PERILAKU KEKERASAN
DI POLI JIWA RSU DR.SAIFUL ANWAR KOTA MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa
OLEH :
FAHRIZAL MUHARRAM
201920461011099
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, menciderai orang lain, dan atau
merusak lingkunagan (Keliat, dkk, 2012). Menurut Stuart (2013), perilaku
kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor yang dihadapi oleh
seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik
pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun
nonverbal. Beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan atau agresifitas dapat didefinisikan yaitu suatu perilaku mencederai
atau melukai diri sendiri, orang lain/sekelompok orang dan lingkungan, baik
secara verbal, fisik, dan psikologis yang akan mengakibatkan beberapa
kerugian seperti trauma fisik, psikologis dan bahkan kematian.
Perilaku kekerasan yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara
fisik maupun psikologis. berfluktuasi dari tingkat rendah sampai tinggi. Hirarki
perilaku kekerasan tersebut terdiri dari tingkat rendah hingga tinggi sebagai
mana terlihat pada skema berikut :
Hirarki Perilaku Kekerasan daari tingkat rendah ke tinggi (Sumber: Stuart,
2013):
1. Memperlihatkan permusuhan tingkat rendah
2. Bicara keras dan menuntut
3. Mendekati orang lain dengan ancaman
4. Mengucapkan kata-kata ancaman, tanpa rencana untuk melukai
5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan
6. Mengancam dengan kata-kata dengan rencana melukai
7. Melukai dalam tingkat tidak berbahaya
8. Melukai dalam tingkat serius dan bahaya
B. Etiologi
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan konsep diri: harga
diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan,sehingga mengakibatkan perasaan seperti:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Merendahkan martabat
4. Gangguan hubungan sosial
5. Percaya diri kurang
6. Mencederai diri
D. Factor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah faktor biologis, psikologis dan sosiokultural.
1. Faktor biologis
a. Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b. Psychosomatic theory (teori psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem
limbic berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupuin
menghambat rasa marah.
2. Faktor psikologis
a. Frustation aggression theory (teori agresif-frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi tejadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasiakan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
b. Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila
tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
c. Existential theory (teori eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui berperilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhinya melalui berperilaku destruktif.
3. Faktor sosial cultural
a. Social environment theory (teori lingkungan social)
Lingkungan social akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespons asertif atau agresif.
b. Social learning theory (teori belajar social)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.
E. Factor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
H. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight or flight)
Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrine yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, sekresi HCL
meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan
otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai
reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif, dan asertif. Perilaku
asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan rasa marahnya
tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disamping itu
perilaku ini juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku ‘acting out’ untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan
Pasien dengan perilaku kekerasan memiliki enam siklus agresi menurut bowie:
1. Trigerring Incident
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien. Beberapa
faktor yang dapat memicu agresi antara lain provokasi, respon terhadap
kegagalan, komunikasi yang buruk,situasi yang menyebabkan frustasi,
pelanggaran batas terhadap batas personal, dan harapan yang tidak terpenuhi.
Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
2. Escalation Fase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional. Dapat disetarakan
dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak,
dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien
gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif,
gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh dir dan
koping tidak efektif.
3. Crisis Point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negoisasi dan teknik de
escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah melakukan
tindakan kekerasan.
4. Settling Phase
Klien yang telah melakukan kekerasan melepaskan energi marahanya.
Mungkin masih ada rasa cemas dan marah, dan beresiko kembali ke fase
awal.
5. Post Crisis Depression
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi serta
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.
6. Return To Normal Funtcioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi
dan kelelahan.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Psikofarmakologi
Penggunaan obat-obatan untuk gangguan jiwa berkembang dari
kekerasan secara khusus apabila etiologi belum jelas. Obat ini aman
c) Mood Stabilizers
d) Antipsychotic
bipolar. Dalam hal ini Lorazepame dan obat sedative non spesifik
e) Medikasi lainnya
otak.
b. Keperawatan
a) Terapi lingkungan
b) Terapi kelompok
yang lain dan juga mendapatkan bantuan dari yang lain. Peraturan
c) Terapi keluarga
d) Terapi individual
dan klien. Tujuan dari terapi individu yaitu, memahami diri dan
Tindakan
1. Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini
dan yang lalu.
