Anda di halaman 1dari 19

PERAN GEOMEKANIKA DALAM RANCANGAN PENGGALIAN

PERMUKAAN MAUPUN UNDERGROUND

TUGAS PAPER

Oleh :

HUSNI RANDA
212190028

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PERTAMBANGAN


KONSENTERASI GEOMEKANIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020 
DAFTAR ISI

Hal
DAFTAR ISI .........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iii

BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan .........................................................................................1

II. LANDASAN TEORI


2.1. Geomekanik .....................................................................................................2
2.2. Data Geomekanik ............................................................................................3
2.3. Tujuan Survey Geomekanik ............................................................................4
2.4. Penentuan Batas Akhir Penambangan .............................................................4

III. PERANAN GEOMEKANIK PADA PENGGALIAN


3.1. Eksplorasi dan Mine Development ..................................................................6
3.2. Operasional Tambang ......................................................................................6
3.3. Post Mining ......................................................................................................6
3.4. Pengukuran In-Situ ..........................................................................................7
3.5. Pengujian Laboratorium ..................................................................................8
3.6. Model dan Metode Numerik ............................................................................9
3.7. Kecakupan Penyangga .....................................................................................10

IV. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................11


DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal
2.1. Analisis Geomekanik ....................................................................................3
2.2. High Wall dan Long Wall pada front kerja tambang ...................................5
3.1. Sketsa desain lereng tambang .......................................................................7
DAFTAR TABEL

Tabel Hal
3.1. Rekomendasi penyangga terowongan..............................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat
berjalan.

Salah satu perencanaan yang penting yaitu mengenai perencanaan geomekanik.


Geomekanik merupakan suatu ilmu atau engineering geology yang merupakan suatu bagian dari
rekayasa perencanaan tambang (mine plan) dengan didasarkan pada ilmu pengetahuan yang
didapat dalam ilmu pertambangan yang lebih berfokus pada aspek geologi yang meliputi tanah
serta batuan pada suatu tambang.
Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untuk
mendapatkan model badan bijih. Sebelum ditentukan cara penambangannya harus dilakukan
perencanaan geomekanik, baik mengenai karakteristik lereng maupun yang lainnya yang
berhubungan dengan kestabilan.

1.2. Maksud dan Tujuan


1.2.1. Maksud
Maksud dari makalah ini agar lebih memahami tentang peran geomekanik dalam
rancangan penggalian batuan.

1.2.2. Tujuan
 Supaya dapat memahami perencanaan geomekanik tambang.
 Supaya mengetahui peranan geomekanik dalam penggalian.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Geomekanik

Dalam urutan kegiatan pertambangan, eksplorasi merupakan proses evaluasi teknis untuk
mendapatkan model badan bijih. Model cadangan suatu badan bijih yang diinterpretasikan dari
hasil eksplorasi langsung maupun tak langsung, sebelum ditentukan cara penambangannya
apakah dengan open pit atau underground mining harus dianalisis secara geomekanik. Salah satu
faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah ketidakselarasan struktur geologi. Pola-
pola dari patahan, rekahan, dan bidang perlapisan mendominasi perilaku batuan dalam tambang
terbuka karena terdapat gaya penahan yang kecil untuk mencegah terjadinya luncuran dan karena
terdapat semacam gaya tekan ke atas dari permukaan air yang terdapat dalam rekahan.

Dalam perencanaan tambang terbuka, disamping faktor cadangan, teknis penambangan,


ekonomi dan lingkungan, faktor kestabilan lereng menjadi faktor penting yang harus
diperhitungkan dengan seksama. Perubahan harga komoditas tambang yang terjadi dua tahun
terakhir ini, mendorong dilakukan effisiensi dalam operasi penambangan dimana biaya tertinggi
pada pemindahan tanah penutup sehingga harus dilakukan effiensi.

Effiensi banyak dilakukan dengan menurunkan “Stripping Ratio” sehingga jumlah batuan
akan lebih kecil dimana untuk hal ini dapat dilakukan mengurangi kedalaman pit. Perubahan
kedalaman pit akan berdampak pada perubahan geometri lereng dimana ujungnya akan
berdampak pada nilai lereng keseluruhan.

Oleh adanya ilmu geomekanik maka perlu dilakukan sebuah parameter geomekanik yang
mampu merespon perubahan perencanaan tambang sehingga suatu perencanaan tambang harus
dibuat berdasarkan ilmu geomekanik. Untuk analisa yang dilakukan dengan terlebih dahulu
memperhatikan kondisi geologi material penyusun lereng dan faktor stabilitas lereng dengan
perlakuan kondisi geologi yang sama sehingga faktor keamanan akan meningkat.
Sumber : DarmawanSaputra.Com

Gambar 2.1 Analisis Geomekanik

2.2. Data Geomekanik

Data utama yang dibutuhkan sebagai dasar analisis kemantapan suatu lereng batuan
adalah: geometri lereng, struktur batuan, serta sifat fisik dan mekanik batuan.

1. Geometri lereng yang perlu diketahui adalah:


 Orientasi (jurus dan kemiringan) lereng
 Tinggi dan kemiringan lereng (tiap jenjang ataupun total)
 Lebar Jenjang (berm)
2. Struktur batuan
Struktur batuan yang mempengaruhi kemantapan suatu lereng adalah adanya bidang-
bidang lemah, yaitu: bidang patahan (sesar), perlapisan dan rekahan.
3. Sifat fisik dan sifat mekanik batuan.
Sifat fisik dan sifat mekanik batuan yang diperlukan sebagai dasar analisis kemantapan
lereng adalah:

 Bobot isi batuan.


 Porositas batuan
 Kandungan air dalam batuan.
 Kuat tekan, kuat tarik dan kuat geser batuan.
 Sudut geser dalam
Data utama tersebut diatas dapat diperoleh dengan penyelidikan-penyelidikan di lapangan
dan dilaboratorium.

2.3. Tujuan Survey Geomekanik

Dalam melakukan survey geomekanik yang dilakukan mempunyai beberapa tujuan


sehingga pada kegiatan pertambangan didapatkan hail maksimal dan dapat meminimalisir
kecelakaan, adapun tujannya sebagai berikut:
a. Dapat menentukan sudut kemiringan dan tinggi lereng yang aman termasuk pada jenjang
atau benches dan pada lereng atau slope sehingga meminimalisir tingkat kecelakaan pada
aspek geomekanik.
b. Dapat memberikan rekomendasi untuk kontruksi jalan penambangan sebagai akses dan
jalan angkut material bahan galian.
c. Dapat memberikan rekomendasi untuk metode penggalian batuan yang efisien dan cocok
dengan karakteristik batuan dilapangan.

2.4. Penentuan Batas Akhir Penambangan (Ultimate Pit Slope)


Ultimate pit slope merupakan kemiringan maksimum dari lereng tambang yang tetap
stabil yang tidak menyebabkan bahaya longsor pada saat kegiatan penambangan dilakukan.
Dalam penentuan ultimate pit slope ini dipengaruhi oleh nilai stripping ratio dan cut off grade
dari suatu bahan galian. Dari data tersebut bias ditentukan desain pit tambang maksimum atau
kemiringan lereng tambang akhir. Dalam melakukan perencanaan ultimate pit slope terdapat
beberap hal yang harus diperhatikan, yaitu :
a. High wall
High wall merupakan lereng yang dibuka pada bagian yang paling tinggi dari
kontur pada front kerja tambang dan kemiringannya paling curam. High wall dibuat
berlawanan dengan arah kemiringan dari suatu bahan galian, dengan tujuan untuk
memaksimalkan perolehan bahan galian yang ditambang.
a. Low wall
Sedangkan low wall merupakan lereng tambang yang relatif landai yang dibuat
searah dengan dipping atau kemiringan lapisan suatu bahan galian. Peletakan low wall ini
biasanya diletakan dibagian terendah dari front kerja tambang.
b. Side wall
Side Wall merupakan sisi dari bukaan tanah penutup bahan galian tambang pada
tambang terbuka yang tegak tegak lurus terhadap sisi buangan dan arah kemajuan
tambang (High Wall).

Sumber: tambgeophy-kov.blogspot.co.id
Gambar 2.2 High Wall dan Low wall Pada Front Kerja Tambang
BAB III

PERAN GEOMEKANIKA

Bidang geomekanik sangat berperan dalam kegiatan pertambangan sehingga kegiatan


penggalian yang dilakukan maksimal dan efisien dalam segi ekonomi maupun teknis.

3.1. Eksplorasi dan mine development


Pada kegiatan ini geomekanik dilakukan untuk mengantar kepada arah pembuatan desain
pit tambang yang sesuai dengan keadaan geomekanik yang optimal dan aman sehingga potensi
bahaya longsor dapat diminimalkan.

3.2. Operasional Tambang


Pada aspek ini kegiatan analisis geomekanik berperan dalam pengawasan pada kondisi pit
dan infrastruktur tambang yang ada seperti pada pengawasan pergerakan lereng tambang serta
zona – zona yang dapat berpotensi longor. Keterjadian longsor dapat diprediksikan dengan
adanya pengawasan pada lereng tambang. Disini peran ahli geomekanik memandu tim safety
dalam pengawasn operasional tambang dan ahli geomekanik bisa melakukan penyetopan
operasional pit jika membahayakan keselamatan manusia dan alat. Diinfrastruktur juga berlaku
hal yang sama dengan kondisi yang sama pula.

3.3. Post Mining


Dengan telah selesainya kegiatan penambangan yang dilakukan maka peran serta
geomekanik bekerja sama dengan safety juga berperan untuk memastikan bahwa kondisi waste
dump dan pit dalam kondisi aman dan tidak terjadi longsor dalam jangka waktu lama, karena
setelah tambang selesai lahan tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah dan masyarakat
dan menyangkut masalah citra perusahaan sehingga apabila perusahaan ingin membuka tambang
yang baru pada lokasi atau daerah tertentu, akses yang akan didapatkan lebih mudah.
Sumber : matonimous.blogspot.co.id

Gambar 3.1. Sketsa Desain Lereng Tambang

3.4. Pengukuran In-Situ


Pengetahuan mengenai pengukuran sifat-sifat mekanik batuan in-situ mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Studi mekanika batuan in-situ dibuat dalam rangka :
1. Evaluasi kebutuhan rancangan perkuatan batuan permanen dan sementara.
2. Mendapatkan parameter pembebanan untuk rancangan dinding terowongan, termasuk
penggunaan kekuatan batuan di dalam dinding terowongan tekan.
3. Evaluasi kestabilan kolom batuan diantara dua terowongan yang  berdekatan.
Hasil pekerjaan dibidang mekanika batuan yang telah diselesaikan saat ini memberikan
beberapa fakta yang harus diketahui oleh para perancang dan pelaksana pembuatan terowongan
adalah :
1. Kekuatan batuan adalah time-dependent dan lebih dikontrol oleh batas regangan dari
pada batas tegangan.
2. Kekuatan batuan (batas ragangan) sangat peka terhadap tegangan in-situ (tekanan
pemampatan).
3. Variasi di dalam kekuatan batuan disebabkan oleh efek fabrik (perlapisan, kekar dan
skistositi dapat secara ekstrim).
4. Tegangan in-situ di dalam batuan tidak hanya disebabkan oleh tinggi vertikal elemen di
atasnya, tetapi juga bisa oleh elemen-elemen tegangan tektonik sebelumnya dan sejarah
pembebanan batuan sebelumnya.
5. Arah dari tegangan prinsipal maksimum jarang vertikal, tetapi sangat sering mendekati
horizontal.
6. Elemen individu dari perlapisan batuan sering membawa tegangan in-situ yang sangat
berbeda. Ini lebih benar sebagai arah dari tegangan prinsipal maksimum mendekati arah
perlapisan, dalam hal ini, tegangan yang dibawa oleh tiap unit batuan dapat dihubungkan
dengan ratio (nisbah) dari modulus deformasinya.
7. Poisson’s ratio untuk batuan tidak konstan dan peka terhadap tingkat tegangan

