Anda di halaman 1dari 24

1

LAPORAN KASUS KRONIK

HIPERTENSI GRADE I

Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi

Persyarat Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga dan Komunitas

Pembimbing:
dr. Ahmad Yani

Oleh :
Wia Septiani 114170077

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
2

BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 33 tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Desa Wanayasa

1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian
kepala hingga ke bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien
banyak pikiran dan stres. Nyeri kepala tidak dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan
kabur disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat
badan disangkal. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau
bengkak pada kaki.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
 Pasien didiagnosis hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin kontrol
 Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat penyakit ginjal disangkal
 Riwayat stroke disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga ada yaitu pada ayah
kandung
3

 Riwayat penyakit kencing manis disangkal


 Riwayat penyakit paru disangkal.
 Riwayat penyakit jantung disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi :
Pasien tinggal bersama suami dan anaknya. Kehidupan ekonomi keluarga
cukup.
f. Riwayat Kebiasaan :
Pasien tidak merokok. Pasien tidak membatasi pemberian garam pada
masakan, sering mengkonsumsi makanan asin, terkadang mengkonsumsi
makanan berlemak, jarang mengkonsumsi buah dan sayur, pasien jarang
berolahraga kecuali saat berjualan keliling.
1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Baik, kesadaran compos mentis, status gizi kesan baik.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah: 150/90 mmHg
b. Nadi : 90 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,6O C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 160cm

3. Status Generalis :
Kepala : Normocephale, rambut berwarna hitam, distribusi rata,
rambut tidak mudah dicabut, venektasi temporal(-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-).
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan : Radang (-)
4

Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-),JVP 5+2


cm
Thoraks : Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk dada simetris normal, pergerakan paru
simetris
Palpasi :tidak ada gerakan yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara dasar paru kanan kiri vesikular normal,
wheezing (-)
ronki (-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Nyeri tekan (-). ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kanan jantung di SIC IV linea parasternal
dekstra
Batas kiri jantung di SIC V linea midclavicula
sinistra
Batas pinggang jantung di SIC II linea parasternal
sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, hernia umbilikalis (-) striae (-) massa (-) lesi (-)
Auskultasi : bisung usus (+) normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : nyeri tekan (-) Hepar dan lien tidak teraba Ginjal tidak
teraba, nyeri ketok ginjal -/-
5

Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill ≤2’’/≤2’’ ≤2’’/≤2’’
Kekuatan Otot 5/5 5/5
1.4 Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I

1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian
kepala hingga ke bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien banyak
pikiran. Nyeri kepala tidak dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan
kabur disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat
badan disangkal. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau
bengkak pada kaki. Pasien memiliki riwayat keluarga hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg.
Pemeriksaan fisik head to toe dalam batas normal.

1.6 Penatalaksanaan
 Terapi nonmedikamentosa :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
2. Menganjurkan pasien agar membatasi asupan garam, makanan
berlemak dan olahraga teratur
3. Menjelaskan kepada pasien agar rutin minum obat dan rutin
memeriksakan dirinya, meskipun pasien sudah merasa sehat.
4. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
6

 Terapi Medikamentosa :
- Captopril 25 mg 2x1 tab
- Parasetamol 500 mg 3x1 tab

1.7 Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funcionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7

PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN PASIEN

Host

riwayat keluarga hipertensi

Pasien tidak membatasi


asupan garam
Kebiasaan
Pasien jarang berolah Hipertensi grade I
raga

Pengetahuan pasien yang


kurang mengenai
Hipertensi

Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal :
Pasien datang dengan tujuan agar penyakitnya sembuh
2. Aspek klinis :
Hipertensi grade I
3. Aspek risiko internal :
 Riwayat keluarga menderita hipertensi
 Kurangnya olahraga
4. Aspek psikososial keluarga :
Pengetahuan pasien yang kurang mengenai hipertensi
8

RENCANA PENATALAKSANAAN PASIEN (planning)


No Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan Keterangan
1 Aspek Pasien dan 7 hari  Nyeri kepala yang  Pemberian obat:
personal keluarga dirasakan pasien  Captopril 25 mg 2x1
Hipertensi (yang berkurang tab
grade I serumah)  Pasien kembali rutin  PCT 500mg 3x1 tab
untuk pengobatan  Evaluasi pengobatan
hipertensi dan gaya hidup
 Mengerti tentang tanda  Edukasi
dan komplikasi  Kontrol rutin ke
hipertensi puskesmas
 Bila keluhan
bertambah berat
rujuk RS

2 Aspek Pasien 7 hari Nyeri kepala berkurang


klinis dan tidak ada komplikasi
lainnya
3 Aspek
risiko
internal

Pengetahua Pasien 7 hari Mengetahui faktor resiko- Membatasai asupan


n yang hipertensi dan merubah garam, menghindari
kurang gaya hidup yang menjadi makanan asin dan
mengenai faktor resiko hpertensi, berlemak, Olahraga
hipertensi mengetahui mengenai teratur
hipertensi beserta- Rutin kontrol dan
komplikasinya. teratur minum obat
9

TINDAK LANJUT DAN HASIL INTERVENSI


Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN, DIAGNOSIS
HOLISTIK DAN RENCANA SELANJUTNYA
Kedatangan Pada kedatangan pertama dilakuan evaluasi
pertama  Pasien menerima obat yang telah diresepkan
 Dilakukan anamnesis mengenai penyakit pasien kebisaan
pasien serta kelurganya dan pemeriksaan yang lebih
mendetail
Dilakukan pula edukasi mengenai
 Riwayat kebiasaan yang menyebakan penyakit hipertensi,
menghindari kontak dengan penderita
 Edukasi untuk pengobatan pasien
 Edukasi untuk kontrol dan rutin memakai obat.
Kedatangan Pada kedatangan Kedua dilakukan evaluasi
Kedua  Dilakukan anamnesis serta pemeriksaan.
 Edukasi: mengenai kebiasaan dan rutin memakai obat.
10

KESIMPULAN PENATALAKSAAN PASIEN DALAM PENDAMPINGAN


Diagnosis Holistik pada saat berakhirnya pembinaan pertama
Aspek personal:
Sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa kembali

Aspek klinik:
Keluhan berkurang dan dapat menjaga kebersihan diri

Aspek risiko internal:


Riwayat kebiasaan
Riwayat penyakit yang sama di keluarga

Aspek psikososial kelurga:


Pengetahuan keluarga

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien:


Sikap pasien yang mau mengikuti edukasi yang diberikan
Sikap keluarga yang mendukung kesembuhan pasien
Faktor penghambat terselesaikan masalah kesehatannya pasien :
Pengetahuan yang kurang mengenai riwayat kebiasaan

Rencana penatalaksanaan pasien selanjutnya:


Edukasi tentang penyakit pasien, mengubah kebiasaan, penggunaan obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11

2.1 Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati
(2015), hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik
suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya
satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
2.2 Klasifikasi
Tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization-
International Society of Hypertension), dan ESH-ESC (European Society of
Hypertension-European Society of Cardiology), 2014
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah


Tekanan Sistolik Diastolik
WHO-ISH ESH-ESC WHO- ESH-ESC
Darah
ISH
Optimal <120 <120 <80 <80
Normal <130 120-129 <85 80-84
Tinggi-Normal 130-139 130-139 85-89 85-89
Hipertensi kelas 140-159 140-159 90-99 90-99
1
(ringan)
Cabang: 140-149 90-94
perbatasan
Hipertensi 160-179 160-179 100-109 100-109
kelas 2
(sedang)
Hipertensi kelas ≥180 ≥180 ≥110 ≥110
3
(berat)
12

Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII (AHA
& JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Klasifikasi
Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Pre hipertensi 120- 80-
139 89
Stage 1 140- 90-
159 99
Stage 2 ≥ 160 ≥
100
Hipertensi > 180 >
Krisis 110

Berikut kategori tekanan darah menurut Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia (2016) :

Tabel 2.3 Kategori Tekanan Darah

Tekanan Darah Tekanan Darah


Kategori
Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal 120- 80-
129 89
13

Normal tinggi 130- 89


139
Hipertensi 140- 90-
derajat 1 159 99
Hipertensi ≥ 160 ≥
derajat 2 100
Hipertensi > 180 >
derajat 3 110

Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan darah arteri
yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak. Supaya pembuluh
darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak mengalami kekurangan
oksigen/ normal, MAP yang dibutuhkan yaitu 70-100 mmHg. Apabila < 70
atau > 100 maka tekanan darah rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu
dengan meningkatkan atau menurunkan tekanan darah pasien tersebut.

Rumus menghitung MAP :

MAP = sistol + 2 (diastol)

Hipertensi juga dapat dikategorikan berdasarkan MAP (Mean Arterial


Pressure). Rentang normal MAP adalah 70-100 mmHg.

2.3 Etilogi

Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya,


hipertensi terbagi atas dua bagian, yaitu :

a. Hipertensi Primer (Esensial)


Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara
90% - 95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang
dapat diidentifikasi, dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat
multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Bucher,
2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa
dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik
14

mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan


bentuk tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun.
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan
darah dan disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri
renalis, kehamilan, medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi
sekunder juga bisa bersifat menjadi akut, yang menandakan bahwa
adanya perubahan pada curah jantung (Ignatavicius,
Workman, & Rebar, 2017).
2.4 Faktor Resiko
Menurut Fauzi (2014), jika saat ini seseorang sedang perawatan
penyakit hipertensi dan pada saat diperiksa tekanan darah seseorang tersebut
dalam keadaan normal, hal itu tidak menutup kemungkinan tetap memiliki
risiko besar mengalami hipertensi kembali. Lakukan terus kontrol dengan
dokter dan menjaga kesehatan agar tekanan darah tetap dalam keadaan
terkontrol. Hipertensi memiliki beberapa faktor risiko, diantaranya yaitu :
a. Tidak dapat diubah:

1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada
orangtua atau saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan
hipertensi menjadi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah
tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan
kembar tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi.
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia
semakin besar pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal
ini juga berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.
b. Dapat diubah:

1) Konsumsi garam, terlalu banyak garam (sodium) dapat menyebabkan


tubuh menahan cairan yang meningkatkan tekanan darah.
15

2) Kolesterol, Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah


menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah,
sehingga pembuluh darah menyempit, pada akhirnya akan
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.

3) Kafein, Kandungan kafein terbukti meningkatkan tekanan darah.


Setiap cangkir kopi mengandung 75-200 mg kafein, yang berpotensi
meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg.

4) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini
akan menyebabkan tekanan darah meningkat.

5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal,
memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi.

6) Kurang olahraga, Kurang olahraga dan kurang gerak dapat


menyebabkan tekanan darah meningkat. Olahraga teratur dapat
menurunkan tekanan darah tinggi namun tidak dianjurkan olahraga
berat.

7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang
cenderung meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress telah berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.

8) Kebiasaan merokok, Nikotin dalam rokok dapat merangsang


pelepasan katekolamin, katekolamin yang meningkat dapat
mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung,
serta menyebabkan vasokonstriksi yang kemudian meningkatkan
tekanan darah.

9) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen) melalui mekanisme


renin-aldosteron-mediate volume expansion, Penghentian penggunan
kontrasepsi hormonal, dapat mengembalikan tekanan darah menjadi
normal kembali.

Walaupun hipertensi umum terjadi pada orang dewasa, tapi anak-


anak juga berisiko terjadinya hipertensi. Untuk beberapa anak, hipertensi
disebabkan oleh masalah pada jantung dan hati. Namun, bagi sebagian anak-
16

anak bahwa kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat
dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi,
2014).

2.5 Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang
dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem
otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan
tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor
tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011.)
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teori- teori
tersebut antara lain :

a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan
berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar
kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi
dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu
17

aterosklerosis arteri koronaria, maka jantung bisa mengalami gangguan lebih


lanjut akibat aliran darah yang menurun menuju ke miokardium, sehingga
timbul angina pektoris atau infark miokard. Hipertensi juga mengakibatkan
kerusakan pada pembuluh darah yang semakin mempercepat proses
aterosklerosis dan kerusakan organ- organ vital seperti stroke, gagal ginjal,
aneurisme dan cedera retina (Kowalak, 2011).
Kerja jantung terutama ditentukan besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Umumnya curah jantung pada penderita hipertensi adalah
normal. Adanya kelainan terutama pada peninggian tahanan perifer.
Peningkatan tahanan perifer disebabkan karena vasokonstriksi arteriol akibat
naiknya tonus otot polos pada pembuluh darah tersebut. Jika hipertensi sudah
dialami cukup lama, maka yang akan sering dijumpai yaitu adanya
perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol seperti
penebalan pada tunika interna dan terjadi hipertrofi pada tunika media.
Dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot
jantung tidak mencukupi lagi sehingga terjadi anoksia relatif. Hal ini dapat
diperjelas dengan adanya sklerosis koroner (Riyadi, 2011).
18

2.6 Manifestasi Klinis


Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi
pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur,
sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang,
mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).
19

Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013):

a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain


selain tekanan darah tinggi.

b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,


penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio
kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.

c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling


berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.

d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.

e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal


jantung.

f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN,


serta kadar kreatinin).

g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien


[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan
bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen]).

2.7 Penatalaksanaan

Setiap program terapi memiliki suatu tujuan yaitu untuk mencegah


kematian dan komplikasi, dengan mencapai dan mempertahankan tekanan
darah arteri pada atau kurang dari 140/90 mmHg (130/80 mmHg untuk
penderita diabetes melitus atau penderita penyakit ginjal kronis) kapan pun
jika memungkinkan (Smeltzer, 2013).

a. Pendekatan nofarmakologis mencakup penurunan berat badan;


20

pembatasan alkohol dan natrium; olahraga teratur dan relaksasi. Diet


DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) tinggi buah, sayuran,
dan produk susu rendah lemak telah terbukti menurunkan tekanan darah
tinggi (Smeltzer, 2013).

b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).

c. Tingkatkan kepatuhan dengan menghindari jadwal obat yang kompleks


(Smeltzer, 2013).
Menurut Irwan (2016), tujuan pengobatan hipertensi adalah
mengendalikan tekanan darah untuk mencegah terjadinya komplikasi,
adapun penatalaksanaannya sebagai berikut :

a. Non Medikamentosa

Pengendalian faktor risiko. Promosi kesehatan dalam rangka


pengendalian faktor risiko, yaitu :

1) Turunkan berat badan pada obesitas.


2) Pembatasan konsumsi garam dapur (kecuali mendapat HCT).
3) Hentikan konsumsi alkohol.
4) Hentikan merokok dan olahraga teratur.
5) Pola makan yang sehat.
6) Istirahat cukup dan hindari stress.
7) Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah) diet
hipertensi.
Penderita atau mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
diharapkan lebih hati-hati terhadap makanan yang dapat memicu
timbulnya hipertensi, antara lain :

1) Semua makanan termasuk buah dan sayur yang diolah dengan


menggunakan garam dapur/ soda, biskuit, daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, ikan asin, telur pindang, sawi asin, asinan, acar, dan
lainnya.
21

2) Otak, ginjal, lidah, keju, margarin, mentega biasa, dan lainnya.

3) Bumbu-bumbu; garam dapur, baking powder, soda kue, vetsin,


kecap, terasi, magi, tomat kecap, petis, taoco, dan lain-lain.

b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.

Sebaiknya dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi


berkala dinaikkan sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia
penderita, penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai
berat dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT +
kaptopril, bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak
sembuh dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250
mg. Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker.
Bila ada penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

2.8 Komplikasi

Komplikasi hipertensi berdasarkan target organ, antara lain sebagai


berikut (Irwan, 2016):

a. Serebrovaskuler: stroke, transient ischemic attacks, demensia


vaskuler, ensefalopati.

b. Mata : retinopati hipertensif.


22

c. Kardiovaskuler : penyakit jantung hipertensif, disfungsi atau hipertrofi


ventrikel kiri, penyakit jantung koroner, disfungsi baik sistolik maupun
diastolik dan berakhir pada gagal jantung (heart failure).

d. Ginjal : nefropati hipertensif, albuminuria, penyakit ginjal kronis.

e. Arteri perifer : klaudikasio intermiten.

2.9 Pencegahan

Sebagaimana diketahui pre hipertensi bukanlah suatu penyakit, juga


bukan sakit hipertensi, tidak diindikasikan untuk diobati dengan obat farmasi,
bukan target pengobatan hipertensi, tetapi populasi pre hipertensi adalah
kelompok yang berisiko tinggi untuk menuju kejadian penyakit
kardiovaskular. Di populasi USA, menurut NHANES 1999-2000, insiden pre
hipertensi sekitar 30 %. Populasi pre hipertensi ini diprediksi pada akhirnya
akan menjadi hipertensi permanen sehingga pada populasi ini harus segera
dianjurkan untuk merubah gaya hidup (lifestyle modification) agar tidak
menjadi progresi ke TOD (Setiati, 2015).

Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan
garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana dalam
makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah lemak,
makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman,
juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol,
mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015).

Menurut Riyadi (2011), pencegahan hipertensi terbagi atas dua


bagian, yaitu :

a. Pencegahan primer

Faktor risiko hipertensi antara lain: tekanan darah di atas


rata-rata, adanya riwayat hipertensi pada anamnesis keluarga, ras
(negro), takikardia, obesitas, dan konsumsi garam yang berlebihan
dianjurkan untuk :
23

1. Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan
sebagainya.

2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.

3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi


rendah garam.

4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.

b. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa
dilakukan berupa :
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal atau stabil mungkin.
3. Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.
4. Batasi aktivitas
24

DAFTAR PUSTAKA
1. Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public
health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.
2. Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia:
Elsevier, Inc.
3. Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam
Urat, Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
4. Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Ed. VI. Jakarta:
Interna Publishing
5. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the
management of hypertension. J Hypertension. 2014
6. ESC (2013). ESH/ESC Guidelines for the management of arterial
hypertension: The Task Force for the management of arterial hypertension of
the European Society of Hypertension (ESH) and the European Society of
Cardiology (ESC). Journal of Hypertension, 31, 1281-1357.
7. American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Statistical Update, p. 205.
8. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
9. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai