Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN AJAL DAN PALIATIF

MAKALAH HOSPICE

Dosen Pengampu :
Ns. Cikwanto,. M.Kep

Disusun Oleh :
Tri Yesi Fransiska (142012018041)

FAKULTAS KESEHATAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang ”Hospic
pada Anak"  dengan baik dan tepat pada waktunya. Dengan adanya makalah
ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doa nya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca
dan penyusun. Kami mohon maaf apabila makalah ini mempunyai banyak
kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap pembelajaran.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun,
sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Pringsewu, 06 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hospice adalah suatu perawatan kesehatan terpadu yang


menyeluruh dengan pendekatan multi disiplin yang terintregasi. Tujuannya
adalah untuk mengurangi penderita pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya dan juga memberikan suport kepada
keluarganya. Dari definisi tersebut didapatkan bahwasana salah satu tujuan dari
Hospice adalah mengurangi penderita pasien yang termasuk didalamnya adalah
mengilangkan nyeri yang diderita oleh pasien.

Terdapat alasan mengapa pasien dengan penyakit stadium lanjut tidak


mendapatkan perawatan yang memadai, namun semua alasan itu pada akhirnya
berakar pada konsep terapi eksklusif dalam menyembuhkan penyakit dan
meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi penderitaan. Seiring dengan
perkembangannya dibidang ilmu ini yang dulunya hanya berfokus pada
memberikan kenyamanan bagi penderita sekarang telah meluas menjadi
perawatan holistik yang mencakup aspek fisik, sosial,psikologis dan spiritual.
Perubahan perspektif ini dikarenakan semakin hari semakin banyak pasien yang
menderita penyakit kronis sehingga tuntutan untuk suatu perkembangan adalah
mutlak adanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hospice secara umum?


2. Bagaimana Latar belakang hospice ?
3. Bagaimana Perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan undang-
undang yang menyangkut Hospice?
4. Bagaimana Perkembangan Hospice di Dunia?
5. Apa saja Contoh Hospice di Dunia dan bersertakan gambar Hospice?
 
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hospice secara umum
2. Untuk mengetahui perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan
undang-undang yang menyangkut Hospice
3. Untuk mengetahui perkembangan Hospice di Dunia
4. Untuk mengetahui contoh Hospice di Dunia dan gambar Hospice
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hospice

Hospice adalah tempat berteduh atau tempat peristirahatan bagi para


pendatang, pengungsi dan bagi yang membutuhkan. Tapi ada arti lainnya yaitu:
Suatu program yang melaksanakan fungsi penyediaan sarana tempat inap
dengan pelayanan super khusus, termasuk pemberian motivasi, kebutuhan
spiritual bagi mereka yang sudah sekarat.
Pelayanan yang diberikan bukan di rumah sakit tapi di tempat khusus yang
sangat berbeda. Tempat yang tidak mencerminkan “rasa sakit” tapi “rasa
nyaman”. memang masih menjadi momok yang menakutkan. Siapa diantara kita
yang merasa nyaman duduk berjam-jam lamanya di tengah kuburan? Apalagi
kalau hari sudah gelap. Lalu mana ada orang sengaja pasang iklan: “Dicari rumah
yang terletak di sebelah atau di depan kuburan?” Perusahaan real estate atau
housing developer menawarkan perumahan dengan lokasi pemandangan
menghadap ini dan itu dengan sebutan Lake View, Mountain View, Park View,
Ocean View, River View atau lainnya. Mana ada perumahan yang berlabel
Cemetery View ( Pemandangan Pekuburan).
Kita juga tidak senang berlama-lama di kamar jenazah dan mau berlama-lama
memandangi wajah jenazah yang pucat dan kaku, biasanya kita cepat-cepat buang
muka dan berlalu.
Siapa pula yang merasa senang jika seandainya tetangga kita menitipkan
sebuah peti jenazah, meski peti itu kosong dan baru sekalipun? Lihat saja kasus
barusan, orang-orang geger mendapat kiriman peti mati. Karyawan Kompas pun
dikiriman, apa ada yang senang? Mereka semua protes bahkan ada yang menuntut
balik sang pengirim. Kita membeli furniture ini dan itu untuk jadi pajangan di
rumah. Tetapi apakah kita akan meletakkan sebuah peti jenazah sebagai
furniture hiasan di kamar makan atau kamar tidur?
Pernah ada kawan ibu saya yang sudah menderita penyakit parah selama 7
tahun. Dokter sudah angkat tangan. Menyerah. Rupa-rupanya ibu ini sudah
punya firasat bahwa usianya tak bakalan lama lagi. Ada berbagai pesan yang
hendak ia ucapkan. Tapi setiap kali ia berbicara soal kematiannya, suaminya
tidak mau mendengar, “Jangan bicara yang aneh-aneh deh ma.”
Anaknya juga bersikap sama, “Mama nggak akan meninggal.” Bahkan dokternya
pun tidak mau jujur dan berusaha menenangkan, “Ini hanya kelainan biasa kok
bu.” Lalu apa akibatnya? Ibu kawan saya tidak bisa bicara tentang kematiannya.
Ia tidak diberi kesempatan untuk menyiapkan kematiannya. Setiap orang akan
meninggal dunia, tapi sering kita kurang sreg dengan namanya kematian,
makanya tidak ada yang pernah menyiapkan kematian, bahkan menolak kematian.
Ibu ini justru sudah siap, tapi keluarganya tidak siap dan tidak mau
membicarakannya. Rasa-rasanya harus ada waktu bahwa tiap orang belajar
menyiapkan kematian, baik kematian bagi dirinya maupun kematian seseorang
yang dikasihinya.
Tiga minggu kemudian ibu kawan saya jatuh pingsan. Ia betul-betul
hampir mati. Tapi ia sadar lagi, dokter menyarankan untuk membawa ibu ini ke
hospice. Menyiapkan kematiannya. Mendapatkan apa yang ia inginkan.
Memang budaya kebanyakan kita adalah budaya menolak kematian. Akibatnya,
orang yang mendekati ajal dan juga keluarganya tidak tahu cara menyiapkan
kematian. Padahal mungkin kekasih kita yang akan meninggal itu ingin sekali
untuk menyiapkan dirinya sendiri dan keluarganya. Seperti ibu kawan saya tadi.
Ia hendak mempersiapkan kematiannya bagi dirinya dan supaya keluarganya
siap menerima kemungkinan itu.

