Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PARASITOLOGI

TRICHOMONAS VAGINALIS

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Parasitologi
Disusun Oleh :
Kelompok 4

Anggota Kelompok :
Cut Hutami Laraniza (1806103010033)
Dara Tri Oktaviani Bulan (1806103010069)
Diana Puspita Sari (1806103010009)
Rima Brigita (1806103010015)
Ummi Kalsum (1806103010051)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa , karena atas ijin dan
bimbinganNya penulisan makalah ini dapat berjalan dengan baik.

Penulisan makalah dengan judul “Trichomonas Vaginalis” memiliki banyak


kendala namun dapat diatasi dengan masukan-masukan dan berbagai saran yang
membangun dan mendidik, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang turut mengambil bagian dalam penulisan makalah ini.

Tak lepas dari itu, kami menyadari bahwa makalah ini memiliki benyak
kekurangan baik dalam segi isi maupun dalam penyususnan tata bahasa yang terdapat
dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati kami menerima kritik dan saran dari
siapapun yang hendak memberikan kritik maupun saran yang membangun bagi penulisan
makalah ini.

Penyusunan makalah ini kami harapkan dapat mmberikan informasi dan manfaat
bagi sisapapun yang membacanya.

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Cover
Kata pengantar......................................................................................................................ii
Daftar isi...............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang................................................................................................................1
1.2. Rumusan
masalah...........................................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................................
..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Trichomonas vaginalis.....................................................................................3
2.2. Klasifikasi Trichomonas vaginalis................... ............................................................3
2.3. Morfologi dan Struktur Genom Trichomonas vaginalis...... .......................................4
2.4. Siklus hidup Trichomonas vaginalis.............................................................................6
2.5. Habitat dan Epidemiologi Trichomonas vaginalis........................................................7
2.6. Penyebaran dan gejala Trichomonas vaginalis.............................................................8
2.7. Diagnosa, Pencegahan dan Pengobatan Trichomonas vaginalis..................................12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................ .....................................................16
3.2. Saran............................................................ ...............................................................16

Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa patogenik yang biasanya dijumpai di
traktus genitaourinaria manusia yang terinfeksi. Ditularkan melalui hubungan seksual,
yang dapat menyebabkan vaginitis pada wanita dan uretritis non-gonococcoal pada pria.
Trichomonas vaginalis sangat banyak ditemukan di berbagai tempat, ataupun belahan
Dunia manapun, Trichomonas vaginalis lebih banyak ditemukan pada negara berkembang
dari pada negara yang maju, contohnya adalah negara Indonesia, hal ini disebabkan karena
kurangnya tingkat pendidikan dan minimnya pengetahuan serta kurangnya kesadaran
tentang bagaimana menjaga kebersihan diri oleh masyarakat itu sendiri.
Penyakit ini memiliki gejala yang kurang diketahuai sehingga terkadang orang yang
terkena protozoa ini tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi pada tahap awal, cara
penularan penyakit ini juga sangat gampang melalui lingkungan disekitar kita tanpa kita
sadari.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Bagaimanakah sejarah Trichomonas vaginalis?
2. Bagaimanakah klasifikasi dari Trichomonas vaginalis?
3. Bagaimanakah morfologi dan struktur genom dari Trichomonas vaginalis?
4. Bagaiamanakah siklus hidup dari Trichomonas vaginalis?
5. Dimanakah habitat dan bagaimana epidemiologi Trichomonas vaginalis?
6. Bagaimanakah penyebaran dan gejala dari Trichomonas vaginalis?
7. Bagaimanakah diagnosa, cara mencegah dan mengobati Trichomonas vaginalis?