3. Diskusikan perasaan paien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
spiritual
Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan pada saat marah secara:
Sosial/verbal
Terhadap orang lain
Terhadap diri sendiri
Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikkan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan
secara:
Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik napaas dalam
Obat
Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
Latihan napas dalam dan pukul kasur-bantal
Susun jadwal latihan napas dalam dan pukul kasur bantal
8. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik
Latihan mengungkapan rasa marah secara verbal: menolak
dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan
dengan baik
Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
9. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik dan sosial/verbal
Latihan sholat dan berdoa
Buat jadwal latihan sholat/berdoa
10. Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima
benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum
obat, benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan
akibat berhenti minum obat.
Susun jadwal minum obat secara teratur
11. Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk
mengendalikan perilaku kekerasan (Keliat & Akemat, 2009).
1. Pengkajian
1. Identitas
2. Alasan masuk
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur(Budiana Keliat,2004)
3. Faktor predisposisi
Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
jiwa(Sunden,1996)
b. Pengobatan sebelumnya
serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa ke rumah sakit jiwa
c. Trauma
Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik,
d. Herediter
Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau ada
dari llingkungan
4. Fisik
Pengkajian fisik
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
5. Psikososial
1. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan hubungan
klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud jangkauan yang mudah
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
b. Identitas
c. Harga diri
akan terlihat baik, harmonis atau terdapat penolakan atau klien merasa
lingkungan keluarga.
d. Peran diri
tidak berguna.
e. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
f. Harga diri
Biasanya hubungan klien dengan orang lain tidak baik, penilaian dan
3. Hubungan sosial
Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien berperan
4. Spiritual
5. Status mental
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktivitas motorik
d. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e. Efek
curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan mudah
tersinggung.
g. Persepsi
h. Isi fikir
i. Tingkat kesadaran
j. Memori
k. Kemampuan penilaian
a. Makan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci rambut
dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor, dan klien
d. Berpakaian/berhias
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan. Klien
menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur seperti: merapikan
tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi. Frekuensi tidur
klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
f. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dank klien tidak
g. Pemeliharaan kesehatan
sehari-hari.
7. Mekanisme koping
linkungan
9. Pengetahuan
penyakitnya, dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi dari
2. Aspek Medik
- Haloperidol
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Prilaku kekerasan
SP 1 Pasien:
Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan,
akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I
Orientasi (Perkenalan):
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang
dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07.00-14.00. Saya yang akan
merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
Kerja:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. Baik.. jadi ada 2 penyebab
marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah klien), apa yang bapak rasakan?”
(tunggu respons klien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut
seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup
melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya, berapa kali sehari bapak mau
latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau besok saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”
Kerja:
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-
debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam
jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi
ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul
kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara
merawat klien perilaku kekerasan di rumah
Orientasi (Perkenalan):
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini,
saya yang akan merawat bapak (klien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor Perawat?”
Kerja:
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik
Bu, Saya akan coba jelaskan tentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi jika tidak disalurkan dengan benar
akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan
tidak terpenuhi. Kalau menurut ibu, apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya
suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan
membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Bilamana
perubahan akan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa
jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau.
Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah
sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan
orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan
dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda
kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan
cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat
teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji ya bu”.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan
tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”
DAFTAR PUSTAKA
Azis R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Dalan, Ernawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Edisis 2.
Jakarta : Airlangga
Keliat, B.A dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC.
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Bandung : Rafika adiatma
Purba, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Jiwa. Edisi Pertama. Jakarta
: EGCS
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2007).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St.
Louis: Mosby Yeart Book.
Stuart, G.W., and Sundenen, S.J. (2013).Buku saku keperawatan jiwa.6 thediton. St.
Louis: Mosby Yeart Book.