Orang-orang yang “siap mati” di hospice itu terlihat lebih tenang. Mereka
merasa nyaman dan dipuaskan. Banyak yang tidak membicarakan kematian
mereka, bahkan mereka enjoy dengan suasana nyaman kamar mereka. Nonton
tv, dengar musik, baca buku. Mereka masih sadar, tapi hidup mereka tinggal
hitungan jari. Ada juga yang mempersiapkan secara matang seperti
dengan mendamaikan diri dengan orang-orang di sekitarnya dan juga
keluarganya, memberi petuntuk kepada rekan kerja tentang bagaimana
meneruskan pekerjaan ya, bagaimana menjalankan usaha-usaha tanpa dirinya
lagi, merampungkan pekerjaannya, membagi miliknya, menyampaikan pesan-
pesan dan masih banyak lagi.

Persiapan seperti itu hanya bisa dicapai kalau ada kejujuran dalam diri
orang orang yang bersangkutan. Kejujuran dalam melihat dan memahami
kematian. Bukan penolakan dan penghindaran diri. Ada satu buku yang dapat
menolong kita mempersiapkan diri menghadapi kematian. Buku itu berjudul
Ketika Kekasih Mendekati Ajal---Pedoman Bagi Para Keluarga, memang sih
sepertinya terlihat aneh. Untuk apa buku tentang kematian? Tapi buku ini
menolong kita untuk jujur terhadap kenyataan.

B. Latar Belakang Perlunya Hospice Care


Hospice adalah suatu tempat perawatan yang ditujukan untuk pasien
yang menderita penyakit-penyakit kronis seperti kanker, jantung, AIDS, Stroke
dll dimana harapan hidup penderita sangat tipis, sehingga kemudian fasilitas
kesehatan ini lebih ditujukan pada perawatan daripada pengobatan.

C. Perkembangan Hospice di Indonesia disangkutkan undang-


undang yang menyangkut Hospice
Sejarah dan perkembangan palliative care di Indonesia bermula dari
adanya perubahan yang terus-menerus setiap rapat kerja untuk membahas
system penanggulangan penyakit kanker pada tahun 1989. Penanggulangan
penyakit kanker ini harus dilaksanakan secara paripurna dengan mengerjakan
berbagai intervensi mulai dari pencegahan, deteksi dini, terapi, dan perawatan
paliatif.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan surat


Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 812/Menkes/SK/VIII/2007 pada
tanggal 19 Juli 2007 yang berisi keputusan Menkes tentang kebijakan palliative
care. Dengan terbitnya surat keputusan tersebut diharapkan bisa
menjadi pedoman-pedoman pelaksanaan palliative care di seluruh Indonesia
serta mendorong lajunya pengembangan palliative care secara kualitas maupun
kuantitas.

D. Perkembangan Hospice di Dunia

Munculnya palliative care di dunia dimulai dari sebuah gerakan rumah


sakit pada awal abad ke-19, kaum beragama menciptakan hospice yang
memberikan perawatan untuk orang sakit dan sekarat di London dan Irlandia.
Dalam beberapa tahun terakhir, perawatan paliatif telah menjadi suatu
pergerakan yang besar, yang mempengaruhi banyak penduduk. Pergerakan ini
dimulai sebagai sebuah gerakan yang dipimpin relawan di Negara-negara
Amerika dan telah berkembang menjadi bagian penting dari system perawatan di
kesehatan.

Palliative care dan hospice telah berkembang pesat sejak tahun 1960-an. Cicely
Saunders seorang pekerja yang merintis perawatan ini dimana sangat memiliki
peran penting dalam menerik perhatian pasien pada akhir kehidupannya saat
mengidap penyakit ganas stadium lanjut. Palliative care mulai didefinisikan
sebagai subyek kegiatan ditahun 1970 dan dating untuk menjadi sinonim
dengan dukungan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual pasien dengan penyakit
yang membatasi hidup, disampaikan oleh tim multidisipliner.

Standar perawatan pertama kali diperkenalkan pada 1997 di Jepang. Pendidikan


palliative care masuk dalam kurikulum sekolah-sekolah kedokteran dan semua
sekolah keperawatan. DuaSaat ini Term Hospice mengacu kpd sebuah
konsep yang terus berkembang tentang penanganan yg penuh keramahan dan
penuh dengan kasih sayang, yg dpt dilakukan pada berbagai seting, seperti
di rumah pasien, rumah sakit atau fasilitas-fasilitas lain yg berhubungan
dengan kondisi yg sama Hospice Care memfokuskan pada pemeliharaan
kualitas kehidupan pasien dan bukan berfokukus pada penanganan secara
agresif terhadap penyakit yg dimiliki psn. Dalam penanganan ini dukungan
psikologis , emosional dan spiritual diberikan untuk membantu pasien dan
keluarga mereka dalam menghadapi proses menjelang kematian pasien.

Konsep rumah sakit sebagai pendekatan, holistik interdisipliner untuk


akhir hidup perawatan dimulai di inggris sekitar tahun Hospice medicare
disahkan di Amerika Serikat pada tahun 1982 dan telah menjadi dasar dari
model rumah sakit perawatan di Amerika Serikat.
E. Contoh Gambar Hospice
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Hospice adalah tempat berteduh atau tempat peristirahatan bagi para


pendatang, pengungsi dan bagi yang membutuhkan. Bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman, meningkatkan kualitas hidup
dan memberikan pengaruh positif selama sakit, membantu pasien hidup seaktif
mungkin sampai saat meninggalnya dan memberikan dukungan disaat sedih dan
kehilangan dan membantu keluarga tabah selama pasien sakit dan sedih.Hospice
yang bersifat kontemporer saat ini menawarkan sebuah program penanganan yang
komprehensif bagi pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi penyakit
yang mengancam hidup pasien tersebut Seiring dengan perkembangan IPTEK
dan tehnologi medis di era globalisasi ini berdampak pada sistem pelayanan
kesehatan dan praktek keperawatan di Indonesia kini. Tuntutan masyarakat akan
kebutuhan pelayanan kesehatan juga semakin meningkat dan berubah menjadi
kebutuhan perawatan di rumah, khususnya bagi klien / keluarga dengan
penyakit terminal. Hal ini tentu sangat memberikan keuntungan bagi klien dan
keluarganya, bila mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan klien
dan keluarganya lebih intens dan interaksi lebih bebas bila berada dirumah
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Menkes RI. (2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia :


812/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang Kebijakan Perawatan Palliatif Menteri
Kesehatan
Anonim (2010). Proyek CPP-Indonesian Aged Care Project : Memahami

PerawatanPaliatif.http://indonesianwelfare.org.au/dmdocuments/CPP/
Articles/Perawatan_Paliatif_June_2010.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.

Campbell, M. L. (2013). Nurse to Nurse Perawatan Paliatif Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai