Anda di halaman 1dari 2

Inisiasi III.

Setelah mempelajari aspek kebudayaan dan sejarah penemuan hukum adat yang melahirkan
ilmu hukum adat, maka selanjutnya kita akan membahas sejarah politik hukum adat. 
Sejarah politik hukum adat, yaitu kebijakan sikap pemerintah terhadap perundang-undangan
yang berhubungan dengan hukum adat. Dalam hal ini dibagi dalam lima priode sebagai berikut:
1. Masa VOC. Pada masa ini VOC bagi seluruh golongan penduduk berlaku hukum Belanda
(hukum Barat), sedangkan hukum adat yang berlaku bagi penduduk asli tidak diindahkan,
bahkan dianggap rendah. Tapi kenyataannya hukum Barat itu hanya berlaku di Batavia (Jakarta)
saja, sedangkan diluar Batavia masih berlaku hukum adat. Hal ini karena VOC hanya bertujuan
untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, maka sulit baginya untuk melengkapi
organisasi pemerintahannya, karena dapat menambah anggaran dan mengurangi keuntungan. 
2. Masa pemerintahan Daendels (1808-1811), orang Indonesia dibiarkan tunduk pada hukum
adat dengan ketentuan, hukum adat tidak dipakai apabila:
a. Hukum adat itu bertentangan dengan kebijakan pemrintah.
b. Hukum adat itu bertentangan dengan dasar-dasar utama keadilan.
c. Hukum adat itu tidak bisa memenuhi kepentingan umum dalam perkara pidana.

Identik dengan masa VOC, Daendels melihat hukum adat itu sama dengan hukum Islam dan
memandang rendah terhadap hukum adat.
3.Masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Rafles adalah kepala pemerintahan pada waktu itu.
Rafles ingin melakukan pembaruan dengan mengambil hati anak negeri agar orang Indonesia
tidak membenci Inggris. Tapi usaha Rafles terhalang oleh semangat nasionalisme Inggrisnya.
Dia menganggap apa yang dilakukan oleh Inggris adalah sempurna, maka dia memaksa berlaku
hukum Inggris meskipun ternyata bertentangan dengan kepentingan orang Indonesia. Sama
dengan penguasa sebelumnya (Daendels), Rafles menganggap hukum adat sangat rendah.
Raffles mengadakan perubahan susunan badan peradilan, tetapi hukum materilnya tidak
mengalami perubahan prinsipil. Dalam perkara antar orang Indonesia diberlakukan hukum adat
dengan syarat tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip keadilan. Dalam hal ini, sanksi dalam
pidana adat sangat dicela, yaitu: sanksi tikam dengan keris dll, karena tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Demikian juga kebijakannya bahwa hukum adat hanya baik untuk orang
Indonesia, tetapi tidak pantas diberlakukan untuk orang Eropah, karena hukum adat itu
dipandang lebih rendah derajatnya dari pada hukum Barat.
4. Masa 1816-1848. Pada masa ini kekuasaan Inggris atas Indonesia beralih ketangan Belanda.
Kemudian terjadilah perubahan-perubahan dalam perundang-undangan dan administrasi
pengadilan bagi orang-orang Indonesia, terlepas dari peraturan bagi orang Eropah, tetapi hukum
materilnya perubahannya hanya sedikit sekali. Apabila terjadi sengketa antara orang Indonesia
yang menjadi tergugat dengan orang Eropah sebagai penggugat maka diadili oleh Landraat dan
diberlakukan hukum adat.
5. Masa 1848-1928. Tahun 1848 adalah tahun yang sangat penting dalam sejarah hukum di
indonesia karena pada tahun ini berlaku undang-undang baru dalam bidang kehakiman, yang
sebelum tahun 1948 hukum yang berlaku di indonesia hanya bersifat sementara sambil
menunggu pembaruan hukum di negeri Belanda. Pada masa ini univikasi hukum yaitu hukum
yang berlaku bagi Belanda berlaku juga untuk bangsa Indonesia tidak terlaksana sebagai mana
yang diinginkan oleh pemerintah Belanda. Oleh karena itu hukum adat tetap eksis dan berlaku
untuk bangsa indonesia. Cornelis van Vollen Hoven berjuang matia-matian untuk
mempertahankan hukum adat dengan menyadarkan pembuat undang-undang bahwa hukum
adat adalah hukum yang hidup dan mempunyai jiwa, sehingga timbul kesadaran pemerintah
Belanda terhadap arti penting hukum adat.
6. Masa 1928-1945. Pada masa ini perundang-undangan tentang hukum adat tidak lagi berazas
assimilasi kearah hukum Eropah. Dilapangan hukum adat dibuat ordonansi yang mengatur
peradilan adat diundangkan dalam Stb No.80, tanggal 18-2-1932. Selain itu dibuat peraturan-
peraturan tentang peradilan swapraja dan mengenai hakim desa diakui keberadaannya dengan
undang-undang yang diundangkan dalam Stb 1935 No.102. Pada masa ini juga mulai sejarah
baru dalam bidang peradilan, perkara-perkara perdata adat yang telah diputus oleh Landrat,
pada tingkat banding diadili oleh adatkamer di Raad van Justitie (yang baru dibentuk) yang
selama ini diadili oleh Civiele Kamer di Raad van justitie. Disamping kegiatan legislatif tersebut
pada masa ini juga dilakukan penelitian hukum adat yang dikelola oleh pemerintah Hindia
Belanda dan hasilnya dipublikasikan.
7. Masa 1945 sampai sekarang. Sesudah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, mayoritas
sarjana hukum Indonesia ingin suatu univikasi hukum. Supomo misalnya, melontarkan konsep
bahwa untuk memodernisasi negara dan masyarakat, perlu suatu tata hukum baru yang
memenuhi segala kebutuhan hukum yang timbul dari kehidupan moderen. Pada tahun 1950
ketika berlaku UUDS 1950 hukum adat terdesak oleh hukum tertulis, karena pada waktu itu
dikembangkan paham kodifikasi dan legisme. Setelah kembali ke UUD 1945 melalui Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, mulai dilakukan aktivitas mencari hukum yang sesuai dengan kepribadian
Indonesia. Hukum adat dijadikan tolok ukur bersama dengan hukum Islam untuk membentuk
hukum nasional. Hal ini tertuang dalam putusan-putusan MPRS tahun 1960. Sampai masa
sekarang para sarjana hukum Indonesia terkotak dalam tiga golongan, golongan yang
menentang hukum adat, golongan yang mendukung sepenuhnya hukum adat dan golongan
moderat antara mendukung dan tidak.

Anda mungkin juga menyukai