke tahap multivariat jika memiliki nilai pengobatan tradisional. Masyarakat masih
p<0,25. Variabel jenis kelamin, pekerjaan, memanfaatkan pengobatan tradisional untuk
stigma gangguan jiwa dan ketersediaan pela- mengobati masalah gangguan mental dikare-
yanan kesehatan jiwa memiliki nilai p<0,25 nakan karena di Indonesia pengobatan tradi-
sehingga variabel tersebut masuk kedalam sional merupakan cara yang mudah, ter-
tahap uji multivariat jangkau dan tersedia bagi penduduk Indonesia
Tabel 7 menjelaskan bahwa berdasarkan yang menderita gangguan jiwa.4 Kebanyakan
hasil pemodelan terakhir, didapatkan bahwa dari mereka yang merasa keluhan-keluhan
variabel ketersediaan pelayanan kesehatan ji- mengarah ke gangguan mental lebih memilih
wa merupakan variabel perancu hubungan metode penyembuh tradisional dan alternatif
dari literasi kesehatan mental dengan perilaku terlebih dahulu sebelum pergi ke fasilitas
pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa. Ber- kesehatan.18
dasarkan pemodelan multivariat dapat di-
jelaskan bahwa masyarakat dengan gangguan
14
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

Pada responden yang tidak rutin ataupun sehatan mentalnya, sebagian besar yang bero-
tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan bat secara rutin. Menurut Notoatmodjo19 hal
menurut Twoddle dalam Notoatmodjo.19 Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan
ini disebabkan karena apa yang dirasakan persepsi sehat-sakit yang sebenarnya dapat
sehat bagi seseorang bisa saja tidak dirasakan merasakan risiko pribadi atau kerentanan.
sehat bagi orang lain sehingga terjadi perbe- Persepsi kerentanan merupakan salah satu
daan persepsi konsep sehat dan sakit. Selain persepsi yang lebih kuat dalam mendorong
itu, bagi masyarakat yang mendapatkan masa- orang untuk mengadopsi perilaku sehat. Se-
lah kesehatan namun tidak merasakan sakit makin besar risiko yang dirasakan, semakin
sudah barang tentu tidak akan bertindak apa- besar kemungkinan terlibat dalam perilaku
apa terhadap penyakit tersebut dan mereka untuk mengurangi risiko.
menganggap bahwa kondisi demikian tidak Untuk mengurangi risiko kesehatan ter-
akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sebut, masyarakat memanfaatkan pelayanan
sehari-hari atau mungkin mereka beranggapan kesehatan yang dianggap sebagai pemberi pe-
bahwa tanpa bertindak apa pun gejala yang layanan kesehatan yang dipercaya mampu
dideritanya akan lenyap dengan sendirinya.19 mengatasi masalah kesehatan yang mereka
Tingkat literasi kesehatan mental dalam alami. Hawari18 menyatakan kebanyakan dari
penelitian ini sebagian besar tergolong baik. mereka yang merasa keluhan-keluhan yang
Nilai rerata literasi kesehatan mental dari mengarah ke gangguan mental lebih memilih
masyarakat di Kecamatan Bogor Timur Kota metode penyembuh tradisional dan alternatif
Bogor sebesar 73,08, dengan nilai terrendah terlebih dahulu sebelum pergi ke fasilitas
adalah 44 dan nilai tertinggi adalah 93. kesehatan.
Sebagian besar responden mampu Sebagian besar dari responden mampu
mengenali gejala-gejala gangguan mental. Hal mengenali gejala-gejala gangguan mental. Hal
ini berarti bahwa pengetahuan responden ini berarti bahwa pengetahuan responden
mengenai gejala gangguan mental cukup baik mengenai gejala gangguan mental sudah baik.
sehingga berbekal dengan pengetahuan terse- Pengetahuan yang baik akan mendorong
but akan mendorong seseorang dalam mencari seseorang dalam mencari pertolongan tenaga
pertolongan dari tenaga formal dibandingkan formal dibandingkan informal.20 Selain gejala
informal.20 Selain gejala gangguan mental, gangguan mental, sebanyak 55,4% responden
sebanyak 55,4% responden pun mengetahui pun mengetahui mengenai faktor resiko ter-
mengenai faktor resiko terjadinya gangguan jadinya gangguan mental disebabkan oleh
mental disebabkan oleh faktor gender. faktor gender.
Sebagian masyarakat dengan gangguan Sebagian besar responden sudah menge-
mental emosional melakukan pemeriksaan tahui bagaimana mencari informasi tentang
khusus pada saat mereka mengalami gejala- kesehatan mental. Dewasa ini informasi ter-
gejala gangguan. Tempat yang dikunjungi un- sebar luas melalui media baik media elek-
tuk pemeriksaan kesehatan umumnya adalah tronik, media cetak maupun media sosial yang
ke fasilitas kesehatan. kini tidak lepas dari pandangan masyarakat
Sebagian kecil masyarakat yang masih Indonesia. Berdasarkan survei dari Global
memanfaatkan pengobatan tradisional untuk Web Index pada kuartal II dan kuartal III ta-
mengobati masalah gangguan mental. Pen- hun 2018, pengguna media sosial di Indonesia
gobatan tradisional merupakan cara yang mu- paling aktif berada di usia 16-64 tahun. Survei
dah, terjangkau dan tersedia bagi penduduk ini juga menunjukkan aktivitas masyarakat
Indonesia yang menderita gangguan jiwa. Indonesia mengunjungi media sosial dengan
Kebanyakan dari mereka yang merasa kelu- rerata waktu yang dihabiskan per hari yakni 3
han-keluhan yang mengarah ke gangguan jam 26 menit. Dimana diantara rentang waktu
mental lebih memilih metode penyembuh tersebut, masyarakat mendapatkan informasi
tradisional dan alternatif terlebih dahulu sebe- mengenai kesehatan mental.22
lum pergi ke fasilitas kesehatan.18 Penelitian ini menemukan ada hubungan
Pada mereka yang mendatangi fasilitas signifikan antara literasi kesehatan mental
kesehatan untuk memeriksakan masalah ke- dengan perilaku pemanfaatan pelayanan
15
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

kesehatan jiwa. Dengan demikian, hipotesis buat mereka lebih memanfaatkan pelayanan
alternatif penelitian diterima. Responden yang kesehatan jiwa. Hubungan tersebut juga di-
mempunyai literasi kesehatan mental tinggi pengaruhi ketersediaan pelayanan kesehatan.
akan cenderung untuk memanfaatkan pela-
yanan kesehatan jiwa dibandingkan dengan SARAN
responden yang mempunyai literasi kesehatan
rendah. Hasil ini sejalan dengan penelitian Perlunya peningkatan pengetahuan, sikap,
Novianty23 yang menjelaskan bahwa literasi keyakinan dan isu-isu kesehatan mental guna
kesehatan mental akan dapat mempengaruhi meningkatkan literasi kesehatan mental yang
seseorang dalam perilaku pencarian pertolo- lebih baik lagi bagi masyarakat yang berisiko
ngan formal. Temuan ini mengindikasikan seperti ODMK. Selain itu, perlunya pening-
apa yang diketahui individu dan apa yang katan informasi mengenai keberadaan layanan
diterima masyarakat mempengaruhi pencarian kesehatan jiwa yang ada baik puskesmas
pertolongan formal. Sementara itu, penelitian maupun rumah sakit. Sehingga mereka lebih
yang dilakukan oleh Kim24 menunjukkan dapat memanfaatkan layanan kesehatan jiwa
bahwa literasi kesehatan mental bersifat me- yang tersedia.
mediasi hubungan antara tiga faktor sosial-
demografis (pendidikan, literasi umum, dan UCAPAN TERIMA KASIH
status kesehatan), dan pemanfaatan pe- Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
layanan kesehatan mental. da seluruh responden yang telah bersedia ber-
Hal ini serupa dengan penelitian Ziller25 partisipasi dalam penelitian ini.
yang menyatakan bahwa pelayanan kesehatan
yang berasal dari fasilitas kesehatan dasar DAFTAR REFERENSI
lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
1. Kohn R, Saxena S, Levav I, Saraceno B. The
dibandingkan pelayanan kesehatan khusus ka-
treatment gap in mental health care.
rena pelayanan dari fasilitas kesehatan dasar 2004;(December).
lebih menerima pelayanan psikoterapi yang 2. Whiteford et al. Global Burden of Mental,
mudah dilakukan bagi masyarakat. Selain itu Neurological, and Substance Use Disorders:
psikoterapi juga merupakan komponen yang An Analysis from the Global Burden of
penting dari perawatan kesehatan mental yang Disease Study 2010. Dis Control Priorities,
baik. Third Ed (Volume 4) Ment Neurol Subst Use
Dewasa ini literasi kesehatan menjadi ba- Disord [Internet]. 2016;29–40. Available
gian yang sangat penting dalam konteks pem- from:
bangunan kesehatan. Menurut Zarcadoolas26, http://elibrary.worldbank.org/doi/10.1596/97
rendahnya tingkat literasi kesehatan dapat 8-1-4648-0426-7_ch2
3. Kaplan. Study Guide And Self-Examination
berkontribusi terhadap beberapa masalah ke-
Review In Psychiatry. Lippincot Williams,
sehatan, seperti penggunaan obat-obatan yang editor. 2007.
tidak semestinya, pelayanan kesehatan yang 4. Kemenkes RI. Potret Sehat Indonesia dari
tidak mencukupi, manajemen yang buruk un- Riskesdas 2018 [Internet]. 2018. Available
tuk kondisi kronis, tanggapan lamban untuk from:
kondisi-kondisi yang kritis, kondisi kesehatan http://www.depkes.go.id/article/view/181102
yang kurang baik, rendahnya keyakinan dan 00003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-
penghargaan diri, terkurasnya keuangan indi- 2018.html
vidu dan masyarakat dan diskriminasi secara 5. Dinas Kesehatan Kota Bogor. Profil
sosial. Kesehatan Kota Bogor tahun 2017. Kota
Bogor: Dinkes Kota Bogor; 2018.
KESIMPULAN 6. Surjaningrum ER. Gambaran Mental Health
Literacy Kader Kesehatan. 2012;14(03):194–
Masyarakat yang mengalami masalah ke- 202.
jiwaan di Kecamatan Bogor Timur memiliki 7. Kelly CM, Jorm AF, Wright A. Improving
literasi kesehatan mental yang baik. Literasi mental health literacy as a strategy to
kesehatan mental yang baik cenderung mem- facilitate early intervention for mental
disorders. Med J Aust. 2007;187(7 Suppl):1–
16
Handayani et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 9-17

5. Influencer MARKETING Sebagai Strategi


8. Lee HY, Kathy L, Pa N yang, Terry L. Pemasaran Digital Era Moderen (Sebuah
Mental Health Literacy in Hmong and Studi Literatur). 2018;15(1):133–46.
Cambodian Elderly Refugees: A Barrier to 23. Novianty A, Rochman Hadjam MN. Literasi
Understanding, Recognizing, and Kesehatan Mental dan Sikap Komunitas
Responding to Depression. 2010;Vol sebagai Prediktor Pencarian Pertolongan
71(Issue 4). Formal. J Psikol [Internet]. 2017;44(1):50.
9. Campos et al. Is It Possible to “Find Space Available from:
for Mental Health” in Young People? https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/2298
Effectiveness of a School-Based Mental 8
Health Literacy Promotion Program. Int J 24. Kim et al. Mental health literacy as a
Environ Res Public Health [Internet]. mediator in use of mental health services
2018;15(7):1426. Available from: among older Korean adults. Int
http://www.mdpi.com/1660-4601/15/7/1426 Psychogeriatrics. 2017;29(2):269–79.
10. Jorm AF. Mental health literacy; empowering 25. Ziller EC, Anderson NJ, Coburn AF. Access
the community to take action for better to Rural Mental Health Services: Service Use
mental health. Am Psychol. 2011;67(3):231– and Out-of-Pocket Costs. J Rural Heal.
43. 2010;26(3):214–24.
11. Vogel et al. Measuring the self-stigma 26. Zarcadoolas C, Pleasant A, Greer DS.
associated with seeking psychological help. J Understanding health literacy : An expanded
Couns Psychol. 2006;53(3):325–37. model Understanding health literacy : an
12. Jorm AF. Mental Health Literacy : Public expanded model SUMMARY. 2005;(July).
Knowledge and beliefs about mental
disorders. Br J psychiatry. 2000;396–401.
13. Andersson et al. Help-seeking behaviour,
barriers to care and experiences of care
among persons with depression in Eastern
Cape, South Africa. J Affect Disord
[Internet]. 2013;151(2):439–48. Available
from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jad.2013.06.022
14. Umubyeyi et al. Help-seeking behaviours,
barriers to care and self-efficacy for seeking
mental health care: a population-based study
in Rwanda. Soc Psychiatry Psychiatr
Epidemiol. 2016;51(1):81–92.
15. Kutcher S, Wei Y, Coniglio C. Mental health
literacy: Past, present, and future. Can J
Psychiatry. 2016;61(3):154–8.
16. Lemoshow, Stanley. Adequacy of Sample
Size in Health Studies. Canada: John Willey
& Sons; 1990.
17. M. Beusenberg And J.Orley. A User’s Guide
To The Self Reporting Questionnaire (SRQ).
Geneva: WHO; 1994.
18. Hawari D. Manajemen Stres, Cemas, dan
Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2001.
19. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
20. Kutcher et al. Mental health literacy: Past,
present, and future. Can J Psychiatry.
2016;61(3):154–8.
21. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan ilmu
perilaku. Rineka Cipta Jakarta. 2007;
22. Hariyanti NT, Wirapraja A. Pengaruh

17
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

Hubungan Smoking Media Literacy dengan Status Merokok Siswa


Menengah Atas
Association of Smoking Media Literacy with Smoking Status of Senior High
School Students
Danang Wahansa Sugiarto,1* Dian Ayubi,1 Evi Martha1
1
Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia, Kampus UI-Depok, Depok, 16424

*Korespondensi penulis: danang.wahansa@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang. Paparan media dapat mempengaruhi inisiasi remaja untuk merokok. Konsep literasi media
(smoking media literacy [SML]) dikembangkan sebagai strategi dalam pengendalian tembakau berbasis
sekolah.
Tujuan. Untuk mengetahui hubungan SML dengan status merokok siswa SMA negeri di wilayah
Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan
pada April-Mei 2018 di Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Data dikumpulkan dengan kuesioner
yang diisi sendiri oleh responden yang berjumlah 310 siswa-siswi SMA negeri. Analisis multivariat
dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Variabel yang dikontrol dalam analisis adalah jenis kelamin,
pendidikan orang tua, parenting, orang terdekat yang merokok (orang tua, saudara kandung, dan teman
sebaya), capaian prestasi di sekolah, depresi, self-esteem, sifat memberontak, dan sifat mencari sensasi.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14,2% responden yang berstatus merokok. Nilai rata-
rata skor SML responden adalah 68,94 (dalam skala 100). Hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa
ada hubungan bermakna antara SML dengan status merokok setelah jenis kelamin, saudara yang merokok,
teman sebaya yang merokok, capaian prestasi di sekolah, dan sifat memberontak dikendalikan (nilai
p=0,048; CI=1,008-7,085).
Kesimpulan. Pemahaman siswa SMA tentang literasi media masih rendah, dan SML berhubungan dengan
status merokok siswa.

Kata Kunci: literasi media, merokok, smoking media literacy, remaja

ABSTRACT
Background. Media exposure is a very influential factor in the initiation of adolescents to smoke. Therefore,
media literacy (smoking media literacy [SML]) was developed as a school-based tobacco control strategy.
Objective. The purpose of this research was to examine the relation of SML with the smoking status of high
school students in Purwakarta Regency
Method. This research used quantitative research with a cross-sectional design conducted in April-May
2018 in Purwakarta Regency. Data were collected by self-administered questionnaires from 310 students of
public senior high school. Data were analyzed using logistic regression test. Statistical adjustments were
made for gender, parental education, parenting, smoking status of parents, siblings, and peers, school
performance, depression, self-esteem, rebellion, and sensation seeking character.
Results. There were 14.2% smokers among respondents. The mean of SML score was 68.94 (on a scale of
100). The result of logistic regression showed that there was a significant correlation between SML and
smoking status with adjustment by sex, the sibling who smokes, peers who smoke, school achievement, and
rebelliousness (p-value=0.048; CI=1.008-7.085).
Conclusions. High school students' understanding of media literacy was still low, and SML was related to
students' smoking status.

Keywords: media literacy, smoking, smoking media literacy, adolescents

18
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

muda untuk mulai merokok dan/atau menjadi


LATAR BELAKANG perokok tetap.16
Rokok masih menjadi isu utama dalam Dikembangkanlah suatu konsep strategi
masalah kesehatan masyarakat. Dalam skala pengendalian tembakau yang efektif berbasis
dunia, rokok mengakibatkan hampir 6 juta sekolah, yaitu mempromosikan literasi media.
kematian per tahunnya.1 Indonesia, dalam Literasi media merupakan kemampuan untuk
lingkup ASEAN, menempati urutan pertama memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan
dalam jumlah perokok dengan 51,11% dari menghasilkan secara kritis suatu pesan di sua-
total seluruh perokok di 10 negara ASEAN.2 tu media dalam berbagai bentuk.17-19 Literasi
Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan media memiliki 3 ranah utama, yaitu Authors
Dasar (RISKESDAS) 2013, rerata proporsi and Audiences (AA), Messages and Meanings
perokok di Indonesia adalah 24,3%. Secara (MM), dan Representation and Reality (RR),
nasional, provinsi yang memiliki angka lima yang merupakan kontruksi dalam setiap papa-
terbesar perokok adalah Kepulauan Riau ran media. Domain AA menjelaskan konsep
(27,2%), Jawa Barat (27,1%), Bengkulu tentang gambaran industri tembakau yang
(27,1%), Nusa Tenggara Barat (26,8%), dan kuat dan manipulatif untuk sasaran tertentu.
Gorontalo (26,8%).3 Domain MM mengandung konsep bagaimana
Merokok memiliki dampak kesehatan pemasar mempromosikan tembakau dengan
yang tidak mengenal umur.4 Remaja yang menggunakan berbagai teknik produksi yang
merokok berisiko kecanduan nikotin dan menarik yang dapat membangkitkan respons
mengalami kerusakan sistem pernapasan juga emosional. Domain RR memberi pemahaman
kardiovaskular.5 Selain itu, kecanduan nikotin perbedaan antara citra tembakau di media dan
dapat memiliki efek permanen pada perkem- efek sebenarnya dari penggunaan tembakau
bangan otak diakibatkan otak remaja belum terhadap kesehatan.20,21 Dalam model yang
berkembang sepenuhnya.6 Merokok pada dikembangkan oleh Manganello, literasi me-
remaja juga dapat menjadi pemicu menjadi dia merupakan salah satu dari dimensi literasi
penyalahgunaan obat-obatan terlarang.7 Di kesehatan, terutama pada remaja.22 Literasi
Indonesia, berdasarkan RISKESDAS 2013, kesehatan, dalam hal ini termasuk literasi me-
trend usia mulai merokok paling banyak ada dia, akan mempengaruhi outcomes kesehatan,
pada rentang usia 15-19 tahun dengan 55,4%, salah satunya adalah perilaku merokok.
di mana rentang usia ini adalah usia SMA. Di Beberapa penelitian sudah menunjukkan
Kabupaten Purwakarta, proporsi penduduk hasil yang signifikan terkait hubungan SML
umur ≥10 tahun yang menjadi perokok setiap dengan status merokok pada remaja.23-28 Hasil
hari sebesar 28,4%, dan perokok kadang- penelitian tersebut merupakan hubungan SML
kadang sebesar 5,8%, lebih tinggi dari rerata dengan status merokok setelah dikendalikan
proporsi Provinsi Jawa Barat sebesar 27,1% berbagai variabel lain. Faktor jenis kelamin
untuk perokok tiap hari dan 5,6% untuk pero- dan pendidikan orang tua, parenting, adanya
kok kadang-kadang.3,8 orang terdekat yang merokok (orang tua,
Diketahui bahwa paparan media sangat saudara kandung, dan teman sebaya), faktor
berpengaruh terhadap inisiasi remaja untuk capaian prestasi di sekolah, depresi, self-
merokok, baik dalam bentuk konteks naratif, esteem, sifat memberontak, dan sifat mencari
seperti film, maupun dalam konteks persuasif, sensasi/kesenangan, ditemukan berhubungan
seperti periklanan.9-15 Namun demikian, tidak dengan perilaku merokok remaja.9,13,23,27,29-31
ada larangan khusus tentang pemasaran dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
periklanan merokok. Selain itu, media massa hubungan SML dengan status merokok siswa
yang mendorong remaja untuk merokok dapat SMA negeri di wilayah Kecamatan Purwakar-
dilihat hampir di mana pun, seperti karakter ta, Kabupaten Purwakarta setelah dikontrol
merokok di film, di televisi, dan di internet. dengan variabel: jenis kelamin, pendidikan
Industri tembakau berkontribusi pada fenome- orang tua, parenting, orang terdekat yang
na ini dengan mengembangkan pendekatan merokok (orang tua, saudara kandung, dan
pemasaran yang besar untuk menarik kaum teman sebaya), capaian prestasi di sekolah,

19
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

depresi, self-esteem, sifat memberontak, dan ing menggunakan alat ukur dari Jackson,
sifat mencari sensasi. Henriksen, dan Foshee yang terdiri dari ma-
sing-masing tiga butir pernyataan untuk satu
METODE sifat (total enam pernyataan).33 Variabel self-
Penelitian dilakukan dengan pendekatan esteem menggunakan alat ukur dari Rosen-
kuantitatif menggunakan desain penelitian berg yang terdiri dari tiga butir pernyataan.34
studi cross sectional. Pengumpulan data dila- Sifat memberontak diukur menggunakan alat
kukan pada bulan April-Mei 2018. Populasi ukur dari McDermott dan Apter yang terdiri
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari tiga butir pernyataan.35 Variabel sifat
SMA dan MA negeri (SMA sederajat) di mencari sensasi diukur menggunakan alat
wilayah Kecamatan Purwakarta, Kabupaten ukur dari Zuckerman yang terdiri dari tiga
Purwakarta. Pemilihan SMA dan MA negeri butir pernyataan.36 Cut-off point untuk lima
(berstatus publik/negeri dan non-vokasional/ kuesioner ini adalah nilai rerata karena distri-
general/umum) berdasarkan metode yang sa- busi data bernilai normal setelah dilakukan uji
ma yang dilakukan oleh penelitian sebe- normalitas.
lumnya.20,23,24,27 Terdapat empat SMA/MA Variabel jenis kelamin terdiri dari dua
negeri yang ada di lokasi ini, yaitu: SMA N 1 pilihan (dikotomi) dan pendidikan orang tua
Purwakarta, SMA N 2 Purwakarta, SMA N 3 dengan multiple-choice single response, de-
Purwakarta, dan MA N Purwakarta. Penari- ngan ketentuan jika salah satu orang tua
kan sampel menggunakan rumus Lemeshow memiliki pendidikan minimal sarjana/ diplo-
dengan uji hipotesis dua proporsi, dan ma, maka termasuk kategori tinggi. Variabel
didapatkan sampel sebanyak minimal 307 orang terdekat yang merokok (orang tua,
siswa. saudara dan teman sebaya) dan capaian pres-
Pengumpulan data dilakukan dengan tasi terdiri dari masing-masing satu perta-
kuesioner yang diisi sendiri oleh responden nyaan dengan pilihan dikotomi. Variabel
(self-administered questionnaire) berbasis depresi diukur menggunakan Patient Health
kertas. Variabel penelitian dalam penelitian Questionnare-2 (PHQ-2) dari Kroenke,
ini adalah status merokok sebagai variabel Spitzer, dan Williams yang terdiri dari 2 butir
terikat, smoking media literacy sebagai varia- pernyataan. Seseorang dikatakan depresi jika
bel bebas, serta jenis kelamin, pendidikan memiliki skor ≥ 3.37
orang tua, parenting, orang terdekat yang Penelitian ini telah lulus dalam proses
merokok, capaian prestasi di sekolah, depresi, kaji etik penelitian yang dilakukan oleh
self-esteem, sifat memberontak, dan sifat Komite Etik Riset dan Pengabdian Kesehatan
mencari sensasi sebagai variabel perancu. Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Kuesioner variabel status merokok diukur Universitas Indonesia, dengan nomor surat:
menggunakan alat ukur dari Substance Abuse 309/UN2.F10/PPM.00.02/2018 pada 26 April
and Mental Health Services Administration 2018.
(dalam Ryan, Trosclair, dan Gfroere)32 yang
terdiri dari satu pertanyaan. SML adalah vari- HASIL
abel independen yang diukur menggunakan Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa
kuesioner SML yang dikembangkan oleh 85,8% responden berstatus tidak merokok dan
Primack et al.20 Kuesioner terdiri dari 16 butir 63,5% responden memiliki SML yang rendah.
pernyataan yang mewakili tiga ranah utama Sebanyak 57,1% responden berjenis kelamin
kerangka teori literasi media. Cut-off point perempuan. Sebanyak 56,5% responden
yang digunakan adalah skor 75 berdasarkan memiliki tingkat pendidikan orang tua yang
nilai standar minimal mata pelajaran sekolah tinggi. Variabel parenting didapatkan bahwa
di wilayah Kabupaten Purwakarta. Hal terse- sebanyak 71,9% responden memiliki orang
but disebabkan literasi media adalah suatu tua yang tidak bertipe authoritative parenting.
konsep yang dalam penerapannya berbasis Untuk orang terdekat yang merokok, didapat-
sekolah dan pendidikan/kurikulum. kan bahwa 62,6% responden memiliki orang
Variabel parenting diukur dari dimensi tua dan 81,9% responden memiliki teman
responsive parenting dan demanding parent-
20
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

sebaya yang merokok serta 75,8% responden off rerata sebesar 73,84 (skala 100). Untuk
tidak memiliki saudara yang merokok. sifat memberontak dan sifat mencari sensasi,
Dari segi capaian prestasi di sekolah, sebanyak 52,6% responden dinilai tidak me-
78,7% responden memiliki capaian yang ba- miliki sifat memberontak (cut-off nilai rerata
gus. Sebanyak 63,9% responden tidak ada sebesar 62,31 [skala 100]), dan 60% res-
gejala depresi. Sebanyak 63,9% responden ponden tidak memiliki sifat mencari sensasi
memiliki self esteem yang tinggi, dengan cut- (cut-off nilai rerata sebesar 60,03 [skala 100]).

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Status Merokok, Smoking Media Literacy


dan Variabel-variabel Perancu
Variabel n %
Status Merokok:
Tidak 268 85,8
Ya 44 14,2
Smoking Media Literacy:
Tinggi 113 36,5
Rendah 197 63,5
Jenis Kelamin:
Perempuan 177 57,1
Lelaki 133 42,9
Pendidikan Orang Tua:
Tinggi 175 56,5
Rendah 135 43,5
Parenting:
Orang tua dengan tipe authoritative parenting 87 28,1
Orang tua tidak dengan tipe authoritative parenting 223 71,9
Orang tua yang merokok:
Tidak ada 116 37,4
Ada 194 62,6
Saudara yang merokok:
Tidak ada 235 75,8
Ada 75 24,2
Teman sebaya yang merokok:
Tidak ada 56 18,1
Ada 254 81,9
Capaian prestasi di sekolah:
Bagus 244 78,7
Kurang bagus 66 21,3
Gejala depresi:
Tidak memiliki 198 63,9
Memiliki 112 36,1
Self-esteem:
Tinggi 198 63,9
Rendah 112 36,1
Sifat memberontak:
Tidak memiliki 163 52,6
Memiliki 147 47,4
Sifat mencari sensasi:
Tidak memiliki 186 60,0
Memiliki 124 40,0

Tabel 2. Deskripsi Nilai Smoking Media


Literacy Responden di Kecamatan
Purwakarta Kabupaten Purwakarta
Tahun 2018
Ukuran Nilai (skala 100)
Rerata 68,9
Median 68,7
Standar Deviasi 12,6
Minimum 4
Maksimum 96
21
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

Tabel 3. Hasil Uji Bivariat Hubungan SML dengan Status Merokok


Status Merokok
Total
Variabel Merokok Tidak merokok OR (95% CI) p-value
n (%) n (%) n (%)
SML
Rendah 38 (19,3) 159 (80,7) 197 (100) 4,262 (1,741-10,433) 0,001
Tinggi 6 (5,3) 107 (94,7) 113 (100)

Tabel 4. Seleksi Variabel Penelitian untuk Uji Multivariat


Variabel Nilai p Keterangan
Jenis kelamin 0,001 Kandidat multivariat
Pendidikan orang tua 0,828 Bukan kandidat multivariat
Parenting 0,079 Kandidat multivariat
Orang tua yang merokok 0,509 Bukan kandidat multivariat
Saudara yang merokok 0,026 Kandidat multivariat
Teman sebaya yang merokok 0,006 Kandidat multivariat
Capaian prestasi di sekolah 0,001 Kandidat multivariat
Depresi 0,417 Bukan kandidat multivariat
Self-esteem 0,838 Bukan kandidat multivariat
Sifat memberontak 0,002 Kandidat multivariat
Sifat mencari sensasi 0,022 Kandidat multivariat

Tabel 5. Pemodelan Multivariat


Variabel Pemodelan ke-…
1 2 3 4 5 Akhir
p-value untuk
Variabel Independen
Smoking Media Literacy 0,054 0,041 0,032 0,025 0,048 0,048
Variabel Konfonding
Jenis kelamin 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001
Parenting 0,163 -* - - - -
Saudara yang merokok 0,057 0,057 0,046 -* 0,046 0,046
Teman sebaya yang merokok 0,126 0,146 -* 0,129 0,119 0,119
Capaian prestasi di sekolah 0,002 0,002 0,002 0,002 0,004 0,004
Sifat memberontak 0,004 0,004 0,002 0,003 0,002 0,002
Sifat mencari sensasi 0,090 0,054 0,038 0,043 -* -
OR SML 2,669 2,790 2,956 3,061 2,673 2,673
Perubahan OR - 4,53% 10,75% 14,68% 0,14% 0,14%
Keterangan: * = variabel yang dikeluarkan dari pemodelan

Tabel 6. Hasil Uji Multivariat


Variabel p-value OR 95% CI
SML 0,048 2,673 1,008-7,085
Jenis kelamin 0,005 9,475 3,627-24,753
Saudara yang merokok 0,046 2,278 1,016-5,105
Teman sebaya yang merokok 0,119 5,209 0,653-41,539
Capaian prestasi di sekolah 0,004 3,205 1,435-7,158
Sifat memberontak 0,002 3,445 1,557-7,621

