METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Soekarno Hatta, Riung Bandung 40295 telp. 022 7563293. Pada Program Studi
dengan disain penelitian ini. Faktor lainnya adalah SMKN 6 Bandung merupakan
sekolah kejuruan dengan fasilitas yang sudah memenuhi standar sarana prasarana.
Pengambilan sampel yang sesuai untuk desain penelitian ini adalah tidak
secara acak sebagaimana yang disebutkan oleh Gall et al. (2003: 402): “in this
subjek penelitian secara random akan berakibat pada berubahnya susunan subjek
penelitian pada tiap-tiap kelas. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena susunan
51
52
subjek penelitian pada tiap-tiap kelas telah dilakukan sebelumnya oleh sekolah
Sampel dalam penelitian ini diambil dua kelas dari populasi 4 kelas. Satu
siswa dan satu kelas lainnya sebagai kelompok eksperimen, yakni kelas XI TP3
sebanyak 34 siswa. Pemilihan sampel ini didasari pada pertimbangan bahwa tim
guru yang mengajar pada dua kelas itu adalah sama, sehingga treatment/perlakuan
yang dilakukan kepada kedua kelas tersebut akan menunjukan pengaruh yang
Selain dari sampel penelitian, digunakan juga data dari sumber data Responden
B. Desain Penelitian
guru dan siswa, prasyarat-prasyarat pembelajaran serta persepsi guru dan siswa
procedural knowledge dan hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran Melakukan
Pekerjaan dengan Mesin Bubut. Desain pada penelitian ini dijabarkan dalam
Survey
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Pelaksanaan Pre-Test
Pelaksanaan Post-test
yang diambil adalah masalah nyata yang ada dalam dunia pendidikan
SMK dan LPTK PTK yang ada di Kota Bandung khususnya dengan
masalah perlu diteliti atau tidak. Studi pendahuluan pada penelitian inin
dilakukan dengan melakukan studi literatur dari beberapa buku sumber dan
54
penjabarannya.
masalah. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi
Variabel penelitian pada penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu
dengan mesin bubut, dan variabel terikat yaitu procedural knowledge (Y1)
dan hasil belajar siswa (Y2). Keduanya diukur setelah mendapatkan treatment
sebanyak 34 orang, satu orang guru mata pelajaran dan seorang wakasek bid.
Kurikulum.
ini instrumen yang disusun adalah: RPP kelas eksperimen, RPP kelas kontrol,
55
mengetahui kemampuan awal siswa baik itu kelas eksperimen, maupun kelas
dan sikap. Setelah diambil data pre-test kemudian diuji homogenitas data
untuk mengetahui apakah varian kelas kontrol dan varian kelas ekperimen
homogen atau tidak. Jika homogen maka penelitian quasi eksperimen bisa
dilanjutkan.
instruction.
untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol. Seperti
10. Tahap selanjutnya adalah analisis data. Setelah didapatkan data pre-test, post-
test, data mengenai tahapan pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa,
data. Pada tahap analisis data hal yang dilakukan adalah melakukan uji
11. Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, kemudian dilakukan
12. Karena peneliti ingin mengetahui bagaimana bentuk penerapan model direct
dengan Mesin Bubut, maka pada penelitian ini treatment dilakukan tidak
13. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, implikasi dan
rekomendasi penelitian.
57
C. Metode Penelitian
dilakukan tidak secara acak, kemudian pada keduanya sama-sama dilakukan pre-
Design, hanya saja yang berbeda adalah pada proses pemilihan kelompok
eksperiman dan kontrolnya saja. Gall et al. (2003: 402) menyebutkan bahwa pada
and both groups take a pre-test and post-test. Except for random assigment, the
steps involved in this design are the same as for the pre-test-post-test
Pada penelitian ini, akan dikenakan perlakuan dengan dua kali pengukuran.
diberikan perlakuan, setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan yang berbeda,
dengan perangkat tes yang sama. Perbedaan rata-rata skor tes akhir dengan skor
tes awal pada setiap kelompok dibandingkan untuk menentukan apakah perlakuan
kontrol. Desain penelitian yang akan dilakukan dapat ditunjukan pada tabel 3.1 di
bawah ini:
Perlakuan
Grup Pre Test Post Test
(Treatment)
Kontrol T1 XK T2
Eksperimen T1 XE T2
Keterangan:
T1 = Pre-test atau tes awal dimaksudkan untuk mengetahui procedural
knowledge dan kemampuan awal siswa (pada kelas kontrol dan
eksperimen).
T2 = Post-test atau tes akhir dimaksudkan untuk mengetahui procedural
knowledge dan kemampuan siswa setelah diberi perlakuan (pada kelas
kontrol dan eksperimen).
XE = Berupa model pembelajaran direct instruction yang diberikan pada kelas
eksperimen.
XK = Berupa model pembelajaran konvensional yang diberikan pada kelas
kontrol.
D. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran direct instruction.
yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan
dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap atau
model Joyce et al. (2009, 427), yang terdiri dari lima tahap aktivitas; yakni
dengan mesin bubut ini merupakan variabel bebas (X) pada penelitian ini
2. Procedural knowledge.
3. Hasil belajar.
Hasil belajar adalah nilai yang didapat Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian
E. Instrumen Penelitian
digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik
instrumen tergantung pada jumlah variabel penelitian yang telah ditetapkan untuk
1. Alat tes untuk mengukur variabel procedural knowledge dan hasil belajar
ranah kognitif.
Alat tes ini berupa tes tertulis pilihan ganda, digunakan untuk mengukur
peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa baik itu sebelum mendapatkan
test untuk kelas eksperimen. Alat test ini juga digunakan untuk mengukur
procedural knowledge dan hasil belajar ranah kognitif siswa kelas kontrol
pembelajaran konvensional.
2. Alat tes kinerja (performance test) untuk mengukur hasil belajar (afektif dan
psikomotor) siswa.
Alat tes kinerja ini berupa lembar observasi kinerja peserta diklat pada saat
mengikuti tes. Alat tes ini digunakan untuk mengukur hasil belajar (afektif dan
Angket ini pada penelitian ini dibuat untuk mendapatkan persepsi siswa
angket ini tidak menuntut jawaban benar atau salah. Bentuk skala yang
digunakan pada angket ini adalah skala Likert. Menurut Arikunto (2010: 180):
Skala Likert disusun dalam bentuk pernyataan dan diikuti oleh empat
persepsi yang menunjukan tingkatan, misalnya:
SS = sangat sesuai;
S = sesuai;
TS = tidak sesuai;
STS = sangat tidak sesuai;
penerapannya, interaksi antara guru dan siswa, dan persepsi guru terhadap
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
berarti instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.” Dengan
internal dibedakan atas validitas konstrak dan validitas isi. Validitas instrumen
yang berupa tes harus memenuhi keduanya, sedangkan yang nontes cukup
dukungan setiap butir soal terhadap seluruh soal yang diberikan. Sebuah soal akan
memiliki validitas yang tinggi, jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang
besar terhadap seluruh soal yang ada. Dukungan setiap butir soal dinyatakan
dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara keseluruhan, sehingga
untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi.
Untuk menguji validitas butir soal digunakan persamaan korelasi product moment
sebagai berikut:
N ⋅ ∑ XY − (∑ X ) ⋅ (∑ Y )
rxy =
[(N ∑ X )( )]
(Arikunto, 2010:72)
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑Y )
2 2 2
Keterangan:
∑X = jumlah skor X
∑Y = jumlah skor Y
∑ XY = jumlah skor X dan Y
N = jumlah responden
harga kritik r product moment sehingga dapat diketahui signifikan atau tidaknya
korelasi tersebut.” (Arikunto, 2010:75). Jika harga rhitung lebih besar dari harga
kritik rtabel maka korelasi tersebut signifikan, atau butir soal tersebut valid.
Pada penelitian ini uji validitas dilakukan pada butir soal beberapa alat tes.
Uji validitas yang dilakukan untuk alat tes procedural knowledge siswa (Lampiran
C.1) hasilnya seluruh butir soal sebanyak 30 butir soal dinyatakan valid. Uji
validitas yang dilakukan untuk alat tes hasil belajar siswa (Lampiran C.4) hasilnya
seluruh butir soal sebanyak 8 butir soal dinyatakan valid. Uji validitas yang
dilakukan untuk angket persepsi siswa (Lampiran C.6) hasilnya seluruh butir
Instrumen penelitian selain harus valid juga harus reliabel. Instrumen yang
kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
dua dari Spearman Brown untuk alat objective test procedural knowledge dan
2
= ( , 2010: 93)
1+
Di mana:
Sedangkan untuk soal uraian, yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
ranah kognitif digunakan rumus Alpha untuk mencari reliabilitas soal. Rumus
= ( )
1− (Arikunto, 2010:109)
Di mana:
tabel r product moment. Dengan ketentuan ika harga rhitung lebih besar dari harga
kritik rtabel maka korelasi tersebut signifikan, atau soal tersebut reliabel.
(Lampiran C.2) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel dengan r11 > rtabel
yaitu 0,843 > 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan terhadap soal hasil
belajar kognitif siswa (Lampiran C.5) hasilnya adalah bahwa soal tersebut reliabel
dengan r11 > rtabel yaitu 0,734> 0,339. Pengujian reliabilitas yang dilakukan
terhadap angket persepsi siswa (Lampiran C.7) hasilnya adalah bahwa angket
tersebut reliabel dengan r11 > rtabel yaitu 0,928 > 0,339
65
suatu butir soal mampu membedakan siswa yang pandai dan siswa yang kurang
(2010:211) bahwa ” daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
pembeda disebut indeks diskriminasi (D) yang berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
Pada indeks diskriminasi terdapat nilai negatif (-). Tanda negatif pada indeks
diskriminasi digunakan jika suatu soal terbalik menunjukan kualitas testee. Yaitu
anak pandai disebut kurang pandai dan anak kurang pandai disebut pandai.
kelompok skor atas (JA) dan bawah (JB). Selanjutnya dilakukan perhitungan
Di mana:
D = Indeks diskriminasi
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
Interval DP Kriteria
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
DP = (-) Sangat jelek
(Sumber: Arikunto, 2010: 218)
Hasil dari pengujian daya beda soal procedural knowledge (Lampiran C.3)
menunjukan bahwa butir soal dengan klasifikasi “baik sekali” sebanyak 3 butir,
Dengan demikian semua butir soal bisa digunakan untuk keperluan pengambilan
data penelitian.
4. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal
Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa putus asa dan tidak
menyebutkan:
Di mana:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Interval P Kriteria
0,70 < P ≤ 1,00 Mudah
0,30 < P ≤ 0,70 Sedang
0,00 < P ≤ 0,30 Sukar
(Sumber: Arikunto, 2010: 218)
Menurut Arikunto (2010: 210), “soal-soal yang dianggap baik adalah soal-soal
yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.” Namun demikian
soal yang sukar dan mudah juga bisa digunakan untuk keperluan variasi soal.
sebanyak empat butir soal, soal “sedang” sebanyak 25 soal dan soal
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah tes,
1. Tes
“Data yang diungkap dalam penelitian dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau tidaknya serta
Alat tes yang diberikan berupa tes objektif pilihan ganda (multiple choice
test) dan soal uraian. Soal pilihan ganda digunakan untuk mengukur procedural
knowledge siswa, sedangkan soal uraian digunakan untuk mengukur hasil belajar
kognitif siswa. Alat tes diberikan dua kali yaitu pada saat pre-test dan post-test.
2. Angket (kuesioner)
dan penampilan fisik”. Ketiga prinsip itu lebih dirinci oleh Sugiyono (2011: 200)
sebagai berikut:
(a) Isi dan tujuan pertanyaan; (b) bahasa yang digunakan; (c) tipe dan
bentuk pertanyaan; (d) pertanyaan tidak mendua; (e) tidak menanyakan yang
sudah lupa; (f) pertanyaan tidak menggiring; (g) panjang pertanyaan; (h)
urutan pertanyaan; (i) prinsip pengukuran; dan penampilan fisik angket.
3. Observasi
mengetahui hasil belajar siswa terutama dalam hal afektif dan psikomotor.
antara guru dan siswa. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2011: 203)
berkenaan dengan perilaku manusia. Proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
penelitian ini adalah observasi nonpartisipan artinya bahwa peneliti tidak terlibat
ikut melakukan apa yang dikerjakan sumber data dan hanya bertindak sebagai
pengamat independen. Jika dilihat dari bentuk observasi, maka penelitian ini
ialah “observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
4. Wawancara
antara guru dan siswa serta persepsi guru tentang penerapan model ini.
yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
5. Dokumentasi
digunakan karena merupakan sumber yang kaya, stabil dan mendorong, (2)
berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.” Data dokumen yang digunakan
dengan menganalisi data, data tersebut dapat memberi arti yang berguna bagi
pemecahan masalah penelitian. Data yang diperoleh adalah berupa nilai yang
didapat dari tes awal dan tes akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data-
data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga akan diolah pada
penelitian ini.
homogenitas, uji normalitas distribusi, gain yang dinormalisasi (N-Gain), dan uji
hipotesis.
71
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menentukan data dari dua kelas homogen
atau heterogen. Apabila kelompok data homogen, maka data berasal dari populasi
yang sama dan layak untuk diuji menggunakan statistik parametrik. Uji
∑( - − 1).-
. =
∑( - − 1)
B = log s2 . ∑(ni - 1)
0( 3)(4 ) dan Hipotesis H0 : σ12 = σ22 diterima jika 0 < 0( 3)(4 ) atau
dengan kata lain data homogen. Data hasil pengujian homogenitas nilai pre test
0D-#E F 0,39
0G,HI( ) 3,84
0( 3)(4 ) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan
dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan
dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 0,39 <
3,84 sehingga hipotesis JG : " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa varians pre test kelompok eksperimen dan
0( 3)(4 ) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan
73
dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan
dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 1,67 <
3,84 sehingga hipotesis JG : " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji
Data hasil pengujian homogenitas hasil belajar (lampiran D.9) dapat dilihat
0( 3)(4 ) didapat dari daftar distribusi Chi Kuadrat dengan Peluang (1-α) dan
dk = (k-1). Jika α = 0,05, dari daftar distribusi Chi Kuadrat (Lampiran E) dengan
dk =1 didapat 0G,HI( ) = 3,84. Ternyata bahwa 0D-#E F < 0G,HI( ) yaitu 1,37 <
3,84 sehingga hipotesis JG : " = " diterima dalam taraf nyata 0,05. Dengan
dan kelompok kontrol adalah homogen dan data dapat diuji menggunakan
statistik parametrik.
2. Uji Normalitas
berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat
normal atau tidak. Untuk uji normalitas dapat menggunakan aturan Sturges
0 ℎ B=
(Sudjana, 2005: 293)
(LM NM )
0 =∑
NM
(Sudjana, 2005: 293)
Keterangan:
0 = Chi kuadrat
Oi = Frekuensi nyata
Ei = Frekuensi teoritik
75
0 ℎ B<0 PQRS maka data dinyatakan normal dan begitu juga sebaliknya.
Kesimpulan dari uji normalitas adalah jika hasil uji normalitas data tidak
Data hasil uji normalitas data procedural knowledge (lampiran D.6), dapat
dk (7 – 3) = 4
α 0,05
T #UVWX 9,49
dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E F < 0G,HI(Y) . Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,91 < 9,49 dengan demikian maka data
Data hasil uji normalitas data hasil belajar (lampiran D.8), dapat dilihat pada
dk (7 – 3) = 4
α 0,05
T #UVWX 9,49
dan taraf nyata α sehingga kriteria menjadi 0D-#E F < 0G,HI(Y) . Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa bahwa 1,68 < 9,49 dengan demikian maka data
mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post
test) kurang dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan
mana yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 3 dari 4 ke
77
7 dan siswa yang memiliki gain 3 dari 7 ke 10 dari suatu soal dengan nilai
maksimal 10. Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang
sama. Secara logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari
siswa pertama. Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 7 ke 10 akan lebih
Menyikapi kondisi bahwa siswa yang memiliki gain absolut sama, belum
tentu memiliki N-gain hasil belajar yang sama. Hake (1998) mengembangkan
(normalize gain).
+Z[\ +Z]^
B=
+_`a\ +Z]^
(Richard R Hake, 1998: 66)
kedua metode, Smaks adalah skor maksimum (ideal) dari tes awal dan tes akhir,
Spost adalah skor tes akhir, sedangkan Spre adalah skor tes awal. Tinggi rendahnya
gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) jika g
78
≥ 0,7, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi; (2) jika 0,7 > g ≥
0,3, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang, dan (3) jika g < 0,3,
yaitu statistik parametrik dan non parametrik. Jika data yang akan dianalisis
berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik parametrik dan jika
datanya tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka digunakan statistik
non parametrik. Dalam penelitian ini, data yang didapat berdistribusi normal dan
test syaratnya data harus homogen dan normal. Berdasarkan pertimbangan dalam
memilih rumus t-test, yaitu bila n1 = n2, varians homogen (" = " ), maka
bcd bc
= (Sugiyono, 2011: 273)
(f gd)hd i(f gd)h d d
e d jf k f l
fd i f g d
N − nP N − nP
Pre-Test Post-Test Peningkatan Pre-Test Post-Test Peningkatan
x p −x q x p −x q
1 x1a x1b x1a x1b
= =
xrqst − x q xrqst − x q
N − nP N − nP
xup − xuq xup − xuq
N x na xnb x na xnb
= =
xrqst − xuq xrqst − xuq
n1 = n2 =
x1 = x2 =
s1 = s2 =
2 2
Dimana:
x1a = Skor pre-test
x1b = Skor post-test
xmaks = Skor maksimum
n1 = Jumlah sampel pada kelas eksperimen
n2 = Jumlah sampel pada kelas kontrol
v̅ = Rata-rata N-Gain kelas eksperimen
v̅ = Rata-rata N-Gain kelas kontrol
, = Varians N-Gain kelas eksperimen
, = Varians N-Gain kelas kontrol
dengan nilai t table. Terima HA, jika thitung > ttabel pada taraf nyata α = (0,05)
dengan dk=n1+n2-2.
Selain data kuantitatif yang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang
yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi juga perlu diuji
penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan
member check.” Pada penelitian ini pengujian dilakukan dengan triangulasi dan
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan sejauh mana hasil penelitian bisa digeneralisasi (digunakan dalam konteks
dan situasi sosial lain). Prinsip transferability dalam penelitian dicapai (Sugiyono,
2011: 376) dengan “membuat laporan penelitian yang berisikan uraian yang rinci,
jelas dan sistematis dan dapat dipercaya.” Dengan demikian pembaca menjadi
jelas atas hasil penelitian, sehingga bisa memutuskan dapat atau tidaknya untuk
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut
konfirmability dalam penelitian ini ialah dengan selalu menjungjung tinggi sikap
pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan kajian serta pendekatan dalam
penelitian itu sendiri. Sehingga hasil penelitian yang didapatkan merupakan hasil