3.5. Pengujian Laboratorium


Pengujian laboratorium dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data-data dari sifat
fisik dan mekanik dari material dan batuan di sepanjang dimana terowongan tersebut akan
dibuat.
Pengujian di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap percontoh (sample) yang diambil
dari hasil pemboran (core) di lapangan. Satu percontoh dapat digunakan untuk menentukan
kedua sifat batuan. Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian
tanpa merusak (non destructive test). Kemudian dilanjutkan dengan pengujian kedua, yakni
pengujian sifat mekanik batuan yang merupakan pengujian yang merusak (destructive test)
sehingga percontoh batuan hancur.
Hasil pengujian sifat fisik batuan adalah ; bobot isi, speciifi gravity atau densiti,
porositas, abssorpsi dan void ratio. Dan hasil pengujian sifat mekanik batuan adalah ; kuat
tekan,  kuat tarik, modulus elastisitas, sudut geser dalam, kohesi dan Poisson’s ratio. Hasil ini
diperoleh dari pengujian-pengujian :
1. Unconfined Compressive Strength (UCS)
2. Riaxial test.
3. Shear Box test.
4. Brazzilian test
3.6. Model Dan Metode Numerik
Analisis numerik di dalam geomekanika atau penerowongan telah berkembang dengan
pesat  dan saat ini penggunaannya semakin intensif. Hal ini disebabkan antara lain, karena
ketersediaan program-program komputer yang canggih, kapasitas dan kecepatan dari perhitungan
komputer yang ada, dan kemampuan dari program yang ada di dalam memperhitungkan
strukutur geologi secara rinci dalam suatu model.
Model numerik dalam geomekanika dan lubang bukaan bawah tanah (terowongan) dapat
dibedakan menjadi model kontinu, model diskontinu, model hybrid. Model kontinu berdasarkan
pada prinsip dasar dari dua metode diffrensial dan integral. Pada metode differensial suatu massa
kontinu digantikan oleh suatu representasi skematik pada ukuran yang sama dengan kondisi
batas yang sama pula, dan dibentuk suatu gabungan elemen-elemen dari ukuran yang terbatas.
Model integral atau metode elemen batas menetukan distribusi tegangan dan perpindahan dalam
suatu media dengan menyimpulkan pengetahuan gaya yang tersebar pada suatu permukaan atau
bagian dari daerah yang diteliti.
Model diskontinu menekankan pada kepentingan khusus dari bidang diskontinu yang
terdapat di dalam massa batuan. Bidang-bidang diskontinu ini didefenisikan sebagai jarak,
geometri lubang bukaan, deformabilitas dan efek regangan dan kinematinya terhadap massa
batuan.
Model hybrid adalah penggunaan model dengan berpasangan seperti pasangan antara
metode elemen batas dan elemen hingga atau metode beda hingga (elemen distinct). Untuk
mencari distribusi tegangan dan perpindahan pada kontur C, maka FEM harus membagi benda R
ke dalam mesh elemen. Kemudian perhitungan dilakukan pada titik simpul (node) atau mesh
point. Baru kemudian distribusi tegangan dan perpindahan pada kontur C dapat diketahui.
Sedangkan dengan BEM, hanya kontur C yang merupakan batas benda R yang dibagi menjadi
elemen-elemen karena setiap solusi tunggal memenuhi persamaan differensial parsial dalam R.
Sistem dari persamaan-persamaan yang akan dipecahkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan
sistem persamaan yang dibutuhkan FEM.
Program Rheo-Staub adalah salah satu permodelan numerik dari Finite Element Method
(FEM) yang banyak dipakai. Program ini dikenalkan dan dikembangkan oleh Dr. P. Pritz dari
Departement of Rock Engineering Federal Institute of Technology Zurich Switzerland.
Program Rheo-Staub dapat digunakan untuk menganalisis kasus-kasus dibawah tanah
(terowongan, rumah pembangkit bawah tanah, lubang bukaan bawah tanah lainnya), untuk
menganalisis distribusi tegangan dan perpindahan disekitar lubang bukaan, dan juga untuk
menyelesaikan kasus-kasus umum geoteknik, mekanika batuan dan mekanika tanah dalam dua
dimensi.
Keunggulan dari program ini adalah adanya kemungkinan untuk membuat model
material sesuai dengan keinginan pemakai. Juga dapat digunakan oleh para enjinir yang tidak
mempunyai latar belakang pengetahuan komputer untuk melakukan perhitungan investigasi
dibelakang meja.
Hal-hal yang mendasar sebagai data masukan untuk menjalankan program  Program Rheo-Staub
adalah :
1. Geometri permodelan ; disusun dari beberapa elemen dan node dipilih dan disesuaikan
atau mendekati dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Data material ; berupa sifat fisik dan mekanik massa batuan seperti specific weight (g),
Poisson Ratio (n) dan Modulus Elastisitas (E).
3. Sistem Pembebanan ; disesuaikan dengan pembebanan yang terjadi atau mendekati
keadaan sebenarnya. Pembebanan dapat dilakukan dengan satu arah dan dua arah.
4. Kondisi Batas ; Hal ini berdasarkan dari sistem pembebanan dan geometri model.
Dimana ada salah satu atau lainnya dianggap atau diasumsikan tidak mengalami tegangan
dan pergerakan.

3.7. Pemeriksaan Kecukupan Penyangga


Secara mekanik dalam pembuatan terowongan dan pembukaan tambang bawah tanah,
jenis-jenis penyangga dapat dikelompokkan kedalam dua bagian :

1.  Penyangga Alamiah (Natural Support)


Natural Support dapat digolongkan kedalam penyangga sementara dikarenakan dalam
penyanggaan, penyangga yang dipakai berupa ore, low grade ore, atau barren rock  yang
ditinggalkan dalam bentuk pillar.
Sistem penyangga sementara yang direncanakan dapat menahan seluruh massa batuan sampai
penyangga permanen dipasang, atau pillar-pillar (ore) yang digunakan sebagai penyangga itu
sendiri akan ditambang dan tidak perlu dipasang penyangga permanen.
2. Penyangga Buatan (Artificial Support)
Artificial Support merupakan penyangga buatan dimana material untuk penyangga dibuat
sesuai dengan bentuk, susunan dan cara pemasangan tergantung dari kebutuhan.
Beberapa jenis artificial support yang sering dijumpai didalam suatu sistem penyanggaan, yaitu :
1. Penyangga kayu
2. Baut batuan (rock bolt)
3. Penyangga beton
4. Penyangga baja
5. Penyangga khusus

Tabel 1.1. Rekomendasi penyanggaan terowongan (dengan diameter = 20 – 40 ft) pada batuan oleh Deere
dkk (1967).