1.3.Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini
adalah untuk :
1. Mengetahui sejarah dari Trichomonas vaginalis
2. Mengetahui klasifikasi dari Trichomonas vaginalis

1
3. Mengetahui morfologi dan struktur genomnya dari Trichomonas vaginalis
4. Mengetahui siklus hidup dari Trichomonas vaginalis
5. Mengetahui habitat dan epidemiologi Trichomonas vaginalis
6. Mengetahui penyebaran dan gejala Trichomonas vaginalis
7. Mengetahui diagnosa,cara pencegahan dan pengobatan Trichomonas vaginalis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis pertama kali dideskripsikan oleh Alfred Donne pada tanggal
19 September 1836 pada saat Academy of Sciences di Paris. Pada saat itu dikatakan bahwa
ia menemuakan suatu organisme yang disebutnya sebagai animalcules dari sekret segar
vagina . Dan disepakati pada saat itu juga organism ini dinamakan Trichomonas
vaginale , oleh karena mirip dengan organism dari genus Monas dan Trichodina .(Candiani
GB,1973). Dua tahun kemudian, Ehrenberg memastikan penemuan Donne dan
memberikan nama pada protozoa ini yaitu Trichomonas vaginalis. Pada tahun 1884,
Marchan menemukan Trichomonas vaginalis pada traktus urin arius pria. Dan baru pada
ahun 1916 Hoehne melaporkan bahwa Trichomonas vaginalis  adalah flagella yang
patogenik karena menemukan kolpitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis .
2.2. Klasifikasi Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis merupakan protozoa yang bersifat parasit, berdiameter 10-
30 µm, dan memiliki flagel, anaerobik, protozoa flagellated, bentuk mikroorganisme.
Parasit mikroorganisme adalah agen penyebab trikomoniasis, dan yang paling umum
infeksi protozoa patogen manusia di negara-negara industri ataupun negara berkembang.
Berdasarkan klasifikasi umumnya maka Trichomonas vaginalis memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Klasifikasi :
Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Speciees: Trichomonas vaginalis, Trichomonas hominis ,Trichomonas faetus
Menurut Donne 1836 klasifikasi ilmiah Trichomonas vaginalis adalah :
Domain: Eukarya
Filum   : Metamonada
Kelas   : Parabasalia
Order  : Trichomonadida
Genus : Trichomonas
Spesies: T. vaginalis
nama binomial : Trichomonas vaginalis.

3
2.3. Morfologi dan Struktur Genom Trichomonas vaginalis
a. Morfologi
Trichomonas vaginalis  merupakan protozoa dari superclass Mastigophora, class
Zoomastigophora, ordo Trichomonadina, dan family trichomonadidae. Family
Trichomonadidae ini kemudian oleh Honigberg pada tahun 1946 dibagi menjadi sub
family Trochomonadinae (dengan genus Trichomonas dan Pentatrichomonas) dan
Trichomononadinae (Andriyani, Yunilda, 2005).
Trichomonas vaginalis  berbentuk oval , panjang 4 – 32 µm dan lebar 2,4 – 14,4
µm, memiliki flagella dan undulating membran yang panjangnya hanya setengah panjang
tubuhnya. Intinya berbentuk oval dan terletak dibagian atas tubuhnya, dibelakang inti
terdapat blepharoblast sebagai tempat keluarnya 4  buah flagella yang menjuntai bebas dan
melengkung diujungnya sebagai alat geraknya yang maju mundur (Chin J, 2000).
Flagella ke 5 melekat diundulating membrane dan menjuntai ke belakang sepanjang
setengah panjang tubuhnya . Sitoplasma terdiri dari struktur yang berfungsi seperti tulang
yang disebut axostyle.
Sementara T. vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme dapat bertahan
hingga 24 jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini memiliki kemampuan
untuk bertahan pada fomites dengan permukaan lembab selama 1 sampai 2 jam.

Trichomonas vaginalis ini memperoleh makanan secara osmosis dan


fagositosis. Makanannya adalah kuman-kuman darisel-sel vagina dan leukosit. 
Trichomonas vaginalis tidak memiliki stadium kista tetapi hanya ditemui dalam
stadium Tropozoit dan ciri-cirinya adalah :
1.      Bentuknya oval atau piriformis.
2.      Memiliki 4 buah flagel anterior.

4
3.      Flagel ke 5 menjadi axonema dari membran bergelombang
(membranaundulant)
4.      Pada ujung pasterior terdapat axonema yang keluar dari badan yang diduga
untuk melekatkan diri pada jaringan sehingga menimbulkan iritasi,
5.      Memiliki 1 buah inti,
6.      Memiliki sitostoma pada bagian anterior untukmengambil makanan,
perkembangbiakan dengan cara belah pasang.

b. Struktur Genom
T. vaginalis genom parabasalid pertama yang dijelaskan. Genomnya adalah sekitar
160 megabases dalam ukuran dengan setidaknya 65% dari mengulangi dan elemen
transposabel. Satu set inti ± 60.000 gen protein-coding diidentifikasi, yang berarti T.
vaginalis memiliki salah satu coding kapasitas tertinggi di antara eukariota. Intron
ditemukan di 65 gen, RNA transfer yang ditemukan untuk semua dua puluh asam amino,
dan sekitar 250 DNA ribosom diidentifikasi dalam genom ini. Ada enam kromosom di T.
vaginalis. Sebuah penemuan yang menarik adalah bahwa mesin transkripsi eukariot ini
muncul lebih metazoan dari protozoa. Genom ini juga menunjukkan terdapat 152 kasus
transfer gen prokariot-to-eukariot lateral yang mungkin. Genom membantu dengan
penemuan jalur metabolisme yang tidak diketahui, klasifikasi mekanisme patogen, dan
identifikasi fungsi yang tidak diketahui organel di T. Vaginalis.

5
2.4. Siklus hidup Trichomonas vaginalis
Perkembangbiakannya dengan cara berkembang biak secara belah pasang
longitudinal dan inti membelah dengan cara mitosis yang dilakukan setiap 8 sampai 12 jam
dengan kondisi yang optimum. Jadi tidak heran bila dalam beberapa hari saja protozoa ini
dapat berkembang mencapai jutaan. Tidak seperti protozoa lainnya, trichomonas tidak
memiliki bentuk kista. Sel-sel trichomonas vaginalis memiliki kemampuan untuk
melakukan fagositosis.
Untuk dapat hidup dan berkembang biak, trichomonas vaginalis membutuhkan
kondisi lingkungan yang konstan dengan temperatur sekitar 35-37˚C, hidup pada Ph diatas
5,5- 7,5. Sangat sensitif terhadap tekanan osmotik dan kelembaban lingkungan. Protozoa
ini akan cepat mati bila diletakkan di air atau di keringkan. Meskipun penularan
trichomonas vaginalis secara non-venereal sangat jarang, ternyata organisme dapat hidup
beberapa jam dilingkungan yang sesuai dengan lingkungannya.
Trichomonas vaginalis bergerak dengan cepat berputar-putar di antara sel-sel epitel
dan leukosit dengan menggerakkan flagel anterior dan membran bergelombang.
Parasit ini mati pada suhu 500C, tetapi dapat hidup selama5 hari pada suhu 0 0C. Dalam
biakan, parasit ini mati pada pH <4,9,  (pH vagina 3,8 - 4,4) dan tahan  terhadap
desinfektans dan antibiotik.
Trichomonas vaginalis dapat diidentifikasi dari sediaan sekret vagina yang masih
segar, dimana kita dapat melihat organisme ini secara jelas pergerakannya. Selain dari
sekret vagina yang masih segar lebih baik karena protozoa ini sangat sensitif dan mudah
mati, apalagi pada urine bisa terdapat sel-sel lain (seperti leukosit) yang menyulitkan kita
untuk membedakannya.
Trichomonas vaginalis berada di saluran alat kelamin perempuan bagian bawah.
Pada  laki-laki berada di uretra dan prostat.Memperbanyak diri dengan pembelahan biner
( satu menjadi dua). Parasit tidak memiliki bentuk kista, dan tidak bertahan dengan baik di
lingkungan luar.Trichomonas vaginalis ditularkan di antara manusia, terutama melalui
hubungan seksual.

6
2.5. Habitat dan Epidemiologi Trichomonas vaginalis
Epidemiologi
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana, sukar untuk menentukan frekuensi
penyakit ini di suatu daerah karena kebanyakan penelitian dilakukan pada golongan
tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 – 25 % di AS) dan dari klinik ginekologi
( 30 – 40 % di Eropa timur ). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di RSCM Jakarta
terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik ginekologi ( sample
sebanyak 1146 orang ). Trichomonas vaginalis biasanya ditularkan melalui hubungan
seksual dan ternyata organisme ini dapat bertahan hidup selama 45 menit di tempat
dudukan toilet, pakaian mandi dan air hangat. Penularan perinatal ditemukan sekitar 5 %
dari ibu yang terinfeksi trikomoniasis, tetapi biasanya sembuh dengan sendirinya ( self –
limited ) oleh karena metabolism dari hormon ibu (Prasetyo H.R,2002).
Pada wanita Trichomonas vaginalis  sering diketemukan pada kelompok usia 20 –
49 tahun , berkembang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang terjadi pada anak gadis.
Pada penelitihan sekitar tahun enampuluhan angka infeksi Trichomonas
vaginalis  mencapai tiga kali lipat dari infeksi candida pada wanita yang telah menikah.
Dan angka ini bervariasi dapat mencapai 15 % atau lebih terutama pada wanita yang
kurang memperhatikan kualitas kebersihan pribadinya (Chin J,1973).

7
2.6. Penyebaran dan gejala Trichomonas vaginalis
a. Penyebaran Trichomonas vaginalis
Trichomonas vaginalis disebabkan oleh sejenis parasit berukuran kecil yang
disebut Trichomonas vaginalis. Parasit ini biasanya disebarkan melalui hubungan seks
tanpa kondom atau saling berbagai alat/mainan seks. Penyakit ini tidak bisa ditularkan
melalui: Seks oral. Seks anal. Ciuman. Berbagi pemakaian alat makan, dudukan toilet, dan
handuk.
Trichomonas vaginalis dapat terjadi pada wanita maupun pria . Pada wanita
penularan penyakit ini dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung . penularan secara
langsung terutama melalui hubungan seksual dan penularan secara tidak langsung dapat
terjadi pada penggunaan fasilitas umum yang kurang terjaga kebersihannya seperti toilet ,
kolam  renang, pakaian dan air sungai yang telah terkontaminasi. Sedangkan pada pria
biasanya hanya terjadi penularan secara langsung yaitu melalui hubungan seksual. Gejala
dari infeksi ini sangatlah luas pada wanita, umumnya infeksi ini menyerang daerah vagina
yang biasanya ditandai dengan keputihan abnormal hingga terjadi radang pada vagina atau
vaginitis , sedangkan pada pria biasanya menginfeksi pada urethra.
T. vaginalis menyerang mukosa urogenital manusia di mana menginduksi
peradangan. Ada banyak mekanisme yang dianggap bertanggung jawab untuk sukses
kolonisasi: mengikat dan degradasi komponen dari lendir dan protein matriks ekstraseluler,
mengikat sel inang termasuk sel epitel vagina dan sel-sel kekebalan, fagositosis bakteri
vagina dan sel inang, dan endositosis protein host. T. vaginalis parasit ini juga berfungsi
sebagai vektor untuk penyebaran organisme lain, membawa patogen menempel ke
permukaan mereka ke dalam tuba tubes. Infeksi T. Vaginalis, biasanya ditularkan secara
seksual (masa inkubasi 3-28 hari). Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu satu
bulan datang ke dalam kontak dengan tricomonas.
Penularan umumnya melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga melalui pakaian
handuk atau karena berenang / mandi di air yang telah terkontaminasi Trichomonas
vaginalis. Oleh karena itu trikomoniasis ini terutama ditemukan pada orang dengan
aktifitas seksual yang tinggi, tetapi dapat juga diketemukan pada bayi yang baru lahir dan
penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak disbanding pria karena kurang
memperhatikan kebersihan dan kelembaban alat kelaminnya (Jawets E,2005).

8
Trichomonas vaginalis   mampu menimbulkan peradangan pada dinding salran
urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel. Intensitas
infeksi, status pH , fisiologis permukaan vagina dan saluran genitourinaria lain serta floral
bakteri yang menyertai merupakan factor yang mempengaruhi patogenitas. Masa tunas rata
– rata 4 hari sampai 3 minggu . organisme tidak bertahan hidup dalam keasaman vagina
normal yaitu pada pH 3,8 – 4,4 (Cook GC,1996).

Gambar 3 Vagina yang terinfeksi oleh Trichomonas vaginalis gambar  diambil dari


;http://labkesehatan.blogspot.com
Trichomonas vaginalis  masuk kedalam vagina melalui hubungan seksual, maupun
kontaminan air sungai , yang kemudian menyerang epitel squamosa vagina dan mulai
bermultiplikasi secara aktif. Hal ini menyebabkan suplai glikogen untuk
kuman lactobacillus menjadi berkurang bahkan menjadi tidak ada sama sekali . Dan
diketahui secara invitro ternyata Trichomonas vaginalis  ini memakan dan
membunuh lactobacillusdan bakteri lainnya . Akibatnya jumlah lactobacillus Doderline
menjadi sedikit dan dapat hilang sama sekali sehingga produksi asam laktat akan semakin
menurun. Akibat kondisi ini , pH vagina akan meningkat antara 5,0 – 5,5 . Pada suasana
pH seperti ini selain Trichomonas vaginalis  berkembang semakin cepat, akan
memungkinkan untuk berkembang mikroorganisme pathogen lainnya seperti bakteri dan
jamur.
Trichomonas vaginalis yang di tularkan dengan  jumlah cukup ke dalam vagina
dapat berkembang biak, bila flora bakteri, pH dan keadaan fisiologi vagina sesuai. Setelah
berkembang biak ,terjadi degenerasi dan deskuamasi sel epitel vagina. Di sekitar vagina
tedapat sedikit leukosit dan parasit bercampur dengan sel epitel.
Sekret vagina mengalir keluar vagina dan menimbulkan gejala flour albus. Setelah
lewat stadium akut, gejala berkurang dan dapat reda sendiri. Pemeriksaan →in speculo,

9
tampak kelainan berupa vaginitis, dinding vagina dan porsio tampak merah meradang dan
pada infeksi berat →pendarahan-pendarahan kecil.Flour tampak berkumpul di belakang
porsio, encer atau sedikit kental pada infeksi campuran, berwarna putih kekuning2an atau
putih kelabu dan berbusa.  

b. Gejala dan Dampak penyakit


Gejala klisis Trichamoniasis
Tanda-tanda umum wanita yang terinfeksi adalah nyeri bagian abdomen, gatal-
gatal, dan berbau tidak sedap. Pada pria, tanda infeksi umumnya tidak begitu terlihat,
kadang dapat menyebabkan urethritis, prostatitis, dan epididymitis. Infeksi lebih lanjut
dapat menyebabkan infertilitas, dan transformasi jarigan serviks.
Tanda - tanda infeksi:
1.perih saat buang air kecil
2.terasa panas dan gatal pada permukaan vagina
3.keluar lendir putih atau kuning dan berbau
4.air kencing keruh pada pagi hari
Gejala Klinis
Prevalensi keluhan pada penderita trikomoniasis kadang – kadang tidak ada , cairan
kental ( discharge ) , bau , menimbulkan iritasi atau gatal , dispareunia , disuria maupun
perasaan tidak enak pada bagian bawah perut . Sedangkan gejala pada penderita
trikomoniasis kadang – kadang tidak ada,  eritemia vulva yang difus, cairan kental
( discharge ) yang berlebihan warna kekuning kuningan dan berbusa , inflamasi dinding
vagina maupun strawberry cervix yang terlihat pada pengamatan langsung dengan
kolposkopi. (Omer E.F.E,1993)
Keluhan lain yang mungkin terjadi adalah perdarahan abnormal pada vagina yang
menghasilkan sekret vagina yang mengandung darah serta pendarahan setelah senggama.
Dalam keadaan seperti ini Trichomonas vaginalis   merupakan pertimbangan utama dalam
Diagnose banding pada perdarahan vagina karena mikroorganisme . Pada beberapa kasus
juga terjadi pembesaran kelenjar limfa inguinal , daerah vagina dan cervix kemerahan ,
pada kasus yang akut diketemukan noda atau bercak darah ( small haemorrhagie spot ).
Pada  vagina dan pada leher rahim sehingga pada permukaannya memberi gambaran
seperti buah strawberry. (Chin J,2000)

10
Gambar 5. Gambaran infeksi Trichomonas vaginalis  seperti buah
strawberry.Gambar diambil dari ;http://google.com/trikomoniasis
Pada kasus kronik cairan kental ( discharge ) bisa juga menyebabkan mumculnya
kutil ( warts ) pada genital dan infeksi ini biasanya juga disertai dengan dispareunia,
menorrhagia ( haid yang berlebihan ) dan nyeri haid yang bisa memburuk selama dan
setelah menstruasi dan kadang – kadang pada kehamilan .
Trikomoniasis juga sering menimbulkan komplikasi pada wanita yang bisa
menyebabkan infeksi pada kelenjar skene , barthilinitis  radang pada kelenjar bartolin
urethritis ( radang pada urethra ) , dan cystitis ( radang pada kandung kemih ) serta
gangguan psikologi melengkapi infeksi trikomoniasis. Namun dari semua keluhan yang
ada ternyata sekret vagina yang berupa cairan keputihan ( flour albus ) merupakan kelainan
utama  dan biasa diketemukan pada trikomoniasis. Tetapi jika hal ini digunakan sebagai
diagnose tunggal dengan adanya nanah , sekret yang berbusa dianggap merupakan
karakteristik vaginitis karena trikomoniasis maka 88% akan memberikan hasil negative
palsu artinya wanita yang benar – benar terinfeksi menjadi tidak terdeteksi. (Rien
M.F,1990).
Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu satu bulan datang ke dalam kontak
dengan tricomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada perempuan dan pria.
Perempuan:
1. Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika berhubungan seks.
2.  Suatu perubahan dalam vagina – mungkin ada sedikit atau banyak, dan
mungkin tebal atau tipis, atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin
memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak menyenangkan.

11
3. Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini
jarang terjadi
4.  Nyeri ketika buang air.
Pria:
1. Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.
2.  Nyeri atau sensasi terbakar, ketika melewati urin.
3. Kenaikan frekuensi urinations disebabkan oleh iritasi infeksi
4.   Peradangan kulup (ini jarang terjadi).
Sekitar setengah dari mereka yang terinfeksi parasit ini tidak mengalami gejala apa
pun. Keluhan lain: pruritus vagina atau vulva dan disuria (rasa pedih waktu
kencing)  Infeksi dapat menjalar dan menyebabkan uretritis. Trikomoniasis pada laki-laki
yang diserang terutama urethra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula
seminalis dan epididimis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan
dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip uretritis non gonore, misalnya disuria,
poliuria, dan secret urethra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-
kadang ada benang-benang halus.
Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal pada urethra, disuria, dan urin
keruh pada pagi hari. Menurut Jira, gejala trichomoniasis pada pria dapat dibagi menjadi 4
stadium, yaitu :
1.    Stadium akut primer, dijumpai eksudat urethtra.
2.    Stadium sub-kronik, eksudat dijumpai sangat sedikit.
3.    Stadium laten, gejala klinis tidak dijumpai.
4.    Stadium kronik, yang dapat berlangsung sampai beberapa tahun

2.7. Diagnosa,Pencegahan dan pengobatan Trichomonas vaginalis


a. Diagnosa
Diagnosa Laboratorium
Ada beberapa cara pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
mendiagnosis trikomoniasis. Diagnosis dapat ditegakkan melalui hal – hal berikut ini :
1.    Gejala klinis.
Diagnosis ditegakkan melalui gejala klinis baik yang subyektif maupun obyektif.
Tetapi diagnosis sulit ditegakkan pada penderita pria dimana trikomoniasis pada pria hanya

12
dijumpai sedikit organismeTrichomonas vaginalis   dibandingkan dengan wanita penderita
trikomoniasis.(Chin J,2000)
2.    Pemeriksaan mikroskopik.
Pemeriksaan secara mikroskopik dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan sampel
yang digunakan sebagai bahan pemeriksaan yaitu :
a.    Sediaan sekret vagina
Pengambilan sampel sekret vagina dilakukan dengan cara – cara pap smear.
Kemudian buat sediaan lalu dilakukan pengecatan dan lihat di bawah mikroskop.
Pemeriksaan mikroskopis secara langsung dapat juga dilakukan dengan cara membuar
sediaan dari sekret vagina yang dicampur dengan satu tetes garam fisiologis diatas gelas
obyek dan langsung dilihat dibawah mikroskop.
Pemberian beberapa tetes KOH 10 – 20 % pada cairan vagina yang diperiksa ,
dapat menimbulkan bau yang tajam dan amis pada 75% wanita yang positif trikomoniasis
dan infeksi bacterial vaginosis. Tetapi tidak pada mereka yang menderita vulvovaginal
kandidiasis.untuk menyingkirkan bacterial vaginosis dari infeksi trikomoniasis dapat
diketehui dengan memeriksa konsentrasi lactobacillus yang jelas berkurang pada
trikomoniasis dan pH vagina yang basa. Pada pria , pengambilan sekret dilakukan dengan
memencet gland penis sampai cairan terkumpul diujung gland penis lalu dibuka.
Pada pemeriksaan sekret secara mikroskopik pada mereka yang terinfeksi
trikomoniasis sering dijumpai sel – sel PMN yang sangat banyak , coccobacillus , serta
organisme Trichomonas vaginalis  yang pada sediaan yang segar dapat kelihatan
motil. (Mulyati Ompungsu,1995)
b.    Sediaan sedimen urin
Urin yang akan diperiksa, sebelumnya diputar terlebih dahulu dengan kecepatan
rendah selama 5 menit, kemudian dibuang supernatannya. Sedimen yang mengendap pada
dasar tabung tersebut diperiksa secara mikroskopis dengan lensa obyektif 10 kali atau
memakai lensa obyektif 40 kali untuk mengamatiTrichomonas vaginalis  . Setelah itu
segera dilakukan pengecatan. (Gracia L.S,2006)
3.    Kultur
Selain pemeriksaan secara klinis dan mikroskopis langsung, cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan kultur, terutama pada mereka yang sedikit jumlah organisme Trichomonas
vaginalisnya , seperti pada pria atau wanita penderita trikomoniasis kronik. (Yunilda,2005)

13
4.    Serologi dan Immunologi.
Pemeriksaan dengan cara ini belum menjamin dan belum cukup sensitive untuk
mendiagnosis infeksi Trichomonas vaginalis  . Walaupun sudah banyak penelitihan yang
akhir – akhir ini menggunakan teknik serologi untuk mendiagnosis infeksi Trichomonas
vaginalis  .(Andriyani,2005)

b. Pencegahan
Penyakit yang disebebkan oleh Trichomonas vaginalis  dapat dicegah dengan berbagai
cara, diantaranya yaitu:
 Hindari menggunakan pencuci vagina dengan semprot vagina (spray)
• Kenakan pakaian dalam dari katun agar mudah menyerap kelembaban, dan
sirkulasi udara di sekitar vagina terjaga. Pakaian yang tidak menyerap keringat
akan menciptakan suasana di vagina menjadi lembab dan tentu saja merangasang
pertumbuhan bakteri yang merugikan.
• Meski penampilan terlihat seksi tapi sebisa mungkin hindari celana panjang super
ketat karena dapat menimbulkan rasa hangat dan lembab.
• Ganti pembalut sesering mungkin jika sedang mengalami haid.
• Jaga kebersihan vagina baik sebelum dan sesudah behubungan seks.
• Membasuh vagina dengan bersih setiap kali membuang air besar dan keringkan
dengan tisu.
• Setelah buang air besar, bilaslah dengan air dari arah depan ke belakang. Cara ini
dapat mencegah penyebaran bakteri dari arah anus ke vagina.
• Jaga Organ intim tetap bersih dan kering.
• Jaga berat badan ideal. karena kegemukan dapat membuat paha tertutup rapat dan
membuat lingkungan vagina lembab akibat kurang sirkulasi.
• Mengkonsumsi makanan sehat bergizi, jangan terlalu banyak mengandung gula dan
tepung karena dapat mempercepat pertumbuhan bakteri merugikan.
• Hindari stress karena daya tahan tubuh bisa menurun dan dapat mengundang
infeksi.
• Jangan lupa olahraga teratur agar kekebalan tubuh terjaga.

