Anda di halaman 1dari 20

Tugas Manajemen Risiko

MANAJEMEN RISIKO BISNIS

OLEH:
JUMRIANA
B1B1 18 127

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
A. Pengertian Manajemen Risiko dan Risiko Bisnis
Persaingan menjadi lebih dinamis dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan risiko
bisnis bagi banyak perusahaan. Lingkungan bisnis berubah dengan cepat. Dan itu
menyebabkan beberapa tantangan dan masalah. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan
terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman;
suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya.  Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dan dapat menyebabkan
kerugian atau kegagalan bisnis. Ketidakpastian menyulitkan perusahaan untuk mencapai
target. Beberapa risiko mungkin berada dalam kendali perusahaan. Dalam arti, perusahaan
masih bisa mengelolanya. Namun, beberapa risiko berada di luar kendali perusahaan. Mereka
hanya dapat beradaptasi dan meminimalkan dampaknya terhadap perusahaan.
a. Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2007), risiko bisnis adalah risiko yang terkait
dengan posisi kompetitif perusahaan dan prospek perusahaan untuk berkembang dalam
pasar yang senantiasa berubah.
b. Menurut Djohanputro (2008) risiko bisnis adalah potensi penyimpangan hasil korporasi
( nilai perusahaan dan kekayaan pemegang saham) dan hasil keuangan karena perusahaan
memasuki suatu bisnis tertentu dengan lingkungan industri yang khas dan menggunakan
teknologi tertentu.
c. Risiko bisnis merupakan salah satu jenis risiko yang tidak dapat ditransfer ke pihak lain.
d. Sekali perusahaan terjun ke bisnis tertentu, maka saat itu juga perusahaan akan langsung
menanggung risiko bisnis. Hal terpenting adalah bagaimana memastikan bahwa selera
manajemen terhadap risiko tetap memenuhi prinsip semakin tinggi risiko semakin tinggi
ekspektasi hasil, high risk high return.
e. Dapat disimpulkan bahwa risiko bisnis adalah risiko yang terkait dengan posisi
kompetitif perusahaan dan prospek perusahaan untuk berkembang dalam pasar yang
senantiasa berubah.
f. Risiko bisnis saat ini telah menjadi perhatian utama direksi dan komisaris perusahaan.
Risiko bisnis meliputi prospek jangka pendek dan jangka panjang terhadap produk dan
jasa yang ada.
Dalam klasifikasi umum, risiko bisnis dapat berupa :

1. Risiko strategis
Perusahaan perlu mengembangkan strategi penciptaan nilai untuk mencapai keunggulan
kompetitif. Mereka memiliki daya saing ketika mereka dapat mengadopsi strategi yang
tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses.
Kadang-kadang, strategi mereka tidak lebih baik dari pesaing. Itu tentu buruk
untuk bisnis. Atau, strategi perusahaan baik tetapi lemah dalam pelaksanaannya,
misalnya, karena komitmen yang rendah dari eksekutif dan karyawan. Sekali lagi, itu
merugikan perusahaan.
Misalnya, target pasar cenderung sadar harga. Namun, perusahaan menerapkan strategi
diferensiasi dan mencoba mengubah persepsi konsumen bahwa produk mereka lebih
baik. Alih-alih mendapatkan penjualan yang baik, produk mereka tidak laku.
Risiko strategis memiliki implikasi paling signifikan dalam mencapai tujuan
perusahaan. Jika strategi perusahaan kurang efektif, kerugian akan muncul.

2. Risiko operasional
Risiko ini timbul dari kegiatan sehari-hari perusahaan. Itu mungkin karena kesalahan
karyawan, kegagalan sistem produksi, dan prosedur internal yang tidak memadai. Sumber
risiko juga dapat berasal dari luar, tetapi memengaruhi operasi perusahaan.
Beberapa contoh risiko operasional adalah:
 Perselisihan kontrak
 Kegagalan teknologi
 Kesalahan manusia
 Kerusakan sistem

3. Risiko kepatuhan
Risiko kepatuhan timbul karena ketidakpatuhan terhadap undang-undang atau peraturan
lainnya. Saat melanggar, perusahaan mungkin mendapat sanksi atau merusak
kredibilitasnya. Dampak risiko kepatuhan sangat penting bagi beberapa industri yang
sangat diatur seperti bank dan asuransi.

4. Risiko keuangan
Risiko keuangan adalah ketidakpastian yang terkait dengan pengelolaan perusahaan
keuangan. Salah satunya adalah risiko karena ketidakcocokan arus kas.
Perusahaan perlu berinvestasi, misalnya, fasilitas produksi baru, karena dengan mana
bisnis berkembang. Mereka dapat menggunakan berbagai opsi modal, dari sumber
internal (laba ditahan), sekuritas utang, atau ekuitas. Aliran uang yang tidak memadai
sering muncul. Perusahaan telah menghabiskan uang untuk proyek, tetapi itu tidak segera
menghasilkan lebih banyak uang dengan cepat.

Sumber risiko bisnis :


Ketidakpastian dapat muncul dari internal atau eksternal. Risiko internal timbul dari
dalam organisasi. Ini terjadi selama operasi reguler dan berasal dari kombinasi faktor
fisik, teknis, dan manusia.
Jenis risiko internal ini dapat dikendalikan dan, dalam beberapa kasus, dapat dihindari
atau dikurangi. Kelalaian di tempat kerja, mesin produksi usang, dan pemogokan adalah
dua contoh sumber risiko internal.

Risiko eksternal datang dari luar perusahaan. Perusahaan tidak memiliki kendali


atasnya. Mereka hanya dapat beradaptasi dan mengurangi paparan mereka terhadap
perusahaan.

Risiko eksternal dapat timbul karena perubahan kondisi ekonomi, politik, peraturan, dan
sosial demografis. Perubahan dalam lingkungan kompetitif juga merupakan sumber risiko
eksternal.

Beberapa contoh risiko eksternal adalah:


 Bencana alam, pandemi dan perubahan iklim
 Gangguan teknologi
 Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan (misalnya resesi, hiperinflasi, atau suku
bunga tinggi)
 Risiko geopolitik
 Perubahan peraturan
 Perubahan dalam preferensi dan selera konsumen
 Persaingan semakin ketat
Dampaknya terhadap perusahaan :
Risiko bisnis menyebabkan perusahaan tidak dapat memenuhi target atau tidak dapat
mencapai tujuan perusahaan. Mereka tidak mampu memberikan pengembalian yang
memadai bagi investor. Ketidakpastian juga dapat menyebabkan kegagalan bisnis dan
bahkan kebangkrutan.
Risiko memiliki dampak yang lebih signifikan ketika perusahaan memiliki leverage yang
tinggi. Itu membuat perusahaan sulit mendapatkan dana murah. Investor melihat
perusahaan memiliki risiko gagal bayar yang tinggi.
Kombinasi risiko bisnis dan leverage yang tinggi mempersulit perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya kapan saja. Ketika pendapatan turun, mereka tidak
dapat membayar kembali utangnya, dan itu dapat menyebabkan kebangkrutan.

B. Sektor Usaha dan Risiko Bisnis


a. Semua usaha memiliki kekhasan risiko bisnisnya masing-masing.
b. Kunci kesuksesan menghadapi risiko adalah adanya pengendalian dan sikap kehati-
hatian dalam berusaha.
c. Ketika sebuah usaha baru dimulai, pengusaha disarankan untuk memiliki referensi
dan pengalaman sebanyak mungkin. Referensi bisa didapat dari rencana bisnis
perusahaan. Sehingga kegagalan dalam berbisnis dapat diminimalkan. Aspek
anggaran, prediksi penjualan dan keuntungan , prediksi masa penurunan penjualan,
penciptaan produk baru, baya gaji karyawan, dan keputusan investasi merupakan hal-
hal yang perlu dirumuskan secara matang sebelum sebuah usaha dimulai.
d. Sedangkan faktor pengalaman akan didapat dalam jangka panjang, yang penting
semua pelaku usaha itu harus mampu untuk fokus dalam usahanya.
Berikut beberapa risiko bisnis pada beberapa sektor usaha non keuangan.
No Sektor Usaha Risiko Bisnis Solusi dan Mitigasi
. Risiko bisnis
1. Bisnis Pertanian  Produk yang  Menjual produk
dihasilkan mudah yang tepat waktu.
busuk atau cepat  Jumlah yang
kedaluwarsa. dipanen sesuai
 Harus punya dengan daya beli
tempat konsumen.
penyimpanan yang  Bila produk sulit
aman dan bersih dijual, maka
agar segar. disarankan untuk
 Serangan hama diawetkan.
penyakit.  Memiliki lemari
 Naik turunnya pendingin.
harga pipik.  Menjaga suhu
produk.
 Menjaga
ketersediaan
pestisida.
 Melakukan
manajemen
penghematan
pupuk.
2. Bisnis Perikanan  Masuknya bakteri  Melakukan
pengontrolan
kondisi produk
secara berkala.
3. Bisnis Peternakan  Produk yang  Perusahaan
dihasilkan rawan memiliki
penyakit. ketersediaan
 Membutuhkan obat-obatan.
perawatan intensif.  Perusahaan
 Kualitas dan mutu memerlukan
bibit ternak perhitungan
memengaruhi hasil biaya
perkembangan mendatangkan
ternak ke depan dokter hewan.
serta harga jual di  Memasukkan
pasar biaya tersebut
sebagai biaya
tetap.
 Perusahaan harus
memantau dan
melihat kualitas
dan mutu bibit.
4. Bisnis Minyak dan Gas  Produk bahan  Perusahaan
tambang, seperti memantau
migas, bergantung kondisi pipa
pada kondisi alam, secara berkala.
jika gempa akan  Perusahaan
mengalami memakai bahan
kerusakan hebat, pipa yang
seperti putus pipa. terjamin
 Harga migas naik kualitasnya.
turun, tidak stabil.  Perusahaan harus
 Bila sumur migas memiliki
lama telah habis, cadangan dan
maka perusahaan lindung nilai
harus mencari (hedging) dengan
sumur baru. tujuan agar
kondisi migas
yang fluktuatif
dipasaran tidak
memengaruhi
kinerja
perusahaan baik
jangka pendek
maupun jangka
panjang.
 Perusahaan perlu
membuat
perencanaan
kerja.
 Perusahaan
mengalokasikan
dana khusus
untuk bagian
riset.
 Perusahaan
mencari
perusahaan lain
untuk diakuisisi.
5. Bisnis Makanan dan  Produk yang  Perusahaan
Minuman diproduksi melakukan
kedaluwarsa. pengawasan ketat
 Produk tergantung terhadap produk
hasil alam, seperti dan kemasannya.
pertanian.  Perusahaan
 Perusahaan harus memiliki gudang
memiliki cadangan dengan jumlah
yang mencukupi tertentu untuk
karena usia produk stok.
singkat.
 Makanan kemasan
dipengaruhi
kualitas dan desain
kemasan.
6. Bisnis Pabrik Rokok  Keluarnya regulasi  Perusahaan
yang tidak rokok menjalin
memperbolehkan kerja sama
merokok di tempat dengan berbagai
tertentu. pihak dengan
 Adanya kampanye kebijakan win
kesehatan tentang win solution.
bahaya merokok.  Mencantumkan
 Keluarnya fatwa label bahaya
MUI tentang merokok untuk
haramnya kesehatan,
merokok. terutama ibu
hamil, dikemasan
rokok.
 Menyisihkan
keuntungan
untuk
kepentingan
masyarakat.
Sumber: Fahmi (2015), Manajemen Risiko Teori Kasus dan Solusi, Bandung: Penerbit
Alfabeta, dan Kadir (2004), Risiko Bisnis Sektor Hulu Perminyakan (Analisis Teknik dan
Finansial), Jakarta: PT Pradnya Paramita.

C. Penerapan Manajemen Risiko Bisnis


Penerapan manajemen risiko bisnis bagi perusahaan yang ideal minimal terdiri atas
beberapa cakupan:
a. Adanya pengawas aktif dari dewan komisaris dan direksi.
b. Adanya kebijakan dan prosedur manajemen risiko serta penetapan limit risiko.
c. Adanya proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko, serta
sistem informasi untuk risiko bisnis.
d. Adanya sistem pengendalian intern.

Ada beberapa hal yang bisa dipersiapkan secara detail agar mampu mengatasi risiko
dalam usaha yang terjadi.
1. Tuliskan Rencana Bisnis
Dalam menjalankan sebuah bisnis penting melakukan sebuah rencana tertulis.
Lihatlah dari berbagai sudut pandang untuk merencanakan tujuan, melakukan
evaluasi, serta melakukan penilaian pada bisnis yang dijalankan. Perhatikan pula
strategi operasional, keuangan serta Pemasaran yang dilakukan.
2. Lakukan Perencanaan Manajemen Risiko
Perencanaan manajemen risiko berbeda dengan perencanaan bisnis. Dalam sebuah
rencana manajemen risiko mencantumkan langkah-langkah yang bisa dilakukan,
prosedur dan cara untuk mengatasi jika risiko terjadi. Misalnya saja jika menghasilkan
sebuah produk yang mudah rusak. Maka harus menentukan langkah bagaimana
seharusnya agar produk tersebut aman pada saat didistribusikan ke pasaran.
3. Ikuti Rencana Yang Sudah Dibuat
Jika sudah menuliskan semua rencana baik itu rencana bisnis maupun manajemen
risiko maka ikuti apa yang sudah dibuat. Dengan adanya panduan yang sudah
dilakukan maka akan meminimalisir adanya risiko yang terjadi. Selain itu jika sudah
mengikuti rencana dan segala standar operasional maka tinggal melakukan evaluasi di
akhir, apakah terjadi keuntungan atau adanya kerugian.
4. Minimalisir Risiko Keuangan dengan Pembukuan
Hal penting lainnya dalam menjalani suatu usaha adalah tentang mengatasi masalah
pencatatan keuangan yang memperburuk risiko usaha secara keseluruhan. Tanpa
pencatatan pengeluaran dan pemasukan yang benar, bisnis Anda berarti buta.
Anda tidak akan bisa mengetahui keuntungan atau mungkin kerugian bisnis tanpa
pembukuan yang benar. Begitu pun dengan pengambilan kebijakan untuk
pengembangan usaha, karena Anda tidak memiliki data keuangan yang faktual.

Berikut adalah beberapa tahapan dalam penerapan manajemen risiko:


 Komitmen direksi untuk menerapkan manajemen risiko. Direksi harus
memiliki kesepakatan mengenai perlunya organisasi menerapkan manajemen
risiko yang terintegrasi atau Integrated Risk Management (IRM).

 Memilih unit yang bertugas mengembangkan dan menerapkan manajemen


risiko. Contoh: menyerahkan manajemen risiko pada direktur keuangan karena
dekat dengan urusan keuangan, menyerahkan kepada direktur SDM, atau
membentuk unit manajemen risiko sendiri.

 Membuat manajemen risiko. Setelah memilih unit yang bertugas


mengembangkan dan menerapkan manajemen risiko, kemudian unit tersebut
dapat membuat pedoman manajemen risiko.

 Membangun kesadaran pentingnya manajemen risiko. Perlu dibangun dan


disosialisasikan kepada karyawan untuk membentuk pola pikir manajemen risiko
pada seluruh karyawan.

Setelah memutuskan untuk menerapkan manajemen risiko, perusahaan harus segera


melaksanakan manajemen risiko. Langkah-langkah pelaksanaan manajemen risiko
adalah sebagai berikut:
 Register risiko. Pemangku bisnis dan pemangku risiko harus mengenali risiko di
unitnya, mengenali apa dan seberapa besar dampaknya.

 Register risiko dibagikan ke seluruh unit. Register risiko dapat dibagikan di


website atau intranet. Setiap unit dapat memberi masukan atau mengoreksi
register risiko.

 Unit manajemen risiko kemudian mengoordinasi dan menyelaraskan


manajemen risiko dari seluruh pemangku bisnis. Dengan ini, bisa
diidentifikasi risiko tiap unit, divisi, atau direktorat.

 Menetapkan respon risiko atau mitigasi risiko. Tetapkan bagaimana untuk


merespon risiko dari tiap unit setelah diidentifikasi.

Berikut adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari penerapan manajemen
risiko:
 Mengidentifikasi risiko yang tidak terlihat. Program manajemen risiko yang
baik akan membantu mengidentifikasi semua tipe risiko termasuk yang belum
dipertimbangkan sebelumnya.

 Belajar bagaimana mengelola risiko. Program manajemen risiko


memungkinkan untuk mengelola risiko lebih baik, termasuk mengidentifikasi
siapa yang bertanggung jawab, tindakan apa yang harus diambil, dan dampak
yang diakibatkan.

 Siap dengan segala kemungkinan. Ketika risiko diidentifikasi dan dianalisa


dengan baik, semua kemungkinan yang tidak terduga bisa dimasukkan untuk
meminimalkan dampak dari permasalahan.

 Mengurangi kelalaian. Menerapkan manajemen risiko yang baik menunjukkan


Anda tidak lalai dan proaktif dalam merespon risiko.

 Mengurangi liabilitas. Dengan mendapat pandangan yang lebih luas tentang


ganti rugi, asuransi, dan masalah liabilitas, Anda bisa mengurangi liabilitas bisnis
dan bisnis Anda tetap menjadi investasi yang menarik.
 Menambah informasi dalam pembuatan keputusan. Dengan mengetahui risiko
yang harus diantisipasi dan bagaimana merencanakan antisipasi, dapat
memberikan lebih banyak informasi dalam pembuatan keputusan.

D. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi


Kewenangan dan Tanggung Jawab Dewan Direksi dan Komisaris
a. Direksi dan komisaris memiliki kewenangan dan tanggung jawab menyusun dan
menyetujui rencana bisnis dan mengomunikasikan kepada pejabat dan/ atau pegawai
perusahaan pada setiap jenjang organisasi.
b. Direksi bertanggung jawab dalam penerapan manajemen risiko bisnis, termasuk
menjamin bahwa sasaran bisnis yang ditetapkan telah sejalan dengan misi dan visi
perusahaan.
c. Direksi berwenang memberikan persetujuan terhadap rencana bisnis serta melakukan
tinjauan berkala.
d. Direksi harus menetapkan satuan kerja/ fungsi yang memiliki kewenangan dan
tanggung jawab yang mendukung perumusan dan pemantauan pelaksanaan rencana
bisnis.
e. Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa manajemen risiko bisnis telah
diterapkan secara efektif dan konsisten pada seluruh level operasional terkait
dibawahnya.
f. Dalam hal direksi mendelegasikan sebagian dari tanggung jawabnya kepada pejabat
eksekutif dan manajemen dibawahnya, pendelegasian tersebut tidak menghilangkan
kewajiban direksi sebagai pihak utama yang harus bertanggung jawab.

Sumber Daya Manusia


Perusahaan harus menerapkan sanksi secara konsisten kepada pejabat dan pegawai
yang terbukti melakukan penyimpangan dan pelanggaran terhadap ketentuan ekstern dan
intern serta kode etik internal perusahaan.

Organisasi Manajemen Risiko Bisnis


Seluruh unit bisnis dan unit pendukung bertanggung jawab membantu direksi menyusun
perencanaan dan implementasi rencana bisnis. Unit bisnis dan unit pendukung
bertanggung jawab memastikan bahwa praktik manajemen risiko bisnis dan pengendalian
di unit bisnis telah konsisten dengan kerangka manajemen risiko secara keseluruhan dan
unit bisnis dan unit pendukung telah memiliki kebijakan, prosedur, dan sumber daya
untuk mendukung efektivitas kerangka manajemen risiko bisnis.

Peraturan Bank Indonesia No.58PBI2003 menguraikan bahwa penerapan manajemen


risiko sekurang-kurangnya mencakup :

a. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi


Bank wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap
jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.
Wewenang dan tanggung jawab dewan komisaris sekurang-kurangnya mencakup:
1) Menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko.
2) Mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan kebijakan manajemen
risiko.
3) Mengevaluasi dan memutuskan permohonan direksi yang berkaitan dengan
transaksi yang memerlukan persetujuan dewan direksi.

Kewenangan dan tanggung jawab dewan direksi :


1) Menyusun kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan
komprehensif.
2) Bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur
risiko yang diambil oleh bank secara keseluruhan.
3) Mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang memerlukan persetujuan direksi.
4) Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi.
5) Memastikan peningkatan kompetensi sumber manusia yang terkait dengan
manajemen risiko.
6) Memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah beroperasi secara independen.
7) Melakukan kaji ulang secara berkala untuk memastikan:
 Keakuratan metodologi penilaian risiko.
 Kecukupan implementasi sistem informasi manajemen.
 Ketepatan kebijakan, prosedur dan penetapan limit risiko. Dalam rangka
melaksanakan wewenang dan tanggung jawab, direksi harus memiliki
pemahaman yang memadai mengenai risiko yang melekat pada seluruh
aktivitas fungsional bank dan mampu mengambil tindakan yang diperlukan
sesuai dengan profil risiko bank.
b. Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit Risiko

Kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya memuat:


1) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan.
2) Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen
risiko.
3) Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko. Toleransi risiko merupakan
potensi kerugian yang dapat diserap oleh permodalan bank.
4) Penetapan penilaian peringkat risiko. Penetapan penilaian peringkat risiko
merupakan dasar bagi bank untuk mengkategorikan peringkat risiko bank.
Hasil pengukuran risiko dapat dikategorikan menjadi tiga peringkat, yaitu:
 Rendah (low)
 Moderat (moderate)
 Tinggi (high)
5) Penyusunan rencana darurat Contigency plan dalam kondisi terburuk worst
case scenario.
6) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.

E. Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan Limit


Strategi Manajemen Risiko
Dalam menyusun rencana bisnis, perusahaan wajib memahami kondisi lingkungan bisnis,
ekonomi, dan Industry dimana perusahaan beroperasi, termasuk bagaimana dampak
perubahan lingkungan terhadap bisnis, produk, teknologi, dan jaringan kantor perusahaan.
Kebijakan dan Prosedur
Perusahaan haru memiliki kebijakan dan prosedur untuk menyusun dan menyetujui
rencana bisnis. Kecukupan prosedur untuk dapat mengidentifikasi dan merespon
perubahan lingkungan bisnis juga diperlukan. Selain itu perusahaan harus memiliki
prosedur untuk mengukur kemajuan yang dicapai dari realisasi rencana bisnis dan kinerja
sesuai jadwal yang ditetapkan.
Limit
Limit risiko bisnis secara umum antara lain terkait dengan batasan penyimpangan dari
rencana bisnis yang telah ditetapkan, seperti limit deviasi anggaran dan limit deviasi
target waktu penyelesaian.
Kebijakan manajemen risiko sekurang-kurangnya memuat:
1) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan.
2) Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko.
3) Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko Toleransi risiko merupakan potensi
kerugian yang dapat diserap oleh permodalan bank.
4) Penetapan penilaian peringkat risiko. Penetapan penilaian peringkat risiko merupakan
dasar bagi bank untuk mengategorikan peringkat risiko bank. Hasil pengukuran risiko
dapat dikategorikan menjadi tiga peringkat, yaitu:
a. Rendah (low)
b. Moderat (moderate)
c. Tinggi (high)
5) Penyusunan rencana darurat Contigency plan dalam kondisi terburuk worst case
scenario.
6) Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko.

Prosedur dan penetapan limit risiko wajib disesuaikan dengan tingkat risiko yang akan
diambil risk appetite terhadap risiko bank. Prosedur dan penetapan limit risiko sekurang-
kurangnya memuat:
1) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas.
2) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan risiko secara berkala
Pengertian secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun atau
frekuensi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan dan perkembangan
bank.
3) Dokumentasi dan prosedur penetapan limit secara memadai Pengertian dokumentasi
yang memadai ialah dokumentasi yang tertulis, lengkap dan memudahkan untuk
dilakukan jejak audit audit trail untuk keperluan tujuan pengendalian intern bank.

Penetapan limit risiko wajib mencakup:


1) Limit secara keseluruhan.
2) Limit perjenis risiko.
3) Limit per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko.
4) Kecukupan Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan dan Pengendalian Risiko
serta Sistem Informasi Manajemen Risiko.
Pelaksanaan proses identifikasi, pemantauan dan pengendalian risiko wajib didukung
oleh:
1) Sistem informasi manajemen yang tepat waktu.
2) Laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan, kinerja aktivitas
fungsional dan eksposur risiko bank.

Pelaksanaan proses identifikasi risiko, yang antara lain dapat didasarkan pada
pengalaman kerugian bank yang pernah terjadi sekurang-kurangnya dengan melakukan
analisis terhadap:
1) Karakteristik risiko yang melekat pada bank.
2) Risiko dari produk dan kegiatan usaha bank.

Dalam rangka melaksanakan pengukuran risiko, bank wajib sekurang- kurangnya


melakukan:
1) Evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang
digunakan untuk mengukur risiko.
2) Penyempurnaan terhadap sistem pengukuran risiko apabila terjadi perubahan kegiatan
usaha bank, produk, transaksi dan faktor risiko, yang bersifat material. Pelaksanaan
proses pengendalian intern wajib digunakan bank untuk mengelola risiko tertentu
yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat
dilakukan antara lain dengan cara lindung nilai, metode mitigasi risiko dan
penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.

Sistem informasi manajemen risiko sekurang-kurangnya mencakup laporan atau


informasi mengenai:
1) Eksposur risiko Laporan atau informasi eksposur risiko mencakup eksposur
kuantitatif dan kualitatif, secara keseluruhan composite maupun rincian per jenis
risiko per jenis aktivitas.
2) Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur serta penetapan limit.
3) Realisasi pelaksanaan manajemen risiko dibandingkan dengan target yang
diharapkan. Laporan atau informasi yang dihasilkan dari sistem informasi manajemen
risiko wajib disampaikan secara rutin kepada direksi.
F. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko, serta Sistem
Informasi untuk Risiko Bisnis
Identifikasi Risiko Bisnis
Perusahaan harus mengidentifikasi dan mengelompokkan deviasi atau penyimpangan
sebagai akibat tidak terealisasinya atau tidak efektifnya pelaksanaan rencana bisnis yang
telah ditetapkan, terutama yang berdampak signifikan terhadap permodalan perusahaan.

Pengukuran Risiko Bisnis


Dalam upaya mengukur sejauh mana risiko bisnis, rasio yang sering dipakai adalah
degree of operating leverage (DOL). Rasio ini adalah perubahan laba operasi dengan
perubahan penjualan.
Rumus Degree of operating leverage (DOL)

Dimana:
EBIT1 = Laba operasi sesudah perubahan
EBIT0 = Laba operasi sebelum perubahan
SALES1 = Penjualan sesudah perubahan
SALES0 = Penjualan sebelum perubahan

DOL Tinggi versus DOL Rendah


Manakah yang lebih baik, perusahaan yang memiliki DOL tinggi atau DOL rendah?
Jawabannya tergantung pada jenis perusahaan. Jika perusahaan memiliki DOL tinggi tapi
termasuk dalam industry yang penjualannya sangat terpengaruh oleh perubahan aktivitas
perekonomian secara umum, seperti industry barang tahan lama (mesin dan mobil),
perusahaan itu akan mengalami perubahan besar dalam EBIT (earning before interests
and taxes) karena fluktuasi penjualan. Namun demikian, meskipun EBIT-nya
meningkat,resiko arus pendapatannya juga bertambah tinggi. Adanya DOL yang tinggi
berarti biaya variabelnya rendah. Hal ini memungkinkan untuk diterapkannya harga yang
agresif untuk meningkatkan keuntungan. Jika pesaing tidak dapat mengimbangi
penurunan harga karena biaya mereka tinggi, hal ini akan menguntungkan bagi
perusahaan.
Faktor yang Memengaruhi DOL
Terdapat dua faktor yang memengaruhi tinggi rendahnya DOL, yaitu tingkat kompetisi
dalam industri dan struktur biaya. Menurut Djohanputro (2008), semakin ketat
persaingan, semakin kecil margin yang akan didapat perusahaan. Akan terjadi perang
diskon, sebagaimana pernah terjadi di bisnis telekomunikasi dan hampir semua bisnis ritel
di Indonesia saat ini. Pola persaingan diskon ini akan memperkecil DOL perusahaan.
Cravens (2012) menyatakan bahwa kapabilitas yang nyata dimiliki sebuah perusahaan
akan menjadi keunggulan dalam bisnis yang berorientasi pasar. Diantara kapabilitas yang
penting dimiliki oleh sebuah perusahaan adalah memiliki biaya overhead yang rendah.
Misalnya Air Asia di bisnis transportasi udara. Air Asia memiliki biaya overhead paling
rendah sehingga Air Asia memiliki kesempatan untuk menjual lebih rendah.
Faktor kunci yang menyebabkan ini bisa terjadi adalah struktur biaya yang kompetitif,
terutama biaya tetap. Struktur biaya terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel.
Semakin tinggi komposisi biaya tetap dibanding total biaya, maka semakin besar DOL
perusahaan. Manakala perusahaan memiliki biaya variabel yang besar, biaya akan
membesar ketika penjualan akan meningkat. Begitu juga sebaliknya, ketika penjualan
menurun, maka DOL akan menurun. Perlakuan dominasi biaya tetap dan biaya variabel
ini akan sangat tergantung dari selera manajemen. Semakin tinggi selera risiko,
manajemen semakin berani mengubah struktur biaya dari dominasi biaya variabel ke
dominasi biaya tetap. Perusahaan asuransi jiwa dan asuransi umum banyak menggunakan
tenaga komisi untuk penjualan. Apabila nasabah yang didapatkan banyak, nilai komisi
yang diberikan perusahaan juga tinggi. Begitu juga sebaliknya.

