Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MEKANIKA BATUAN

Disusun Oleh:

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
1
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sifat
Mekanik Batuan dan Sifat Massa Batuan.

Adapun makalah ilmiah tentang Sifat Mekanik Batuan dan Sifat Massa Batuan ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan bayak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin member saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang Sifat Mekanik Batuan dan
Sifat Massa Batuan  ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca.

Medan,  01 November 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.latar Belakang Masalah..................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sifat Fisik Mekanika Batuan........................................................................................ 2
2.1.1. Porositas.................................................................................................................... 2
2.1.2. Permeabilitas..............................................................................................................3
2.1.3. Saturai Fluida.............................................................................................................4
2.1.4. Kompressibilitas........................................................................................................5
2.1.5. Wettabilitas................................................................................................................5
2.1.6. Tekanan Kapiler
2.2. Pengujian Sifat Fisik dan Mekanik
2.2.1. Uji Kuat Tekan.........................................................................................................
2.2.2. Uji Kuat Tarik Tak Langsung..................................................................................7
2.2.3.Uji Traksial .............................................................................................................21
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................DP

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mekanika batuan adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika. Mekanika batuan
merupakan ilmu yang mempelajari sifat-sifat mekanik batuan dan massa batuan. Hal ini
menyebabkan mekanika batuan memiliki peran yang dominan dalam operasi penambangan,
seperti pekerjaan penerowongan, pemboran, penggalian, peledakan dan pekerjaan lainnya
Sehingga untuk mengetahui sifat mekanik batuan dan massa batuan dilakukan berbagai
macam uji coba baik itu dilaboratorium maupun dilapangan langsung atau secara insitu.
Untuk mengetahui sifat mekanik batuan dilakukan beberapa percobaan seperti uji kuat tekan
uniaksial, uji kuat tarik, uji triaksial dan uji tegangan insitu.
Mekanika batuan sendiri mempunyai karakteristik mekanik yang diperoleh dari penelitian ini
adalah kuat tekan batuan (σt), kuat tarik batuan (σc ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson
(v), selubung kekuatan batuan (strength envelope), kuat geser (τ), kohesi (C), dan sudut geser
dalam (φ).
Masing-masing karakter mekanik batuan tersebut diperoleh dari uji yang berbeda.
Kuat tekan batuan dan Modulus Young diperoleh dari uji kuat tekan uniaksial. Pada
penelitian ini nilai kuat tekan batuan dan Modulus Young diambil dari nilai rata-rata hasil
pengujian lima contoh batuan. Untuk kuat tarik batuan diperoleh dari uji kuat tarik tak
langsung (Brazillian test). Sama dengan uji kuat tekan uniaksial, uji kuat tarik tak langsung
menggunakan lima contoh batuan untuk memperoleh kuat tarik rata-rata. Sedangkan
selubung kekuatan batuan, kuat geser, kohesi, dan sudut geser dalam diperoleh dari pengujian
triaksial konvensional dan multitahap.
Selain mengamati sifat mekanik atau dinamik dari batuan dalam praktikum ini juga
akan diamati sifat fisik batuan tersebut, dengan mengamati bobot dan masa jenisnya dalam
beberapa keadaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana sifat fisik batuan?
Bagaimana sifat mekanik batuan ?
Bagaimana pengujian untuk menentukan sifat fisik dan mekanik batuan?
C. TUJUAN
Di dalam geoteknik, klasifikasi sifat fisik dan mekanik batuan yang pertama
diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan
penyanggaan menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk
penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain yang biasa
digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu
yang paling banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode
empiric.
Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan,
pengukuran, dan engineering judgement.
Tujuan dari klasifikasi sifat fisik dan meknik batuan adalah untuk:
 Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat massa batuan.
 Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan sifat
dan kualitas.
 Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
 Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu tempat dengan
kondisi massa batuan di tempat lain.
 Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
 Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan engineer.

Keuntungan dari digunakannya klasifikasi massa batuan:


 Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan sebagai
parameter klasifikasi.
 Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
 Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang lebih efektif pada
suatu proyek.

BAB II

5
PEMBAHASAN
2.1. Sifat Mekanik Batuan

2.1.1.Porositas
Porositas adalah perbandingan volume rongga pori pori terhadap volume total batuan,
perbandingan ini biasanya di lakukan dengan persen.
Dimana :
ø = porositas pori dalam %
volume pori pori, ( cm3 )
Vb = volume bulk, ( cm3 )
Rongga pada batuan yang di hasilkan melalui lapisan diantara butiran disebut  pori
pori yang di tempati fluida  cairan atau gas, porositas pada batuan poros dapat memiliki nilai
yang berbeda dan bervariasi tetapi pada umum nya porositas batuan sedimen lebih kecil dari
50%.
Faktor yang menentukan Besarnya Porositas
Pada resevoir minyak,porositas berkisar antara 5%-40% tetapi pada umumnya 10%-
20% .faktor yang menentukan besarnya porositas adalah:
1. Bentuk butir
Porositas akan berubah dengan semakin menyusutnya butiran
2. Keseragaman ukuran butir/sortasi
Batuan sedimen yang keseragamanya ukuran butiran yang baik akan memiliki porositas dan
permebilitasi yang baik dari pada batuan sortasi yang buruk .
3. Peroses kompaksi selama dan setelah  pengendapan
Proses kompaksi cendrung menutup rongga atau pori batuan dan memaksa fluida batuan
didalamnya keluar dari partikel mineral alas saling menutup khususnya  pada batuan sedimen
berbutir halus.
4.  Derajat sementasi dan kekorosityompakakan batuan
Baru pasir yang derajat semetasinya tinggi akan memiliki porositas yang rendah,sedangkan
untuk sedimen yang lunak dan tidak kompak memiliki porositas yang tinggi.
5.  Susunan pengepakan partikel
Degan bertambahnya tekanan over burden ,positas buruk,butiran pasir yang menyusut
menuju peningkatkan perubahan dari pengepakan yang ack menjadi tertutup.
6.  Rekaan dan growongan
Adanya retakan dan growongan pada batuan akan memperbesar porositas.rekaan atau
growongan akan menjadi faktor penting dalam penentuan harga positas dan permeabilitas
pada batu gamping.
Metode Penentuan Porositas
Porositas adalah perbandingan volume pori dengan volume total batuan dan dapat
dinyatakan dalam fraksi atau persen. Ada beberapa metode untuk mengukur harga porositas
dilaboratorium,yaitu:
1)     Helium injection porisity
2)     Porositas overburden

2.1.2. Permebilitas
Pada prinsipnya, Data permebilitas digunakan untuk menentukan kemampuan air
resevoir permebilitas didefinisakan sebagai kemampuan resevoir untuk membawa fluida
melaui pori yang saling berhubungan.
Kenyataanya permebilitas batuan tergantung pada porositas efektif.
Keterangan :
Q=Laju produksi
K=permebilitas
A=luas penampang aliran,ft         
µ=viskositas fluida
Faktor yang Mempengaruhi Permeabilitas
Permeabilitas batuan reservoir dapat berkisar 0,1 sampai 1,000 md atau lebih. Batuan
reservoir yang memiliki permeabilitas1 md dianggap ketat, hal ini dapat dijumpai pada
batuan gamping. Faktior yang mempengaruhi permeabilitas adalah :
1.  Bentuk dan ukuran batu : jika batuan disusun oleh butiran yang besar, pipih dan seragam
dengan dimensi horizontal lebih panjang, maka permeabilitas horizontal (kh) akan lebih
besar. Sedangkan permeabilitas vertical (kv) sedang -  tinggi. Jika batuan yang disusun
berbutir dominan kasar, membulat dan seragam, maka permeabilitas akan lebih besar dari
kedua dimensinya. Permeabilitas buat reservoir secsara umum lebih rendah, khusunya pada
dimensi vertikalnya, jika butirannya berupa pasir dan bentuknya tidak teratur. Sebagian besar
reservoir minyak seperti ini.
2.  Sementasi : permeabilitas dan porositas bauan sedimen sangat dipengaruhi sementasi dan
keberadaan semen pada pori batuan.

7
3.  Retakan dan pelarutan : pada batuan pasir, retakan tidak dapat menyebabkan permeabilitas
sekunder, kecuali pada batuan pasir yang interbedded dengan shale, lime stone dan dolomite.
Pada batuan karbonat, proses pelarut oleh larutan asam yang berasal dari perokolasi air
permukaan akan melalui pori – pori primer batuan, bidang celah dan rekahan akan menambah
permeabilitas reservoir.

2.1.3 Saturasi Fluida
Saturasi fluida adalah perbandingan antara volume pori batuan yang ditempati oleh
stu fluida tertentu dengan volume pori batuan . adapun jenis- jenis dari saturasi batuan
reservoir yaitu :
1. Saturasi gas adalah volume pori yang diisi gas dibagi dengan volume total yang dinyatakan
dengan Sg.
2. Saturasi minyak adalah volume pori yang diisi minyak dibagi dengan volume pori total
yang dinyatakan dengan So.
3. Saturasi air adalah volume pori yang diisi air dibagi volume pori total yang dinyatakan
dengan Sw.

2.1.4. Kompresibilitas
Menurut Geertsma, terdapat tiga macam kompressibilitas pada batuan yaitu :
a. Kompressibilitas matriks batuan, yaitu fraksional perubahan volume dari material padatan
batuan (grain) terhadap satuan perubahan tekanan.
b. Kompressibilitas batuan keseluruhan, yaitu fraksional perubahan volume dari volume
batuan terhadap satuan perubahan tekanan.
c. Kompressibilitas pori-pori batuan, yaitu fraksional perubahan volume pori-pori batuan
terhadap satuan perubahan tekanan.
Batuan yang berada pada kedalaman tertentu akan mengalami dua macam tekanan, yaitu ;
·Internal stress yang berasal dari desakan fluida yang terkandung di dalam pori-pori batuan
(tekanan hidrostatik fluida formasi)
·External stress yang berasal dari pembebanan batuan yang ada di atasnya (tekanan
overburden)

2.1.5. Wettabilitas
Wettabilitas didefinisikan sebagai suatu kecenderungan dari adanya fluida lain yang
tidak saling mencampur. Apabila dua fluida bersinggungan dengan benda padat, maka salah
satu fluida akan bersifat membasahi permukaan benda padat tersebut, hal ini disebabkan
adanya gaya adhesi. Dalam system minyak-air, benda padat, gaya adhesi A T yang
menimbulkan sifat air membasahi benda padat adalah :
dimana ;
            σso     = tegangan permukaan minyak-benda padat, dyne/cm
            σsw     = tegangan permukaan air-benda padat, dyne/cm
            σwo    = tegangan permukaan minyak-air, dyne/cm
            qwo     = sudut kontak minyak-air.
Suatu cairan yang dikatakan membasahi zat padat jika tegangan adhesinya positif (q <
90o), yang berarti batuan bersifat water wet, sedangkan bila air tidak membasahi zat padat
maka tegangan adhesinya negative (q > 90o), berarti batuan bersifat oil wet.
Pada umumnya, reservoir bersifat water wet, sehingga air cenderung untuk melekat
pada permukaan batuan, sedangkan minyak akan terletak diantara fasa air

2.1.6. Tekanan kapiler


Tekanan kapiler (pc) didefinisikan sebagai perbedaan tekanan yang ada antara
permukaan dua fluida yang tidak tercampur (cairan-cairan atau cairan-gas) sebagai akibat
dari terjadinya pertemuan permukaan yang memisahkan mereka. Perbedaan tekanan dua
fluida ini adalah perbedaan tekanan antara fluida “non wetting fasa” (Pnw) dengan fluida
“wetting fasa” (Pw) atau :
Di reservoir biasanya air sebagai fasa yang membasahi (wetting fasa), sedangkan
minyak dan gas sebagai non-wetting fasa atau tidak membasahi.
Tekanan kapiler dalam batuan berpori tergantung pada ukuran pori-pori dan macam
fluidanya. Secara kuantitatif dapat dinyatakan dalam hubungan :
dimana :
Pc     = tekanan kapiler
σ       = tegangan permukaan antara dua fluida
cos q = sudut kontak permukaan antara dua fluida
r         = jari-jari lengkung pori-pori
Δρ     = perbedaan densitas dua fluida
g        = percepatan gravitasi
h       = tinggi kolom
Tekanan kapiler mempunyai pengaruh yang penting dalam reservoir minyak maupun
gas, yaitu :

9
· Mengontrol distribusi saturasi di dalam reservoir.
· Merupakan mekanisme pendorong minyak dan gas untuk bergerak atau mengalir melalui
pori-pori reservoir dalam arah vertical.

2. 2. Pengujian sifat fisik dan mekanik batuan


Adapun pengujian sifat fisik dan mekanik batuan, meliputi :
2.2.1. Uji Kuat Tekan Uniaksial ( UCS )
Penekanan uniaksial terhadap contoh batuan selinder merupakan uji sifat mekanik
yang paling umum digunakan. Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat
tekan batuan (σt ), Modulus Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan.
Contoh batuan berbentuk silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh. Perbandingan antara
tinggi dan diameter contoh silinder yang umum digunakan adalah 2 sampai 2,5 dengan luas
permukaan pembebanan yang datar, halus dan paralel tegak lurus terhadap sumbu aksis
contoh batuan. Dari hasil pengujian akan didapat beberapa data seperti:
1. Kuat Tekan Batuan (σc)
Tujuan utama uji kuat tekan uniaksial adalah untuk mendapatkan nilai kuat tekan dari
contoh batuan. Harga tegangan pada saat contoh batuan hancur didefinisikan sebagai kuat
tekan uniaksial batuan dan diberikan oleh hubungan :
σc = FA
Keterangan :
σc = Kuat tekan uniaksial batuan (MPa)
F   = Gaya yang bekerja pada saat contoh batuan hancur (kN)
A   = Luas penampang awal contoh batuan yang tegak lurus arah gaya (mm)
2. Modulus Young ( E )
Modulus Young atau modulus elastisitas merupakan faktor penting dalam mengevaluasi
deformasi batuan pada kondisi pembebanan yang bervariasi. Nilai modulus elastisitas batuan
bervariasi dari satu contoh batuan dari satu daerah geologi ke daerah geologi lainnya karena
adanya perbedaan dalam hal formasi batuan dan genesa atau mineral pembentuknya.
Modulus elastisitas dipengaruhi oleh tipe batuan, porositas, ukuran partikel, dan kandungan
air. Modulus elastisitas akan lebih besar nilainya apabila diukur tegak lurus perlapisan
daripada diukur sejajar arah perlapisan (Jumikis, 1979).
Modulus elastisitas dihitung dari perbandingan antara tegangan aksial dengan
regangan aksial. Modul elastisitas dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
Е= Δσ………………………………………………………………………………(2.2)
Δεa
Keterangan:    
E    = Modulus elastisitas (MPa)
Δσ.    = Perubahan tegangan (MPa)
Δεa = Perubahan regangan aksial (%)

Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan nilai modulus elastisitas
yaitu :
1. Tangent Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada persentase tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50% dari
nilai kuat tekan uniaksial.
2. Average Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung pada bagian linier dari kurva tegangan- tegangan.
3. Secant Young’s Modulus, yaitu perbandingan antara tegangan aksial dengan regangan
aksial yang dihitung dengan membuat garis lurus dari tegangan nol ke suatu titik pada kurva
regangan-tegangan pada persentase yang tetap dari nilai kuat tekan. Umumnya diambil 50%
dari nilai kuat tekan uniaksial.
3. Nisbah Poisson ( Poisson Ratio )
Nisbah Poisson didefinisikan sebagai perbandingan negatif antara regangan lateral dan
regangan aksial. Nisbah Poisson menunjukkan adanya pemanjangan ke arah lateral (lateral
expansion) akibat adanya tegangan dalam arah aksial. Sifat mekanik ini dapat ditentukan
dengan persamaan :
V = – ε l …………………………………………………………………………..(2.3)
Keterangan:
V  = Nisbah Poisson
ε l = regangan lateral (%)
εa= regangan aksial (%)
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah suatu contoh batuan pada saat runtuh.
Tipe pecah contoh batuan bergantung pada tingkat ketahanan contoh batuan dan kualitas
permukaan contoh batuan yang bersentuhan langsung dengan permukaan alat penekan saat
pembebanan.

11
Kramadibrata (1991) mengatakan bahwa uji kuat tekan uniaksial menghasilkan tujuh tipe
pecah, yaitu :
a. Cataclasis
b. Belahan arah aksial (axial splitting)
c. Hancuran kerucut (cone runtuh)
d. Hancuran geser (homogeneous shear)
e. Hancuran geser dari sudut ke sudut (homogeneous shear corner to corner)
f. Kombinasi  belahan aksial dan geser (combination axial dan local shear)
g. Serpihan mengulit bawang dan menekuk (splintery union-leaves and buckling)

2.2.2 Uji Kuat Tarik Tak Langsung ( Brazilian Test )


Sifat mekanik batuan yang diperoleh dari uji ini adalah kuat tarik batuan (σt).
Ada dua metode yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kuat tarik contoh batuan di
laboratorium, yaitu metode kuat tarik langsung dan metode kuat tarik tak langsung. Metode
kuat tarik tak langsung merupakan uji yang paling sering digunakan. Hal ini   disebabkan uji
ini lebih mudah dan murah daripada uji kuat tarik langsung. Salah satu uji kuat tarik tak
langsung adalah Brazilian test.Pada uji brazilian, kuat tarik batuan dapat ditentukan
berdasarkan persamaan
:σt= 2.F……………………………………………………………………………….(2.4)
π.D.L
Keterangan :
σt = Kuat tarik batuan  (MPa)
F  = Gaya maksimum yang dapat ditahan batuan (KN)
D = Diameter contoh batuan (mm)
L  = Tebal batuan (mm)
1. Uji Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik
Uji kecepatan rambat gelombang ultrasonik dilakukan untuk menentukan cepat rambat
gelombang ultrasonik yang merambat melalui contoh batuan. Pada uji ini, waktu tempuh
gelombang primer yang merambat melalui contoh batuan diukur dengan menggunakan
Portable Unit Non-destructive Digital Indicated Tester (PUNDIT). Kecepatan rambat
gelombang primer ditentukan melalui persamaan 2.5.
Vp= L ……………………………………………………………………………….(2.5)
tp
Keterangan:
L   = panjang contoh batuan yang diuji (m)
Vt= waktu tempuh gelombang ultrasonik primer (detik)
tp = cepat rambat primer atau tekan (m/detik)
Cepat rambat gelombang ultrasonik yang merambat di dalam batuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu: ukuran butir dan bobot isi, porositas dan kandungan air, temperature
kehadiran bidang lemah.
2. Ukuran butir dan bobot isi
Batuan yang memiliki ukuran butir halus atau kecil memiliki cepat rambat gelombang
lebih besar daripada batuan dengan ukuran butir kasar atau besar. Hal ini disebabkan karena
batuan berbutir kasar akan memberikan ruang kosong antar butir lebih besar dibandingkan
batuan berbutir halus. Ruang kosong inilah yang menyebabkan cepat rambat gelombang
menurun karena tidak ada media perambatannya. Sama halnya dengan ukuran butir, batuan
berbutir halus memiliki bobot isi yang lebih padat dibandingkan batuan berbutir kasar.
Karena kerapatan antar butir yang tinggi dan sedikitnya ruang kosong yang dimiliki batuan.
Oleh karena itu, batuan yang memiliki bobot isi tinggi memiliki cepat rambat gelombang
yang tinggi.

2.2.3 Uji Triaksial


Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan padakondisi
pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang sering
digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb. Hasil
pengujian triaksial kemudian diplot kedalam kurva Mohr- Coulomb sehingga dapat
ditentukan parameter-parameter kekuatan batuan sebagai berikut:
• Strength envelope (kurva intrinsik)
• Kuat geser (Shear strength)
• Kohesi (C)
• Sudut geser dalam (φ)
Pada pengujian triaksial, contoh batuan dimasukkan kedalam sel triaksial, diberi
tekanan pemampatan (σ3), dan dibebani secara aksial (σ1), sampai runtuh.  Pada uji ini,
tegangan menengah dianggap sama dengan tekanan pemampatan (σ3= σ1).
Alat uji triaksial yang digunakan merupakan merujuk pada alat triaksial yang dikembangkan
oleh Von Karman pada tahun 1911 (Gambar 2.4). Di dalam apparatus ini, tekanan fluida

13
berfungsi sebagai tekanan pemampatan (σ3 ) yang diberikan kepada contoh batuan. Fluida
dialirkan dengan menggunakan pompa hidraulik dan dijaga agar selalu konstan.
Pada mulanya, beban aksial merupakan instrumen utama yang mengendalikan uji ini. Namun
dengan perkembangan teknologi masa kini sudah memungkinkan untuk mengendalikan uji
ini melalui kontrol beban atau deformasi yang dialami contoh batuan, bahkan dengan
menggunakan katup servo, regangan aksial dan tekanan pori dapat juga diatur besarnya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Uji Triaksial
1. Tekanan pemampatan
Tekanan pemampatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam uji triaksial.
Besarnya tegangan aksial pada saat contoh batuan runtuh saat pengujian triaksial selalu lebih
besar daripada tegangan aksial saat contoh batuan runtuh pada pengujian kuat tekan
uniaksial. Hal ini disebabkan karena adanya penekanan (pemampatan) dari arah lateral dari
sekeliling contoh batuan pada uji triaksial. Berbeda pada pengujian kuat tekan uniaksial,
tekanan pemampatannya adalah nol (zero confining pressure), sehingga tegangan aksial
batuan lebih kecil. Berdasarkan penelitian Von Karman (1911) pada batuan marbel Carrara
dapat dilihat dengan adanya tekanan pemampatan pada contoh batuan mengakibatkan
kenaikan tekanan aksial dan bersifat lebih ductile.
2. Tekanan pori
Dari penelitian Schwartz pada tahun 1964 yang mempelajari tentang tekanan pori pada uji
triaksial terhadap batuan sandstone. Dalam penelitannya disimpulkan bahwa naiknya tekanan
pori akan menurunkan kekuatan batuan.

3. Temperatur
Secara umum, kenaikan temperatur menghasilkan penurunan kuat tekan batuan dan membuat
batuan semakin ductile. Gambar 2.7 menunjukkan kurva tegangan diferensial (deviatoric
stress,
σ3-σ1) – regangan aksial untuk batuan granit pada tekanan pemampatan 500 MPa dan pada
temperatur yang berbeda-beda. Pada temperatur kamar, sifat batuan adalah brittle, tetapi pada
temperatur 800 0C batuan hampir seluruhnya ductile. Efek temperatur terhadap tegangan
diferensial saat runtuh untuk setiap tipe batuan adalah berbeda. Pada penelitian ini, pengaruh
temperature diabaikan.
4. Laju deformasi
Kenaikan laju deformasi secara umum akan menaikkan kuat tekan batuan. Hal ini terbukti
dari penelitian-peneliatian terdahulu. Pada tahun 1961, Serdengecti dan Boozer melakukan
penelitian tentang pengaruh kenaikan laju deformasi pada uji triaksial. Dari penelitian mereka
pada batuan limestone dan gabbro solenhofen.
5. Bentuk dan Dimensi contoh batuan
Semakin bertambahnya ukuran contoh batuan, kemungkinan tiap contoh batuan dipengaruhi
oleh bidang lemah akan semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar contoh batuan yang
akan diuji, kekuatan contoh batuan tersebut akan berkurang. Variasi perbandingan panjang
terhadap diameter contoh batuan ( /d) diketahui akan mempengaruhi kekuatan contoh batuan.
Kekuatan contoh batuan akan menurun seiring dengan menaiknya perbandingan panjang
terhadap diameter contoh batuan ( /d).
5. Tipe Deformasi Batuan pada Uji Triaksial
Secara garis besar tipe deformasi yang terjadi saat contoh batuan runtuh dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu brittle fracture dan ductile fracture. Serdengecti dan Boozer
menyebutkan bahwa brittle fracture terjadi pada tekanan pemampatan yang rendah,
temperatur yang rendah dan laju deformasi yang besar. Sebaliknya, ductile fracture lebih
sering terjadi pada tekanan pemampatan yang tinggi, temperatur yang tinggi dan laju
deformasi yang rendah (Vutukuri, Lama & Saluja, 1974).

2.3. Perencanaan dan Perancangan Tambang Mekanika


Pertambangan BatuanKomponen ; urutan program Mekanika Batuan untuk pertambangan.
• Karakteristik Lokasi Penentuan sifat – sifat hidromekanika dari massa batuan induk yg akan
disambung.
• Perumusan model tambang Konseptualisasi data karakterisasi lokasi.
• Analisis Rancangan. Pemilihan & aplikasi metode matematika & Komputasional untuk
mengkaji beberapa tata letak dan strategi tambang.
• Pemantauan kinerja batuan, pengukuran respons massa batuan akibat operasi penambangan.
• Analisis Retrospektif Kuantifikasi sifat massa batuan insitu & identifikasi bentuk respon
dominan dari struktur tambang.
- Terhadap karakteristik lokasi tidak pernah menghasilkan data yang cukup komprenhensif
yang dapat dipakai untuk merencanakan seluruh umur tambang.
- Rancangan tambang adalah proses evolutif dimana respons rekayasa dirumuskan untuk
mencerminkan kinerja struktur tambang pada kondisi.

15
BAB II
KESIMPULAN
 Sifat Mekanik Batuan;
a) Porositas
b) Permeabilitas
c) Saturasi Fluida
d) Kompresbilitas
e) Wettabilitas
f) Tekan kapiler

 Pengujian sifat fisik dan mekanik batuan, meliputi :


1. Uji Kuat Tekan (Unconfined Compression Test)
Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan (σt ), Modulus
Young (E), Nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan. Contoh batuan berbentuk
silinder ditekan atau dibebani sampai runtuh.
2.  Uji Kuat Tarik Tak Langsung (Indirect Tensile Strength Test)
Uji ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari contoh batu berbentuk
silinder secara tak langsung. Uji ini dikenal sebagai uji tarik Brazil (Brazilian Test).
3. Uji Triaksial
Tujuan utama uji triaksial adalah untuk menentukan kekuatan batuan padakondisi
pembebanan triaksial melalui persamaan kriteria keruntuhan. Kriteria keruntuhan yang
sering digunakan dalam pengolahan data uji triaksial adalah criteria Mohr-Coulomb.
DAFTAR PUSTAKA

Dewabroto Wiryanto. 2011. “Perihal Mekanika Teknik”.


http://wiryanto.wordpress.com/2011/01/10/perihal_mekanika_teknik/.

Zubir Algazzali. 2013. “Download Materi Kuliah Mekanika Teknik”.


http://tugaszubir.blogspot.com/2013/04/download-materi-kuliah-mekanika-teknik.html.

Sularso Tryade. 2013. “Mekanika Teknik”.


http://blogtriadesularso.blogspot.com/2013/03/mekanika-teknik.html.

Sumber: http://martapura-miner.blogspot.com/2014/08/tugas-semi-makalah-hubungan-
mekanika.html#ixzz3rLKSC91J

17

Anda mungkin juga menyukai