Anda di halaman 1dari 16

1

LAPORAN FARMAKOLOGI

HIPERTENSI GRADE I

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi

Persyarat Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Komunitas

Pembimbing:
dr. Ahmad Yani

Oleh :
Wia Septiani 114170077

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
2

BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Desa Wanayasa

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian kepala hingga ke
bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien banyak pikiran. Nyeri kepala tidak
dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan kabur
disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat badan disangkal.
Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau bengkak pada kaki.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien didiagnosis hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin kontrol
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat penyakit ginjal disangkal
 Riwayat stroke disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga ada yaitu pada ayah kandung
 Riwayat penyakit kencing manis disangkal
 Riwayat penyakit paru disangkal.
 Riwayat penyakit jantung disangkal
3

e. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Kehidupan ekonomi keluarga cukup.
f. Riwayat Kebiasaan :
Pasien tidak merokok. Pasien tidak membatasi pemberian garam pada masakan,
sering mengkonsumsi makanan asin, terkadang mengkonsumsi makanan berlemak,
jarang mengkonsumsi buah dan sayur, pasien tidak pernah berolahraga.

1.3 Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah: 150/95 mmHg
b. Nadi : 90 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,6O C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160cm

3. Status Generalis :
Kepala : Normocephale, rambut berwarna hitam, distribusi rata, rambut tidak
mudah dicabut, venektasi temporal(-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan : Radang (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-),JVP 5+2 cm
Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru simetris
Palpasi :tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal, wheezing (-)
4

ronki (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan jantung di SIC IV linea parasternal dekstra
Batas kiri jantung di SIC V linea midclavicula sinistra
Batas pinggang jantung di SIC II linea parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-) striae (-) massa (-) lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-) Hepar dan lien tidak teraba Ginjal tidak teraba, nyeri
ketok ginjal -/-
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill ≤2’’/≤2’’ ≤2’’/≤2’’
Kekuatan Otot 5/5 5/5
1.4 Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I

1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian kepala hingga ke
bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien banyak pikiran. Nyeri kepala tidak
dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan kabur
disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat badan disangkal.
Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau bengkak pada kaki. Pasien
memiliki riwayat keluarga hipertensi.
5

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg.


Pemeriksaan fisik head to toe dalam batas normal.

1.6 Penatalaksanaan
 Terapi nonmedikamentosa :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan komplikasi yang mungkin
terjadi.
2. Menganjurkan pasien agar membatasi asupan garam, makanan berlemak dan
olahraga teratur
3. Menjelaskan kepada pasien agar rutin minum obat dan rutin memeriksakan
dirinya, meskipun pasien sudah merasa sehat.
4. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
 Terapi Medikamentosa :
- Captopril 25 mg 2x1 tab
- Parasetamol 500 mg 3x1 tab

1.7 Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funcionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
6

PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

Host

riwayat keluarga hipertensi

Pasien tidak membatasi


asupan garam
Kebiasaan
Pasien jarang berolah Hipertensi grade I
raga

Pengetahuan pasien yang


kurang mengenai
Hipertensi

Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal :
Pasien datang dengan tujuan agar penyakitnya sembuh
2. Aspek klinis :
Hipertensi grade I
3. Aspek risiko internal :
 Riwayat keluarga menderita hipertensi
 Kurangnya olahraga
4. Aspek psikososial keluarga :
Pengetahuan pasien yang kurang mengenai hipertensi
7

RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN (planning)


No Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan Keterangan
1 Aspek Pasien dan 7 hari  Nyeri kepala yang  Pemberian obat:
personal keluarga dirasakan pasien  Captopril 25 mg 2x1
Hipertensi (yang berkurang tab
grade I serumah)  Pasien kembali rutin  PCT 500mg 3x1 tab
untuk pengobatan  Evaluasi pengobatan
hipertensi dan gaya hidup
 Mengerti tentang tanda  Edukasi
dan komplikasi  Kontrol rutin ke
hipertensi puskesmas
 Bila keluhan
bertambah berat
rujuk RS

2 Aspek Pasien 7 hari Nyeri kepala berkurang


klinis dan tidak ada komplikasi
lainnya
3 Aspek
risiko
internal

Pengetahua Pasien 7 hari Mengetahui faktor resiko- Membatasai asupan


n yang hipertensi dan merubah garam, menghindari
kurang gaya hidup yang menjadi makanan asin dan
mengenai faktor resiko hpertensi, berlemak, Olahraga
hipertensi mengetahui mengenai teratur
hipertensi beserta- Rutin kontrol dan
komplikasinya. teratur minum obat
8

TINDAK LANJUT DAN HASIL INTERVENSI


Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN, DIAGNOSIS
HOLISTIK DAN RENCANA SELANJUTNYA
Kedatangan Pada kedatangan pertama dilakuan evaluasi
pertama  Pasien menerima obat yang telah diresepkan
 Dilakukan anamnesis mengenai penyakit pasien kebisaan
pasien serta kelurganya dan pemeriksaan yang lebih
mendetail
Dilakukan pula edukasi mengenai
 Riwayat kebiasaan yang menyebakan penyakit hipertensi,
menghindari kontak dengan penderita
 Edukasi untuk pengobatan pasien
 Edukasi untuk kontrol dan rutin memakai obat.
Kedatangan Pada kedatangan Kedua dilakukan evaluasi
Kedua  Dilakukan anamnesis serta pemeriksaan.
 Edukasi: mengenai kebiasaan dan rutin memakai obat.
9

KESIMPULAN PENATALAKSAAN PASIEN DALAM PENDAMPINGAN


Diagnosis Holistik pada saat berakhirnya pembinaan pertama
Aspek personal:
Sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa kembali

Aspek klinik:
Keluhan berkurang dan dapat menjaga kebersihan diri

Aspek risiko internal:


Riwayat kebiasaan
Riwayat penyakit yang sama di keluarga

Aspek psikososial kelurga:


Pengetahuan keluarga

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien:


Sikap pasien yang mau mengikuti edukasi yang diberikan
Sikap keluarga yang mendukung kesembuhan pasien
Faktor penghambat terselesaikan masalah kesehatannya pasien :
Pengetahuan yang kurang mengenai riwayat kebiasaan

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:


Edukasi tentang penyakit pasien, mengubah kebiasaan, penggunaan obat.

BAB II
10

FARMAKOLOGI
1. Captopril
Captopril merupakan obat golongan ACE Inhibitor pada Hipertensi
Angiotensin Converting Enzyme (ACE) adalah dipeptidil karboksipeptidase dengan
atom zinc. Enzim ini memiliki substrat dengan spesifisitas yang rendah pada in vitro.
ACE terdiri dari rantai polipeptida tunggal yang terdiri dari 2 domain: N dan C. Ada 2
tempat katalitik dari masing-masing domain. Konsentrasi tertinggi ACE terdapat di
kapiler paru. ACE juga terdapat pada tubulus proksimal ginjal, saluran
gastrointestinal, organ jantung dan otak. ACE muncul sebagai enzim ikatan membran
juga enzim sirkulator globular.
ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim dalam tubuh untuk
memproduksi hormon angiotensin II atau zat yang dapat menyempitkan pembuluh
darah dan meningkatkan kerja jantung. Dengan obat ini, pembuluh darah menjadi
melebar, sehingga tekanan pada pembuluh darah berkurang, begitu pun jumlah cairan
yang mengalir dalam pembuluh darah. Kondisi tersebut dapat membantu menurunkan
tekanan darah dan meringankan kerja jantung.
Obat-obatan ACE inhibitor adalah pengobatan golongan pertama untuk
hipertensi sejak beberapa dekade terakhir. Captopril, Lisinopril, Enalpril, dan
Rampiril adalah beberapa contoh obat dengan target ACE inhibitor. Tetapi
penggunaan yang lama dari obat-obat tersebut dapat menimbulkan efek samping
seperti pusing, batuk dan edema angioneuritik.

Rumus Kimia Captopril :   C9H15NO3S

dipeptidil karboksipeptidase

Cara Kerja Obat : Captopril merupakan penghambat yang kompetitif


terhadap enzim pengubah angiotensin I. Enzim ini mencegah terjadinya perubahan-
11

perubahan dari angiotensin I menjadi angiotensin II. Captopril dan metabolitnya


diekskresi terutama melalui urine. Waktu paruh eliminasi captopril meningkat dengan
menurunnya fungsi ginjal di mana kecepatan eliminasi berhubungan dengan bersihan
creatinine.
Dosis : Hipertensi ringan sampai sedang, dosis awal 12,5 mg 2 kali sehari.
Dosis pemeliharaan 25 mg 2 kali sehari, yang dapat ditingkatkan selang 2-4 minggu,
hingga diperoleh respons yang memuaskan. Dosis maksimum 50 mg 2 kali sehari.
Diuretik thiazide dapat ditambahkan jika belum diperoleh respons yang memuaskan.
Dosis diuretik dapat ditingkatkan selang 1-2 minggu hingga diperoleh respons
optimum atau dosis maksimum dicapai. Hipertensi berat, dosis awal 12,5 mg 2 kali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan bertahap menjadi maksimum 50 mg 3 kali sehari.
Captopril harus digunakan bersama obat antihipertensi lain dengan dilakukan
penyesuaian dosis. Dosis captopril jangan melebihi 150 mg. Pada gagal jantung
Captopril digunakan bila terapi dengan diuretik tidak memadai untuk mengontrol
gejala-gejala. Dosis awal 6,25 mg atau 12,5 mg dapat meminimalkan efek hipotensi
sementara. Dosis pemeliharaan 25 mg 2-3 kali, dapat ditingkatkan bertahap dengan
selang paling sedikit 2 minggu. Dosis maksimum 150 mg sehari. Usia lanjut
dianjurkan penggunaan dosis awal yang rendah, mengingat kemungkinan
menurunnya fungsi ginjal atau organ lain pada penderita lanjut usia. Anak-anak dosis
awal 0,3 mg/kg berat badan sampai maksimum 6 mg/kg berat badan per hari dalam 2-
3 dosis, tergantung respons.
Peringatan dan Perhatian : Neutropenia/agranulocytosis, thrombocytopenia,
dan anemia dapat terjadi pada pengguna captopril. Termasuk pada penderita fungsi
ginjal normal, walaupun jarang. Neutropenia ini muncul dalam 1-3 bulan pengobatan,
pengobatan agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada
penderita dengan risiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan,
setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada
penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis), pemberian
captopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hati-hati pada penderita dengan penyakit kardiovaskular yang mendapat terapi
immunosuppressant, pengobatan dengan allopurinol atau procainamide, karena dapat
menyebabkan terjadinya infeksi serius. Terhadap pasien tersebut, perlu dilakukan
hitung sel darah putih sebelum terapi, setiap 2 minggu pada 3 bulan pertama terapi
dan selanjutnya secara berkala. Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui
12

keamanan dan efektivitasnya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat
lain yang efektif untuk mengontrol tekanan darah. Pemakaian harus hati-hati karena
sensitivitasnya terhadap efek hipotensif. Hati-hati diberikan pada penderita penyakit
ginjal, Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema, seperti
bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring, juga sukar menelan, sukar bernapas, dan
serak. Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen kalium, diuretik hemat
kalium, dan garam-garam kalium. Apabila pada pemakaian obat ini ternyata wanita
itu hamil, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera. Pada kehamilan
trimester II dan III dapat menimbulkan gangguan antara lain hipotensi, hipoplasia
tengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible, dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohydramnion, deformasi craniofacial, perkembangan paru
hipoplasia, kelahiran prematur, perkembangan retardasi intrauterine, paten duktus
arteriosus. Bayi dengan riwayat selama di dalam kandungan ibunya mendapat
pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan
terjadinya hipotensi, oligouria, dan hyperkalemia. Dapat terjadi sindrom nephrotic
serta glomerulopathy membran pada penderita dengan hipertensi berat. Karena
proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan, maka penderita
sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urine sebelum dan setiap bulan selama 8
bulan pertama pengobatan.
Efek Samping : Proteinuria, peningkatan ureum darah dan creatinine.
SertaIdiosinkrasi, rashes, terutama pruritus, neutropenia, anemia, thrombocytopenia.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien yang mengalami angioedema selama
pengobatan dengan penghambat ACE lainnya). Wanita hamil atau yang berpotensi
hamil,gagal ginjal, dan aortic stenosis.
2. Paracetamol
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas
badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu,
parasetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas
ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati,
overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
13

Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran


dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol,
Panadol, Itramol dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya
diduga berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena,
tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi
para. Senyawa ini dapat disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan
menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk
apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai
sedang. Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti
aspirin atau obat-obat non steroid antiinflamatory drug(NSAID) lainnya. Seperti
aspirin, parasetamol berefek menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak
tetapi sedikit aktivitasnya sebagai penghambat postaglandin perifer. Namun, tak
seperti obat-obat NSAID.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam,
anti pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada
saat luka pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja
pada darah putih (leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga
timbul nanah itu tandanya leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya
adalah iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai
antirematik. Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui
saluran cerna. Kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai
60 menit setelah pemberian. Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5%
tanpa mengalami perubahan dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah,
sehingga tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang
tidak menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia.

Rumus Kimia Parasetamol

Parasetamol (asetaminofen) merupakan turunan senyawa sintesis dari p-


aminofenol yang memberikan efek analgesia dan antipretika. Senyawa ini mempunyai
14

nama kimia N-asetil-p-aminofenolatau p-asetamidofenol, bobotmolekul 151,16


denganrumuskimia C8H9NO2.

Indikasi Obat Parasetamol

Indikasi utama parasetamol yaitu digunakan sebagai obat penurun panas


(analgesik) dan dapat digunakan sebagi obat penghilang rasa sakit dari segala jenis
seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi, nyeri sehubungan dengan pilek,
nyeri otot pasca-trauma, dan lain-lain. Sakit kepala migrain, dismenore dan nyeri
sendi juga dapat diringankan dengan obat parasetamol ini. Pada pasien kanker,
parasetamol digunakan untuk mengatasi nyeri ringan atau dapat diberikan dalam
kombinasi dengan opioid (misalnya kodein).
Parasetamol telah dibandingkan dengan banyak analgesik lain dan dianggap
kurang equipotent jika dibandingkan dengan aspirin (asam asetilsalisilat). Dengan
demikian, secara umum, parasetamol kurang mujarab ketimbang salisilat dan agen
antirematik lainnya jika digunakan sebagai obat anti-inflamasi dan antinyeri.
Parasetamol dapat digunakan pada anak-anak. Ini merupakan alternatif yang lebih
disukai ketika aspirin (asam asetilsalisilat) merupakan kontraindikasi (misalnya
karena riwayat ulkus atau infeksi virus pada anak)
Kontradiksi Obat Parasetamol
Obat parasetamol tidak boleh digunakan pada orang dengan kondisi sebagai
berikut:
 Alergi parasetamol atau acetaminophen
 Gangguan fungsi hati dan penyakit hati
 Gangguan fungsi ginjal serius
 Shock
 Overdosis Acetaminophen
 Gizi buruk
15

Dosis Parasetamol
 Dosis Parasetamol Dewasa untuk Demam dan Nyeri:
 Pedoman umum: 325-650 mg diminum setiap 4 sampai 6 jam atau 1000 mg
setiap 6 sampai 8 jam.
 Paling sering adalah Paracetamol 500mg tablet: 500 mg tablet oral setiap 4
sampai 6 jam.
 Dosis Parasetamol Anak untuk Demam dan Nyeri:
Untuk mengukur dosis parasetamol anak dengan tepat maka kita harus mengetahui
berat badan dan umur anak, karena ini akan menjadi pertimbangan.

 < = 1 bulan: 10-15 mg/kg BB/dosis setiap 6 sampai 8 jam sesuai kebutuhan.
 1 bulan – 12 tahun: 10 – 15 m /kg BB/dosis setiap 4 sampai 6 jam sesuai
kebutuhan (maksimum: 5 dosis dalam 24 jam).
Obat parasetamol tidak dianjurkan melebihi dosis yang direkomendasikan. Jumlah
maksimum untuk orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram (4000
mg) per hari. Penggunakan parasetamol yang berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan hati.

Pada anak-anak, gunakanlah sediaan sirup atau suppositoria. Hati-hati dan selalu ikuti
petunjuk dosis pada label obat. Jangan memberikan paracetamol untuk anak di bawah
usia 2 tahun tanpa nasihat dari dokter.

 Berhenti menggunakan paracetamol dan hubungi dokter jika:


 Selama 3 hari penggunaan masih demam.
 Selama 7 hari penggunaan masih terasa sakit (nyeri belum teratasi) atau 5 hari
pada anak-anak.
 Terjadi reaksi alergi seperti ruam kulit, sakit kepala terus menerus, atau
kemerahan atau bengkak.
16

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016, Informasi Spesialite Obat Indonesia, vol. 40, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta
Deglin, Judith Hopfer dan April Hazard Valleran.2018. Pedoman Obat untuk Perawat: EGC.
Omoigui, Sota. Obat-obatan Anestesia: EGC
Widjajanti, Nuraini.2008 . Obat-obatan. Yogyakarta: Kanisius.
how CK, Teo KK, Rangarajan S, Islam S, Gupta R, Avezum A, et al. Prevalence, Awareness,
Treatment, and Control of Hypertension in Rural and Urban Communities in High-,
Middle-, and Low-Income Countries. JAMA. 2015;310(9):959-968
Elliot WJ. The economic impact of hypertension. J Clin Hypertens, 2016;5(3 Suppl 2):3-13
Mancia G, De Backer G, Dominiczak A; Management of Arterial Hypertension of the
European Society of Hypertension; European Society of Cardiology. 2018 Guidelines for
the management of arterial hypertension: The Task Force for the Management of Arterial
Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European
Society of Cardiology (ESC). J Hypertens 2018;25:1105e87.
th
Johnson RJ, Feehally J, Floege J. 2015. Comprehensive Clinical Nephrology. 5 edition.
Elseiver Saunders; Philadelpia

Anda mungkin juga menyukai