Anda di halaman 1dari 5

Kontribusi Pendidikan Geografi terhadap Tujuan

Pendidikan Nasional

 Pada umumnya pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan terhadap perkembangan


peserta didik seutuhnya supaya dapat mengembangkan segala potensi yang terdapat pada diri
peserta didik semaksimal mungkin agar menjadi manusia yang dewasa.
Apabila dihubungkan dengan keberadaan dan hakekat kehidupan manusia, maka kegiatan
pendidikan  diarahkan kepada empat segi (aspek), pembentukan kepribadian manusia, yaitu
pengembangan manusia sebagai makhluk individu, pengembangan manusia sebagai makhluk
sosial, pengembangan manusia sebagai makhluk susila dan pengembangan manusia sebagai
makhluk beragama (religius).
     Setiap kegiatan pendidikan yang dilakukan hendaknya memiliki tujuan, Dan berhasil tidaknya
suatu kegiatan pendidikan banyak tergantung pada jelas tidaknya tujuan yang hendak dicapai.
Oleh karena itu, rumusan tujuan secara jelas adalah penting dalam penyesuaian suatu program
kegiatan yang obyektif dan realistis sehingga segala tenaga, biaya dan waktu yang digunakan
tidak terbuang sia-sia. Berdasarkan Taksonomi Bloom (1956) , tujuan pendidikan itu dapat
dirinci sebagai berikut :

A.     Taksonomi Bloom
Tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut
dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Berdasarkan Taksonomi Bloom (Benyamin Bloom. Kraathwohl, dkk) tujuan pendidikan dibagi
ke dalam tiga domain, yaitu:
1.    Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengertian, dan keterampilan berfikir
2.   Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan
emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.   Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,  dan mengoperasikan mesin.

Terdapat kesamaan huruf awal bila domain tersebut diterjemahkan dalam bahasa Inggris,
Cognitif dapat disebut juga H1 (Head) segala sesuatu yang berkaitan dengan potensi
kepala/otak.  Afektif sama dengan H2 (heart) segala sesuatu yang berkaitan dengan
hati/perasaan, maka potensi ini dapat menghasilkan sikap/perilaku/attitude  yang ideal sesuai
dengan tujuan pendidikan pada umumnya. Sedangkan Psikomotor sama dengan H3 (hand) segala
sesuatu yang berkaitan dengan tangan identik dengan ketrampilan/skill, hal ini merupakan
ketrampilan tertinggi yang juga merupakan ketrampilan yang memerlukan pengaruh dari adanya
H1 dan H2.
         Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan ketiga domain
tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh  Ki Hajar Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan
karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran, penghayatan, dan pengamalan.

B.     Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan Pendidikan Nasional berlandaskan pada falsafah hidup bangsa Indonesia, yakni
Pancasila. Falsafah Pancasila inilah yang menjadi pedoman pokok dalam kegiatan pendidikan.
Tujuan pendidikan di Indonesia mengemban tugas yang sangat penting yang pada hakekatnya
untuk meningkatkan kualitas manusia tersebut, maka dalam pelaksanaan proses pendidikan tidak
hanya dibebankan kepada pemerintah sebagai institusi yang mengelola dan melaksanakan Sistem
Pendidikan Nasional, tetapi harus secara bersama-sama dengan masyarakat dan keluarga.

        Lebih jelas tentang tujuan pendidikan nasional dapat dilihat pada uraian berikut ini :
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembannya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-Undang RI No. 20
tahun 2003, 6:2003).
Secara umum Pendidikan Nasional di Indonesia diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia
Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai, normanormakepribadian, dan budaya Indonesia.
Rumusan tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia sejak jaman kemerdekaan, masa
pemerintahan Orde Baru hingga saat ini, sangat gamblang mengisyaratkan untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia seutuhnya. Sebagaimana diungkapkan oleh Sumaatmadja, Nursid
(93:2002), Tujuan Pendidikan Nasional bila dianalisis berdasarkan aspek mental, dapat dirinci
sebagai berikut :
1.   Aspek kognitif, meliputi cerdas, inovatif, kreatif;
2.   Aspek afektif, meliputi beriman, bertakwa, berbudi pekerti, berkepribadian, berdisiplin, tangguh,
tanggung jawab, mandiri, cinta tanah air, semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, percaya
diri;
3.   Aspek psikomotor, bekerja keras, tangguh, terampil, sehat jasmani dan rohani, membangun.

Apabila rumusan tujuan pendidikan tadi dianalisis dari empat bobot nalar, dapat dirinci sebagai
berikut :
1.   Nalar intelektual, meliputi cerdas, inovatif, kreatif, tanggung jawab, tangguh, mandiri, percaya
diri,  disiplin, berkerja keras, terampil, membangun;
2.   Nalar emosional, meliputi budi pekerti, kepribadian, cinta tanah air, setia kawan, semangat
kebangsaan;
3.   Nalar sosial, meliputi kesetiakawanan sosial, manusia pembangunan, manusia bangsa;
4.   Nalar spiritual, meliputi beriman, bertakwa, cinta tanah air, semangat kebangsaan.

Tujuan pendidikan diatas, tidak hanya ditujukan kepada pendidikan secara formal di sekolah,
melainkan untuk semua pihak, termasuk pendidikan non-formal dan informal.

C.   Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Geografi


Penjabaran kegiatan pendidikan yang menggambarkan interaksi edukatif yang bersifat normatif
adalah adanya kesamaan keyakinan tentang tujuan pendidikan atau proses belajar mengajar yang
akan dilakukan. Misalnya, guru dan peserta didik harus meyakini bahwa Pancasila sebagai
falsafah hidup bangsa Indonesia. Demikian pula dalam proses Pendidikan geografi guru dan
peserta didik harus meyakini bahwa pendidikan geografi dan pengajaran geografi, di sekolah
lanjutan memiliki kepentingan yang disebabkan oleh kenyataan bahwa lingkungan membawa
pengaruh yang cukup besar kepada kehidupan manusia, misalnya dilihat dari seluk beluk mata
pencahariannya, kebutuhan hidupnya, perilaku dan adat sitiadatnya, serta upaya dan perjuangan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dalam mencapai tingkatan yang lebih baik
dibanding sebelumnya..
Berdasarkan hal tersebut diatas menurut (N. Daldjoeni : 1997)  lima sumbangan pedagogis yang
diberikan dalam pengajaran geografi, yakni :
1.     Wawasan dalam ruang
2.     Persepsi relasi antar gejala
3.     Pendidikan Keindahan
4.     Kecintaan tanah air
5.     Saling pengertian Internasional

Adapun penjabaran dari pendapat tentang tujuan Pendidikan dan Pengajaran Geografi tersebut
diatas dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.    Wawasan dalam ruang.
      Siswa dilatih untuk berorientasi dalam ruang yang ditempatinya serta memproyeksikan
dirinya, dalam unsur ruang seperti jarak, luas dan bangun. Sehingga siswa memiliki konsep
tentang yang terjadi pada lingkungan sekelilingnya maupun dalam skala yang lebih luas,
hubungan dengan konteks nasional maupun internasional.
b.   Persepsi relasi antar gejala
     Siswa dilatih untuk memiliki kemampuan mengamati dan memahami relasi antar gejala
dalam ruang.dalam hal ini pengalaman belajar “Outdoor”  untuk lebih memahami fenomena
alam berupa, iklim, relief,  tanah,vegetasi dan sebagainya.
Pengalaman belajar outdoor ini juga dapat membangkitkan minat siswa dalam mengamati dan
memahami, masyarakat ditinjau dari sudut, sejarah, ekonomi, sosiologi, antropologi dan
sebagainya.
Apabila guru berhasil menunjukkan “link” antara gejala fisis dan sosial serta siswa dapat
menarik “benang merahnya” dalam persepsi geografi. Maka geografi akan menjadi pelajaran
yang menarik buat siswa manapun.
c.     Pendidikan Keindahan
       Asumsi bahwa manusia yang bisa menikmati keindahan berarti memiliki perasaan yang
halus. Perasaan yang halus dapat mencerminkan budi pekerti yang tinggi,
Siswa dilatih untuk menghayati alam secara wajar, misalnya melihat pemandangan dataran tinggi
yang memukau, melihat pemandangan pantai yang dramatis, atau melihat hamparan sawah yang
menghijau, semua itu akan membangkitkan rasa keindahan pada diri siswa.
d.     Kecintaan tanah air
       Siswa dilatih untuk menyadari potensi  kekayaan alam serta kemiskinan di lingkungannya
sendiri, siswa juga dilatih untuk memiliki wawasan yang luas memaknai kekayaan alam dan
kemiskinan alam negara lain, sehingga terbentuk “sense of belonging” yang tinggi terhadap
negaranya. Hal seperti ini dapat dilakukan dengan peengalaman belajar indoor maupun outdoor
(misal; karyawisata), sehingga makin lama akan terbenrtuk rasa cinta tanah air yang tinggi pada
diri siswa.
e.    Saling pengertian Internasional
       Siswa dilatih untuk memiliki sikap, simpati, empati, toleransi dan kerja sama.
Melalui pengetahuan dan pengajaran yang diberikan tentang wilayah/Negara lain, maka siswa
memahami bahwa terdapat keanekaragaman potensi alam, tabiat, etos kerja, norm adan etika
yang membedakannya dengan yang dimiliki dan diyakini oleh siswa yang bersangkutan.
Adanya perbedaan (differences) maupun kesamaan (likenesses), menjadikan siswa mampu
beradaptasi pada situasi-situasi tersebut, sehingga dalam skala besar, akan tercipta saling
bpengertian internasional.
      Selanjutnya, sebagai penutup penulis ingin  menambahkan betapa pentingnya pendidikan dan
pengajaran geografi dalam membentuk siswa sebagai manusia yang takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sehingga pendidikan dan pengajaran geografi, tidak hanya sekedar memberikan
kontribusi dalam ranah kognitif dan psikomotor, melainkan juga memilki kontribusi terhadap
ranah afektif, yang selama ini cenderung di klaim sebagai tujuan pendidikan , agama,
kewarganegaraan ataupun bahasa dan sastra.
     Sebagaimana diungkapkan Djamari, (1994:2), bahwa nilai keimanan dan ketakwaan dalam
kehidupan individu, masyarakat dan kehidupan bernegara di Indonesia merupakan nilai yang
sangat mendasar, sebagai konsekuensi dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila,
yang harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh warga negara Indonesia. Karena tanpa memiliki
keimanan yang benar dan ketakwaan yang mantap tidak mungkin tercapai masyarakat modern
berdasarkan Pancasila yang dicita-citakan masyarakat Indonesia.
     Ketakwaan individu terhadap Tuhan Yang Maha Esa menentukan kadar hubungan dengan
sesamanya. Oleh karena itu sesungguhnya merupakan kewajiban luhur bagi manusia untuk selalu
membina sifat cinta kasih dalam dirinya agar pribadinya lebih dekat dengan Tuhannya. Manusia
ditugaskan untuk menebarkan cinta dan kasih sayangnya bukan hanya antar manusia saja,
melainkan kepada segenap isi alam, baik benda hidup maupun benda mati, seperti air, tanah,
pepohonan dan sebagainya.
      Bagaimanakah cara guru geografi menanamkan sikap dan perilaku takwa kepada siswa ?
Terdapat banyak alternatif untuk menjawab pertanyaan diatas, diantaranya :
1.  Mulailah dari hal kecil; misalnya guru senantiasa memberi contoh dalam perilaku membuang 
sampah yang selalu pada tempatnya.
2.  Belajar mencintai apa yang ada di sekelilingnya; siswa akan terbiasa memelihara lingkungan
tempat tinggalnya, dengan jalan memelihara kelestarian lingkungannya dan menjaga
kebersihannya serta keseimbangannya.
3.   Belajar dari sumbernya langsung; agama apapun memiliki kitab suci. Untuk siswa muslim,
Guru dapat mewajibkan muridnya membawa tafsir Al-Qur’an, untuk sementara akan terasa
berat, baik untuk guru maupun untuk siswa. Guru dengan sendirinya harus membuka tafsir
tersebut sebelum mengajar, hal ini penting untuk mengetahui surah atau ayat berapa kah yang
sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan?
      Bayangkan,.. andai siswa setiap saat diajak membuka tafsir untuk mengetahui surat apa
dalam Al-Qur’an yang sesuai dengan pokok bahasan geografi yang diajarkan…berarti tidak akan
lama lagi siswa akan terbiasa membuka dan membaca tafsir Al-Qur’an,..lama kelamaan siswa
akan mencintai kitab sucinya, karena terbiasa membaca tafsirnya. Bukankah ini adalah sebuah
jalan untuk menjadi takwa..Subhanallah,..
Wallahu Alam Bissawab..

Rujukan :
Bloom, B. S. ed. et al. (1956). Taxonomy of Educational Objectives: Handbook 1, Cognitive
Domain. New York: David McKay.
Gronlund, N. E. (1978). Stating Objectives for Classroom Instruction 2nd ed. New York:
Macmilan Publishing.
Krathwohl, D. R. ed. et al. (1964), Taxonomy of Educational Objectives: Handbook II, Affective
Domain. New York: David McKay.
Daldjuni.N. (1997) Pengantar Geografi untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah’ Alumni, Bandung.
Sumaatmadja, Nursid, (1998), Manusia dalam Konteks Sosial Budaya dan Lingkungan Hidup,
Alfabeta, Bandung

Anda mungkin juga menyukai