HIPERTENSI GRADE I
Pembimbing:
dr. Ahmad Yani
Oleh :
Wia Septiani 114170077
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
2
BAB I
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : Nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian
kepala hingga ke bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien
banyak pikiran dan stres. Nyeri kepala tidak dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan
kabur disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat
badan disangkal. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau
bengkak pada kaki.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien didiagnosis hipertensi sejak 2 tahun yang lalu dan rutin kontrol
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat penyakit ginjal disangkal
Riwayat stroke disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga ada yaitu pada ayah
kandung
3
3. Status Generalis :
Kepala : Normocephale, rambut berwarna hitam, distribusi rata,
rambut tidak mudah dicabut, venektasi temporal(-)
Mata : Edema palpebra (-/-), konjunctiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-).
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan : Radang (-)
4
Ekstremitas :
Superior Inferior
Akral hangat +/+ +/+
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary Refill ≤2’’/≤2’’ ≤2’’/≤2’’
Kekuatan Otot 5/5 5/5
1.4 Diagnosis Kerja
Hipertensi grade I
1.5 Resume
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan dirasakan hilang timbul. Nyeri kepala dirasakan diseluruh bagian
kepala hingga ke bagian belakang leher. Keluhan muncul jka pasien banyak
pikiran. Nyeri kepala tidak dirasakan semakin memberat.
Pasien menyangkal adanya keluhan mual atau muntah. Penglihatan
kabur disangkal. Keluhan lemah anggota gerak disangkal. Penurunan berat
badan disangkal. Pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri dada, sesak atau
bengkak pada kaki. Pasien memiliki riwayat keluarga hipertensi.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg.
Pemeriksaan fisik head to toe dalam batas normal.
1.6 Penatalaksanaan
Terapi nonmedikamentosa :
1. Menjelaskan kepada pasien tentang hipertensi dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
2. Menganjurkan pasien agar membatasi asupan garam, makanan
berlemak dan olahraga teratur
3. Menjelaskan kepada pasien agar rutin minum obat dan rutin
memeriksakan dirinya, meskipun pasien sudah merasa sehat.
4. Menganjurkan pasien mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
6
Terapi Medikamentosa :
- Captopril 25 mg 2x1 tab
- Parasetamol 500 mg 3x1 tab
1.7 Prognosis :
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funcionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
7
Host
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal :
Pasien datang dengan tujuan agar penyakitnya sembuh
2. Aspek klinis :
Hipertensi grade I
3. Aspek risiko internal :
Riwayat keluarga menderita hipertensi
Kurangnya olahraga
4. Aspek psikososial keluarga :
Pengetahuan pasien yang kurang mengenai hipertensi
8
Aspek klinik:
Keluhan berkurang dan dapat menjaga kebersihan diri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
11
2.1 Definisi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017). Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati
(2015), hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik
suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya
satu faktor tunggal (Setiati, 2015).
2.2 Klasifikasi
Tekanan darah menurut WHO-ISH (World Health Organization-
International Society of Hypertension), dan ESH-ESC (European Society of
Hypertension-European Society of Cardiology), 2014
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut American Heart Association, dan Joint National Comitte VIII (AHA
& JNC VIII, 2014) , klasifikasi hipertensi yaitu :
Mean Arterial Pressure (MAP) adalah hasil rata-rata tekanan darah arteri
yang dibutuhkan untuk sirkulasi darah sampai ke otak. Supaya pembuluh
darah elastis dan tidak pecah, serta otak tidak mengalami kekurangan
oksigen/ normal, MAP yang dibutuhkan yaitu 70-100 mmHg. Apabila < 70
atau > 100 maka tekanan darah rerata arteri itu harus diseimbangkan yaitu
dengan meningkatkan atau menurunkan tekanan darah pasien tersebut.
2.3 Etilogi
1) Keturunan, faktor ini tidak bisa diubah. Jika di dalam keluarga pada
orangtua atau saudara memiliki tekanan darah tinggi maka dugaan
hipertensi menjadi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah
tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik dibandingkan
kembar tidak identik. Selain itu pada sebuah penelitian menunjukkan
bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah
tinggi.
2) Usia, faktor ini tidak bisa diubah. Semakin bertambahnya usia
semakin besar pula resiko untuk menderita tekanan darah tinggi. Hal
ini juga berhubungan dengan regulasi hormon yang berbeda.
b. Dapat diubah:
4) Alkohol, alkohol dapat merusak jantung dan juga pembuluh darah. Ini
akan menyebabkan tekanan darah meningkat.
5) Obesitas, Orang dengan berat badan diatas 30% berat badan ideal,
memiliki peluang lebih besar terkena hipertensi.
7) Stress dan kondisi emosi yang tidak stabil seperti cemas, yang
cenderung meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu. Jika
stress telah berlalu maka tekanan darah akan kembali normal.
anak bahwa kebiasaan gaya hidup yang buruk, seperti diet yang tidak sehat
dan kurangnya olahraga, berkonstribusi pada terjadinya hipertensi (Fauzi,
2014).
2.5 Patofisiologi
Tekanan darah arteri sistemik merupakan hasil perkalian total resistensi/
tahanan perifer dengan curah jantung (cardiac output). Hasil Cardiac Output
didapatkan melalui perkalian antara stroke volume (volume darah yang
dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate (denyut jantung). Sistem
otonom dan sirkulasi hormonal berfungsi untuk mempertahankan pengaturan
tahanan perifer. Hipertensi merupakan suatu abnormalitas dari kedua faktor
tersebut yang ditandai dengan adanya peningkatan curah jantung dan
resistensi perifer yang juga meningkat (Kowalak, 2011.)
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teori- teori
tersebut antara lain :
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan
berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan peningkatan retensi
perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau
hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang
disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang
menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien
hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat. Hal ini
terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar
kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi
dan kegagalan jantung bisa terjadi, jika hipertrofi tidak dapat
mempertahankan curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu
17
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013):
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.
2.7 Penatalaksanaan
b. Pilih kelas obat yang memiliki efektivitas terbesar, efek samping terkecil,
dan peluang terbesar untuk diterima pasien. Dua kelas obat tersedia
sebagai terapi lini pertama : diuretik dan penyekat beta (Smeltzer, 2013).
a. Non Medikamentosa
b. Medikamentosa meliputi :
Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi dengan
pengobatan non medikamentosa selama 2-4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2) Propanolol 2 x 20-40 mg sehari.
3) Methyldopa
4) MgSO4
5) Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari
6) Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg
7) Tensigard 3 x 1 tablet
8) Amlodipine 1 x 5-10 mg
9) Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari.
2.8 Komplikasi
2.9 Pencegahan
Rekomendasi gaya hidup yang harus ditaati menurut CHEP 2011 untuk
mencegah risiko menjadi hipertensi, dianjurkan untuk menurunkan asupan
garam sampai di bawah 1500 mg/hari. Diet yang sehat ialah bilamana dalam
makanan sehari-hari kaya dengan buah-buahan segar, sayuran, rendah lemak,
makanan yang kaya serat (soluble fibre), protein yang berasal dari tanaman,
juga harus tidak lupa olahraga yang teratur, tidak mengkonsumsi alkohol,
mempertahankan berat badan pada kisaran 18,5 – 24,9 kg/m2 (Setiati, 2015).
a. Pencegahan primer
1. Mengatur diet agar berat badan tetap idel juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan
sebagainya.
b. Pencegahan sekunder.
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi karena faktor tertentu, tindakan yang bisa
dilakukan berupa :
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun tindakan-tindakan seperti pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal atau stabil mungkin.
3. Faktor-faktor risiko penyakit jantung iskemik yang lain harus
dikontrol.
4. Batasi aktivitas
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Organization WH. A global brief on Hypertension: silent killer, global public
health crises (World Health Day 2013). Geneva: WHO. 2013.
2. Ferri, F. F. 2017. Ferri's Clinical Advisor 2017: 5 Books in 1. Philadelphia:
Elsevier, Inc.
3. Fauzi, Isma. 2014. Buku Pintar Deteksi Dini Gejala, & Pengobatan Asam
Urat, Diabetes & Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
4. Setiati, Siti. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II Ed. VI. Jakarta:
Interna Publishing
5. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the
management of hypertension. J Hypertension. 2014
6. ESC (2013). ESH/ESC Guidelines for the management of arterial
hypertension: The Task Force for the management of arterial hypertension of
the European Society of Hypertension (ESH) and the European Society of
Cardiology (ESC). Journal of Hypertension, 31, 1281-1357.
7. American Heart Association, 2014. Heart Disease and Stroke Statistics. AHA
Statistical Update, p. 205.
8. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
9. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC