Anda di halaman 1dari 73

1

SOAL
Laki-laki berusia 30 tahun, datang ke IGD Rumah Sakit dengan
keluhan luka pada ibu jari kiri setelah terkena cangkul 1 jam yang
lalu. Pemeriksaan TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 36,5OC,
dan laju pernapasan 16x/ menit. Pemeriksaan status lokalis,
terdapat luka terbuka pada volar digiti I manus sinistra, luka tampak
kotor dengan lumpur, dengan panjang 4 cm serta kedalaman 1 cm.
Tatalaksana yang tepat untuk kasus tersebut adalah?
A. Bersihkan luka + perawatan luka terbuka
B. Bersihkan luka + dressing
C. Debridement + jahit primer
D. Debridement + jahit situasional
E. Tutup luka
WHO. Wound Management. 2009.
Daley BJ. Wound care management. Emedicine. 2018.

KLASIFIKASI LUKA BERDASARKAN KONTAMINASI


• Klasifikasi luka berdasarkan derajat kontaminasi:
• Bersih
• Bersih terkontaminasi  luka melibatkan jaringan normal namun
terkolonisasi organisme
• Terkontaminasi  luka mengandung material asing atau material
terinfeksi
• Terinfeksi  Luka dengan temuan pus
• Prinsip penanganan:
• Luka bersih tutup segera agar tercapai penyembuhan primer
• Jangan menutup luka terkontaminasi dan terinfeksi, namun biarkan
terbuka agar dapat sembuh secara sekunder
• Pada luka bersih terkontaminasi dan luka bersih >6 jam, dilakukan
surgical toilet, biarkan terbuka lalu tutup 48 jam kemudian untuk
proses penutupan delayed primary.
Penutupan LUKA
1. Primer  upaya penutupan luka dalam hitungan jam setelah kejadian
• Seluruh jaringan termasuk kulit ditutup dengan material jahitan hingga
terjadi aproksimasi (tanpa kehilangan jaringan)
• Contoh: Jahit laserasi, fraktur tulang terreduksi baik, penyembuhan setelah
operasi flap
2. Sekunder  hanya wound toilet dan debridement tanpa upaya penutupan luka
sehingga luka menutup spontan (granulasi) melalui kontraksi dan reepitelisasi
• Luka dibiarkan terbuka dan menutup alamiah
• Contoh: ulkus, ulkus dekubitus, ekstraksi gigi, fraktur terreduksi buruk
3. Tersier/Delayed Primary  melibatkan upaya debridement pada luka yang
terkontaminasi berat dan berisiko infeksi untuk jangka waktu tertentu
• Dibiarkan terbuka 3-5 hari agar memungkinan pertahanan tubuh
menurunkan jumlah bakteri atau drainage eksudat. Kemudian upaya
penutupan luka dengan penjahitan dilakukan setelah bersih seperti
penyembuhan primer
• Contoh: Penyembuhan luka dengan menggunakan tissue graft

WHO. Wound Management. 2009.


Daley BJ. Wound care management. Emedicine. 2018.
Jenis Jahitan
Menurut waktu penjahitannya, jahitan dibagi menjadi:
• Jahitan Primer
• Jahitan yang dilakukan segera setelah luka terbentuk, biasanya <6
jam pasca luka akibat trauma atau juga luka akibat operasi.
• Jahitan Sekunder
• Dilakukan setalah jahitan pertama (primer) terlepas atau longgar
atau dilakukan mengoreksi deadspace,
umumnya digunakan benang tidak diserap

• Tujuan jahitan sekunder adalah untuk:


1. Memperkuat jahitan primer
2. Menghilangkan dead space
3. Mencegah akumulasi cairan pada luka abdominal selama proses
penyembuhan.
4. Untuk penutupan luka sekunder karena kerusakan jahitan pada masa
penyembuhan.
Analisis Soal
• Laki-laki 30 tahun, dengan keluhan luka pada ibu jari kiri
setelah terkena cangkul 1 jam yang lalu. Pemeriksaan status
lokalis, terdapat luka terbuka pada volar digiti I manus
sinistra, luka tampak kotor dengan lumpur, dengan panjang
4 cm serta kedalaman 1 cm. Pasien mengalami luka 1 jam
dengan kerusakan jaringan minimal (ukuran luka 4 cm,
kedalaman 1 cm) dan kontaminasi ringan oleh lumpur,
dalam kasus ini penanganan luka tergolong ke dalam
primary intention. Oleh karena itu, penanganan yang tepat
pada kasus ini adlaah debridement untuk memebersihkan
luka dari kontaminasi dan jahit primer.
• Jahit primer  jahitan yang dilakukan segera setelah luka
terbentuk.
• Jahit situasional  jahitan sementara, biasanya untuk
menghentikan perdarahan.
2
SOAL
Nn Marina Karolina, perempuan berusia 25 tahun, diantar oleh
paramedic ke IGD Rumah Sakit setelah mengalami kecelakaan lalu
lintas 1 jam yang lalu. Tampak luka terbuka pada area cruris kiri yang
aktif mengeluarkan darah. Pasien tampak kesakitan TD 100/70 mmHg,
nadi 100x/ menit, suhu afebris, dan laju pernapasan 20x/ menit.
Pemeriksaan status lokalis tampak luka terbuka pada 1/3 distal cruris
kiri, panjang luka 8 cm, tampak tulang yang mencuat keluar, pulsasi a.
Dorsalis pedis tak teraba.
Diagnosis yang tepat pada kasus ini?
A. Fraktur terbuka grade I
B. Fraktur terbuka grade II
C. Fraktur terbuka grade IIIA
D. Fraktur terbuka grade III B
E. Fraktur terbuka grade III C
Fraktur Terbuka
• Dimana terjadi hubungan tulang dengan lingkungan
luar melalui kulit.
• Terdapat luka robek yang menghubungkan patahan tulang
dengan lingkungan luar kulit.
• Luka robek yang menembus kulit & otot hingga ke tulang
• Tidak termasuk
• luka lecet (abrasi)/ vulnus ekskoriasi,
• vulnus laceratum, ataupun
• luka lain yang tidak menembus ke tulang.
• Terjadi kontaminasi bakteri  komplikasi infeksi
• Luka pada kulit :
– Tusukan tulang tajam keluar menembus kulit (from within)
– Dari luar misal oleh peluru atau trauma langsung (from
without)
3
SOAL
Tn Doni Hermansyah, laki-laki 30 tahun datang ke tempat praktek
Anda dengan keluhan adanya benjolan dilipat paha kanan sejak 6
bulan yang lalu. Awalnya benjolan hilang saat berbaring, namun 1
bulan terakhir benjolan ada terus-menerus. Pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
pada inguinal kanan, tidak tampak hiperemis, dan nyeri tekan (-).
Diagnosis yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Hernia Inguinalis Medial
B. Hernia Inguinalis Lateral
C. Hernia Inguinalis Reponibel
D. Hernia Inguinalis Irreponibel
E. Hernia Inguinalis Strangulata
INGUINAL HERNIA
• Most common
• Most difficult to understand
• Congenital ~ indirect
• Acquired ~ direct or indirect
Tipe Hernia Definisi http://emedicine.medscape.com/article/

Kantong hernia dapat dimasukan kembali ke dalam rongga peritoneum


Reponible
secara manual atau spontan

Irreponible Kantong hernia tidak adapat masuk kembali ke rongga peritoneum


Obstruksi dari pasase usus halus yang terdapat di dalam kantong
Inkarserata
hernia
Obstruksi dari pasase usus dan obstruksi vaskular dari kantong hernia
Strangulata
 tanda-tanda iskemik usus: bengkak, nyeri, merah, demam

Gambaran klinik
jenis Reponibel nyeri obstruksi sakit toksik
Reponibel/ + - - - -
bebas
Ireponibel/ - - - - -
akreta
Inkarserata - + + + -
Strangulata - ++ + ++ ++
• Direk • Indirek
• usually no peritoneal sac • has peritoneal sac
• medial to epigastric vessels • lateral to epigastric vessels
• Timbul karena adanya defek atau kelemahan • mengikuti kanalis inguinalis
pada fasia transversalis dari trigonum Hesselbach • Karena adanya prosesus vaginalis persistent
• segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh • The processus vaginalis outpouching of
• Inferior : ligamentum inguinale, peritoneum attached to the testicle that trails
• Lateral: pembuluh darah epigastrika behind as it descends retroperitoneally into the
inferior scrotum.
• Medial : tepi otot rectus
Istilah

• Hernia reponibel  benjolan masih dapat keluar masuk sendiri.


• Hernia strangulata  sudah terdapat tanda-tanda iskemik pada
usus yang mengalami hernia. Benjolan tampak merah, nyeri,
bising usu menurun atau tidak terdengar.
• Hernia inguinalis media  hernia inguinalis direk disebut juga
hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum
inguinale dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian
lateral dan tepi otot rektus dibagian medial.
• Hernia inguinalis lateral  hernia inguinalis indirek, disebut juga
hernia inguinalis lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus
4
SOAL
Tn Chaerun Mubin, laki-laki 40 tahun dibawa ke IGD RSUD Bangkalan
dengan keluhan sesak napas tiba-tiba setelah pasien bermain futsal.
Keluhan nyeri dada disangkal. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70 mmHg,
nadi 98x/ menit, laju napas 24x/ menit, dan suhu afebris. Pada
pemeriksaan fisik tampak gerakan dada asimetris, paru kanan tampak
tertinggal, perkusi hemithorax kana hipersonor, dan suara napas paru
kanan vesicular menurun. Pasien memiliki riwayat merokok lama sejak usia
SD. Diagnosis yang paling mungkin pada kasus ini adalah?
A. Pneumothorax Primer
B. Pneumothorax Sekunder
C. Pneumothorax Ventil
D. Open pneumothorax
E. PPOK
Klasifikasi Pneumothorax Berdasarkan
Etiologi
1. Pneumotoraks Spontan (primer dan sekunder).

Pneumotoraks spontan primer terjadi tanpa disertai penyakit paru yang


mendasarinya, sedangkan pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi
dari penyakit paru yang mendahuluinya.

2. Pneumotoraks traumatik

Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka
tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis).

3. Iatrogenik

4. Lain-lain, seperti scuba diving, obat-obatan, anoreksia


Causes of Primary pneumothorax
Asthenic body habitus/subpleural blebs
Drug use
Cigarette smoking
Snorting cocaine
Smoking marijuana

Increased transpulmonary pressure


Valsalva maneuver
Diving, military flying
Causes of Secondary pneumothorax Causes of Secondary pneumothorax

Airway disease Connective tissue/inflammatory


disease
Cystic fibrosis Marfan syndrome
Asthma Ehlers-Danlos syndrome
COPD Juvenile idiopathic arthritis
Infection Polymyositis or dermatomyositis
Pneumocystis jirovecii (carinii) Birt-Hogg-Dubé syndrome
Tuberculosis Other
Necrotizing pneumonia Malignancy
Congenital lung disease Primary lung cancer
Congenital pulmonary adenomatous
malformation Metastatic disease

Congenital lobar emphysema Airway obstruction

Interstitial lung disease Foreign body aspiration

Sarcoidosis Thoracic endometriosis

Langerhans cell granulomatosis Catamenial pneumothorax

Other
: Mediastinal Shift may occur toward the uninvolved side as a result of increased
pressure within the pleural space; this involves the trachea, esophagus, heart,
and great vessels.
5
SOAL
By Nadia Hutagaol, bayi perempuan berusia 4 hari datang dibawa
keluarganya ke RSUD Citunggul dengan keluhan perut membesar. Bayi
sering menangis, disertai muntah bewarna kehijauan satu jam setelah
diberi ASI. Sudah 3 hari pasien tidak BAB dan BAK. Riwayat lahir di bantu
Mak Urut. Bayi tampak letargis, nadi 120x/ menit, laju napas 32x/ menit,
dan suhu 37OC. Dokter berencana melakukan pemeriksaan X-Ray
Abdomen. Hasil pemeriksaan radiologi yang diharapkan adalah?
A. Single Bubble
B. Double Bubble
C. Step Ladder
D. Target Sign
E. Portio-Like Mass
Atresia Duodenum
Tanda khas
• Single bubble  X-Ray abdomen  stenosis pilorus
hipertrofi.
• Step ladder  X-Ray abdomen  gambaran usus
pada ileus obstruktif.
• Target sign  gambaran USG pada obstrusi saluran
cerna.
• Potio like sign  tanda yang didapat saat colok dubur
pada kasus invaginais.
6
SOAL
Nn Sari Purnama Murni, seorang perempuan berusia 40 tahun datang ke
poliklinik dengan keluhan kaki kiri bengkak sejak 10 hari yang lalu. Kaki kiri
bengkak disertai nyeri, dan kemerahan. Pasien baru saja terbang dari Los
Angeles ke Jakarta untuk kerperluan bisnis. Pasien memiliki riwayat
diabetes mellitus, namun terkontrol dengan obat. Pemeriksan tanda vital
TD 110/70 mmHg, Nadi 80x/ menit, laju napas 18x/ menit, dan suhu
afebris. Apakah kemungkinan penyebab keluhan pasien di atas?
A. DVT
B. Thromboangitis Obliterans
C. Acute Limb Ischemic
D. Chronic Limb Ischemic
E. Limfedema
Trombosis Vena Dalam

• Signs and symptoms of


DVT include :
– Pain in the leg
– Tenderness in the calf (this
is one of the most
improtant signs )
– Leg tenderness
– Swelling of the leg
– Increased warmth of the
leg
– Redness in the leg
– Bluish skin discoloration
– Discomfort when the foot is
pulled upward (Homan’s)
http://www.medical-explorer.com/blood.php?022
• Skoring Wells
– Kanker aktif (sedang terapi dalam 1-6 bulan atau paliatif) (skor 1)
– Paralisis, paresis, imobilisasi (skor 1)
– Terbaring selama > 3 hari (skor 1)
– Nyeri tekan terlokalisir sepanjang vena dalam (skor 1)
– Seluruh kaki bengkak (skor 1)
– Bengkak betis unilateral 3 cm lebih dari sisi asimtomatik (skor 1)
– Pitting edema unilateral (skor 1)
– Vena superfisial kolateral (skor 1)
– Diagnosis alternatif yang lebih mungkin dari DVT (skor -2)
• Interpretasi:
– >3: risiko tinggi (75%)
– 1-2: risiko sedang (17%)
– < 0: risiko rendah (3%)

Sudoyo A dkk. Panduan Diagnosis dan Tatalaksana Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru. 2015
Istilah

• Thromboangitis obliterans biasanya mengenai


perokok berat. Keluhan nyeri disertai gangren atau
ulkus.
• Acute Limb Ischemic  pain, palllor, pulselessness,
paresthesia, poikilothermia, dan paralysis.
• Chronic Limb Ischemic  klaudikasio intermiten.
• Limfedema  sumbatan pembuluh limfe, biasanya
sebagai komplikasi dari operasi. Keluhan bengkak,
tidak disertai nyeri.
7
SOAL
Tn Jordan Afifi, laki-laki berusia 30 tahun datang dibawa oleh temannya ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan tidak bisa berjalan setelah bermain bulutangkis 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan setelah pasien melakukan jumping smash. Kaki kanan bagian posterior tampak
bengkak dan kemerahan, nyeri tekan (+), dan terdapat gap (+). Plantar fleksi (-). Tampak
gambaran ankle bagian posterior pasien seperti gambar di samping:
Apa diagnosis yang mungkin pada kasus ?
A. Ankle instability
B. Ankle sprain
C. Ruptur tendon Achilles
D. Tendinitis Achilles
E. Gout Arthritis
Ruptur Tendon
Achilles

• Weakness in plantarflexion
• Gap in tendon
• Palpable swelling
• Positive Thompson test
Istilah
• Ankle instability  tidak spesifik, ketidakstabilan sendi
dapat disebabkan gangguan tendon dan ligamen yang
menopang sendi tersebut.
• Ankle sprain  bagian paling sering terkenan adalah bagian
lateral akibat gerakan inversi (ligamen calcaneofibular atau
talofibular). Pada gambar bengkak tampak jelas pada
tendon Achilles.
• Tendinitis Achilles  biasanya akibat cedera kronis, keluhan
bengkak dan nyeri pada pergelangan kaki, mengganggu
ROM ankle, namun tidak sampai tidak bisa plantar fleksi
sama sekali.
• Gout Arthritis  paling sering pada sendi MTP 1, selain itu
sering juga mengenai pergelangan kaki. Biasanya dicetuskan
oleh makanan yang mengandung tinggi purin.
8
SOAL
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD RS dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah akibat kecelakaan lalu lintas yang dialami satu jam yang lalu. Saat
kecelakaan, anak dibonceng dan terbentur pohon dipinggir jalan. Pasien mengeluhkan
darah keluar melalui saluran kemih. Pemeriksaan tanda vital tekanan darah 90/70, denyut
nadi 100x/menit, frekuensi napas 20x/ menit, suhu tubuh 38OC. Hasil pemeriksaan fisik
oleh dokter didapatkan tampak hematom pada perut tengah bagian bawah dan nyeri tekan
abdomen bawah. Hasil pemeriksaan sistografi didapatkan gambaran di samping:
Apa diagnosis yang tepat pada kasus di atas?
A. Ruptur buli-buli intraperitonial
B. Ruptur buli-buli ekstraperitonial
C. Ruptur buli-buli subserosa
D. Kontusio buli-buli
E. Ruptur buli-buli interstisial
Trauma buli
• Kontusio buli
– Cedera mukosa tanpa extravasasi urin
• Ruptur interstisial
– Robekan sebagian dinding buli tanpa extravasasi
• Ruptur intraperitoneal
– Tampak kontras mengisi rongga intraperitoneal
• Ruptur extraperitoneal
– Kontras mengisi ruang perivesika dibawah garis
asetabulum
• Hematoma perivesika : tear drop appearance
Sistogram

Ruptur intraperitoneal Ruptur Ekstraperitoneal


9
SOAL
Seorang ibu datang ke IGD RS membawa anaknya yang berusia 2 tahun dengan keluhan
perut semakin membesar/ kembung sejak 3 jam yang lalu. Sejak 5 hari yang lalu pasien
muntah berisi cairan dan makanan dan BAB disertai darah dan lendir. Pemeriksaan nadi
100x/ menit, laju napas 20x/ menit, dan suhu afebris. Hasil pemeriksaan fisik perut
distensi, bising usus (-), pemeriksaan colok dubur didapatkan pseudo-portio dan sarung
tangan terdapat darah. Apakah pemeriksaan penunjang yang dilakukan?

A. Pemeriksaan feses

B. Reduksi operatif
C. USG abdomen

D. Foto polos abdomen

E. Kateter
INTUSSUSEPSI/ INVAGINASI
• Sebagian usus masuk ke dalam bag. Usus yang lainobstruksi usus
• Bayi sehat, tiba-tiba menangis kesakitan(crying spells), nyeri, Lethargy
• Pada kuadran kanan atas teraba massa berbentuk sosis dan kekosongan
pada kuadran kanan bawah (Dance sign)
• Usia 6 - 12 bulan
• Biasanya jenis kelamin laki-laki
• lethargy/irritability
• Portio-like on DRE

TRIAD:
• vomiting
• abdominal pain
o colicky, severe, and intermittent,drawing the legs up to the abdomen,kicking
the air, In between attacks, calm and relieved
• blood per rectum /currant jelly stool

http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/679/highlights/overview.html
Radiologic Signs

• Ultrasound signs
include:
• target sign /doughnut
sign)
• pseudokidney sign
• crescent in a doughnut
sign
10
SOAL
Tn Gregory Mc Lahen, laki-laki berusia 30 tahun mengalami kecelakaan saat
latihan sepeda gunung. Pasien segera dilarikan ke IGD Rumah Sakit terdekat.
Pasien mengeluhkan nyeri pada bahu kiri. Keadaan umum Compos Mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 90x/ menit, laju pernapasan 20x/ menit, dan suhu 36OC.
Pemeriksaan fisik tampak hematom pada bahu kiri, nyeri tekan (+), tampak
deformitas dan krepitasi (+). Gambaran foto X-Ray di samping:
Tatalaksana awal yang tepat untuk pasien adalah?
A. Figure of eight
B. Internal Fixation
C. External Fixation
D. Back Slab
E. Splinting
Istilah
• Fiksasi internal  tatalaksana definitif.
• Fiksasi eksternal  tatalaksana temporer pada
fraktur terbuka dengan kontaminasi berat.
• Back slab  gips yang dapat digunakan pada
fraktur lengan bawah atau cruris.
• Splinting  tatalaksana awal pada fraktur tulang
panjang.
11
SOAL
Tn Jefri Kurniawan, laki-laki berusia 42 tahun datang ke IGD Rumah Sakit
dibawa oleh temannya dengan keluhan nyeri pada panggul sejak 1 jam
yang lalu. Pasien mengalami kecelakaan saat menyetir mobil, bagian
pangggul pasien terjepit dashboard. Pasien masih berjalan sedikit-sedkit
walapun terasa nyeri. Pemeriksaan tanda vital TD 110/70 mmHg, nadi
120x/ menti, laju napas 24x/ menit, dan suhu afebris. Hasil X-Ray pelvis
seperti di samping:
Tatalaksana awal yang tepat pada kasus ini?
A. Pelvic binding
B. Pelvic internal fixation
C. Pelvic external fixation
D. Skeletal Traksi
E. Skin Traksi
TILE CLASSIFICATION OF PELVIC INJURY
TIPE B (rotationally TIPE C (rotationally
TIPE A (stable unstable, vertically and vertically
pelvic fracture) stable fractures) unstable fractures)
B1 (open-book fractures)
•Stage 1 : diastasis simfisis pubis <2,5cm C1 : ipsilateral
A1 : pelvis intak •Stage 2 : diastasis simfisis pubis
>2,5cm, unilateral injury pelvis
anterior dan
posterior posterior injury
•Stage 3 : diastasis simfisis pubis
>2,5cm, bilateral injury pelvis posterior

B2 : lateral kompresi C2 : bilateral


A2 : nondisplace injury (ipsilateral). Terjadi
hemipelvic
pelvic fracture fraktur rami anterior.
Bagian posterior hancur disruption

B3 : kompresi lateral C3 : jenis fraktur pelvis


A3 : fraktur transverse (kontralateral), dapat terjadi mana saja yang
pada sakrum dan fraktur di keempat rami,
menyebabkan hemipelvis pada berhubungan dengan
coccygeus, pelvis intak rotasi anterior dan superior fraktur acetabular
Pelvic Binding
• Tujuan:
• Stabilisasi pelvis.
• Mengecilkan rongga
pelvis  berfungsi
sebagi tampon 
mengruangi
perdarahan.
Istilah
• Pelvic internal fixation  tatalaksana definitif pada
kondisi pasien stabil.
• Pelvic eksternal fixation  dilakukan bersamaan
dengan laparotomi eksplorasi untuk menghentikan
perdarahan intra-pelvis  operasi emergensi.
• Skeletal dan skin traksi  tidak dapat dilakukan pada
kondisi farktur pelvis.
12
SOAL
Tn John Maninjau, laki-laki berusia 30 tahun, dibawa keluarganya ke IGD
Rumah Sakit dengan luka bakar. Pasien mencoba bunuh diri dengan
membakar dirinya sendiri menggunakan bensin 1 jam yang lalu. Pasien
mengalami luka bakar seluruh kepala, alis hangus, disertai suara crowing.
Kedua ekstremitas atas, dada, perut dan kedua paha juga ikut terbakar. TD
100/70 mmHg, nadi 140x/ menit, laju napas 32x/ menit, dan suhu 35,4OC.
Tatalaksana awal yang tepat?
A. Infus RL sesuai luas luka bakar
B. Pasang ventilator
C. Cricotiroidotomi
D. Dressing luka bakar
E. Resusitasi jantung paru
Inhalation Injury
• Antisipasi gangguan respirasi pada korban luka bakar
yang memiliki luka di :
– Kepala, wajah, atau dada
– Rambut hidung, atau alis terbakar
– Suara serak, takipnea atau keluar air liur yang banyak(pasien
kesulitan untuk menelan air liur)
– Kehilangan kesadaran di lokasi kejadian
– Mukosa Nasal atau Oral berwarna merah atau kering
– Jelaga pada mulut atau hidung
– Batuk dengan sputum kehitaman
– Lokasi kebakaran yang tertutup atau terdapat riw.terperangkap
• Semua pasien yang terperangkap dalam api memiliki
kemungkinan keracunan CO atau mengalami hipoksia
Inhalation Injury Management
• Airway, Oxygenation and Ventilation
• Airway Control – Penilaian awal karena sering terhadap edema
jalan napas
• Ventilator – Pertimbangkan Intubasi awal dengan RSI(rapid
sequence intubation)Ventilator
• Chest physiotherapy • Inflamasi dari alveolimengurangi oxigenasi
• After intubated, patients with inhalation injury
• Suctioning should receive mechanical ventilation
– Recommended HFPV (High frequency percussion

• Therapeutic
ventilation)
– Trend for less barotrauma, less VAP, less sedation
bronchoscopy – Bila tidak dapat dilakukan
intubasikrikotirodotomi
• Pharmacologic – Bila terdapat keragu-raguan oxygenate and
ventilate
adjuncts – Bronkodilator dapat dipertimbangkan bila
terdapat bronkospasm
– Diuretik tidak sesuai untuk pulmonary edema
• Circulation
– Tatalaksana syok
– IV Access
• LR/NS large bore, multiple IVs
• Titrate fluids to maintain systolic BP and perfusion
– Avoid MAST/PASG
13
SOAL
Nn Maelani Suksoro, perempuan berusia 24 tahun datang ke Puskesmas
mengeluh nyeri saat menyusui anaknya yang masih berusia 2 bulan. Pasien
jarang menyusui anaknya karena harus bekerja. Pemeriksaan tanda vital
TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, suhu 37,8OC, dan laju pernapasan 16x/
menit. Pada pemeriksaan fisik payudara kanan tampak benjolan
kemerahan, nyeri tekan (+), berfluktuasi, nipple discharge bercampur
nanah. Tatalaksana yang tepat untuk kasus ini?
A. Lanjutkan menyusui, kompres hangat
B. Menyusui dengan payudara sehat, insisi yang sakit
C. Menyusui dengan payudara sehat, kompres hangat
D. Hentikan menyusui, insisi yang sakit
E. Hentikan menyusui, kompres hangat dan pemijatan
Abses Payudara
• Diagnosis:
• Edema payudara, eritema, hangat (biasanya unilateral)
• Riwayat infeksi payudara sebelumnya
• Dapat disertai demam, mual/muntah, discharge dari
massa/puting
• Riwayat menyusui
• Massa fluktuatif pada palpasi
Tatalaksana Abses Payudara
• Sangga payudara dengan adekuat
• Analgetik: ibuprofen atau parasetamol
• Pengosongan payudara
• Tahap awal abses (indurated mass)  antibiotik
• Abses matur/massa fluktuatif  antibiotik +
drainase
• Drainase:
• Aspirasi jarum (18-19G)
• Insisi drainase untuk abses diameter > 5 cm
14
SOAL
Tn Indra Sastrawan Ginting, laki-laki berusia 30 tahun datang ke poliklinik
dokter umum untuk perawatan luka pasca operasi. Pasien baru saja
menjalani tindakan eksisi lipoma pada area punggung. Pemeriksaan tanda
vital : TD 120/80 mmHg, nadi 80x/ menit, laju pernapasan 16x/ menit, dan
suhu 36OC. Pemeriksaan status lokalis, tampak luka operasi sepanjang 6
cm, tidak ada darah atau pun nanah. Dokter memutuskan untuk
melakukan GV. Tindakan penyembuhan luka operasi tersebut termasuk
dalam?
A. Primary Intention
B. Secondary int ention
C. Tertiary Intention
D. Delayed Primary Intention
E. Delayed Secondary Intention
WHO. Wound Management. 2009.
Daley BJ. Wound care management. Emedicine. 2018.

