MEKANIKA BATUAN
Disusun Oleh:
Adapun makalah ilmiah tentang Sifat Mekanik Batuan dan Sifat Massa Batuan ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Sifat Mekanik Batuan dan
Sifat Massa Batuan ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.latar Belakang Masalah..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sifat Fisik Mekanika Batuan........................................................................................ 2
2.1.1. Porositas.................................................................................................................... 2
2.1.2. Permeabilitas..............................................................................................................3
2.1.3. Saturai Fluida.............................................................................................................4
2.1.4. Kompressibilitas........................................................................................................5
2.1.5. Wettabilitas................................................................................................................5
2.1.6. Tekanan Kapiler
2.2. Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik
2.2.1. Uji Kuat Tekan.........................................................................................................
2.2.2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung..................................................................................7
2.2.3.Uji Traksial .............................................................................................................21
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................DP
3
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
5
PEMBAHASAN
2.1. Sifat Mekanik Batuan
2.1.1.Porositas
Porositas adalah perbandingan volume rongga pori pori terhadap volume total batuan,
perbandingan ini biasanya di lakukan dengan persen.
Dimana :
ø = porositas pori dalam %
volume pori pori, ( cm3 )
Vb = volume bulk, ( cm3 )
Rongga pada batuan yang di hasilkan melalui lapisan diantara butiran disebut pori
pori yang di tempati fluida cairan atau gas, porositas pada batuan poros dapat memiliki nilai
yang berbeda dan bervariasi tetapi pada umum nya porositas batuan sedimen lebih kecil dari
50%.
Faktor yang menentukan Besarnya Porositas
Pada resevoir minyak,porositas berkisar antara 5%-40% tetapi pada umumnya 10%-
20% .faktor yang menentukan besarnya porositas adalah:
1. Bentuk butir
Porositas akan berubah dengan semakin menyusutnya butiran
2. Keseragaman ukuran butir/sortasi
Batuan sedimen yang keseragamanya ukuran butiran yang baik akan memiliki porositas dan
permebilitasi yang baik dari pada batuan sortasi yang buruk .
3. Peroses kompaksi selama dan setelah pengendapan
Proses kompaksi cendrung menutup rongga atau pori batuan dan memaksa fluida batuan
didalamnya keluar dari partikel mineral alas saling menutup khususnya pada batuan sedimen
berbutir halus.
4. Derajat sementasi dan kekorosityompakakan batuan
Baru pasir yang derajat semetasinya tinggi akan memiliki porositas yang rendah,sedangkan
untuk sedimen yang lunak dan tidak kompak memiliki porositas yang tinggi.
5. Susunan pengepakan partikel
Degan bertambahnya tekanan over burden ,positas buruk,butiran pasir yang menyusut
menuju peningkatkan perubahan dari pengepakan yang ack menjadi tertutup.
6. Rekaan dan growongan
Adanya retakan dan growongan pada batuan akan memperbesar porositas.rekaan atau
growongan akan menjadi faktor penting dalam penentuan harga positas dan permeabilitas
pada batu gamping.
Metode Penentuan Porositas
Porositas adalah perbandingan volume pori dengan volume total batuan dan dapat
dinyatakan dalam fraksi atau persen. Ada beberapa metode untuk mengukur harga porositas
dilaboratorium,yaitu:
1) Helium injection porisity
2) Porositas overburden
2.1.2. Permebilitas
Pada prinsipnya, Data permebilitas digunakan untuk menentukan kemampuan air
resevoir permebilitas didefinisakan sebagai kemampuan resevoir untuk membawa fluida
melaui pori yang saling berhubungan.
Kenyataanya permebilitas batuan tergantung pada porositas efektif.
Keterangan :
Q=Laju produksi
K=permebilitas
A=luas penampang aliran,ft
µ=viskositas fluida
Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas
Permeabilitas batuan reservoir dapat berkisar 0,1 sampai 1,000 md atau lebih. Batuan
reservoir yang memiliki permeabilitas1 md dianggap ketat, hal ini dapat dijumpai pada
batuan gamping. Faktior yang mempengaruhi permeabilitas adalah :
1. Bentuk dan ukuran batu : jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih dan seragam
dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas horizontal (kh) akan lebih
besar. Sedangkan permeabilitas vertical (kv) sedang - tinggi. Jika batuan yang disusun
berbutir dominan kasar, membulat dan seragam, maka permeabilitas akan lebih besar dari
kedua dimensinya. Permeabilitas buat reservoir secsara umum lebih rendah, khusunya pada
dimensi vertikalnya, jika butirannya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur. Sebagian besar
reservoir minyak seperti ini.
2. Sementasi : permeabilitas dan porositas bauan sedimen sangat dipengaruhi sementasi dan
keberadaan semen pada pori batuan.
7
3. Retakan dan pelarutan : pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan permeabilitas
sekunder, kecuali pada batuan pasir yang interbedded dengan shale, lime stone dan dolomite.
Pada batuan karbonat, proses pelarut oleh larutan asam yang berasal dari perokolasi air
permukaan akan melalui pori – pori primer batuan, bidang celah dan rekahan akan menambah
permeabilitas reservoir.
2.1.3 Saturasi Fluida
Saturasi fluida adalah perbandingan antara volume pori batuan yang ditempati oleh
stu fluida tertentu dengan volume pori batuan . adapun jenis- jenis dari saturasi batuan
reservoir yaitu :
1. Saturasi gas adalah volume pori yang diisi gas dibagi dengan volume total yang dinyatakan
dengan Sg.
2. Saturasi minyak adalah volume pori yang diisi minyak dibagi dengan volume pori total
yang dinyatakan dengan So.
3. Saturasi air adalah volume pori yang diisi air dibagi volume pori total yang dinyatakan
dengan Sw.
2.1.4. Kompresibilitas
Menurut Geertsma, terdapat tiga macam kompressibilitas pada batuan yaitu :
a. Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksional perubahan volume dari material padatan
batuan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
b. Kompressibilitas batuan keseluruhan, yaitu fraksional perubahan volume dari volume
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
c. Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksional perubahan volume pori-pori batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam tekanan, yaitu ;
·Internal stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam pori-pori batuan
(tekanan hidrostatik fluida formasi)
·External stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya (tekanan
overburden)
2.1.5. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kecenderungan dari adanya fluida lain yang
tidak saling mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah
satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini disebabkan
adanya gaya adhesi. Dalam system minyak-air, benda padat, gaya adhesi A T yang
menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
dimana ;
σso = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
qwo = sudut kontak minyak-air.
Suatu cairan yang dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya positif (q <
90o), yang berarti batuan bersifat water wet, sedangkan bila air tidak membasahi zat padat
maka tegangan adhesinya negative (q > 90o), berarti batuan bersifat oil wet.
Pada umumnya, reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk melekat
pada permukaan batuan, sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air
9
· Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.
· Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau mengalir melalui
pori-pori reservoir dalam arah vertical.
Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas
yaitu :
1. Tangent Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari
nilai kuat tekan uniaksial.
2. Average Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan.
3. Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada kurva
regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial.
3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan
regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral
expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan
dengan persamaan :
V = – ε l …………………………………………………………………………..(2.3)
Keterangan:
V = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh.
Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas
permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat
pembebanan.
11
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe
pecah, yaitu :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial (axial splitting)
c. Hancuran kerucut (cone runtuh)
d. Hancuran geser (homogeneous shear)
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner)
f. Kombinasi belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and buckling)
13
berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ3 ) yang diberikan kepada contoh batuan. Fluida
dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik dan dijaga agar selalu konstan.
Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang mengendalikan uji ini. Namun
dengan perkembangan teknologi masa kini sudah memungkinkan untuk mengendalikan uji
ini melalui kontrol beban atau deformasi yang dialami contoh batuan, bahkan dengan
menggunakan katup servo, regangan aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial
1. Tekanan pemampatan
Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam uji triaksial.
Besarnya tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh saat pengujian triaksial selalu lebih
besar daripada tegangan aksial saat contoh batuan runtuh pada pengujian kuat tekan
uniaksial. Hal ini disebabkan karena adanya penekanan (pemampatan) dari arah lateral dari
sekeliling contoh batuan pada uji triaksial. Berbeda pada pengujian kuat tekan uniaksial,
tekanan pemampatannya adalah nol (zero confining pressure), sehingga tegangan aksial
batuan lebih kecil. Berdasarkan penelitian Von Karman (1911) pada batuan marbel Carrara
dapat dilihat dengan adanya tekanan pemampatan pada contoh batuan mengakibatkan
kenaikan tekanan aksial dan bersifat lebih ductile.
2. Tekanan pori
Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang tekanan pori pada uji
triaksial terhadap batuan sandstone. Dalam penelitannya disimpulkan bahwa naiknya tekanan
pori akan menurunkan kekuatan batuan.
3. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan batuan dan membuat
batuan semakin ductile. Gambar 2.7 menunjukkan kurva tegangan diferensial (deviatoric
stress,
σ3-σ1) – regangan aksial untuk batuan granit pada tekanan pemampatan 500 MPa dan pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada temperatur kamar, sifat batuan adalah brittle, tetapi pada
temperatur 800 0C batuan hampir seluruhnya ductile. Efek temperatur terhadap tegangan
diferensial saat runtuh untuk setiap tipe batuan adalah berbeda. Pada penelitian ini, pengaruh
temperature diabaikan.
4. Laju deformasi
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan. Hal ini terbukti
dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961, Serdengecti dan Boozer melakukan
penelitian tentang pengaruh kenaikan laju deformasi pada uji triaksial. Dari penelitian mereka
pada batuan limestone dan gabbro solenhofen.
5. Bentuk dan Dimensi contoh batuan
Semakin bertambahnya ukuran contoh batuan, kemungkinan tiap contoh batuan dipengaruhi
oleh bidang lemah akan semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar contoh batuan yang
akan diuji, kekuatan contoh batuan tersebut akan berkurang. Variasi perbandingan panjang
terhadap diameter contoh batuan ( /d) diketahui akan mempengaruhi kekuatan contoh batuan.
Kekuatan contoh batuan akan menurun seiring dengan menaiknya perbandingan panjang
terhadap diameter contoh batuan ( /d).
5. Tipe Deformasi Batuan pada Uji Triaksial
Secara garis besar tipe deformasi yang terjadi saat contoh batuan runtuh dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu brittle fracture dan ductile fracture. Serdengecti dan Boozer
menyebutkan bahwa brittle fracture terjadi pada tekanan pemampatan yang rendah,
temperatur yang rendah dan laju deformasi yang besar. Sebaliknya, ductile fracture lebih
sering terjadi pada tekanan pemampatan yang tinggi, temperatur yang tinggi dan laju
deformasi yang rendah (Vutukuri, Lama & Saluja, 1974).
15
BAB II
KESIMPULAN
Sifat Mekanik Batuan;
a) Porositas
b) Permeabilitas
c) Saturasi Fluida
d) Kompresbilitas
e) Wettabilitas
f) Tekan kapiler
Sumber: http://martapura-miner.blogspot.com/2014/08/tugas-semi-makalah-hubungan-
mekanika.html#ixzz3rLKSC91J
17