Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR ILMU TANAH

ACARA V
PENGENALAN PROFIL TANAH

Oleh :
Sukma Kinasih
Rombongan 4
PJ Asisten : Bela Febiana Kusumawati

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019

86
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia disebut sebagai negara agraris, hal ini dikarenakan memang

sebagian besar penduduk memiliki profesi yang berkaitan dengan bidang

pertanian. Banyaknya profesi yang berkaitan dengan bidang pertanian tidak akan

terjadi jika tidak didukung oleh keadaan geografis dan luas lahan di Indonesia.

Lahan yang sangat luas tersebut berdasarkan penggunaannya dikelompokkan

menjadi sawah, tegal/kebun, ladang/huma, dan lahan yang sementara tidak

digunakan. Luasnya lahan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang

tentunya memiliki keadaan geografis, iklim, cuaca dan banyak faktor lain yang

berbeda membuat kualitas setiap lahan di Indonesia juga berbeda.

Lahan memiliki beberapa komponen utama di dalamnya, salahsatunya

adalah tanah. Dapat tidaknya lahan tersebut digunakan bergantung pada kualitas

tanah yang ada pada lahan tersebut. Untuk mengetahui kualitas lahan kita harus

mengetahui karakteristik atau ciri morfologi dari tanah tersebut. Untuk

memudahkan penelitian karakteristik atau ciri morfologi bisa dilakukan juga

dengan mengetahui jenis tanah. Kita dapat mengetahui jenis tanah dengan

melakukan pengamatan profil tanah.

Profil tanah dapat menunjukan semua informasi yang mengarah pada jenis

tanah. Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa pertanian wajib mengetahui,

memahami, dan terampil untuk mengamati profil tanah. Dengan kita terampil, kita

dapat melakukan penelitian dengan baik.

87
B. Tujuan

Tujuan dilaksanakannya praktikum acara lima adalah untuk mengenal suatu

jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang

akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1) masih

alami, (2) vertical dan (3) bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar

matahari secara langsung.

C. Manfaat

Manfaat dilaksanakannya praktikum acara lima adalah untuk mengenal

suatu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah

yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: (1)

masih alami, (2) vertical dan (3) bidang pengamatan profil tidak boleh terkena

sinar matahari secara langsung.

88
II. TINJAUAN PUSTAKA

Istilah tanah memang mempunyai pengertian yang luas dan arti yang

berbeda sesuaidengan peruntukkannya. Dalam bidang pertanian, tanah diartikan

lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari

hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme

(vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau didalamnya. Selain itu, di dalam

tanah terdapat pula udara dan air. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang

ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain (Ahmad et al, 2012).

Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefinisikan

sebagai : “ Lapisan permukaan bumi yang secara fisik bersungsi sebagai tempat

tumbuh-berkembangnya perakaran penopang tegak- tumbuhnya tanaman dan

penyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan

penyuplai unsur hara atau nutrisi (senyawa organic dan anorganik sederhana dan

unsur-unsuer esensial seperti N,P,K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl, dan lain-

89
lain); dan secara biologis berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang

berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu,

tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketifanya secara integral mampu

menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomasss dan produksi baik

tanaman pangan, obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan”

(Hanafiah, 2005).

Profil tanah terdiri dari horizon-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan

teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, horison O-A disebut

lapisan tanah atas dan horison E-B disebut lapisan tanah bawah.

Horizon O adalah lapisan yang didominasi oleh bahan organik. Sebagian

besar horizon O tersusun dari serasah segar yang belum terdekomposisi atau

sebagian telah terdekomposisi yang telah tertimbun di permukaan. Serasah seperti

ini dapat berada di atas permukaan tanah mineral atau tanah organik.

Horizon A adalah horizon mineral yang terbentuk pada permukaan tanah

atau di bawah suatu horizon O. Horizon ini memperlihatkan kehilangan seluruh

atau sebagian besar struktur batuan asli dan menunjukkan salah satu atau kedua

sifat berikut yaitu akumulasi bahan organik terhumifikasi yang bercampur sangat

intensif dengan fraksi mineral, dan tidak di dominasi oleh sifat-sifat yang

merupakan karakteristik horizon E atau B.

Horizon E adalah horizon mineral yang kenampakan utamanya adalah

kehilangan liat silikat, besi, alumunium atau beberapa kombinasi senyawa-

senyawa tersebut, meninggalkan suatu konsentrasi partikel-partikel pasir dan

debu. Horizon ini memperlihatkan lenyapnya seluruh atau sebagian terbesar dari

90
struktur batuan aslinya. Horizon E dibedakan dari horizon B di bawahnya dalam

sequm tanah sama, oleh warna dengan value lebih tinggi atau chrome lebih

rendah, atau kedunya, oleh tekstur yang lebih kasar atau oleh suatu kombinasi dari

sifat-sifat tersebut.

Horizon B dalah horizon-horison yang terbentuk di bawah suatu horizon A,

E atau O. horizon-horison ini didominasi oleh lenyapnya seluruh atau sebagian

terbesar sari struktur batuan aslinya, dan memperlihatkan satu atau lebih sifat-sifat

seperti : Konsentrasi atau penimbunan secara aluvial dari liat silikat, senyawa

besi, senyawa alumunium, humus, senyawa karbonat, gispsum, atau silika, secara

mandiri atau dalam kombinasi. Tanda-tanda atau gejala adanya pemindahan atau

penambahan senyawa karbonat. Konsentrasi oksidan-oksidan secar residu.

Penyelaputan sesquioksida yang mengakibatkan horizon terlihat jelas menpunyai

value warna lebih rendah, chrome lebih tinggi atau hue lebih merah tanpa proses

iluviasi semyawa besi yang terlihat jelas.

Horizon C adalah horison atau lapisan, tidak termasuk batuan dasar yang

lebih keras dan tersementasi kuat, yang dipengaruhi sedikit oleh proses

pedogenik, serta tidak memiliki sifat-sifat horizon O, A, E, atau B. Sebagian besar

merupakan lapisan-lapisan mineral. Suatu horizon C mungkin saja telah

mengalami perubahan, walaupun tidak terdapat tanda-tanda adanya proses

pedogenesis.

Horizon R adalah batuan dasar tersementasi kuat sampai mengeras.Granit,

basalt, kuarsit, batugamping, dan batupasir adalah contoh batuan dasar yang diberi

symbol dengan huruf R. Lapisan R cukup kompak jika lembab sehingga cukup

91
sulit di gali dengan sekop walaupun lapisan tersebut dapat pecah berkeping-

keping.

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum acara satu dilaksanakan pada hari Minggu, 17 Maret 2019 pada

pukul 14.00, dan dilanjutkan pada Jumat, 22 Maret 2019 Bertempat di ruang

laboratorium fisika dan konservasi tanah B.2.03 gedung B, dan kebun percobaan

Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara V ini adalah Bor tanah, abney

level (clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku,

botol semprot, kertas label, meteran, larutan H2O2 3%, larutan HCl 10 %, larutan

αα-dipiridil dalam 1N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil Color Chart,

kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah lapang, dan daftar isian

profil.

92
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara V ini adalah tanah yang

berada di experimental farm fakultas pertanian Unseod.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam pada praktikum acara V ini adalah :

1. Tempat dipilih untuk pembuatan profil.

2. pengeboran (boring) dilakukan dengan di tempat-tempat sekitar profil

yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 temapat berjarak 1 meter,

yang berguna supaya tercapai keseragaman.

3. Lubang digali sedemikain rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan

ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m. di depan bidang

pengamatan profil dibuat tangga (trap) kebawah untuk memudahkan

pengamat turun.

Setelah profil tanah dibuat dilakukan pengamatan dengan prosedur sebagai

berikut:

1. Pengamatan dimulai dengan pengukuran dalamnya profil, diukur dari lapisan

atas sampai bawah.

93
2. Penarikan batas horizon atau lapisan tanah dapat ditentukan dengan melihat

perbedaan warna atau menusukkan pisau kedalam tanah dengan tekanan tetap

untuk merasakan perbedaan kekerasannya.

3. Selanjutnya dilakukan penetapan batas horizon dan pencatatan kedalamannya

pada daftar isian profil.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Terlampir

B. Pembahasan

Profil tanah adalah penampang vertikal tanah yang dimulai dari

permukaan tanah sampai lapisan induk dalam tanah. Tanah yang terbentuk di

permukaan bumi berkembang dari bahan mineral yang berasal dari batu-batuan

melalui proses pelapukan, baik secara fisik maupun kimia yang dibantu oleh

pengaruh dari atmosfer, sehingga di dalam tanah terdapat empat komponen utama

yaitu bahan mineral, bahan organik, udara, dan air tanah (Hakim, 1986).

Profil ranah itu merupakan suatuirisan melintang pada tubuh tanah, dibuat

dengan secara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan

94
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan

penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada oksisol

yang solum-solumnya tebal pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman

sekitar 3-3,5 meter (Sutedhjo, 1991).

Profil tanah merupakan irisan vertical tanah dari lapisan paling atas hingga

ke bebatuan induk tanah (regolit), yang biasanya terdiridari horizon-horizon O-A-

E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih dipengaruhi cuaca disebut solum

tanah, horizon O-A disebut lapisan tanah atas dan horizon E-B disebut lapisan

tanah bawah (Hanafiah,2005).

Secara umum tanah-tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu: tanah

Endodinamomorf, dan tanah Ektodinamomorf. Kedua golongan tanah tersebut

baik pembentuknya maupun perkembangannya dipengaruhi oleh 5 faktor yang

bekerja secara fisik, kimiawi maupun biologis. Korelasi Antara kelima factor ini

dengan sifat-sifat tanah yang terbentuk diformulasikan sebagai berikut :

S = f(i,h,b,t,w)

Dimana S= sifat-sifat tanah; i= iklim; h= jasad hidup; b= bahan induk; t;

topografi; dan w= waktu. Thorf memilahkan kelima factor ini menjadi dua

golongan, yaitu:

1. Factor tergantung geografis, meliputi bahan induk, iklim, aktifitas

biologis, dan relief.

95
2. Factor tegantung fisiografis dan geologis bentang-lahan , yaitu waktu atau

umur perkembangan (Hanafiah, 2004).

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan

tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-

faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama

ada dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses

pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan

berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan

akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan

pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah

menjadi rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal

Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan

kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk

hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah

pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen

(endapan), dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan

induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang

96
terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat

kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat

misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan

pasirnya tinggi.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan

tanah, daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya

lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal

karena terjadi sedimentasi. Sistem drainase/pengaliran, daerah yang

drainasenya jelek seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi

asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan

dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi

semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah

habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti

kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk

tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua

(Rajamuddin (2009).

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah

menurut Hanafiah (2004), antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi,

97
dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai

berikut:

1. Iklim

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada

dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses

pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan

berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan

akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan

pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi

rendah).

2. Organisme (Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)

Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal

Membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.

Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan

dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh

proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

3. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),

dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,

kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di

98
permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama

dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur

pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.

4. Topografi/Relief

Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah,

daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis

karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi

sedimentasi. Sistem drainase/pengaliran, daerah yang drainasenya jelek seperti

sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.

5. Waktu

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan

pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua

dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami

pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena

proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah

berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.

Sebelum membuat profil tanah perlu diperhatikan keadaan lingkungan

sekitarnya. Lokasi pembuatan profil tanah harus dilakukan pada tanah yang belum

terganggu, kecuali untuk tanah bahan ubahan manusia (human altered material)

99
atau bahan terangkut manusia (human transported material). Jika profil dibuat

pada tanah yang sudah diolah untuk pertanian, maka lapisan tanah di bawah

lapisan olah harus belum dirusak oleh tenaga mekanis. Profil tanah tidak boleh

dibuat pada bekas timbunan sampah/pupuk, tanah galian atau timbunan tanah

lainnya, bekas bangunan atau jalan, kuburan, ubinan, pesemaian, percobaan,

tempat sampah, atau pembuangan kotoran dan bekas-bekas material lainnya.

Untuk mencegah kesalahan dalam pengamatan, hendaknya profil tanah jangan

dibuat terlalu dekat (< 50 m) dengan jalan, saluran air, perumahan, pekarangan,

gudang, pabrik, bengkel atau tempat bangunan lainnya (Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, 2017).

Pembuatan profil tanah beberapa hal yang perlu diperhatikan salah satunya

pengamatan lapangan yang ditujukan untuk mendapatkan data dari berbagai sifat

morfologi tanah dan juga penyebarannya. Pemilihan letak profil tanah yang akan

digali harus memperhatikan penyebaran lahan yang paling dominan, hal ini

bertujuan untuk mendapatkan susunan horison yang sesuai dengan satuan peta

tanah. Pemilihan lokasi profil dilakukan dengan dicek dahulu melalui

beberapakali pemboran yang bertujuan untuk memperoleh tanah yang sesuai

kehendak, dan ketika sudah ditemukan lokasi yang sesuai maka dilakukanlah

penggalian profil. Penggalian profil tanah dilakukan pada bagian tengah kisaran

agar dapat mewakili seluruh area penelitian (Asfan, 2012).

Larutan HCL dan H2O2 memiliki kegunaan masing-masing dalam

menentukan kadar bahan organik yang terkandung didalam tanah. Menurut

Supriyadi (2008), larutan HCl digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

100
kandungan kapur pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat kandungan kapur

didalam tanah. Sementara Larutan H2O2 digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya kandungan bahan organik pada tanah, jika tanah berbuih berarti terdapat

kandungan bahan organik didalam tanah. Semakin kebawah bahan organik

semakin bekurang.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan nya praktikum ini, praktikan dapat untuk mengetahui

mengenal suatu jenis tanah, dengan mengamati profil tanah yang ada di

experimental farm selain itu praktikan dapat mengetahui sifat fisik maupun kimia

tanah yang diamati.

101
B. Saran

Pengamatan profil tanah sebaiknya dilakukan pada pagi hari dan saat cuaca

cerah sehingga profil yang telah dibuat tidak terisi dengan air. Jika

memungkinkan, praktikan melaksanakan pembuatan profil tanah secara

langsung. Jika tidak memungkinkan, tim asisten menyiapkan video yang berisi

pembuatan profil tanah, sehingga praktikan mendapatkan bayangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Asmita. Ansar Muh.Mustafa, Muslimin. Syafiuddin Masyhur. 2012. Dasar-Dasar

Ilmu Tanah. Makasar. UNHAS.

Asfan, Kusriningrum. Sucipto, H. 2012. Identifikasi Lahan Kering Alfisol Terdegradasi

Di Kabupaten Bangkalan. Rekayasa 4(1):1-10

Balai penelitian dan pengembangan pertanian. 2017. Pedoman Pengamatan Tanah di


Lapangan. Jakarta IAARD Press.

102
Hakim, Nurhajati et al, 1986, Dasar-dasar Ilmu Tanah, Universitas Negeri

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta. Rajawali Pers.

Hardjowigeno, Sarwono. 2015. Ilmu Tanah. Jakarta. Akademika Pressindo.

Rajamuddin, Ulfiyah A. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah pada Lahan

Persawahan di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.

Agroland 16 (1): 45-52.

Supriyadi, Slamet. 2008. Kandungan Bahan Organik sebagai Dasar Pengelolaan Tanah di

Lahan Kering Madura. Embryo. 5(2): 178-179.

103
LAMPIRAN

Gambar 5.1 Pengamatan Profil tanah Gambar 5.2 Pengamatan Warna

Tanah

104
Gambar 5.3 Pengukuran pH Gambar 5.4 Pengamatan warna tanah

Gambar 5.5 Pengamatan warna Gambar 5.6 Pengamatan pH

105

Anda mungkin juga menyukai