Pemantauan Risiko Bisnis


Perusahaan wajib memantau dan mengendalikan pengembangan implementasi rencana
bisnis berkala. Pemantauan dilakukan antara lain dengan memerhatikan pengalaman
kerugian masa lalu yang disebabkan oleh risiko bisnis atau penyimpangan pelaksanaan
rencana bisnis.
Isu-isu yang timbul akibat perubahan operasional dan lingkungan bisnis yang memiliki
dampak negatif terhadap kondisi bisnis atau kondisi keuangan perusahaan wajib
dilaporkan kepada dewan direksi secara tepat waktu disertai analisis dampak terhadap
risiko bisnis.
Pengendalian Risiko Bisnis
Perusahaan harus memiliki sistem dan pengendalian untuk memantau kinerja, termasuk
kinerja keuangan, dengan cara membandingkan “hasil aktual” dengan “hasil yang
diharapkan” untuk memastikan bahwa risiko yang diambil masih dalam batas toleransi
dan melaporkan deviasi yang signifikan kepada dewan direksi.
Sistem pengendalian risiko tersebut harus disetujui dan ditinjau secara berkala oleh
dewan direksi untuk memastikan kesesuaiannya secara berkelanjutan.

Sistem Informasi manajemen Risiko Bisnis


Perusahaan harus memastikan bahwa sistem informasi manajemen yang dimiliki telah
memadai dalam rangka mendukung proses perencanaan dan pengambilan keputusan
bisnis dan ditinjau secara berkala.
Satuan kerja/ fungsi yang melaksanakan manajemen risiko bisnis bertanggung jawab
memastikan bahwa seluruh risiko material yang timbul dari perubahan lingkungan bisnis
dan implementasi rencana bisnis dilaporkan kepada dewan direksi secara tepat waktu.
Sistem Pengendalian Intern :
 Penerapan sistem pengendalian intern secara efektif dapat membantu pengurus
perusahaan menjaga aset, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial
yang dapat dipercaya., meningkatkan kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko terjadinya
kerugian, penyimpangan, dan pelanggaran aspek kehati-hatian.
 Terselenggaranya sistem pengendalian intern perusahaan yang andal dan efektif
menjadi tanggung jawab dari seluruh satuan kerja operasional dan satuan kerja
pendukung serta satuan kerja audit intern.
Contoh Soal DOL :
PT. Bersama Maju yang bergerak dibidang komponen sepeda motor memperkirakan akan
mencapai penjualan sebesar 400.000 unit pada tahun depan. Harga jual produk tersebut
adalah Rp4.000/Unit. Biaya tetap setahun sebesar Rp300.000.000, sedangkan biaya
variabelnya per unit ( diperkirakan konstan ) sebesar Rp3.000.
Diminta :
 Berapa DOL pada penjualan sebesar 400.000 unit tersebut ?
 Apabila perusahaan tersebut memperkirakan akan mampu menjual sebesar 500.000 unit
pada tahun depan, bagaimana efek dari perubahan penjualan terhadap EBIT ?
Jawab :
 Degree of Operating Leverage ( DOL ) pada penjualan 400.000 unit adalah :
DOL =    Q(P – V )
           Q(P – V ) – FC

DOL =              400.000 ( Rp4.000 – Rp3.000 )


            400.000 ( Rp4.000 – Rp3.000 ) – Rp300.000.000

DOL = 400.000.000  = 4


           100.000.000

 Efek perubahan penjualan terhadap EBIT ( Earning Before Interest and Tax ) ;

( Dalam Ribuan )

Volume Penjualan 400 500


Penjualan Rp1.600.000 Rp2.000.000
Biaya Variabel Rp1.200.000 Rp1.500.000
Biaya tetap Rp300.000 Rp300.000
Total Biaya Rp1.500.000 Rp1.800.000
EBIT Rp100.000 Rp200.000
Volume Penjualan Meningkat 25% dan EBIT meningkat 100% dan DOLnya :
100%  = 4
 25%

Anda mungkin juga menyukai