KLASIFIKASI LUKA BERDASARKAN KONTAMINASI


• Berdasarkan WHO, luka surgikal dibagi menjadi:
• Bersih
• Bersih terkontaminasi  luka melibatkan jaringan normal
namun terkolonisasi organisme
• Terkontaminasi  luka mengandung material asing atau
material terinfeksi
• Terinfeksi  Luka dengan temuan pus
• Prinsip penanganan:
• Luka bersih tutup segera agar tercapai penyembuahan
primer
• Jangan menutup luka terkontaminasi dan terinfeksi, namun
biarkan terbuka agar dapat sembuh secara sekunder
• Pada luka bersih terkontaminasi dan luka bersih >6 jam,
dilakukan surgical toilet, biarkan terbuka lalu tutup 48 jam
kemudian untuk proses penutupan delayed primary.
JENIS LUKA
1. Primer  upaya penutupan luka dalam hitungan jam setelah kejadian
• Seluruh jaringan termasuk kulit ditutup dengan material jahitan hingga
terjadi aproksimasi (tanpa kehilangan jaringan)
• Contoh: Jahit laserasi, fraktur tulang terreduksi baik, penyembuhan setelah
operasi flap
2. Sekunder  hanya wound toilet dan debridement tanpa upaya penutupan luka
sehingga luka menutup spontan (granulasi) melalui kontraksi dan reepitelisasi
• Luka dibiarkan terbuka dan menutup alamiah
• Contoh: ulkus, ulkus dekubitus, ekstraksi gigi, fraktur terreduksi buruk
3. Tersier/Delayed Primary  melibatkan upaya debridement pada luka yang
terkontaminasi berat dan berisiko infeksi untuk jangka waktu tertentu
• Dibiarkan terbuka 3-5 hari agar memungkinan pertahanan tubuh
menurunkan jumlah bakteri atau drainage eksudat. Kemudian upaya
penutupan luka dengan penjahitan dilakukan setelah bersih seperti
penyembuhan primer
• Contoh: Penyembuhan luka dengan menggunakan tissue graft

WHO. Wound Management. 2009.


Daley BJ. Wound care management. Emedicine. 2018.
Types of wound healing
• Healing by primary
intention

• Healing by secondary
intention

• Healing by tertiary
intention

source: http://quizlet.com/13665246/chapter-3-tissue-renewal-regeneration-and-
repair-flash-cards/ 66
15
SOAL

Laki-laki, 17 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada


pergelangan tangan. Pergelangan tidak bisa ditekuk ke
atas. Riwayat jatuh seminggu yang lalu dan terdapat
fraktur shaft humerus dextra. Nervus yang menyebabkan
kelainan di atas?

A. N. Medianus
B. N. radialis
C. N. ulnaris
D. N. mylohyoideus
E. N. Meningeus
Anatomical Snuff Box

Anda mungkin juga menyukai