14
 Pencegahan infeksi yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis dapat dilakukan
dengan:
Penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien dan masyarakat umumnya tentang
infeksi ini.
 Diagnosis dan penanganan yang tepat pada pasangan penderita tricomoniasis.
  Pemakaian kondom dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk mencegah
tertularnya pasangan seksual terhadap infeksi ini.
  Tidak berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Dan apabila salah
satu pasangan menderita tricomoniasis, maka sebaiknya pengobatan diberikan
kepada kedua orang pasangan tersebut.

c. Pengobatan Trichomonas vaginalis  

Trikomoniasis bisa diatasi secara efektif dengan antibiotik. Metronidazole adalah


jenis antibiotik yang biasa dipakai untuk mengatasi infeksi ini. Antibiotik ini diresepkan
dalam dosis tertentu untuk dikonsumsi selama 5-7 hari. Selain metronidazole, tinidazole
juga bisa digunakan untuk pengobatan. Minum obat ini setelah makan dan hindari
mengonsumsi minuman keras selama 24 jam setelah meminum metronidazole atau 72 jam
setelah meminum tinidazole karena bisa menyebabkan mual parah dan muntah-muntah.
Jika antibiotik telah dikonsumsi sampai habis dan gejalanya masih terlihat, atau
hasil laboratorium menyatakan hasil negatif terhadap trikomoniasis, maka Anda
membutuhkan tes lebih lanjut untuk mengetahui apakah gejala ini disebabkan oleh
penyakit infeksi menular seksual yang lain.
Bisa juga sebaiknya melakukan tes ulang jika Anda muntah setelah minum
antibiotik  karena kemungkinan antibiotik tidak diserap dan Anda akan memerlukan
antibiotik lebih atau metode perawatan lain.
Penting untuk menghabiskan semua antibiotik yang diresepkan agar infeksi tidak
kembali. Hindari hubungan intim hingga infeksi teratasi secara sempurna.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Trichomonas vaginalis pertama kali ditemukan di Paris oleh Alfred Donne
pada tanggal 19 september 1836. Trichomonas vaginalis  adalah
protozoa parasit,patogenik anaerobik berflagela dan agen penyebab trikomoniasis.
Trichomonas vaginalis  terdapat paling banyak pada negara industri, dan dapat
terinfeksi baik pria maupun wanita. Trichomonas vaginalis merupakan penyakit
menular seksual yang bersifat patogen, namun hal ini dapat dicegah dengan gaya
hidup yang sehat serta tidak menggonta-ganti pasangan seksual.

3.2. Saran
Hindari hubungan seksual secara bebas ataupun orang yang terinfeksi dengan
trichomonas serta menjaga kebersihan terutama di bagian alat reproduksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

eMedicine.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Trichomoniasis
http://kidshealth.org/parent/infections/std/trichomoniasis.html#
http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-penatalaksanaan-penyakit-
trikomoniasis.html
www.cdc.gov/std/trichomonas/stdfact-trichomoniasis.htm 
www.emedicinehealth.com
www.nlm.nih.gov/medlineplus/trichomoniasis.html
https://meetdoctor.com/mobile/article/penularan-trikomoniosis
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Trichomonas_vaginalis
http://aakmalang.blogspot.co.id/p/trikomonas.html?m=1
Margono S.S.2000. Flagellata Traktus Urogenital Dan Tractus Digestivus. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Andriyani , Yunilda 2005. Trichomonas vaginalis – Protozoa Patogen Saluran Urogenital
Universitas Sumatera Utara Repository.

17

Anda mungkin juga menyukai