Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

DIAPERS DERMATITIS
(RUAM POPOK)

OLEH
ARINDA RIZKY FEBYANTARI
202006040012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa
terjadi jika ia popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak
menyerap keringat, infeksi jamur atau bakteri atau bahkan eksema. Ruam popok
merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan timbulnya
bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit
sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa
hari jika dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam
popok, atau dengan melepaskan popok beberapa waktu.
Incidence rate (angka kejadian) ruam popokberbeda-beda di setiap negara,
bergantung pada hygiene, pengetahuan orang tua (pengasuh) tentang tata cara
penggunaan popok dan menurut saya mungkin juga berhubungan dengan faktor
cuaca. Kimberly A Horii, MD (asisten profesor spesialis anak Universitas Misouri)
dan John Mersch, MD, FAAP menyebutkan bahwa 10-20 % Diaper dermatitis
dijumpai pada praktek spesialis anak di Amerika. Sedangkan prevalensi pada bayi
berkisar antara 7-35%, dengan angka terbanyak pada usia 9-12 bulan. Sementara
itu Rania Dib, MD menyebutkan ruam popokk berkisar 4-35 % pada usia 2 tahun
pertama
Meskipun ruam popok menyebabkan sakit dan sangat mengganggu bayi
Ibu, namun  biasanya tidak berbahaya. Ruam popok umumnya terjadi  pada bayi
dengan kulit yang lebih sensitive. Jika ruam pada bayi Ibu disebabkan oleh popok
yang basah atau infeksi jamur, maka hanya dengan melepas popok dan
membiarkan kulitnya terkena angin sudah mampu menyembuhkan.Pastikan Ibu
mengganti popoknya dengan rutin. Membasuh pantat bayi dan mengeringkannya
sebelum memakaikan yang baru. Bisa juga menggunakan krim khusus untuk
membantu melindungi iritasi pada kulit bayi akibat ruam popok.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan banyaknya kasus dan pentingnya penanganan penyakit Dermatitis,
rumusan masalahnya adalah “ Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diapers Dermatitis?”

1.3 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diapers Dermatitis sesuai standar keperawatan.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengkajian pada pasien dengan Diapers Dermatitis beserta
keluarganya.
b) Mampu menganalisa data pada pasien dengan Diapers Dermatitis
c) Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Diapers Dermatitis
d) Mampu mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada pasien Diapers
Dermatitis
e) Mampu melaksanakan implementasi pada pasien Diapers Dermatitis
f) Mengetahui evaluasi pada pasien dengan Diapers Dermatitis

1.4 MANFAAT

a. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit Diapers
Dermatitis dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
Diapers Dermatitis

b. Bagi Pasien dan Keluarga


Agar pasien dan keluarga mempunyai pengetahuan tentang perawatan
pada pasien Diapers Dermatitis.
c. Bagi Institusi Pelayanan
Memberikan bantuan yang mempengaruhi perkembangan klien untuk
mencapai tingkat asuhan keperawatan dan tindak lanjut untuk perawatan mutu
pasien khusus penderita Diapers Dermatitis

d. Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan pada pasien
Diapers Dermatitis terutama dibidang dokumentasi asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Ruam popok adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat. Ini bisa terjadi jika ia
popok basahnya telat diganti, popoknya terlalu kasar dan tidak menyerap keringat, infeksi
jamur atau bakteri atau bahkan eksema
Ruam popok merupakan masalah kulit pada daerah genital bayi yang ditandai dengan
timbulnya bercak-bercak merah dikulit, biasanya terjadi pada bayi yang memiliki kulit
sensitif dan mudah terkena iritasi. Bercak-bercak ini akan hilang dalam beberapa hari jika
dibasuh dengan air hangat, dan diolesi lotion atau cream khusus ruam popok, atau dengan
melepaskan popok beberapa waktu.
Ruam popok (diaper rash)atau diapers dermatitis adalah gangguan yang lazim
ditemukan pada bayi. Gangguan ini banyak mengenai bayi berumur kurang dari 15 bulan,
terutama pada kisaran usia 8 – 10 bulan

2.2 ANATOMI FISOLOGI


Organ kulit
1) Epidermis (Kutilkula) Epidermis merupakan lapisan terluar dari kulit, yang
memiliki struktur tipis dengan ketebalan sekitar 0,07 mm terdiri atas beberapa
lapisan, antara lain seperti berikut :
A. Stratum korneum yang disebut juga lapisan zat tanduk.
Letak lapisan ini berada paling luar dan merupakan kulit mati. Jaringan
epidermis ini disusun oleh 50 lapisan sel-sel mati, dan akan mengalami
pengelupasansecara perlahan-lahan, digantikan dengan sel telur yang baru.
B. Stratum lusidum, yang berfungsi melakukan “pengecatan” terhadap kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin yang dihasilkan dari sel-sel ini, maka warna
kulit akan menjadi semakin gelap.
Selain memberikan warna pada kulit, melanin ini juga berfungsi untuk
melindungi sel-sel kulit dari sinar ultraviolet matahari yang dapat
membahayakan kulit. Walaupun sebenarnya dalam jumlah yang tepat sinar
ultraviolet ini bermanfaat untuk mengubah lemaktertentu di kulit menjadi
vitamin D, tetapi dalam jumlah yang berlebihan sangat berbahaya bagi kulit.
Kadang-kadang seseorang menghindari sinar matahari di siang hari yang terik,
karena ingin menghindari sinar ultraviolet ini. Hal ini disebabkan karena
ternyata sinar ultraviolet ini dapat membuat kulit semakin hitam. Berdasarkan
riset, sinar ultraviolet dapat merangsang pembentukan melanosit menjadi lebih
banyak untuk tujuan perlindungan terhadap kulit. Sedangkan jika kita lihat
seseorang mempunyai kulit kuning langsat, ini disebabkan orang tersebut
memiliki pigmen karoten. c) Stratum granulosum, yang menghasilkan pigmen
warna kulit, yang disebut melamin. Lapisan ini terdiri atas sel-sel hidup dan
terletak pada bagian paling bawah dari jaringan epidermis. d) Stratum
germinativum, sering dikatakan sebagai sel hidup karena lapisan ini merupakan
lapisan yang aktif membelah. Sel-selnya membelah ke arah luar untuk
membentuk sel-sel kulit teluar. Sel-sel yang baru terbentuk akan mendorong
sel-sel yang ada di atasnya selanjutnya sel ini juga akan didorong dari bawah
oleh sel yang lebih baru lagi. Pada saat yang sama sel-sel lapisan paling luar
mengelupas dan gugur.
2) Jaringan Dermis
Jaringan dermis memiliki struktur yang lebih rumit daripada epidermis, yang
terdiri atas banyak lapisan. Jaringan ini lebih tebal daripada epidermis yaitu sekitar
2,5 mm. Dermis dibentuk oleh serabut-serabut khusus yang membuatnya lentur,
yang terdiri atas kolagen, yaitu suatu jenis protein yang membentuk sekitar 30%
dari protein tubuh. Kolagen akan berangsur-angsur berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Itulah sebabnya seorang yang sudah tua tekstur kulitnya kasar
dan keriput. Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan dermis
terdiri atas bagian-bagian berikut. Folikel rambut dan struktur sekitarnya
A. Akar Rambut
Di sekitar akar rambut terdapat otot polos penegak rambut (Musculus arektor
pili), dan ujung saraf indera perasa nyeri. Udara dingin akan membuat otot-otot
ini berkontraksi dan mengakibatkan rambut akan berdiri. Adanya saraf-saraf
perasa mengakibatkan rasa nyeri apabila rambut dicabut.
B. Pembuluh Darah
Pembuluh darah banyak terdapat di sekitar akar rambut. Melalui pembuluh
darah ini akar-akar rambut mendapatkan makanan, sehingga rambut dapat
tumbuh.
C. Kelenjar Minyak (glandula sebasea) Kelenjar minyak terdapat di sekitar akar
rambut. Adanya kelenjar minyak ini dapat menjaga agar rambut tidak kering.
D. Kelenjar Keringat (glandula sudorifera)
Kelenjar keringat dapat menghasilkan keringat. Kelenjar keringat berbentuk
botol dan bermuara di dalam folikel rambut. Bagian tubuh yang banyak
terdapat kelenjar keringat adalah bagian kepala, muka, sekitar hidung, dan lain-
lain. Kelenjar keringat tidak terdapat dalam kulit tapak tangan dan telapak kaki.
E. Serabut Saraf
Pada lapisan dermis terdapat puting peraba yang merupakan ujung akhir saraf
sensoris. Ujung-ujung saraf tersebut merupakan indera perasa panas, dingin,
nyeri, dan sebagainya.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul
karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan
tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.
Ruam disebabkan oleh roseola dan erythema infectiosum (penyakit fith) adalah
tidak berbahaya dan biasanya mereda tanpa pengobatan. Ruam disebabkan campak,
rubella, dan cacar air menjadi tidak umum karena anak mendapatkan vaksin.
Beberapa faktor penyebab terjadinya ruam popok ( diaper rash, diaper dermatitis,
napkin dermatitis ), antara lain:

 Iritasi atau gesekan antara popok dengan kulit.


 Faktor kelembaban.
 Kurangnya menjaga hygiene. popok jarang diganti atau terlalu lama tidak segera
diganti setelah pipis atau BAB (feces).
 Infeksi mikro-organisme (terutama infeksi jamur dan bakteri)
 Alergi bahan popok.
 Gangguan pada kelenjar keringat di area yang tertutup popok.

2.4 KLASIFIKASI

Klasifikasi derajat ruam popok menurut (Marty O, 2006) sebagai beriku :

a. Derajat Sedikit ruam popok.

1) Terjadi kemerahan samar-samar di daerah popok

2) Terdapat papula dengan jumlah sedikit.

3) Kulit sedikit mengalami kekeringan.

Gb. 1 bayi memiliki warna kemerahan samar- samar di


daerah popok

Gb. 2 terdapat sedikit papula di daerah popok

b. Derajat ringan ruam popok

1) Terjadi kemerahan yang kecil pada daerah popok.

2) Tersebar benjolan (papula).

3) Kulit mengalami kekeringan skala sedang.


Gb. 3 daerah popok mengalami warna kemerahan yang samar dan terdapat
benjolan (papula)
Gb. 4 daerah popok mengalami kemerahan samar-samar

c. Derajat ringan-sedang ruam popok

1) Terjadi kemerahan samar-samar pada daerah popok yang lebih besar.

2) Terjadi kemerahan pada daerah popok dengan luas yang kecil.

3) Terjadi kemerahan yang intens didaerah yang sangat kecil.

4) Kulit mengalami kekeringan dengan skala sedang.

Gb.5 daerah popok mengalami kemerahan yang samar-samar dengan


beberapa daerah kecil mengalami kemerahan, terdapat juga
benjolan (papula).

Gb. 6 daerah popok mengalami kemerahan

http://repository.unimus.ac.id
d. Derajat Sedang Ruam Popok

1) Terjadi kemerahan pada daerah yang lebih besar.

2) Terjadi kemerahan yang intens di daerah yang sangat kecil.

3) Terjadi benjolan (papula) dan beberapa benjolan (0-5) terdapat cairan di


dalamnya (pustules).
4) Kulit mengalami sedikit pengelupasan.

5) Mungkin terjadi pembengkakan (edema).

http://repository.unimus.ac.id
1
2

Gb. 7 daerah popok mengalami kemerahan intens, melupas, terdapat benjolan


(papula), dan beberapa benjolan terdapat cairan (pustula).

e. Derajat Berat Ruam Popok

1) Terjadi kemerahan ang intens di daerah yang lebih besar.

2) Terjadi pengelupasan kulit yang parah.

3) Terjadi pembengkakan (edema) yang parah.

4) Beberapa daerah popok mengalami kehilangan lapisan kulit dan terjadi


perdarahan.
5) Banyak terjadi benjolan (papula) dan tiap benjolan terdapat cairan
(pustula).

Gb. 8 daerah popok mengalami kemerahan yang intens dan banyak terdapat benjolan
(papula), tiap benjolan terdapat cairan (pustula)

2.5 PATOFISIOLOGI

Hampir semua bayi pernah mengalami ruam atau lecet karena pemakaian popok.Lokasi
yang sering terkena adalah bagian pantat, sekitar kemaluan, maupun paha. Bahkan, jika
bakteri yang terdapat dalam urine bayi Anda terurai menjadi amonia, ruam ini bisa
bertambah parah. Tentu saja keadaan ini sangat tidak menyenangkan buat si kecil.
1
3
Bayi yang senang tidur lama sebenarnya tidak ada masalah. Tetapi masalahnya bila
popoknya basah berkali-kali dan membuatnya lembab. Karena penyebab ruam popok yang
paling utama adalah popok yang lembab. Popok yang lama terkena air seni dan tinja bisa
menimbulkan iritasi pada kulit. Bila Bunda tak segera membersihkannya, bakteri dan jamur
akan tumbuh. Selain karena lembab ada juga bayi yang memang alergi terhadap popok sekali
pakai. Lebih baik gunakan popok tradisional dengan resiko Bunda harus lebih sering
menggantinya bila bayi buang air kecil atau besar.
Penggunaan produk bayi yang mengandung parfum juga bisa meningkatkan resiko
terkena ruam popok termasuk juga deterjen untuk mencuci pakaiannya. Disarankan
menggunakan diapers tanpa pewangi.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Gejala diaper rash bervariasi mulai dari yang ringan sampai dengan yang berat. Secara klinis
dapat terlihat sebagai berikut:
 Pada tahap dini, ruam dapat berupa eritema atau kemerahan pada kulit di daerah
popok yang bersifat terbatas dan disertai dengan adanya lecetlecet ringan atau luka
pada kulit.
 Pada derajat sedang dapat berupa kemerahan dengan atau tanpa adanya bintil-bintil
yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet pada permukaan yang luas.
Biasanya disertai dengan rasa nyeri dan rasa tidak nyaman di kulit.
 Pada kondisi yang cukup parah dapat ditemukan adanya kemerahan yang disertai
bintil-bintil, bernanah dan meliputi daerah kulit yang lebih luas.
 Bayi atau anak dengan kelainan itu dapat menjadi rewel akibat adanya rasa nyeri
yang ditimbulkan akibat ruam, terutama pada waktu buang air kecil atau besar.

2.7 KOMPLIKASI
1) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3) hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4) jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
5) Disuria,yaitu rasa sakit yang timbul saat buang air kecil
1
4
6) Retensio urin yaitu tidak bisa buang air kecil

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Laboratorium
 Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
 Urin : pemerikasaan histopatologi
2) Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. Pada
dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis),
terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai
edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis sub akut
menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang
parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis,
parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis
dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut
merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran
histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak
sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel
dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans
menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen
akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di epidermis
berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening setempat
meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologi,
imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada pasien yang
diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola
peradangannya
1
5

2.7 PENATALAKSANAAN MEDIS


Pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan
menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap
penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan
kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.

2.   Pengobatan
a. Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila
kering di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada
kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :
 Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akan menghambat reaksi aferen dan eferen dari
dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel
penyaji antigen dan sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit
menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel Langerhans,
sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga
1
6
menghalangi pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T
dihambat. Efek imunomodulator ini meniadakan respon imun yang terjadi
dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik. Jenis yang
dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon
asetonid. Cara pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut.
Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat penyembuhan, dapat
dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari.
Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit
dan erupsi akneiformis.
 Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis
kontak melalui sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel panyaji
antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul
permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan
fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA
(PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara
imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan
infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapat diblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari
sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans
menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans.
 Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
 Antibiotika dan antimikotika
1
7
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus dan Kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan
antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
 Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506
(Tacrolimus) dan SDZ ASM 981. Tacrolimus bekerja dengan
menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-
2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini
akan mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit
dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin
makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi
0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat
0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat
0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan
adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik
dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara
oral.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
Jenis-jenisnya adalah :
 Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
 Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena. Pilihan terbaik adalah prednison dan
1
8
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus
peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari
insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat
proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
 Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T
penolong dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1
dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan keratinosit
serta menghambat ekspresi ICAM-1.

 Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan
ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans. Merupakan derivat
teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
 FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R, INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
 Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya
seperti nifedipin dan amilorid.
 Derivat vitamin D3
1
9
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6
dan INF-r yang merupakan mediator-mediator poten dari peradangan.
Contohnya adalah kalsitriol.
 SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang
tinggi. Dapat juga diberikan secara topical, pemberian secara oral lebih
baik daripada siklosporin
2
0

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN


a.  Identitas Pasien
b.  Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
 Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
 Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
 Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami
stress yang berkepanjangan.
 Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
d. POLA FUNGSIONAL GORDON
 Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
 Pola nutrisi dan metabolism
2
1
-  Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan
malam )
- Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan
atau alergi
- Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
-    Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
yang mengandung vitamin antioksidant
e. Pola eliminasi
- Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya
-  Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
-  Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksi dan defekasi.
f.  Pola aktivitas/olahraga
- Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
- Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya
karena yang terganggu adalah kulitnya
-   Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
g. Pola istirahat/tidur
-   Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
- Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
-  Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau
tidak?
h.  Pola kognitif/persepsi
-  Kaji status mental klien
-   Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
-  Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebab kecemasan klien
- Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
- Kaji apakah klien mengalami vertigo
2
2
-   Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
i. Pola persepsi dan konsep diri
-   Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah
kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
-   Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi
atau takut
-   Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
j. Pola peran hubungan
-  Tanyakan apa pekerjaan pasien
-   Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
-   Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
klien
k.  Pola seksualitas/reproduksi
-   Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
-    Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
- Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
l.  Pola koping-toleransi stress
- Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
-  Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk
penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang
terdekat.
m.  Pola keyakinan nilai
  Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat
kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
2
3

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1) Nyeri Akut berhubungan dengan lesi kulit
2) Kerusakan  integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
3) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

3.3 NCP
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1. Nyeri b.d adanya Tujuan : 1.     kaji jenis dan tingkat1.    Dapat mengetahui
lesi kulit Setelah dilakukan nyeri pasien. tentukan kriteria nyeri pasien
tidakan apakah nyerinya2.    Untuk memfasilitasi
keperawatan kronis atau akut. pengkajian yang akurat
selama 1x24 jam, Selain itu, kaji factor tentang tingkat nyeri
diharapkan nyeri yang dapat pasien
berkurang atau mengurangi atau
teradaptasi memperberat; lokasi,3.    Untuk menentukan
durasi, intensitas dan keefektifan obat
Kriteria hasil : karakteristik nyeri;4.    Tindakan ini
1.    Pasien dan tanda-tanda dan meningkatkan
melaporkan nyeri gejala psikologis. kesehatan,
berkurang Pengkajian kesejahteraan, dan
2.    Nyeri dapat berkelanjutan peningkatan tingkat
diadaptasi membantu energy, yang penting
3.    Dapat meyakinkan bahwa untuk pengurangan
mengidentifikasi penanganan dapat nyeri
aktifitas yang memenuhi kebutuhan5.    Untuk menurunkan
2
4
meningkatkan atau pasien dalam ketegangan atau
menurunkan nyeri mengurangi nyeri. spasme otot dan untuk
4.    Pasien tidak Dokumentasikan mendistribusikan
gelisah dan skala respons pasien kembali tekanan pada
nyeri 0-1 atau terhadap pertanyaan bagian tubuh
teradaptasi anda dengan6.    Tehnik
bahasanya sendiri nonfarmakologis
untuk menghindari pengurangan nyeri
interprestasi subjektif akan efektif bila nyeri
2.     Minta pasien untuk pasien berada pada
menggunakan sebuah tingkat yang dapat
skala 1 sampai 10 ditoleransi
untuk menjelaskan
tingkat nyerinya
(dengan nilai 10
menandakan tingkat
nyeri paling berat)
3.     Berikan obat yang
dianjurkan untuk
mengurangi nyeri,
bergantung pada
gambaran nyeri
pasien. pantau adanya
reaksi yang tidak
diinginkan terhadap
obat. Sekitar 30
sampai 40 menit
setelah pemberian
obat, minta pasien
untuk menilai kembali
nyerinya dengan skala
2
5
1 sampai 10
4.     Atur periode istirahat
tanpa terganggu