Berdasarkan Tabel 2, nilai rerata SML status merokok siswa SMA negeri. Nilai OR
sebesar 68,94 dengan nilai minimum 4 dan sebesar 4,262 dapat diartikan bahwa respon-
nilai maksimum adalah 96 (dari skala 100). den yang memiliki SML rendah memiliki
Nilai mean tersebut lebih kecil dibandingkan odds 4,2 kali lebih besar untuk merokok
dengan nilai cut-off yang digunakan yaitu 75. dibandingkan dengan responden yang me-
Hasil uji kai-kuadrat pada Tabel 3 di- miliki SML tinggi. Untuk melanjutkan ke
peroleh nilai p=0,001. Hal ini berarti terdapat tahap multivariat, dilakukan seleksi variabel
hubungan yang signifikan antara SML dengan perancu dengan syarat jika nilai p<0,25 maka

22
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

variabel tersebut masuk kandidat multivariat. rokok dan produk tembakau lain dengan mu-
Hasil seleksi kandidat multivariat digam- dah, yaitu dengan cara membeli rokok di toko
barkan pada Tabel 3. kelontong atau minimarket.
Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa Di sisi lain, angka tersebut memiliki
jenis kelamin, parenting, saudara yang mero- kemungkinan untuk terus bertambah. Salah
kok, teman sebaya yang merokok, capaian satu penyebabnya adalah adanya produk ro-
prestasi di sekolah, sifat memberontak, dan kok elektrik. Berdasarkan data CDC, tren
sifat mencari sensasi memiliki nilai p<0,25 penggunaan produk tembakau mulai bergeser
sehingga masuk ke dalam tahap uji multivari- dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
at. Selanjutnya dilakukan pemodelan uji mul- Peningkatan jumlah pengguna rokok elektrik
tivariat seperti ditampilkan didalam Tabel 5 pada 2011-2016 mencapai 11,3% dibanding-
dan Tabel 6. kan konsumsi rokok konvensional.39,40 Hal
Berdasarkan hasil pemodelan uji multi- tersebut diakibatkan karena banyak remaja
variat dengan regresi logistik ganda pada dan orang dewasa memiliki persepsi bahwa
Tabel 5, didapatkan bahwa variabel jenis ke- rokok elektrik lebih sehat, minim risiko
lamin, saudara yang merokok, teman sebaya kesehatan dibanding rokok konvensional,
yang merokok, capaian prestasi di sekolah, lebih menarik karena memiliki rasa, dan dapat
dan sifat memberontak sebagai variabel menjadi metode untuk berhenti dari rokok
perancu hubungan SML dengan status mero- konvensional.41-45
kok. Berdasarkan hasil pada Tabel 6, didapat- Intervensi berbasis web dan telepon
kan hasil nilai p sebesar 0,048 (OR=2,673; seluler (media baru) menunjukkan hasil yang
CI=1,008-7,085). Hal tersebut berarti hasil dapat mendorong remaja dan dewasa muda
statistik menyatakan ada hubungan signifikan untuk berhenti merokok.46,47 Penguatan unit
antara SML dengan status merokok, di mana UKS di tiap sekolah dapat dilakukan dengan
orang dengan SML rendah memiliki odds 2,6 mengajak turut serta partisipasi siswa sebagai
kali untuk merokok dibandingkan dengan peer educator. Peer educator di sekolah men-
orang dengan SML tinggi setelah jenis ke- jadi langkah efektif untuk mengubah perilaku
lamin, saudara yang merokok, teman sebaya kesehatan berisiko, seperti merokok.48 Pusk-
yang merokok, capaian prestasi di sekolah, esmas dengan layanan PKPR juga dapat
dan sifat memberontak dikendalikan. membantu masalah ini.
Jumlah responden yang memiliki SML
PEMBAHASAN rendah lebih banyak (63,3%) dibanding
Persentase responden yang merokok pada dengan yang tinggi (36,5%). Hasil ini serupa
penelitian ini adalah sebesar 14,2%. Angka dengan hasil penelitian dari Salgado et al dan
ini juga lebih tinggi dibanding dengan hasil Primack et al yang juga menghasilkan SML
Riskedas Provinsi Jawa Barat 2013 yang tinggi lebih sedikit dibanding dengan SML
menghasilkan angka 13,1% untuk perokok di yang rendah.25,26,28 Rata-rata skor SML yang
Kabupaten Purwakarta pada umur 15-19 ta- bernilai 68,94 berada dalam kualifikasi
hun.8 Angka ini menjadi perhatian karena, cukup. Banyaknya responden dengan SML
merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. yang rendah salah satunya diakibatkan oleh
109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan kurangnya informasi, pengetahuan, dan pema-
yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk haman akan literasi media.
Tembakau bagi Kesehatan, pada pasal 25 Dalam penerapannya, literasi media ada-
dinyatakan bahwa rokok dan produk temba- lah konsep yang dilaksanakan di sekolah dan
kau lainnya dilarang dijual kepada anak di berbasis pendidikan. Di Kabupaten Purwakar-
bawah usia 18 tahun.38 Reponden penelitian ta, penerapan pendidikan literasi media belum
ini adalah siswa SMA, terutama kelas X dan terlaksana walaupun sudah ada peraturan
XI, yang secara umum adalah masih di bawah yang mengatur, yaitu PERMENDIKBUD No.
18 tahun. Hal tersebut dapat menjadi gam- 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
baran bahwa implementasi aturan peredaran Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum
dan penjualan produk tembakau masih lemah. 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Siswa SMA yang merokok bisa mendapatkan Menengah dan Permendikbud No. 79 Tahun
23
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum lamin (terutama laki-laki) berhubungan


2013.49,50 Pendidikan literasi media tersebut dengan merokok, yaitu terkait peran gender
dapat berdiri sendiri ataupun dapat diinte- (sex roles), tentang ekspektasi dan norma
grasikan dengan mata pelajaran Teknologi gender, dan pandangan tiap gender soal
Informasi & Komunikasi (komputer) dalam merokok.58
pelaksanaanya. Namun, pelaksanaan literasi Variabel saudara kandung merokok juga
media juga memungkinkan diimplementasi- menjadi variabel perancu dalam penelitian ini.
kan dalam kegiatan ekstrakurikuler, terutama Saudara kandung dapat lebih menjadi role
dalam bidang teknologi, informasi, komu- model perilaku seseorang dalam lingkup in-
nikasi dan media. Hal tersebut sesuai dengan formal. Contohnya adalah seperti bagaimana
PERMENDIKBUD No. 62 Tahun 2014 Ten- berperilaku yang keren saat bergaul di
tang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidi- sekolah atau bersama teman.59 Teman sebaya
kan Dasar dan Pendidikan Menengah.51 yang merokok juga menjadi variabel perancu.
Paparan media yang cukup besar dan in- Hal ini disebabkan kontak/pengaruh sosial
tens pada remaja menghasilkan legitimasi so- dan ikatan relasional remaja akan lebih kuat
sial dari realitas yang digambarkan di media pada teman sebayanya. Akibatnya, seseorang
massa, yang dapat mempengaruhi perilaku. tersebut akan lebih mengikuti perilaku teman
Media memiliki kekuatan untuk menggam- sebayanya, termasuk perilaku berisiko seperti
barkan perilaku yang ditampilkan di media merokok.60
dapat diterima secara sosial, bahkan dapat Terkait capaian prestasi di sekolah, hasil
membuat realitas di media lebih dipercaya penelitian sebelumnya melaporkan bawha
dibandingkan dengan realitas sosial di lapa- nilai yang diterima oleh siswa yang tidak
ngan, salah satunya merokok.52-54 Oleh karena merokok lebih baik daripada yang diterima
itu, kemampuan literasi media (SML) diper- oleh siswa yang merokok.29,61,62 Menurut
lukan untuk dapat mengolah dan mengkritisi Pumroy, alasan seseorang remaja mendapat-
pesan dari media sehingga dapat menguri kan capaian prestasi yang kurang bagus kare-
dampak perubahan perilaku berisiko. na mereka memiliki masalah dengan orang
Berdasarkan hasil uji bivariat, nilai p tuanya.63 Variabel sifat memberontak menjadi
yang diperoleh adalah 0,001. Hal ini berarti perancu karena dapat disebabkan adanya ma-
SML secara signifikan berhubungan dengan salah dengan orang tua, saudara ataupun te-
status merokok responden. Hasil penelitian ini man, dan masalah dengan orang tua menjadi
serupa dengan hasil penelitian dari Primack et penyebab paling banyak ditemukan.64 Pada
al, Salgado et al, dan Page et al menyatakan wanita, sifat memberontak yang berhubungan
bahwa ada hubungan antara SML dengan pri- dengan merokok biasanya berkaitan dengan
laku merokok pada remaja.23-26,28 Hal tersebut mendobrak konteks sosial yang ada di sekitar
sejalan dengan saran dan rekomendasi dari mereka atau ingin menyesuaikan dengan
American Academy of Pediatrics, Centers for lingkungan sosial yang ada.64,65 Peran guru
Disease Control and Prevention, dan United BP/BK di sekolah diharapkan dapat menga-
State Office of National Drug Control Policy. tasi ketiga faktor tersebut.
Penggunaan literasi media berpotensi dapat Berdasarkan hasil uji multivariat, terdapat
mengurangi perilaku kesehatan yang meru- lima variabel perancu dalam hubungan SML
gikan akibat pengaruh media, salah satunya dengan status merokok. Cukup banyaknya
adalah merokok.55-57 variabel perancu ini cukup mempengaruhi
Berdasarkan uji multivariat, nilai p yang validitas eksternal penelitian. Namun, ter-
diperoleh adalah 0,048, yang artinya SML dapat langkah atau pendekatan yang dapat
secara sigifikan berhubungan dengan status dilakukan instansi terkait dengan hasil dari
merokok, setelah dikontrol variabel jenis ke- SML, status merokok, dan variabel perancu
lamin, saudara yang merokok, teman sebaya dalam penelitian ini. Selain promosi
yang merokok, capaian prestasi di sekolah, kesehatan berbasis media massa, penguatan
dan sifat memberontak. unit UKS, dan pendidikan literasi media, pen-
Untuk jenis kelamin, menurut Waldron, dekatan keluarga dalam program Indonesia
terdapat tiga alasan utama mengapa jenis ke- Sehat dapat menjadi kunci dalam pengendali-
24
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

an tembakau dan rokok pada remaja secara bangkan peer educator, dan optimalisasi pro-
khusus. Hal ini penting karena beberapa gram Indonesia Sehat dengan pendekatan
penyebab utama remaja merokok adalah dari keluarga. Pengembangan pendidikan media
internal keluarga sendiri, yaitu variabel (literasi media) di tingkat SMA dan optimali-
saudara merokok, capaian prestasi dan sifat sasi peran guru BP/BK atau guru pembimbing
memberontak. Variabel teman sebaya yang juga dapat menjadi solusi perilaku merokok
merokok juga memiliki akar masalah pada dan perilaku berisiko kesehatan lainnya. Un-
keluarga, salah satunya, sama halnya dengan tuk keperluan penelitian berikutnya, dapat
remaja lainnya yang merokok. Namun, dilakukan aplikasi penelitian SML di daerah
langkah atau intervensi berbasis gender/jenis lain dan melakukan pengembangan atau adap-
kelamin (restriksi untuk laki-laki saja) tidak tasi literasi media untuk perilaku kesehatan
bisa dilakukan. Hal tersebut dikarenakan berisiko lainnya.
Goals atau tujuan akhir nomor 5 dari Sustain-
able Development Goals (SDGs), yaitu ten- UCAPAN TERIMA KASIH
tang kesetaraan gender (gender equality). Hal Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
tersebut dapat dilakukan dengan menggali da seluruh responden yang telah bersedia ber-
informasi lebih dalam terkait perilaku mero- partisipasi dalam penelitian ini.
kok, yang hasilnya dapat digunakan untuk
membuat lingkungan fisik dan sosial-ekonomi DAFTAR REFERENSI
yang lebih baik untuk perbaikan kesehatan
1. World Health Organization. (2011). WHO
masyarakat luas.66
Report on the Global Tobacco Epidemic,
2011: Warning about the dangers of tobacco.
KESIMPULAN Genewa: WHO Press.
Proporsi remaja SMA yang merokok di 2. ASEAN. (2012). The ASEAN Tobacco Con-
wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten trol Report (June). [Online] Tersedia di:
Purwakarta cukup tinggi, yaitu 14,2%. Angka http://asean.org/storage/images/rotating_bann
ini lebih tinggi dibanding dengan hasil er/the asean tobacco control report.pdf. (Di-
akses pada Desember 2017).
Riskedas Provinsi Jawa Barat 2013 yang
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
menghasilkan angka 13,1% untuk perokok di Kesehatan-Kementerian Kesehatan RI.
Kabupaten Purwakarta pada umur 15-19 ta- (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISK-
hun. Angka ini juga menunjukkan salah satu ESDAS) 2013. Jakarta: Kementerian
indikasi masih bebasnya anak di bawah 18 Kesehatan.
tahun bisa membeli rokok secara bebas. Nilai 4. U.S. Department of Health and Human Ser-
smoking media literacy siswa SMA negeri di vices. (2010). How Tobacco Smoke Causes
wilayah Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Disease: The Biology and Behavioral Basis
Purwakarta cenderung rendah. Hal tersebut for Smoking-Attributable Disease: A Report
mengindikasikan bahwa masih kurangnya of the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S.
pemahaman siswa SMA tentang literasi me- Department of Health and Human Services,
Centers for Disease Control and Prevention,
dia. Didapatkan hubungan signifikan antara
National Center for Chronic Disease Preven-
SML dengan status merokok pada siswa SMA tion and Health Promotion, Office on Smok-
negeri di wilayah Kecamatan Purwakarta Ka- ing and Health.
bupaten Purwakarta, setelah variabel jenis 5. U.S. Department of Health and Human Ser-
kelamin, saudara yang merokok, teman seba- vices. (2014). The Health Consequences of
ya yang merokok, capaian prestasi di sekolah, Smoking: 50 Years of Progress; A Report of
dan sifat memberontak dikendalikan. the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. De-
partment of Health and Human Services,
SARAN Centers for Disease Control and Prevention,
National Center for Chronic Disease Preven-
Beberapa langkah yang dapat dilakukan tion and Health Promotion, Office on Smok-
berdasarkan hasil penelitian antara lain opti- ing and Health.
malisasi promosi kesehatan berbasis media 6. Steinberg, L. (2007). Risk Taking in Adoles-
baru, penguatan unit UKS dengan mengem- cence New Perspectives from Brain and Be-

25
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

havioral Science. Current Directions in Psy- 17. Aufderheide, P. dan Firestone, C. (1993).
chological Science, 16(2): 55–59. Media Literacy: A Report of the National
7. Lai, S., Lai, H., Page, J. B., dan McCoy, C. Leadership Conference on Media Literacy.
B. (2000). The association between cigarette Queenstown, MD: Aspen Institute.
smoking and drug abuse in the United States. 18. Buckingham, D. (2003). Media Education:
J Addict Dis., 19(4): 11-24. Literacy, Learning, and Contemporary Cul-
8. Badan Penelitian dan Pengembangan ture. Malden, MA: Blackwell Publishing.
Kesehatan-Kementerian Kesehatan RI. 19. Thomas, E. (2003). Skills and Strategies for
(2013). RISKESDAS dalam Angka Provinsi Media Education: The Center for Media Lit-
Jawa Barat 2013. Jakarta: Kementerian eracy. [Online] Tersedia di:
Kesehatan. http://www.medialit.org/reading-room/skills-
9. Dalton, M. A., Sargent, J. D., Beach, M. L., strategies-media-education (Diakses pada
Titus-Ernstoff, L. T., Gibson, J. J., Ahrens, Desember 2017).
M. B., et al. (2003). Effect of viewing smok- 20. Primack, B. A., Gold, M. A., Switzer, G. E.,
ing in movies on adolescent smoking initia- Hobbs, R. Land S. R., Fine, M. J. (2006).
tion: a cohort study. Lancet, 362 (9380): Development and Validation of a Smoking
281–285. Media Literacy Scale for Adolescents. Ar-
10. Sargent, J. D, Beach, M. L, Adachi-Mejia, A. chives of Pediatrics & Adolescent Medicine,
M., Gibson, J. J., Titus-Ernstoff, L. T., Ca- 160(4): 369-374.
rusi, C. P., et al. (2005). Exposure to movie 21. Primack, B. A. dan Hobbs, R. (2009). Asso-
smoking: its relation to smoking initiation ciation of various components of media liter-
among US adolescents. Pediatrics, 116(5): acy and adolescent smoking. American Jour-
1183-1191. nal of Health Behavior, 33(2):192–201.
11. Charlesworth, A. dan Glantz, S. A. (2005). 22. Manganello, J. A. (2008). Health literacy and
Smoking in the movies increases adolescent adolescent: a framework and agenda for fu-
smoking: a review. Pediatrics, 116(6): 1516- ture research. Health Education Research,
1528. 23(5): 840-847.
12. Altman, D. G., Levine, D. W., Coeytaux, R., 23. Primack, B. A., Gold, M. A., Land, S. R., dan
Slade, J., dan Jaffe, R. (1996). Tobacco pro- Fine, M. J. (2006). Association of Cigarette
motion and susceptibility to tobacco use Smoking and Media Literacy about Smoking
among adolescents aged 12 through 17 years among Adolescents. Journal of Adolescent
in a nationally representative sample. Am J Health, 39(4): 465–472.
Public Health, 86(11): 1590-1593. 24. Salgado, M. V., Perez-Stable, E. J., Primack,
13. Pierce, J. P., Choi, W. S., Gilpin, E. A., Far- B. A., Kaplan, C. P., Mejia, R. M., Gregor-
kas, A. J., dan Berry C. C. (1998). Tobacco ich, S. E., et al. (2012). Association of media
industry promotion of cigarettes and adoles- literacy with cigarette smoking among youth
cent smoking. JAMA, 279(7): 511-515. in Jujuy, Argentina. Nicotine and Tobacco
14. Wakefield, M., Flay, B., Nichter, M., dan Research, 14(5): 516–521.
Giovino, G. (2003). Role of the media in in- 25. Page, R. M., Huong, N. T., Chi, H. K., et al.
fluencing trajectories of youth smoking. Ad- (2011). Smoking media literacy in Vietnam-
diction, 98(1): 79-103. ese adolescents. Journal of School Health,
15. DiFranza, J. R., Wellman, R. J., Sargent, J. 81(1): 34–41.
D., Weitzman, M. Hipple, B. J., Winickoff, J. 26. Page, R. M., Piko, B. F., Balazs, M. A., dan
P., et al. (2006). Tobacco promotion and the Tien T. Q. (2011). Media literacy and ciga-
initiation of tobacco use: assessing the evi- rette smoking in Hungarian adolescents.
dence for causality. Pediatrics, 117: 1237- Health Education Journal, 70(4): 446–457.
1248. 27. Bier, M. C., Zwarun, L., dan Sherblom, S. A.
16. U.S. Department of Health and Human Ser- (2016). Evidence of the Value of the Smok-
vices. (2012). Preventing Tobacco Use ing Media Literacy for Middle School Stu-
Among Youth and Young Adults: A Report of dents. Journal of School Health, 86(10): 717-
The Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. De- 725.
partment of Health and Human Services, 28. Primack, B. A., Sidani, J., Carroll, M. V., dan
Centers for Disease Control and Prevention, Fine, M. J. (2009). Associations between
National Center for Chronic Disease Preven- Smoking and Media Literacy in College Stu-
tion and Health Promotion, Office on Smok- dents. Journal of Health Communication,
ing and Health. 14(6): 541–555.

26
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

29. Can, G., Topbas, M., Oztuna, F., Ozgun, S., High School Students-United States, 2011-
Can, E., dan Yavuzyilmaz, A. (2009). Factors 2016. Morbidity and Mortality Weekly Re-
contributing to regular smoking in Adoles- port, 66(23): 597-603.
cents in Turkey. Journal of School Health, 41. Kim, H., Davis, A. H., Dohack, J. L., dan
79(3): 93-97. Clark, P. I. (2016). E-Cigarettes Use Behav-
30. Tyc, V. L., Hadley, W., Allen, D., Varnell, ior and Experience of Adults: Qualitative Re-
S., Ey, S. Rai, S. N., et al. (2004). Predictors search Findings to Inform E-Cigarette Use
of smoking intentions and smoking status Measure Development. Nicotine & Tobacco
among nonsmoking and smoking adoles- Research: 1-7.
cents. Addictive Behavior, 29: 1143-1147. 42. Simmons, V. N., Quinn, G. P., Harrell P. T.,
31. Johnson, C. C., Myers, L., Webber, L. S., dan Meltzer, L. R., Correa, J. B. Unrod, M., et al.
Boris, N. W. (2004). Profiles of the adoles- (2016). E-cigarette use in adults: a qualitative
cent smoker: models of tobacco use among study of users’perceptions and future use in-
9th grade high school students: Acadiana Co- tentions. Addict Res Theory, 24(4): 313-321.
alition of Teens against Tobacco (ACTT). 43. McKeganey, N., Barnard, M., dan Russell, C.
Prev Med, 39(3): 551-558. (2017). Vapers and vaping: E-cigarettes users
32. Ryan, H., Trosclair, A., dan Gfroerer, J. views of vaping and smoking. Drugs Educ
(2012). Adult Current Smoking: Differences Prev Pol, Early Online: 1-8.
in Definitions and Prevalence Estimates— 44. Rooke, C., Cunningham-Burley, S., dan
NHIS and NSDUH, 2008. Journal of Envi- Amos, A. (2015). Smokers’ and ex-smokers’
ronmental and Public Health, 2012: 1-11. understanding of electronic cigarettes: a qual-
33. Jackson, C., Henriksen, L., dan Foshee, V. A. itative study. Tob Control, 25: 60-66.
(1998). The Authoritative Parenting Index: 45. Tamimi, N. (2015). Knowledge, attitudes and
Predicting Health Risk Behaviors among beliefs towards e-cigarette among e-cigarette
Children and Adolescent. Health Education users and stop smoking advisors in South
& Behavior, 25(3): 319-337. East England: a qualitative study. Primary
34. Rosenberg, M. (1965). Society and the ado- Health Care Research & Development: 1-8.
lescent self-image. Princeton, NJ: Princeton 46. Naslund, J. A., Kim, S. J., Aschbrenner, K.
University Press. A., McCulloch, L. J., Brunette M. F., Dal-
35. McDermott, M. R., dan Apter, M. J. (1988). lery, J., et al. (2017). Systematic review of
Negativism Dominance Scale. In Apter, M. social media interventions for smoking cessa-
J., Kerr, J. H., & Cowles, M. P. (Eds.), Ad- tion. Addictive Behaviors, 73: 81-93.
vance in psychology: Vol. 51. Progress in re- 47. Villanti, A.C., McKay, H. S., Abrams, D. B.,
versal theory. Amsterdam: North-Holland, Holtgrave, D. R., dan Bowie, J. V. (2010).
hlm. 373-376. Smoking cessation interventions for U.S.
36. Zuckerman, M., Kolin, E. A., Price, L., dan young adults: a systematic review. Am J Prev
Zoob, I. (1964). Development of Sensation- Med, 39(6): 564–574.
Seeking Scale. Journal of Consulting Psy- 48. Balgic, N. dan Gunay, T. (2018). Evaluation
chology, 28(6): 477-482. of effectiveness of peer education on smok-
37. Kroenke, K., Spitzer, R. L., dan William, J. ing behavior among high school students.
B. (2003). The Patient Health Questionnare- Saudi Med J., 39(1): 74-80.
2: Validity of a Two-Item Depression 49. Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke-
Screener. Medical Care, 41: 1284-1294. budayaan Republik Indonesia Nomor 24 Ta-
38. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia hun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kom-
Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Penga- petensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum
manan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidi-
berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. kan Menengah. 29 Juni 2016. Berita Negara
24 Desember 2012. Lembaran Negara Re- Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 971.
publik Indonesia Tahun 2012 Nomor 278. 50. Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke-
Jakarta. budayaan Republik Indonesia Nomor 79 Ta-
39. Centers of Disease Control and Prevention. hun 2014 Tentang Muatan Lokal Kurikulum
(2013). Tobacco Product Use Among Middle 2013. 20 Agustus 2014. Berita Negara Re-
and High School Students-United States, publik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1172.
2011 and 2012. Morbidity and Mortality 51. Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke-
Weekly Report, 62(45): 893-897. budayaan Republik Indonesia Nomor 62 Ta-
40. Centers of Disease Control and Prevention. hun 2014 Tentang Kegiatan Ekstrakurikuler
(2017). Tobacco Use Among Middle and pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
27
Sugiarto et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 18-28

Menengah. 11 Juli 2014. Berita Negara Re- 64. Tilleczek, K. C. dan Hine, D. W. (2006). The
publik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958. meaning of smoking as health and social risk
52. Communication Initiative. (2003). Change in adolescence. J. Adolesc, 29: 273–287.
Theories: Cultivation Theory of Mass Media. 65. Greaves, L. (2015). The Meanings of Smok-
[Online] Tersedia di: ing to Women and Their Implications for
www.comminit.com/changetheories/ctheorie Cessation. Int. J. Environ. Res. Public
s/changetheories-24.html. (Diakses pada 30 Health, 12: 1449-1465.
Juli 2018). 66. Ostlin, P. Eckermann, E., Mishra, U. S.,
53. Gerbner, G. (1969). Toward Cultural Indica- Nkowane, M., dan Wallstam, E. (2007).
tors—Analysis of Mass Mediated Public Gender and health promotion: A multisec-
Message Systems. AV Communication Re- toral policy approach. Health Promotion In-
view, 17(2): 137–148. ternational, 21(S1): 25-35
54. Gerbner, G., Gross, L., Morgan, M., dan Si-
gnorielli, N. (1980). The Mainstreaming of
America: Violence Profile No. 11. Journal of
Communication, 30: 10–29.
55. Committee on Public Education. (1999). Me-
dia education: American Academy of Pediat-
rics, Committee on Public Education. Pediat-
rics, 104: 341-343.
56. Centers for Disease Control and Prevention.
(1999). Media Sharp: Analyzing Tobacco
and Alcohol Messages. Atlanta: Centers for
Disease Control and Prevention.
57. Office of National Drug Control Policy.
(2001). Helping Youth Navigate the Media
Age: A New Approach to Drug Prevention.
Washington, DC: Office of National Drug
Control Policy.
58. Waldron, I. (1991). Patterns and causes of
gender differences in smoking. Soc Sci Med,
32(9): 989-1005.
59. Nauert, R. (2015). Early Sibling Relation-
ships Influence Adult Behavior. [Online]
Tersedia di:
https://psychcentral.com/news/2010/01/18/ea
rly-sibling-relationships-influence-adult-
behavior/10803.html (Diakses pada 3 Juni
2018).
60. Kobus, K. (2003). Peers and adolescent
smoking. Addiction, 98 (Suppl. 1): 37-55.
61. Bryant, A. L., Schulenberg, J., Bachman, J.
G., O’Malley, P. M., dan Johnston, L. D.
(2000). Understanding the links among
school misbehavior, academic achievement,
and cigarette use: A national panel study of
adolescents. Prevention Science, 1(2): 71–87.
62. Ellickson, P. L., Tucker, J. S. dan Klein, D. J.
(2001). High-risk behaviors associated with
early smoking: Results from a 5-year follow-
up. Journal of Adolescent Health (Special Is-
sue), 28(6): 465–473.
63. Pumroy, D. K. (1967). Cigarette Smoking
and Academic Achievment. The Journal of
General Psychology, 77: 31-34.

28
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

Perilaku Physical Distancing Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta pada Masa Pandemi COVID-19
Physical Distancing Behavior of Students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dur-
ing COVID-19 Pandemic
Fidah Syadidurrahmah,1 Fika Muntahaya,1 Siti Zakiyatul Islamiyah,1 Tri Aulia Fitriani,1 Hoirun
Nisa1,*
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Tangerang Selatan 15412.
*
Korespondensi penulis: hoirun.nisa@uinjkt.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang. Penyebaran virus COVID-19 telah mengakibatkan langkah-langkah yang belum pernah
terjadi sebelumnya, seperti membatasi perjalanan dan aktivitas sosial di banyak negara. Physical distancing
sangat penting untuk mencegah penyebaran COVID-19 dan diperkirakan akan berlanjut untuk beberapa waktu.
Tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan perilaku physical distancing pada mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakartadi awal masa pandemi COVID-19.
Metode. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif desain studi
cross sectional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 417 sampel dengan menggunakan metode
voluntary sampling. Informasi dikumpulkan secara online melalui google form pada bulan April 2020. Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil. Perilaku physical distancing yang baik dilaksanakan oleh 55,9% mahasiswa. Hasil analisis multivariat
menunjukkan determinan perilaku physical distancing adalah jenis kelamin perempuan (OR=3,438, 95% CI:
2,037-5,804); pengetahuan yang baik terkait physical distancing (OR=1,757, 95% CI: 1,057-2,919); serta
adanya dukungan keluarga (OR=1,854, 95% CI:1,219-2,819). Dukungan TOMA tidak berhubungan signifikan
dengan perilaku physical distancing (OR=1,469, 95% CI: 0,961-2,246).
Kesimpulan. Perilaku physical distancing masih perlu ditingkatkan. Mahasiswa perempuan lebih baik dalam
menerapkan perilaku physical distancing. Dukungan keluarga dan pengetahuan terkait physical distancing
mempengaruhi perilaku physical distancing.

Kata Kunci: COVID-19, perilaku, physical distancing.

ABSTRACT
Background. The spread of the COVID-19 virus has resulted in unprecedented measures such as restricting
travel and social activity in many countries. Physical distancing is critical to fighting COVID-19 and is
expected to continue for some time.
Objective.The aim of the study was to assess the determinants of physical distancing behavior of university
students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta at the beginning of the COVID-19 pandemic.
Method. This study used an observational analytic method with cross-sectional study design. A total of 417
respondents was selected by using voluntary sampling method. Information was collected online using google
form in April 2020. Data were analysed using a multiple logistic regression test.
Results. Good physical distancing behavior carried out by 55.9% of students. The results of multivariate
analysis showed that factors associated with physical distancing behavior were female gender (OR=3.438,
95% CI: 2.037-5.804), good knowledge of physical distancing (OR=1.757, 95% CI: 1.057-2.919), and family
support (OR=1.854, 95% CI: 1.219-2.819). Meanwhile, support from community leaders was not significantly
related to physical distancing behavior (OR=1.469, 95% CI: 0.961-2.246).
Conclusion. Uptake of physical distancing behavior needs to increase. Female university students were better
at uptaking physical distancing behavior. Family support and knowledge about physical distancing effect the
uptake of physical distancing behavior.

Keywords: COVID-19, behavior, physical distancing

29
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

terdapat kasus atau bahkan hingga setelahnya.


LATAR BELAKANG
Penurunan jumlah kasus dapat terjadi dengan
Coronavirus merupakan keluarga besar menerapkan tindakan-tindakan pencegahan te-
virus bersifat zoonotik. Virus ini menyebabkan pat. Menurut WHO, tindakan pencegahan yang
penyakit dari hewan ke manusia dan kini sudah dapat dila-kukan antara lain mencuci tangan
bertransmisi dari manusia ke manusia. Pada secara teratur, menghindari menyentuh bagian
manusia, coronavirus dapat menyebabkan in- wajah, menjaga kebersihan, menutup mulut
feksi pernapasan mulai dari flu biasa hingga ketika batuk atau bersin, tetap di rumah jika
penyakit yang lebih parah, seperti Middle East merasa tidak sehat, dan menjaga jarak minimal
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe satu meter. Kebijakan menjaga jarak diberla-
Acute Respiratory Syndrome (SARS).1 Virus kukan di beberapa negara untuk menghindari
corona yang baru ditemukan ini merupakan penularan virus melalui droplet, termasuk di
penyebab dari penyakit COVID-19. COVID- Indonesia yang mulai menerapkan social dis-
19 biasanya dimulai dengan gejala demam tancing yang kini diubah menjadi istilahnya
kemudian diikuti oleh batuk kering. Pada menjadi physical distancing. Physical distanc-
pasien dengan penyakit kronis, gejala dapat ing merupakan upaya menjaga jarak antara
disertai pneumonia, nyeri dada dan sesak na- satu orang dengan orang yang lain agar terhin-
pas. Penyakit COVID-19 jarang menyebabkan dar dari penularan penyakit COVID-19 dengan
hidung tersumbat, bersin, ataupun sakit teng- menghindari kerumunan ataupun keramaian
gorokan, hanya pada sekitar 5% pasien.2 orang. Bentuk physical distancing antara lain
Jumlah kasus COVID-19 meningkat cepat melalui upaya pembatasan kerja, sekolah mau-
dalam kurun waktu singkat sejak kasus per- pun universitas, dan mengganti dengan per-
tama yang terjadi pada awal Desember 2019 di temuan melalui daring sehingga dapat mengu-
Wuhan. World Health Organization (WHO) rangi pertemuan tatap muka antara beberapa
menetapkan penyakit COVID-19 sebagai pan- orang. Jarak yang tepat untuk physical distanc-
demi dunia pada Maret 2020.2 Pada tanggal 25 ing adalah sekitar 1-3 meter.7
Mei 2020, jumlah kasus COVID-19 di dunia Perilaku physical distancing diharapkan
telah mencapai 5,3 juta, kasus menyebar di 215 dapat menurunkan angka penularan penyakit
negara. Jumlah kematian dilaporkan sebanyak COVID-19 akibat kontak yang sedikit. Pada
342 ribu kematian dengan Case Fatality Rate kenyataannya masih banyak orang yang tidak
(CFR) adalah 6,45%. Jumlah kasus COVID-19 menerapkan perilaku physical distancing dan
tertinggi terdapat di regional Amerika yang tetap mengadakan pertemuan ataupun perkum-
mencapai jumlah 2,3 juta kasus.3 Sementara pulan. Hal tersebut dapat terjadi karena be-
itu, jumlah kasus di Indonesia telah meningkat berapa faktor yang melatarbelakangi perilaku
secara signifikan menjadi 22.750 kasus yang physical distancing terkait COVID-19. Teori
dilaporkan per 25 Mei 2020 dengan tingkat ke- terdahulu telah menyebutkan berbagai faktor
matian mencapai 6,1%.4 DKI Jakarta merupa- yang dapat memengaruhi perilaku seseorang.
kan provinsi dengan jumlah kasus tertinggi Menurut teori Green8,9, perilaku seseorang di-
yaitu mencapai 6,6 ribu kasus.5 pengaruhi oleh tiga faktor, yakni faktor predis-
Jumlah kasus penyakit COVID-19 yang posisi, faktor pemungkin, serta faktor penguat.
tinggi menimbulkan dampak negatif dalam Tujuan penelitian ini untuk mengetahui deter-
berbagai bidang, terutama ekonomi. Industri minan perilaku physical distancing pada maha-
perjalanan mengalami penurunan penjualan siswa dan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
hingga 90% dengan total kerugian mencapai Jakarta di awal masa pandemik COVID-19.
$1,5 miliar. Industri perhotelan mengalami pe-
nurunan mulai dari 30% hingga 40%, industri METODE
penerbangan mengalami kerugian hingga men-
Metode penelitian yang digunakan dalam
capai $207 miliar, dan industri retail dengan
penelitian ini adalah observasional analitik
kerugian setiap harinya hingga mencapai 32%.
dengan pendekatan kuantitatif desain studi
Penurunan signifikan penghasilan harian pada
cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu
industri pangan.6 Kerugian ekonomi akibat
seluruh mahasiswa dan mahasiswi program
COVID-19 akan terus berlanjut selama masih
sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
30
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

ajaran 2019/2020, yang berjumlah 35.106 ma- COVID-19 adalah pengetahuan dasar penyakit
hasiswa dan mahasiswi. Jumlah sampel yang yang terdiri dari gejala, faktor risiko, penularan
terlibat dalam penelitian ini sebanyak 417 res- serta pencegahannya. Pengetahuan diukur ber-
ponden. Besar sampel menggunakan penghi- dasarkan 15 pertanyaan yang kemudian dikate-
tungan menggunakan rumus Slovin. Metode gorikan menjadi dua, yaitu pengetahuan baik
voluntary sampling dilakukan untuk pengam- dengan skor 12-15, dan pengetahuan buruk
bilan sampel di mana responden yang bersedia dengan skor 0-11. Pengetahuan physical dis-
menjadi responden dapat melakukan pengisian tancing adalah pengetahuan terkait dengan ke-
kuesioner apabila memenuhi kriteria inklusi. bijakan physical distancing dan anjuran yang
Adapun kriteria inklusi dari penelitian ini ialah harus dilaksanakan. Variabel ini diukur dengan
mahasiswa program sarjana UIN Syarif Hi- 11 pertanyaan yang kemudian dikategorikan
dayatullah Jakarta yang belum lulus dan berse- menjadi dua, yaitu pengetahuan baik dengan
dia menjadi responden. jumlah skor 10-11, dan pengetahuan buruk
Pengumpulan data dilaksanakan dengan dengan skor 0-9.
pengisian kuesioner secara online melalui Dukungan keluarga merupakan sistem
google form pada bulan April 2020. Kuesioner pendorong dari keluarga responden dalam
yang digunakan merupakan kuesioner yang melakukan physical distancing. Variabel ini
dibuat oleh peneliti yang telah diuji validitas diukur menggunakan 8 pertanyaan yang terkait
dan reabilitasnya. Penelitian ini telah disetujui dengan sikap dan dukungan keluarga. Jawaban
oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Ilmu sangat setuju dengan skor 4, setuju dengan
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. skor 3, tidak setuju dengan skor 2 serta sangat
Informed consent dari responden diperoleh tidak setuju dengan skor 1. Skor diakumulasi
secara online yang diisi oleh responden sebe- kemudian dikelompokkan menjadi dua kate-
lum melakukan pengisian kuesioner. gori yakni mendukung dengan skor 29-32 dan
Variabel terikat adalah perilaku physical tidak mendukung dengan skor 0-28. Variabel
distancing yang dikategorikan menjadi peri- dukungan TOMA setempat diperoleh dari lima
laku baik dan buruk. Pengkategorian perilaku pertanyaan yang kemudian dikategorikan men-
diukur dengan menggunakan teknik skoring jadi kategori mendukung dengan skor 13-25
dari sebanyak 11 pertanyaan. Jawaban benar dan kategori tidak mendukung dengan nilai
diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan skor adalah 0-12. Dukungan TOMA setempat
skor 2. Kategorisasi perilaku physical distanc- merupakan sistem pendorong ataupun upaya
ing dilakukan menggunakan median. Dikate- wilayah setempat di lingkungan tempat tinggal
gorikan baik jika diperoleh skor 8-11 dan responden terkait dengan kebijakan physical
dikategorikan buruk jika skor 0-7. distancing.
Variabel independen pada penelitian ini Analisis data pada penelitian ini dilakukan
terdiri dari jenis kelamin, bidang pendidikan, dengan menggunakan software IBM SPSS Sta-
pengetahuan terkait COVID-19, pengetahuan tistic Version 22. Analisis yang dilakukan
terkait physical distancing, dukungan keluarga terdiri dari analisis univariat, bivariat dan mul-
dan dukungan dari tokoh masyarakat (TOMA) tivariat. Analisis univariat dilakukan untuk
setempat. Bidang pendidikan dikelompokkan memperoleh distribusi frekuensi dari masing-
menjadi dua, yakni kesehatan dan non- masing variabel yang diteliti. Analisis bivariat
kesehatan. Kategori kesehatan apabila respon- dilakukan untuk melihat adanya distribusi res-
den menempuh bidang pendidikan dengan pro- ponden berdasarkan variabel bebas dan vari-
gram studi kesehatan masyarakat, keperawa- able terikat, serta sebagai langkah awal untuk
tan, farmasi ataupun kedokteran. Untuk kate- menuju analisis multivariat. Pada tahap ini, uji
gori non-kesehatan jika responden menempuh yang digunakan ialah chi-square. Analisis
bidang pendidikan selain dari program studi multivariat dilakukan untuk mengetahui hubu-
bidang kesehatan. ngan secara bersama-sama dan variabel yang
Variabel pengetahuan terkait COVID-19, paling berpengaruh terhadap perilaku physical
pengetahuan physical distancing, dukungan distancing. Variabel yang dianalisis pada ana-
keluarga, dan dukungan TOMA dikategorikan lisis multiavariat adalah variabel yang mem-
berdasarkan hasil skoring. Pengetahuan terkait peroleh nilai p<0,25 pada analisis bivariat.
31
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

Pada penelitian ini, analisis multivariat yang pengetahuan mengenai penyakit COVID-19
digunakan adalah uji regresi logistik ganda. dengan perilaku physical distancing.
Signifikansi pada penelitian ini jika memenuhi Hasil analisis multivariat pada Tabel 2
nilai p< 0,05. memperlihatkan bahwa variabel jenis kelamin,
pengetahuan terkait physical distancing, dan
HASIL dukungan keluarga memiliki hubungan yang
Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa rerata bermakna secara statistik dengan perilaku
usia 417 responden adalah 19,8 tahun dengan physical distancing. Pada jenis kelamin di-
standar deviasi 1,36 tahun. Sebanyak 78,7% peroleh nilai p=0,001 serta OR 3,438 (CI 95%:
responden berjenis kelamin perempuan, 54,4% 2,037-5,804). Hal ini menunjukkan perempuan
memiliki bidang pendidikan non-kesehatan, cenderung untuk berperilaku physical distanc-
55,9% memiliki perilaku physical distancing ing baik sebesar 3,4 kali dibandingkan dengan
baik, sebanyak 68,3% memiliki pengetahuan laki-laki. Pada variabel pengetahuan terkait
terkait COVID-19 yang baik, 79,1% memiliki physical distancing diperoleh nilai p=0,030
pengetahuan terkait physical distancing yang dengan nilai OR=1,757 (CI 95%: 1,057-
baik, dan sebanyak 50,4% memiliki keluarga 2,919). Hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang mendukung physical distancing, serta bermakna antara pengetahuan physical dis-
sebanyak 60,4% mempunyai tokoh masyara- tancing dengan perilaku physical distancing.
kat yang mendukung physical distancing. Responden yang memiliki pengetahuan baik
Berdasarkan hasil analisis bivariat, jenis terkait physical distancing berpeluang 1,7 kali
kelamin, pengetahuan responden mengenai untuk berperilaku physical distancing baik
physical distancing, dukungan keluarga, dan dibandingkan dengan responden yang memi-
dukungan TOMA setempat berhubungan liki pengetahuan physical distancing buruk.
dengan perilaku physical distancing. Gambar 1 Pada variabel dukungan keluarga diperoleh
menunjukkan sebanyak 63,1% perempuan ber- nilai p=0,004 dan OR=1,875 (CI 95%: 1,219-
perilaku physical distancing yang baik. Pada 2,819). Artinya, responden dengan keluarga
responden dengan pengetahuan physical dis- yang mendukung berpeluang untuk berper-
tancing yang baik, 59,4%-nya berperilaku ilaku physical distancing yang baik sebesar 1,8
physical distancing baik. Responden dengan kali jika dibandingkan dengan responden yang
keluarga yang mendukung, 66,2%-nya memi- memiliki keluarga tidak mendukung.
liki perilaku physical distancing yang baik. Adapun pada variabel dukungan tokoh
Pada responden dengan TOMA setempat yang masyarakat setempat, pada analisis multivariat
mendukung, 61,1%-nya berperilaku physical diperoleh, tidak ada hubungan yang signifikan
distancing yang baik. Tidak ditemukan hubu- antara dukungan tokoh masyarakat setempat
ngan bermakna antara bidang pendidikan dan dengan perilaku physical distancing (nilai p=
0,076).

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Terkait Perilaku Physical Dis-


tancing pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Karakteristik n %
Usia (rerata ± SD) 417 19,8 ± 1,36
Perempuan 329 78,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 89 21,3
Bukan Kesehatan 227 54,4
Bidang Pendidikan
Kesehatan 190 45,6
Perilaku Baik 233 55,9
Perilaku physical distancing
Perilaku Buruk 184 44,1
Baik 285 68,3
Pengetahuan terkait COVID-19
Buruk 132 31,7
Baik 330 79,1
Pengetahuan terkait physical distancing
Buruk 87 20,9
Mendukung 210 50,4
Dukungan Keluarga
Tidak Mendukung 207 49,6
Mendukung 252 60,4
Dukungan TOMA Setempat
Tidak Mendukung 165 39,6

32
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

100

% Perilaku Physical Distancing


90

33,8
36,9

38,9
40,6
42,6

43,2
44,6
45,4

52,1
80

54,6
57,5
70,8
70
60
50
40

66,2
63,1

61,1
59,4
57,4

56,8
55,4
54,6

47,9
30

45,4
42,5
29,2
20
10
0

Jenis Kelamin* Bidang Pengetahuan Pengetahuan Dukungan Dukungan


(p=0,000) Pendidikan Terkait Covid Terkait Keluarga* Toma* (0,010)
(p=0,644) (p=0,875) Physdis* (0,000)
(p=0,007)

Perilaku Physical Distancing Baik Perilaku Physical Distancing Buruk

Keterangan: * p<0,25 berlanjut ke analisis multivariat

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku Physical Distancing pada


Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 2. Hubungan Jenis Kelamin, Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dan Dukungan TOMA
Setempat dengan Perilaku Physical Distancing
Variabel Dependen p-value SE Odds Ratio CI 95%
Jenis Kelamin 0,001 0,267 3,438 2,037-5,804
Pengetahuan terkait physical distancing 0,030 0,259 1,757 1,057-2,919
Dukungan Keluarga 0,004 0,214 1,854 1,219-2,819
Dukungan TOMA Setempat 0,076 0,217 1,469 0,961-2,246

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis Sinaga, yang menemukan adanya hubungan
kelamin, pengetahuan terkait dengan physical yang signifikan antara jenis kelamin dengan
distancing dan dukungan keluarga memiliki perilaku gaya hidup yang sehat (p=0,041;
hubungan dengan perilaku physical distancing OR=2,410). Hasil penelitian yang dilakukan
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Layli mengenai perilaku kepatuhan minum
Pada penelitian ini, proporsi perilaku physical obat menunjukkan bahwa perempuan pada
distancing yang baik sebesar 55,9%. Sebanyak umumnya lebih bertanggung jawab terhadap
63,1% perempuan perilaku physical distancing kesehatannya dibandingkan laki-laki, sehingga
yang baik. Selain itu, mahasiswa perempuan mereka lebih cenderung melakukan perilaku
cenderung untuk menerapkan perilaku phy-si- yang sehat.11
cal distancing baik 3,4 kali dibandingkan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu,
dengan laki-laki (CI 95% 2,037-5,804). Hal ini dan akan muncul setelah seseorang melakukan
disebabkan karena perempuan pada umumnya penginderaan terhadap sesuatu, seperti pada
menekankan pengertian sehat terkait dengan indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
relaksasi, istirahat, perasaan sehat, dan nutrisi, rasa maupun raba. Adapun sebagian besar
sedangkan laki-laki menekankan pada keadaan pengetahuan manusia didapatkan melalui indra
tidak sakit 10. Oleh karena itu, perempuan lebih penglihatan dan pendengaran.12 Pengetahuan
berhati-hati, cenderung menerapkan perilaku adalah hal penting untuk membentuk perilaku
sehat. Sejalan dengan hasil penelitian Eko dan seseorang. Seseorang jika berperilaku yang
33
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

didasarkan pada adanya pengetahuan, maka tancing yang baik. Seseorang dengan penge-
perilakunya akan lebih lama untuk terus dite- tahuan baik berpeluang untuk menerapkan
rapkan. Pengetahuan yang baik tentang bahaya physical distacing 1,7 kali lebih baik saat
penyakit tertentu, memicu individu untuk ber- dibandingkan dengan mereka yang memiliki
perilaku pencegahan baik.13 Adapun menurut pengetahuan buruk. Hal ini dapat terjadi ka-
Sunaryo pengetahuan atau kognitif menjadi rena pandemi COVID-19 terjadi di era yang
domain penting dalam membentuk tindakan serba digital menjadikan informasi tentang ba-
atau perilaku seseorang. Tingkatan pengeta- haya dan pencegahannya semakin banyak ter-
huan dalam domain kognitif mencakup enam sebar luas, hal ini terutama di media sosial
tingkatan, antara lain mengetahui, memahami, yang banyak digunakan oleh mahasiswa. Se-
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan makin banyak informasi yang diterima akan
mengevaluasi.14 semakin bertambah pengetahuan mahasiswa
Hasil analisis bivariat memperlihatkan sehingga dapat terbentuk perilaku pencegahan
tidak adanya hubungan antara pengetahuan COVID-19, antara lain dengan menerapkan
terkait dengan COVID-19 dengan perilaku perilaku physical distancing. Hal ini sama
physical distancing. Hal ini berbeda dengan dengan hasil penelitian Asshela yang menun-
penelitian Prihatini yang menunjukkan adanya jukkan adanya hubungan bermakna antara
hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pengetahuan dengan perilaku pencegahan pe-
seseorang. Seseorang dengan pengetahuan nularan HIV/AIDS pada mahasiswa Fakultas
baik berpeluang untuk memiliki perilaku hidup Pertanian Universitas Tribhuwana Tungga-
bersih dan sehat (PHBS) dengan baik 2,5 kali dewi di Kota Malang.18 Hasil penelitian Sairo
dibandingkan seseorang dengan pengetahuan juga menunjukkan adanya hubungan antara
kurang.15 Sama halnya dengan penelitian Adli- pengetahuan tentang bahaya merokok dengan
yani yang menemukan hubungan bermakna perilaku konsumsi merokok pada Mahasiswa
antara pengetahuan dengan PHBS. Selain itu, IKAWASBA di daerah Tlogomas Malang.19
seseorang dengan pengetahuan baik berpelu- Keluarga memiliki peran penting dalam
ang untuk berperilaku PHBS yang baik 3,3 kali membangun dan mempertahankan gaya hidup
dibandingkan dengan yang memiliki penge- sehat yang sangat mendasar, sekaligus sangat
tahuan kurang.16 Perbedaan hasil yang tidak terbatas. Pada penelitian ini, keluarga yang
berhubungan ini dimungkinkan karena ada mendukung berpeluang untuk memengaruhi
faktor lain yang melatarbelakangi perilaku perilaku physical distancing sebesar 1,8 kali.
seseorang. Pada era pandemi ini, berbagai situs Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan
online maupun offline telah memberikan infor- oleh Muliyana dan Thaha menunjukkan bahwa
masi terkait dengan COVID-19, sehingga dukungan keluarga berhubungan dengan peri-
masyarakat memiliki pengetahuan yang baik laku merokok pada mahasiswa Universitas Ha-
terkait dengan COVID-19. Namun demikian, sanuddin Kota Makassar Tahun 2012. Maha-
dikarenakan adanya faktor lain seperti faktor siswa yang memiliki dukungan keluarga yang
ekonomi menyebabkan penerapan perilaku positif cenderung tidak berperilaku merokok.20
physcial distancing sebagai upaya pencegahan Hasil penelitian Wiradijaya juga menunjukkan
COVID-19 masih kurang. Hal ini sejalan adanya hubungan dukungan keluarga dengan
dengan penelitian Fadlilah dan juga Rahil yang perilaku makan pada remaja di Kelurahan
menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang Ngemplak, Kota Semarang (p=0,015).21
memengaruhi pengetahuan seseorang antara Kebebasan keluarga dalam melestarikan
lain pendidikan, usia, dan pengalaman serta gaya hidup dan kesehatan anggota keluarga
lingkungan sekitarnya.17 sangat dipengaruhi oleh struktur yang berada
Adapun pada variabel pengetahuan terkait di luar keluarga itu sendiri. Dalam membangun
physical distancing menunjukkan hubungan keluarga yang sehat, dibutuhkan waktu, usaha,
yang signifikan, dimana nilai p=0,03. Pada pengetahuan, dan keterampilan, sementara da-
penelitian ini, sebanyak 59,4% mahasiswa lam suatu keluarga terdapat sumber daya yang
memiliki pengetahuan baik tentang physical berbeda-beda. Gagasan mengenai kesehatan di
distancing juga memiliki perilaku physical dis- keluarga sangat tergantung pada waktu, orang
yang terlibat, fungsi yang dipertimbangkan,
34
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

jenis kelamin, dan kategori sosial, yang artinya jenjang pendidikan kesehatan umumnya mem-
masalah sosial dan politik akan juga berkaitan punyai pengetahuan terkait kesehatan lebih
dengan kesehatan yang dibangun di keluarga.22 baik dibandingkan dengan individu lain dalam
Keluarga memberikan dukungan bermakna jenjang pendidikan lainnya, termasuk dengan
untuk berbagai perilaku kesehatan seperti peri- pengetahuan mengenai COVID-19. Penge-
laku makan, merokok, olahraga, dan perilaku tahuan terkait dengan penyakit COVID-19
seksual. Tapi, tidak dapat disimpulkan bahwa yang baik, akan memicu perilaku pencegahan
keluarga memiliki kontribusi lebih besar dalam yang baik, termasuk dalam perilaku physical
membentuk satu praktik kesehatan daripada distancing. Pada penelitian ini, bidang pendidi-
faktor lainnya.23 Cinta, penghargaan, dan ke- kan tidak berhubungan dengan perilaku physi-
percayaan bahkan mungkin bukan mode cal distancing. Hal ini dimungkinkan karena
dukungan keluarga yang paling berpengaruh berbagai informasi yang dipublikasikan terkait
untuk praktik kesehatan. Konsepsi fungsi dengan COVID-19 melalui berbagai media.
dukungan sosial keluarga harus diperluas un- Dengan demikian memungkinkan berbagai
tuk mencakup mekanisme dukungan lainnya, mahasiswa dari jenjang kesehatan maupun
seperti pemodelan orang tua tentang perilaku non-kesehatan dapat mengaksesnya dan dapat
kesehatan yang tepat. Perilaku kesehatan men- memiliki pengetahuan dan perilaku yang sama.
cakup pendidikan kesehatan, dukungan infor- Adapun pada penelitian lain, seperti yang dila-
masi, dukungan instrumental dan memberikan kukan oleh Adliyani menunjukkan hubungan
pendampingan, menghubungkan anggota.23 bermakna antara pendidikan dengan perilaku
Dukungan tokoh masyarakat setempat seseorang. Penelitian tersebut mengkaji hubu-
juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang. ngan antara jenjang pendidikan dengan peri-
Seseorang dengan TOMA yang mendukung laku kunjungan posyandu.16
berpeluang untuk menerapkan perilaku physi-
cal distancing dengan baik sebesar 1,4 kali KESIMPULAN
dibandingkan dengan TOMA yang tidak men- Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dukung, namun hubungan keduanya tidak ber- 55,9% mahasiswa telah menerapkan perilaku
makna secara statistik (p=0,076; CI 95% physical distancing yang baik. Hasil penelitian
0,961-2,246). Menurut Green, dukungan tokoh juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
masyarakat termasuk faktor penguat seseorang berhubungan dengan perilaku physical dis-
dalam berperilaku kesehatan. Tokoh masyara- tancing adalah jenis kelamin, pengetahuan
kat dapat memiliki peran penting, karena pe- terkait physical distancing, serta dukungan
mimpin yang karismatik dapat meningkatkan keluarga.
antusias masyarakatnya.24 Hasil penelitian
Darmawan juga menunjukkan hubungan yang SARAN
signifikan antara perilaku seseorang dengan
dukungan TOMA (p=0,018), dimana individu Berdasarkan hasil dan kesimpulan, penulis
dengan tokoh masyarakat mendukung berpelu- memberikan saran khususnya bagi keluarga
ang untuk memiliki perilaku berkunjung ke po- untuk mendukung satu sama lain dalam pene-
syandu sebesar 2,16 kali dibandingkan dengan rapan physical distancing. Selain itu, bagi se-
individu yang memiliki tokoh masyarakat tiap individu hendaknya melakukan update in-
tidak mendukung.25 Berbeda halnya dengan formasi terkait dengan kebijakan-kebijakan
dengan penelitian Fauziah yang menunjukkan pemerintah terkait aturan dalam physical dis-
bahwa tidak ada hubungan bermakna antara tancing.
dukungan tokoh masyarakat dengan dengan
UCAPAN TERIMA KASIH
kunjungan ibu membawa balita ke Posyandu
(p=0,144; PR= 1,304).26 Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Pendidikan pada dasarnya melibatkan ma- seluruh responden yang telah bersedia ber-
salah perilaku. Baik itu pada jenjang individu partisipasi dalam penelitian ini.
maupun kelompok. Pendidikan formal seperti
tingkatan SD, SMP, SMA umumnya bertujuan
untuk merubah perilaku.27 Seseorang dengan
35
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

DAFTAR REFERENSI 12. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Ja-


karta: Rineka Cipta; 2014.
1. WHO. Q&A on Coronaviruses (COVID-19) 13. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat: Ilmu
[Internet]. World Health Organization. 2020 dan Seni. Revisi 201. Jakarta: Rineka Cipta;
[cited 2020 May 26]. Available from: 2015.
https://www.who.int/emergencies/dis-
14. Sunaryo. Psikologi untuk Keperawatan. 1st
eases/novel-coronavirus-2019/question-and- ed. Ester M, editor. Jakarta: EGC; 2004. 297
answers-hub/q-a-detail/q-a-coronaviruses. p.
2. Worldometer. Coronavirus Symptoms 15. Prihanti GS, A. LD, R H, I. AI, P. HS, P. GR,
(COVID-19) [Internet]. Worldometer. 2020 et al. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
[cited 2020 May 26]. Available from: Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
https://www.worldometers.info/corona- Pada Tatanan Rumah Tangga Di Wilayah
virus/coronavirus-symptoms/. Kerja Puskesmas Poned X. Saintika Med.
3. WHO. Coronavirus disease (COVID-2019): 2018;14(1):7–14.
Situation Report [Internet]. World Health Or-
16. Adliyani ZON, Angraini DI, Soleha TU.
ganization. 2020. Available from: Pengaruh pengetahuan, pendidikan dan
https://www.who.int/emergencies/dis- ekonomi terhadap perilaku hidup bersih dan
eases/novel-coronavirus-2019/situation-re- sehat pada masyarakat Desa Pekonmon Keca-
ports. matan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Ma-
4. Kemenkes RI. Info Infeksi Emerging Kemen- jority. 2017;7(1):6–13.
terian Kesehatan RI [Internet]. Media Infor- 17. Fadlilah S, Rahil NH. Faktor-Faktor Yang
masi Resmi Terkini Penyakit Infeksi Emerg- Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan
ing Kementerian Kesehatan RI. 2020 [cited Cidera Muskuloskeletal Pada Pemain Futsal. J
2020 May 26]. Available from: Keperawatan BSI. 2019;7(1):66–75.
https://covid19.kemkes.go.id/. 18. Asshela M, Prastiwi S, Putri RM. Hubungan
5. Kemenkes RI. Situasi Terkini Perkembangn antara Pengetahuan dan Sikap dengan Per-
Coronavirus Disease (COVID-19) 26 Mei ilaku Pencegahan Penularan HIV/AIDS pada
2020 [Internet]. 2020. Available from:
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas
https://covid19.kemkes.go.id/situasi-infeksi- Tribhuwana Tunggadewi Malang. Nurs News
emerging/info-corona-virus/situasi-terkini- (Meriden). 2017;2(1):438–44.
perkembangan-coronavirus-disease-covid- 19. Sairo BB, Wiyono J, W RCA. Hubungan
19-26-mei-2020/#.XszXxsAxU2x. Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok
6. Jakarta Post. COVID-19 Impact Across Indo- dengan Mengkonsumsi Rokok Pada Maha-
nesia’s Business Sectors: A Recap [Internet]. siswa (IKAWASBA) di Tlogomas Kota Ma-
The Jakarta Post. 2020 [cited 2020 May 26]. lang. Nurs News (Meriden) [Internet].
Available from: https://www.thejakarta- 2017;2(2):595–606. Available from:
post.com/news/2020/03/30/covid-19-im- https://publikasi.unitri.ac.id/in-
pacts-across-indonesias-business-sectors-a- dex.php/fikes/article/view/450/368.
recap.html. 20. Muliyana D, Thaha ILM. Faktor Yang
7. WHO. Coronaviruse Disease (COVID-19) Berhubungan Dengan Tindakan Merokok
Advice for Public. World Health Organiza- Pada Mahasiswa Universitas Hasanuddin Ma-
tion. 2020. kassar. Media Kesehat Masy Indones Univ
8. Glanz, Karen, Barbara K Rimer, Viswanath K. Hasanuddin. 2016;9(2):109–19.
Health Behavior & Health Education: Theory, 21. Wiradijaya A, Prabamurti PN, Indraswari R.
Research and Practice. 4th ed. San Francisco: Hubungan Sikap, Akses Dukungan Keluarga
CA: Jossey-Bass.; 2008. dan Lingkungan Sekolah Dengan Perilaku
9. Irwan. Etika dan Perilaku Kesehatan. CV. Ab- Makan Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi
solu. Yogyakarta; 2017. di Kelurahan Ngemplak Simongan Kota Se-
10. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Ja- marang. J Kesehat Masy. 2020;8(3):391–7.
karta: Rineka Cipta; 2010. 22. Cresson G, Pitrou A. The Role of Family in
11. Layli FM, Adi MS, Saraswati LD, Ginandjar Creating and Maintaining Healthy Lifestyle,
P. Gambaran Faktor - Faktor Kepatuhan Mi- in: Health Promotion Research: Towards a
num Obat dalam Pelaksanaan POPM di Kabu- New Social Epidemiology. Badura B, Kick-
paten Semarang (Studi di WIlayah Kerja busch I, editors. Vol. 37. Copenhagen: World
Puskesmas Gedangan Kecamatan Tuntang). J Health Organization Regional Publications -
Kesehat Masy. 2020;8(2):165–74. European Series; 1991. 213–227 p.

36
Syadidurrahmah et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 29-37

23. Pratt L. The Social Support Functions of The https://www.neliti.com/publica-


Family, in: Health Promotion Research: To- tions/76442/faktor-faktor-yang-
wards a New Social Epidemiology. Badura B, mempengaruhi-perilaku-kunjungan-masyara-
Kickbusch I, editors. Vol. 37. Copenhagen: kat-terhadap-pemanfaat.
World Health Organization Regional Publica- 26. Fauziah, Mardjan, Hernawan AD. Hubungan
tions - European Series; 1991. 229–250 p. Antara Faktor Reinforcing dan Aksesabilitas
24. Richarson A. Health Promotion Through Self- Posyandu dengan Kunjungan Ibu Membawa
Help: The Contribution of Self-Help Groups, Anak Balita ke Posyandu di Desa Rasau Jaya
in: Health Promotion Research: Towards a 1. J Mhs dan Penelit Kesehat - JuManTik.
New Social Epidemiology. Badura B, Kick- 2014;1:38–49.
busch I, editors. Vol. 37. Copenhagen: World 27. Hartono D. Modul Bahan Ajar Cetak
Health Organization Regional Publications - Keperawatan: Psikologi. Jakarta: Pusat Pen-
European Series; 1991. didikan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
25. Darmawan AAKN. Perilaku Kunjungan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat terhadap Pemanfaatan Pelayanan Sumber Daya Manusia Kementerian
Posyandu. J Dunia Kesehat [Internet]. Kesehatan Republik Indonesia; 2016. 138 p.
2016;5(2):29–39. Available from:

37
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

Hubungan Pembelajaran Jarak Jauh dan Gangguan Somatoform


dengan Tingkat Stres Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
The Relationship of Distance Learning and Somatoform Disorders with Stress
Levels of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Students
Rizky Muharany Putri,1 Anissa Dwi Oktaviani,1 Adi Setya Frida Utami,1 Ni`maturrohmah,1 Halwa
Ainaya Addiina,1 Hoirun Nisa,1*
1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan 15419.

Korespondensi penulis: hoirun.nisa@uinjkt.ac.id

ABSTRAK
Latar belakang. Physical distancing untuk mencegah penularan COVID-19 pada awal pandemi COVID-19
menyebabkan diterapkannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di insititusi pendidikan, termasuk UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tujuan. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui hubungan PJJ dan gejala gangguan somatoform terhadap
tingkat stres pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada masa awal pandemi COVID-19.
Metode. Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan kuantitatif, desain studi cross
sectional. Responden adalah 470 mahasiswa aktif Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data diperoleh
dengan penyebaran kuesioner secara online pada bulan April hingga Mei 2020. Analisis multivariat dilakukan
dengan menggunakan uji regresi logistik ganda.
Hasil. Frekuensi pelaksanaan PJJ memiliki hubungan signifikan dengan tingkat stres responden. Hasil analisis
multivariat menunjukkan bahwa mahasiswa yang telah melaksanakan PJJ ≥12 kali cenderung memiliki stres
tingkat rendah dibandingkan dengan mahasiswa dengan frekuensi PJJ<12 (nilai p= 0,039). Gejala gangguan
somatoform tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap tingkat stres mahasiswa dalam melaksanakan PJJ
(nilai p=0,228).
Kesimpulan. Mahasiswa yang lebih sering melakukan PJJ cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah.

Kata Kunci: pembelajaran jarak jauh, gangguan somatoform, tingkat stres.

ABSTRACT
Background. Physical distancing to prevent transmission of COVID-19 at the beginning of the COVID-19
pandemic has led to the implementation of distance learning (PJJ) in educational institutions, including UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
Objective. The purpose of this study was to examine the relationship of distance learning and symptoms of
somatoform disorders with stress levels of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta students in the early COVID-19
pandemic.
Method. This study used an analytic observational with a quantitative approach, cross sectional study design.
Respondents were 470 active students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Data were obtained by distributing
questionnaires via online in April to May 2020. Multivariate analysis was performed using a multiple logistic
regression test.
Results. The frequency of PJJ had a significant relationship with respondents' stress levels. The results of
multivariate analysis showed that university students who had PJJ ≥12 times were more likely to have low
levels of stress compared to students with PJJ frequency of <12 (p-value=0.039). Symptoms of somatoform
disorders did not have a significant effect on the level of stress of university students (p-value=0.228).
Conclusion. University students who had done PJJ more often were likely to have lower stress levels.

Keywords: distance learning, somatoform disorders, stress level

38
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

LATAR BELAKANG hanya mengalami stres, akan tetapi kondisi


stres mental juga menyebabkan stres secara
Pada akhir tahun 2019, dunia dikejutkan
fisik pada mahasiswa. Penelitian tersebut me-
dengan munculnya virus baru, yakni SARS-
nyebutkan bahwa ada 10 gejala atau gangguan
CoV-2 yang menyebabkan COVID-19, yaitu
kesehatan, antara lain kelelahan (24,4%), nafsu
penyakit pernapasan akut dengan masa inku-
makan menurun (10,6%), back pain dan masa-
basi singkat dan juga memiliki penularan yang
cepat.1 Berbagai upaya dilakukan untuk lah pencernaan (9,8%), demam (7,3%), insom-
mencegah dan menekan angka kesakitan serta nia (5,8%), sistem urinaria (4,9%), sakit kepala
kematian yang disebabkan COVID-19. Di In- dan denyut jantung meningkat (4,1%), dan ma-
donesia, pemerintah menetapkan kebijakan salah sistem pernapasan (3,3%).5
pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan Berdasarkan penelitian sebelumnya, dapat
juga anjuran untuk melakukan physical dis- diketahui bahwa stres, baik secara mental dan
tancing, yaitu memberi jarak dengan orang fisik, banyak terjadi pada masyarakat usia pro-
lain minimal satu meter selama kurang dari 15 duktif, termasuk mahasiswa. Kemudian, dapat
menit untuk melindungi diri dari penyakit diketahui juga bahwa faktor-faktor akademik,
COVID-19 yang ditularkan melalui droplet.2 seperti fasilitas pembelajaran yang kurang me-
Anjuran penerapan physical distancing madai, kesulitan dalam belajar untuk jangka
dan PSBB pun menimbulkan beberapa dam- waktu lama, terlalu banyak tugas dan beban
pak, seperti ditutupnya berbagai fasilitas akademik, dapat menyebabkan stres pada ma-
umum. Hal ini membuat pekerja harus men- hasiswa. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
erapkan work from home (wfh) dan pelajar/ma- mengetahui hubungan antara penerapan PJJ
hasiswa mengikuti kegiatan belajar mengajar metode e-learning dengan tingkat stres pada
jarak jauh (PJJ) dengan metode e-learning. Pe- mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rubahan yang terjadi secara tiba-tiba ini, dapat pada masa awal pandemi COVID-19.
berdampak pada kesehatan pekerja, pelajar dan
METODE
mahasiswa, baik secara fisik maupun mental.
Dampak kesehatan yang dapat terjadi karena Desain penelitian cross-sectional dengan
ada perubahan metode pembelajaran langsung pendekatan kuantitatif dilakukan pada April-
menjadi PJJ adalah stres. Kondisi ketika Mei 2020. Partisipan pada penelitian ini yaitu
seseorang merasa begitu tertekan yang mung- mahasiswa aktif strata-1 di UIN Syarif Hi-
kin terjadi akibat beban kerja berat atau ber- dayatullah Jakarta.
lebihan.3 Besar sampel menggunakan perhitungan
World Health Organization (WHO) pada slovin dan ditambah 10%, sehingga diperoleh
tahun 2019 menyebutkan bahwa hampir 264 470 mahasiswa. Pengambilan sampel dengan
juta penduduk dunia mengalami stres dan/atau menggunakan purposive sampling. Kriteria
depresi. Kemudian, di Indonesia terdapat 6,1% insklusi yaitu merupakan mahasiswa aktif jen-
penduduk berusia >15 tahun yang mengalami jang sarjana UIN Syarif Hidayatulah Jakarta,
depresi.4 Sekitar 10 juta penduduk Indonesia melakukan PJJ atau sistem e-learning (dalam
berusia >15 tahun yang mengalami depresi. jaringan) dan bersedia menjadi responden.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pada penelitian ini, diperoleh sampel sebanyak
oleh Yikealo5, diketahui bahwa sebagian besar 470 responden.
mahasiswa di Eritrea Institute of Technology Data dikumpulkan secara online melalui
cenderung mengalami stres tingkat sedang google form. Adapun kuesioner google form
(71%). Hasil penelitian tersebut menyebutkan berisi informasi terkait gejala somatoform,
bahwa stresor yang paling sering menjadi pe- pelaksanaan PJJ, pendapat mahasiswa atas
micu terjadinya stres pada mahasiswa yaitu keefektifan pembejaran jarak jauh, metode in-
fasilitas pembelajaran yang kurang memadai teraksi yang digunakan saat PJJ dan perangkat
(40,7%), kesulitan belajar untuk jangka waktu elektronik yang digunakan saat PJJ. Kuesioner
yang lama (32,5%), tugas yang terlalu banyak, sudah diuji validitas dan reabilitasnya. Tingkat
dan beban akademik (23,5%). Penelitian ini stres diukur menggunakan kuesioner yang di-
juga menunjukkan bahwa mahasiswa tidak adaptasi dari Depression Anxiety Stress Scale

39
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

(DASS) dari Psychology Foundation of Aus- gejala gangguan somatoform seperti sakit pada
tralia tahun 2018. Informed consent diberikan bagian pinggang, pegal di bagian bahu, sakit
responden sebelum pengisian kuesioner secara kepala, mual, batuk, demam, sesak nafas, sakit
online. Penelitian ini telah menerima kaji etik tenggorokan, sakit dada, nafsu makan hilang,
penelitian dari Fakultas Ilmu Kesehatan UIN tidur tidak nyenyak, cemas, tegang, khawatir,
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nomor sedih dan lain-lain. Dikatakan tidak memiliki
Un.01/F.10/KP.01.1/KE.SP/ 04.08.011/2020. gejala somatoform jika partisipan tidak pernah
Variabel independen dalam penelitian ini atau jarang mengalami gejala-gejala gangguan
adalah pelaksanaan PJJ, pendapat mahasiswa somatoform.
mengenai keefektifan pembejaran jarak jauh, Data diolah menggunakan aplikasi IBM
metode interaksi yang digunakan saat PJJ, SPSS Statistic Version 22. Pengumpulan data
perangkat elektronik yang digunakan pada saat dilakukan pada bulan April hingga Mei 2020.
PJJ dan gejala gangguan somatoform. Variabel Analisis univariat digunakan untuk melihat
dependennya adalah tingkat stres. Tingkat distribusi frekuensi usia, jenis kelamin, bidang
stres dikategorikan menjadi normal, ringan, se- pendidikan, pelaksanaan PJJ, pendapat maha-
dang, dan berat. Seseorang dikatakan normal siswa terhadap keefektifan PJJ, metode in-
jika hasil skor <15, stres ringan jika hasil skor teraksi PJJ, perangkat elektronik, dan gejala
15-18, stres sedang jika hasil skor 19-25 dan gangguan somatoform. Analisis bivariat pada
stres berat jika hasil skor >26. Untuk analisis, penelitian ini menggunakan uji chi-square. Se-
kelompok normal dan ringan menjadi satu kat- lanjutnya analisis multivariat menggunakan uji
egori yaitu tingkat stres ringan, dan kelompok regresi logistik ganda.
sedang dan berat menjadi satu kategori yaitu
tingkat stres tinggi. HASIL
Variabel pelaksanaan PJJ dikategorikan Tabel 1 menyajikan distribusi frekuensi
menjadi ≥12 kali dan <12 kali dalam 3 minggu karakteristik responden. Pada penelitian ini,
terakhir. Frekuensi PJJ dihitung mulai dari ditemukan bahwa dari 470 responden, rerata
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menetapkan usia responden adalah 19 tahun, sebagian besar
tangal 16 Maret 2020 sebagai pelaksanaan PJJ responden berjenis kelamin perempuan yaitu
hingga saat partisipan menjawab kuesioner 377 responden, dan mahasiswa kesehatan yaitu
penelitian. Keefektifan PJJ dikategorikan ber- 250 responden.
dasarkan jawaban terbuka dari partisipan. Analisis bivariat memperlihatkan bahwa,
Metode interaksi PJJ dikategorikan menjadi pelaksanaan PJJ berhubungan dengan tingkat
video call, chatting dan keduanya. Dikatakan stres. Dari 470 responden, ada 208 responden
metode interaksi video call jika media pem- yang melaksanakan PJJ <12 kali dan 188 res-
belajaran video seperti google meet, zoom ponden mengalami stres tinggi. Selain itu, 262
digunakan. Metode interaksi chatting jika responden yang melaksanakan PJJ ≥12 kali
menggunakan media pembelajaran berbasis dan mengalami stres tinggi sebanyak 250 res-
chatting seperti whatsapp, google class, ed- ponden. Dari analisis bivariat diketahui bahwa
modo, telegram dan Academic Information variabel gejala gangguan somatoform berhu-
System (AIS), dan jika partisipan menjawab bungan dengan tingkat stres. Dari 470 res-
kedua metode interaksi video dan chatting ponden terdapat 168 responden yang memiliki
maka dikategorikan menggunakan keduanya. gejala gangguan somatoform, dan 153 res-
Variabel perangkat elektonik dikategori- ponden mengalami stres tinggi. Selain itu, ter-
kan menjadi laptop, handphone, dan keduanya dapat 302 responden yang tidak memiliki
(laptop dan handphone). Gejala gangguan so- gejala gangguan somatoform, dan mengalami
matoform dikategorikan menjadi “iya” dan stres tinggi sebanyak 285 responden.
“tidak”. Seseorang dikatakan iya memiliki
gejala gangguan somatoform jika partisipan
sering dan sering sekali mengalami gejala-

40
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik


Tingkat Stres
Variabel n p-value
Tinggi Rendah
Usia (tahun) 470 - - -
(19,71 ± 1,15)*
Jenis Kelamin
Laki-laki 93 84 9 -
Perempuan 377 354 23
Bidang Pendidikan
Mahasiswa Kesehatan 250 234 16 -
Mahasiswa Non Kesehatan 220 204 16
Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh
< 12 kali 208 188 20 0,042**
≥ 12 kali 262 250 12
Metode Interaksi PJJ
Video call 31 29 2
Chatting 277 262 15 0,303
Video call dan chatting 162 147 15
Perangkat Elektronik
Laptop 21 20 1
Handphone 55 51 4 0,924
Laptop dan Handphone 394 367 27
Gejala Gangguan Somatoform
Iya 168 153 15 0,185**
Tidak 302 285 17
Keterangan: * Mean ± SD; ** < 0,25 berlanjut ke analisis multivariat.

300
250
200
150
100
50
Tidak Pernah
0
Kadang-Kadang
Cukup Sering
Sering Sekali

Gambar 1. Gambaran Variabel yang Menentukan Kategori Tingkat Stress Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 1 memperlihatkan bahwa dari dang-kadang tidak antusias yaitu 168 re-
470 responden, 180 responden menyatakan sponden, tidak pernah merasa tidak berharga
cukup sering panik, cukup sering mudah yaitu 250 responden. Sebanyak 175 responden
marah yaitu 149 responden, kadang-kadang tidak pernah takut tanpa alasan, tidak pernah
susah tenang yaitu 160 responden, kadang-ka- berkeringat berlebihan saat PJJ berlangsung
dang sedih dan tertekan yaitu 163 res-ponden. yaitu 190 responden, cukup sering merasakan
Terdapat sebanyak 155 responden menyatakan cemas yaitu 190 responden, dan kadang-ka-
kadang-kadang mudah panik, kadang-kadang dang sulit berkonsentrasi sebanyak 144 re-
mudah tersinggung yaitu 187 res-ponden, ka- sponden.

41
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

Tabel 2 menunjukkan gambaran alasan pelaksanaan PJJ memiliki hubungan yang sig-
ketidak-efektifan PJJ menurut mahasiswa UIN nifikan dengan tingkat stres responden (nilai
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terdapat 427 res- p=0,039). Responden dengan frekuensi PJJ
ponden menyatakan bahwa PJJ tidak efektif sebanyak ≥12 kali memiliki peluang 0,458
dan sebagian besar menyatakan alasannya ka- lebih kecil untuk stres tinggi dibandingkan
rena gangguan sinyal dan jaringan yang sering dengan responden dengan PJJ sebanyak <12
tidak stabil. kali (OR= 0,458, 95% CI: 0,218-0,963). Hasil
Tabel 3 menyajikan hasil multivariat yang analisis multivariat setelah dikontrol variabel
telah dikontrol dengan variabel karakteristik karakteristik jenis kelamin, usia dan pendidi-
jenis kelamin, usia, dan bidang pendidikan. kan, menunjukkan kesehatan fisik tidak ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi hubungan yang signifikan dengan tingkat stres
(nilai p=0,228).

Tabel 2. Pendapat Mahasiswa Terhadap Keefektifan Pembelajaran Jarak Jauh


Alasan Keefektifan Pembelajaran Jarak Jauh n %

Tugas terlalu banyak/ Deadline singkat 79 18,5


Terkendala Media 17 41,0
Sinyal dan Jaringan 87 20,4
Mahasiswa kurang memahami materi 63 14,8
Dosen kurang maksimal dalam menjelaskan/ Tidak menjelaskan
sama sekali 86 20,1
Boros Kuota 13 3,0
Lainnya 37 8,6
Tidak ada alasan 45 10,5

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Pembelajaran Jarak jauh dan Gejala Gangguan
Somatoform Terhadap Tingkat Stres
Analisis Multivariat*
Variabel Adjusted* p-value
SE CI 95%
OR
Pelaksanaan Pembelajaran Jarah Jauh
<12 kali
0,458 0,380 0,218-0,963 0,039
≥12 kali
Gejala Gangguan Somatoform
Iya 1,565 0,375 (0,755-3,242) 0,228
Tidak
*Setelah dikontrol dengan jenis kelamin, bidang pendidikan, dan usia.

PEMBAHASAN ini menunjukkan selama 2 sampai 3 minggu


sudah diberlakukannya pembelajaran jarak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jauh, mahasiswa mampu menjaga kesehatan
frekuensi pelaksanaan PJJ sejak diberlakukan tubuhnya sehingga tidak mengalami gejala
sistem PJJ hingga Mei 2020 yaitu mayoritas gangguan somatoform.
mahasiswa telah mengikuti PJJ ≥12 kali Pada hasil penelitian ini menjelaskan
sebanyak 55,7% dan <12 kali sebesar 44,3%. bahwa gejala gangguan somatoform memiliki
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun hubungan signifikan terhadap tingkat stres
perkuliahan menggunakan metode PJJ dengan pada mahasiwa (nilai p=0,185). Selain itu,
e-learning, namun dosen tetap konsisten dalam frekuensi pelaksanaan PJJ juga memiliki
mengadakan perkuliahan dan mahasiswa tetap hubungan bermakna dengan tingkat stres pada
menghadiri perkuliahan. mahasiswa (nilai p=0,042). Hal ini sejalan
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dengan penelitian yang dilakukan Zulkifli6
sebagian besar mahasiswa tidak mengalami mengenai masa kerja dengan stres kerja pada
gejala gangguan somatoform, yakni sebesar karyawan yang telah bekerja selama <3 tahun
64,3%, namun sebanyak 35,7% mahasiswa dan >3 tahun. Dalam penelitian menunjukkan
mengalami gangguan somatoform. Dalam hal
42
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

bahwa pekerja dengan masa kerja lebih lama Penelitian ini juga menunjukan bahwa
akan cenderung mempunyai kemampuan dan frekuensi mahasiswa dalam mengikuti
pemahaman yang lebih baik mengenai pelaksanaan PJJ sebanyak ≥12 kali cenderung
pekerjaannya dan pekerja dengan masa kerja menurunkan risiko sebesar 0,458 kali untuk
yang lebih pendek mempunyai kemungkinan mengalami stres tinggi dibandingkan dengan
lebih besar untuk mengalami stres kerja (nilai mahasiswa yang mengikuti pelaksanaan PJJ
p=0,017). sebanyak <12 kali. Hal ini mungkin terjadi ka-
Temuan pada penelitian ini, tidak terdapat rena mahasiswa yang sudah lebih banyak
hubungan antara metode interaksi PJJ dan mengikuti PJJ telah mampu beradaptasi dan
perangkat elektronik dengan tingkat stres. Pa- mampu mengelola tingkat stres dengan lebih
karbudi7 menjelaskan bahwa technostress baik dibandingkan dengan mahasiswa yang
merupakan salah satu bentuk stres kerja yang baru melaksanakan PJJ. Penelitian ini sejalan
terjadi karena adanya kombinasi antara kema- dengan hasil penelitian Asmarani12 yang me-
juan teknologi informasi, ada tuntutan waktu, nunjukkan hubungan yang signifikan antara
ketidak-cukupan pengetahuan, dan hasil dari kemampuan adaptasi terhadap kebisingan di
tekanan psikologis. Technostress disebabkan tempat kerja dengan stres kerja karyawan. Hal
karena penggunaan teknologi secara terus- ini menunjukkan bahwa kemampuan adaptasi
menerus. Dalam hal ini mahasiswa dianggap yang baik terhadap kebisingan maka stres kerja
sudah terbiasa menggunakan perangkat menjadi rendah, dan jika kemampuan adaptasi
elektronik seperti laptop dan handphone untuk kurang baik terhadap kebisingan maka stres
kebutuhan selama masa perkuliahan sebelum kerja cenderung tinggi.
ada sistem PJJ. Hasil penelitian sebelumnya Hubungan gejala gangguan somatoform
melaporkan laptop dan handphone sering dengan tingkat stres mahasiswa menunjukkan
digunakan pada mahasiswa.8 bahwa ada hubungan yang tidak signifikan
Ada hubungan yang signifikan antara antara gejala gangguan somatoform dengan
frekuensi pelaksanaan PJJ dengan tingkat stres tingkat stres pada mahasiswa yakni nilai
mahasiswa yakni dengan nilai p=0,039. Stres p=0,225. Meskipun tidak terdapat hubungan
terjadi ketika ada stressor. Pada penelitian ini yang signifikan, nilai OR menunjukkan bahwa
mahasiswa dihadapkan pada suatu perubahan mahasiswa yang mengalami gejala gangguan
kebiasaan dalam kurun waktu yang relatif somatoform cenderung meningkatkan risiko
singkat yaitu dari yang biasanya kuliah secara untuk mengalami stres tinggi sebesar 1,565
tatap langsung dengan datang ke kampus kali daripada mereka yang tidak mengalami
menjadi kuliah melalui metode e-learning.9 gejala.
Saat situasi seperti ini memang perlu adanya Nathania13 menyatakan bahwa stres dapat
adaptasi lingkungan dari suatu perubahan menyebabkan perubahan fisiologis sebagai
tersebut. Penelitian Fuad10 menemukan bahwa respon tubuh terhadap stressor. Ketika stressor
perubahan situasi yang tidak diinginkan pada mengaktifkan sistem saraf simpatis dan adre-
seseorang dapat menimbulkan stres psikologis. nokortikal, hal ini mempengaruhi homeostasis
Hal ini karena aktivitas yang biasa dilakukan dan interaksi dengan lingkungan dan berperan
sehari-hari cenderung membentuk suatu pola terhadap fungsi katabolik. Perubahan ini dapat
tertentu sehingga meminimalkan jumlah mempengaruhi keadaan fisiologis seseorang,
energi dan sumber daya yang dikeluarkan. seperti imunitas yang menurun dan gangguan
Ketika kebiasaan itu berubah, situasi yang kardiovaskular.
muncul menekan seseorang menggunakan Penelitian Akbar14 menemukan kebugaran
energi yang lebih besar untuk dapat fisik dapat mempengaruhi seseorang dalam
beradaptasi. Penelitian Hanafi11 menunjukkan pengelolaan stres individu, dimana individu
bahwa mahasiswa yang sedang mengerjakan yang rajin berolahraga akan merangsang per-
skripsi juga mengalami perubahan kegagalan tumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani,
strategis yang bisa menjadi faktor risiko dari dan sosial yang terkait struktur anatomis dan
kejadian gangguan somatoform dalam proses fisiologis, emosional, kecerdasan intelektual,
memelihara self-regulated learning. dan kemampuan sosialisasi di lingkungannya.
Hal ini dapat memunculkan perasaan senang
43
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

yang dapat meningkatkan aspek sehat secara 2. New Zealand Ministry of Health. COVID-19:
psikologis. Pembelajaran kuliah dengan sistem Guidelines for Hospitality Establishment on
e-learning dalam waktu yang lama akan mem- Physical Distancing and Gathering Sixe Lim-
buat mahasiswa lebih lama dalam keadaan its. New Zealand: Ministry of Health New
Zealand; 2020.
statis. Kondisi ini dapat membuat mahasiswa
3. Gaol, Lumban. Teori Stres : Stimulus, Re-
menjadi kurang memiliki ruang gerak dalam spons, dan Transaksional. Buletin Psikologi
melakukan olahraga sehingga cenderung akan [serial on the Internet]. June 2016 [cited 2020
meningkatkan risiko mengalami stres. June 5]; 24 (1), p. 1-11. Available from:
Penelitian Yunitasari15 melaporkan bahwa https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/arti-
terdapat hubungan signifikan gejala gangguan cle/view/11224/pdf
somatoform dengan tingkat stres pada lansia 4. Kemenkes RI. Hasil Utama Riskesdas 2018.
dengan nilai p=0,03. Hal ini dapat dipengaruhi Jakarta: Kemenkes RI; 2018.
oleh faktor-faktor seperti kebiasaan rutin 5. Yikealo D, Tareke W, Karvinen I. The Level
melakukan pemeriksaan kesehatan tubuh, kon- of Stress among College Students: A Case in
sumsi makanan bergizi, olahraga, dan istirahat the College of Education, Eritrea Institute of
Technology. Open Source Journal [Internet].
yang cukup.
2018 [cited 2020 Jun 16]; Available from:
Keterbatasan penelitian adalah peran https://www.researchgate.net/publica-
faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang tion/329043569_The_Level_of_Stress_amon
mengalami gangguan somatoform sehingga g_College_Students_A_Case_in_the_Col-
meningkatkan risiko stres, namun tidak diteliti. lege_of_Education_Eritrea_Insti-
tute_of_Technology
KESIMPULAN 6. Zulkifli, Z., Rahayu, S. T., & Akbar, S. A.
Gejala gangguan somatoform tidak Hubungan Usia, Masa Kerja, dan Beban Kerja
dengan Stres Kerja Pada Karyawan Service
berhubungan dengan tingkat stres mahasiswa
Well Company PT. ELNUSA TBK Wilayah
pada masa-masa awal pandemi COVID-19. Muara Badak. Kesmas Uwigama: Jurnal
Mahasiswa yang lebih sering mengikuti PJJ Kesehatan Masyarakat [serial on the Internet].
akan mampu berdaptasi dan mampu mengelola June 2019 [cited 2020 June 11]; 5 (1), p. 46–
stres dengan lebih baik dibandingkan dengan 61. Available from: https://jour-
mahasiswa yang baru mengikuti pelaksanaan nal.uwgm.ac.id/index.php/KESMAS/arti-
PJJ. cle/view/831/470
7. Pakarbudi, A. Analisis Dampak Technostress
SARAN Pada Pengguna E-Learning dengan
Menggunakan Structural Equation Modeling
Mahasiswa yang lebih sering mengikuti (SEM). [Skripsi]. Surabaya: Institut
PJJ cenderung untuk tidak mengalami stres. Teknologi Sepuluh Nopember; 2015.
PJJ dipandang tidak efektif karena gangguan 8. Kominfo RI. Survey Penggunaan TIK: Serta
sinyal dan jaringan di masing-masing daerah Implikasinya terhadap Aspek Sosial Budaya
yang sering tidak stabil. Perlu diperhatikan un- Masyarakat. Jakarta: Pusat Penelitian dan
tuk meningkatkan fasilitas dan kualitas PJJ jika Pengembangan Aplikasi Informatika dan In-
sistem PJJ masih harus diteruskan karena kon- formasi dan Komunikasi Publik; 2017.
disi pandemi COVID-19. 9. Gaol, Lumban. Teori Stres: Stimulus, Re-
spons, dan Transaksional. Buletin Psikologi
UCAPAN TERIMA KASIH [serial on the Internet]. June 2016 [cited 2020
June 5]; 24 (1), p. 1-11. Available from:
Peneliti mengucapkan terima kasih pada https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/arti-
semua responden yang berpartisipasi dalam cle/view/11224/pdf
penelitian ini. 10. Fuad, Fitri Tasliatul. Hubungan antara
Penyesuaian Diri di Perguruan Tinggi dan
DAFTAR REFERENSI Stres Psikologis Pada Mahasiswa Tahun Per-
tama fakultas Psikologi Universitas Indonesia
1. Zhou W. The Coronavirus Prevention Hand- [Skripsi]. Jakarta: Universitas Indonesia;
book 101 Science Based-Tips That Could 2013.
Save Your Life. China: Guangzhou Medical 11. Hanafi, S. P., Dewi, K. S., & Setyawan, I.
University; 2020. Hubungan Antara Self-Regulated Learning
44
Putri et al. Perilaku dan Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2020; 2(1): 38-45

dengan Gejala Gangguan Somatisasi Pada


Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi Uni-
versitas Diponogoro Semarang. Undip E-
Journal [serial on the Internet]. March 2013
[cited 2020 June 13]; 2(3): p. 1-9. Available
from:
https://www.google.com/url?sa=t&source=w
eb&rct=j&url=https://ejournal3.un-
dip.ac.id/index.php/empati/article/down-
load/7375/7135&ved=2ahUKEwi-
89vQ_JvqAhWOf30KHfTID1cQFjADegQI-
AhAB&usg=AOvVaw2iiU33ZdxWL-
j4uSRl6uRe
12. Asmarani, R. Hubungan antara Kemampuan
Adaptasi terhadap Kebisingan dengan Stres
Kerja Karyawan. Jurnal Studia Insania [serial
on the Internet]. May 2017 [cited 2020 June
12]; 5(1): p. 71–93. Available from:
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/in-
sania/article/download/1356/1076
13. Nathania, A., Dinata, I.M.K., & Griadhi, I P
A. Hubungan Stres Terhadap Kelelahan Pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Intisari Sains Medis [serial on the
Internet]. April 2019 [cited 2020 June 12];
10(1): p.134-138. Available from:
https://isainsmedis.id/index.php/ism/arti-
cle/viewFile/400/244
14. Akbar, M. S. Profil Gaya Hidup Sehat Maha-
siswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan (FPOK). [Skripsi]. Bandung: Uni-
versitas Pendidikan Indonesia; 2012.
15. Yunitasari. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tingkat Stres Pada Lansia
Pensiunan di Wilayah Kerja Puskesmas Pe-
litakan Kabupaten Polewali Mandar.
[Skripsi]. Makassar: Universitas Hassanudin;
2011.

45

Anda mungkin juga menyukai