Kualitas Metoda Tinggi Sistem penyangga


Batuan penerowonga Muatan Baja c Baut Beton
n Batuan, Batuan d
hp (ft)
Sangat baik a Tunnel bor Tidak Tidak Tidak
RQD > 90 machine 0.0 – dibutuhkan, dibutuhkan dibutuhkan,
(TBM) 0.2Bc kalaupun hanya pada
dibutuhkan aplikasi lokal
hanya
set  ringan
Pemboran dan 0.0 – Tidak Tidak Tidak
Peledakan 0.3 B dibutuhkan, dibutuhkan dibutuhkan,
kalaupun hanya pada
dibutuhkan aplikasi lokal 2
hanya – 3 in.
set  ringan
Baik a Tunnel bor 0.0 – Kadang Kadang Tidak
RQD = 75 - 90 machine 0.4 B kala kala dibutuhkan,
(TBM) dibutuhkan dibutuhkan hanya pada
set ringan dengan aplikasi lokal 2
dengan pola pola   5 – 6 – 3 in.
5 – 6 ft ft
Pemboran dan (0.3 – dibutuhkan dibutuhkan 4 in atau lebih
Peledakan 0.6) B set ringan dengan pada atap dan
dengan pola pola  5 – 6 dinding
5 – 6 ft ft
Sedang Tunnel bor (0.4 – Set ringan – dibutuhkan 2 – 4 in pada
RQD = 50 – machine 1.0) B sedang dengan atap
75 (TBM) 5 – 6 ft pola  4 – 6
ft
Pemboran dan (0.6 – Set ringan – dibutuhkan 4 in atau lebih
Peledakan 1.3) B sedang dengan pada atap dan
4 – 5 ft pola  3 – 5 dinding
ft
Buruk b Tunnel bor (1.0 – Sirkular Set dibutuhkan 4 – 6 in pada
RQD = 25 - 50 machine 1.6) B sedang dengan atap dan
(TBM) 3 – 4 ft pola  3 – 5 dinding dan
ft dikombinasikan
dgn baut
batuan.
Pemboran dan (1.3 – Set sedang dibutuhkan 6 in atau lebih
Peledakan 2.0) B – kuat dengan pada atap dan
2 – 4  ft. pola  2 – 4 dinding dan
ft dikombinasikan
dgn baut
batuan.
Sangat buruk Tunnel bor (1.6 – Sirkular set dibutuhkan 6 in atau lebih
RQD < 25 machine 2.2) B sedang – dengan pada semua
(Diluar (TBM) kuat 2 ft pola  2 – 4 bagian dan
pengaruh ft dikombinasikan
kondisi dgn set kuat.
pemanpatan Pemboran dan (2.0 – Sirkular  set dibutuhkan 6 in atau lebih

dan Peledakan 2.8) B kuat 2 ft dengan pada semua

pengembanga pola   3 ft bagian dan

n batuan) dikombinasikan
dgn set sedang.
Sangat buruk Tunnel bor Diatas Sirkular set dibutuhkan 6 in atau lebih
(dengan machine 250 ft sangat kuat dengan pada semua
kondisi (TBM) 2 ft pola  2 – 3 bagian dan
pemampatan ft dikombinasikan
dan dgn set kuat.
pengembanga Pemboran dan Diatas Sirkular set dibutuhkan 6 in atau lebih

n batuan) Peledakan 250 ft sangat kuat dengan pada semua


2 ft pola  2 – 3 bagian dan
ft dikombinasikan
dgn set kuat.
a kualitas batuan baik – sangat baik, kebutuhan penyangga secara umum tidak ada,
kecuali tergantung dari, set kekar, diameter terowongan dan orientasi bidang lemah
terhadap arah umum terowongan.

b lagging tidak dibutuhan pada batuan kualitas sangat kuat, 25% £ batuan kualitas baik –
sangat buruk ³ 100%

c B = lebar terowongan

d mesh tidak dibutuhkan pada batuan kualitas sangat baik, kadang kala dibutuhkan pada
batuan kualitas baik – sangat buruk hingga 100%
BAB IV
KESIMPULAN
Geomekanik dikenal sebagai bagian dari rekayasa perencanaan tambang (mine plan) yang
didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul selama sejarah penambangan lebih berfokus pada aspek
geologi yang meliputi tanah serta batuan pada suatu tambang

Geomekanik berperan dalam kegiatan penggalian sehingga kegiatan penggalian yang dilakukan
maksimal dan efisien dalam segi ekonomi maupun teknis seperti

 Eksplorasi dan mine development


 Operasional Tambang
 Post Mining
 Pengukuran In-Situ
 Pengujian Laboraturium
 Model dan Metode Numerik
 Analisa Kecukupan Penyangga

DAFTAR PUSTAKA
Ashraf Mahtab, M. Dan Grasso, P., 1992, Geomechanics Principes in the Design Tunels ans Caverns in
Rock, Elsevier, Amsterdam

Anda mungkin juga menyukai