5.     Bantu pasien untuk


mendapat posisi yang
nyaman, dan gunakan
bantal untuk
membebat atau
menyokong daerah
yang sakit bila perlu
6.     Pada saat tingkat
nyeri pasien tidak
terlalu kentara,
implementasikan
tehnik mengendalikan
nyeri alternatif

2. Kerusakan Tujuan : 1.    Inspeksi kulit pasien1.     Untuk menentukan


integritas kulit Setelah dilakukan setiap pergantian tugas keefektifan regimen
b.d inflamasi tindakan jaga, jelaskan dan perawatan kulit
dermatitis, respon keperawatan dokumentasikan
menggaruk selama 3x24 jam kondisi kulit dan2.      
diharapkan laporkan perubahan
kerusakan 2.    Lakukan tindakana.    Untuk meningkatkan
integritas kulit pendukung, sesuai kenyamanan dan
dapat membaik indikasi kesejahteraan
Kriteria hasil : a.    Bantu pasien dalamb.    Pengurangan nyeri
1.     Pasien melakukan tindakan diperlukan untuk
2
6
menunjukkan tidak hygiene dan mempertahankan
adanya kerusakan kenyamanan kesehatan
kulit b.    Berikan obat nyeric.    Untuk meningkatkan
2.     Pasien sesuai program dan rasa sejahtera pasien
menunjukkan pantau keefektifannya d.   Untuk mencegah
turgor kulit yang kerusakan kulit
normal c.    Pertahankan
lingkungan yange.    Untuk mencegah
nyaman kemungkinan infeksi
d.   Gunakan kasur busa,
penyangga, atau
peralatan lain
e.    Peringatkan agar3.     Tindakan tersebut
tidak menyentuh luka mengurangi tekanan,
atau balutan meningkatkan sirkulasi
3.    Atur posisi pasien dan mencegah
supaya nyaman dan kerusakan kulit
meminimalkan
tekanan pada
penonjolan tulang.
Ubah posisi pasien4.     Tindakan ini
minimal setiap 2 jam. membantu mengurangi
Pantau frekuensi ansietas dan
pengubahan posisi meningkatkan
pasien dan kondisi ketrampilan koping
kulitnya 5.     Untuk mendorong
4.    Berikan kesempatan kepatuhan
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
masalah kulitnya
2
7
5.    Berikan pengarahan
pada pasien dan
anggota keluarga atau
pasangan dalam
program perawatan
kulit
3. Gangguan pola Tujuan : 1.    Berikan kesempatan1.     Mendengar aktif
tidur b.d pruritus Dalam waktu 1x24 pasien untuk dapat membantu
jam pasien mendiskusikan menentukan penyebab
mencapai pola keluhan yang mungkin kesulitan tidur
tidur/istirahat yang menghalangi tidur
memuaskan 2.    Rencanakan asuhan2.     Tindakan ini
Kriteria hasil : keperawatan rutin memungkinkan asuhan
1.    Pasien yang memungkinkan keperawatan yang
mengungkapkan pasien tidur tanpa konsisten dan
perasaan cukup terganggu memberikan waktu
beristirahat untuk tidur tanpa
2.    Pasien tidak3.    Berikan bantuan terganggu
menunjukkan tidur kepada pasien,3.     Hygiene pribadi
tanda-tanda fisik seperti bantal, mandi secara rutin dapat
deprivasi tidur sebelum tidur, mempermudah tidur
3.    Menghindari makanan atau bagi sejumlah pasien
konsumsi kafein minuman dan bahan
4.    Mengenali bacaan. 4.     Tindakan ini dapat
tindakan untuk4.    Ciptakan lingkungan mendorong istirahat
meningkatkan tenang yang kondusif dan tidur
tidur untuk tidur 5.     Agens hipnotik
5.    Berikan pengobatan memicu tidur, obat
yang diprogramkan penenang menurunkan
untuk meningkatkan ansietas
pola tidur normal
2
8
pasien. pantau dan
catat reaksi yang tidak
diharapkan 6.     Tindakan ini
6.    Minta pasien untuk membantu mendeteksi
setiap pagi adanya gejala perilaku
menjelaskan kualitas yang berhubungan
tidur malam dengan tidur
sebelumnya 7.     Upaya relaksasi yang
bertujuan biasanya
7.    Berikan pendidikan dapat membantu
kesehatan kepada meningkatkan tidur
pasien tentang teknik
relaksasi seperti
imajinasi terbimbing,
relaksasi otot progresif
dan meditasi
4. Gangguan citra Tujuan : 1.    Terima persepsi diri1.    Untuk memvalidasi
tubuh b.d Dalam waktu 1x24 pasien dan berikan perasaannya
penampakan kulit jam pasien jaminan bahwa ia
yang tidak baik menerima dapat mengatasi krisis2.    Untuk mendapat nilai
perubahan citra ini dasar pada pengukuran
tubuh 2.    Ketika membantu kemajuan
Kriteria hasil : pasien yang sedang psikologisnya
1.     Pasien melakukan perawatan
berpartisipasi diri, kaji pola koping
dalam berbagai dan tingkat harga
aspek perawatan dirinya 3.    Untuk meningkatkan
dan dalam3.    Dorong pasien rasa kemandirian dan
pemgambilan melakukan perawatan control
keputusan tentang diri 4.    Agar pasien dapat
perawatan 4.    Berikan kesempatan mengungkapkan
2
9
2.     Pasien kepada pasien untuk keluhannya dan
menyatakan menyatakan perasaan memperbaiki
perasaan positif tentang citra tubuhnya kesalahpahaman
terhadap dirinya dan hospitalisasi 5.    Untuk mendukung
sendiri 5.    Bimbing dan kuatkan adaptasi dan kemajuan
3.     Pasien focus pasien pada yang berkelanjutan
berpartisipasi aspek-aspek positif
dalam program dari penampilannya
rehabilitasi dan dan upayanya dlam
konseling menyesuaikan diri
dengan perubahan
citra tubuhnya
5. Resiko infeksi Tujuan : 1.    Minimalkan resiko1.     
b.d kerusakan Setelah melakukan infeksi pasien dengan :
perlindungan tindakan a.    Mencuci tangana.    Mencuci tangan
kulit keperawatan sebelum dan setelah adalah satu-satunya
selama 1x24 jam, memberikan cara terbaik untuk
infeksi dapat perawatan mencegah penularan
dihindari pathogen
Kriteria hasil : b.    Mengunakan sarungb.    Sarung tangan dapat
1.    Tanda-tanda vital tangan untuk melindungi tangan
dalam batas mempertahankan pada saat memegang
normal asepsis pada saat luka yang dibalut atau
2.    Tidak adanya memberikan melakukan berbagai
tanda-tanda infeksi perawatan langsung tindakan
2.    Pantau suhu minimal2.    Suhu yang terus
setiap 4 jam dan catat meningkat setelah
pada kertas grafik. pembedahan dapat
Laporkan evaluasi merupakan tanda
segera awitan komplikasi
pulmonal, infeksi luka
3
0
atau dehisens, infeksi
saluran kemih atau
3.    Bantu pasien tromboflebitis
mencuci tangan3.    Mencuci tangan
sebelum dan sesudah mencegah penyebaran
makan dan setelah dari pathogen terhadap
kamar mandi objek dan makanan
4.    Beri pendidikan lain
kepada pasien4.    Tindakan tersebut
mengenai : memungkinkan pasien
a.    Teknik mencuci untuk berpartisipasi
tangan yang baik dalam perawatan dan
b.    Factor-faktor yang membantu pasien
meningkatkan resiko memodifikasi gaya
infeksi hidup untuk
c.    Tanda-tanda dan mempertahankan
gejala infeksi tingkat kesehatan ang
optimum
3
1

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi
III. Jakarta: FK UI: 126-31.
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River

Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New


Jersey: Upper Saddle River

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook
of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC.
Widhya. (2011). Askep Dermatitis. Diaskes pada tanggal 28 April 2012 pada http:///D:/LAPORAN
%20POROFESI%20NERS%202012/MEDICAL%20BEDAH/SUMBER
%20DERMATITIS/askep-dermatitis.html
3
2

Tindakan keperawatan

Anda mungkin juga menyukai